luhanay blog Follow Dash Owner

Sabtu, 04 Juli 2015

FF Uri Hamkke




Tittle                : [sequel] Uri Hamkke
Genre              : Romance, Marriage life
Length             : Oneshot
Author             : cifcif Rakayzi
Cast                 : Jackson | Shin Haejin | other cast

Jackson dan Haejin masih duduk bersama, pesta pernikahan mereka masih lama untuk selesai, begitu juga tamu undangan yang masih berdatangan.
Benar, setelah kejadian beberapa hari yang lalu dipinggir jalan itu, mereka akhirnya benar-benar menikah. Jackson dan Haejin yang masing-masing tidak saling mengenal. Bahkan saat ini Haejin masih kelas tiga SMA yang sekitar satu bulan lagi menghadapi ujian kelulusan.
Pernikahan ini dengan mudahnya terjadi, karena ternyata setelah Jackson mempertemukan Haejin dan Ibu-nya, mereka berdua langsung seperti anak dan ibu yang cocok. Atau mungkin bisa dikatakan kalau Eomma sangat menyukai Haejin lebih daripada Jackson.
Sekolah Haejin tidak menjadi masalah untuk terlaksananya pernikahan ini, izin dari keluarga juga tidak ada masalah, karena Haejin hanya tinggal sendiri. Ibunya sudah meninggal dan Ayahnya juga sudah tidak ada, sementara keluarga Jackson dengan mudah menyetujui pernikahan ini. Itu sebenarnya karena satu faktor, yaitu paksaan dari Jackson Eomma yang mengancam akan mengeluarkan Jackson dari silsilah keluarga jika tidak menikah dalam waktu satu minggu setelah ulang tahunnya. Dan akhirnya ini terjadi.
Tidak ada kata-kata yang terucap dari keduanya, suasana canggung masih sangat kental menyelimuti mereka berdua, pengantin yang tidak saling mengenal. Itu karena pernikahan ini terlalu cepat, bahkan rasanya sampai tidak ada waktu untuk berkenalan satu sama lain.
“Hei apa yang kalian lakukan, kenapa hanya diam? Ayo berkeliling dan sapa para tamu, mereka pasti senang bertemu dengan kalian ...” Eomma datang dan memecah keheningan antara Jackson dan Haejin.
“Eomma, apa harus melakukan itu?”
“Tentu saja. Kalian ini pengantin pemilik pesta, tentu kalian berdua harus menyapa semua tamu yang datang, ayolah”
Sementara Jackson yang malas melakukannya, Haejin hanya tersenyum. Sebenarnya dia tidak terlalu memikirkan masalah menyapa tamu itu, tapi dia tidak tahu bagaimana dia harus berjalan dengan gaun yang berat dan panjang menyapu lantai ini.
“Eommonie, sebaiknya kita disini saja ...”
“Aish Haejin-ah, mana boleh seperti begitu, itu tidak sopan. Ayolah kalian berdua, hei Jackson ayo bantu Haejin berjalan ..” Eomma membantu Haejin berdiri dan membuat tangan Jackson bersatu dengannya. “Ayo kalian bergandengan dan mengobrol dengan yang lain, Eomma akan menyiapkan kue untuk kalian potong nanti ..”
Mereka berdua bergandengan, dan akhirnya berjalan menyapa para tamu undangan. Haejin sangat erat menggandeng tangan Jackson, dan membuat Jackson mengerti dia harus berjalan perlahan agar tidak membuat Haejin kerepotan dengan gaunnya. Mereka berdua tersenyum.
“Kenapa .. orang-orang itu memandangi kita?” Jackson berbisik dismaping Haejin.
“Entahlah, aku tidak tahu ...”
“Apa kau setuju kalau kita keluar dari sini dan mencari tempat yang tenang?”
“Geurae, itu juga yang aku inginkan”
“Baiklah, kita tetap berjalan pelan dan keluar”
Mereka berdua tetap menebar senyuman dan sesekali menyapa beberapa orang yang dikenal, terus berjalan pelan sampai akhirnya mereka bisa keluar dari aula hotel itu dan hanya berdiri berdua dibalkon.
“Jinjja, aku tidak suka tempat ramai dan banyak orang”
“Ah rasanya kakiku akan patah bila terus berjalan dengan sepatu seperti ini ...” Haejin menghela nafas dan mengangkat sedikit gaunnya yang panjang dan melepaskan sepatu yang menyiksanya, tapi akhirnya dia sadar kalau dari beberapa detik yang lalu pria yang sekarang sudah resmi menjadi suaminya itu sedang memandanginya. “Apa?” dengan ragu, Haejin bertanya dan mencoba membalas tatapan mata Jackson yang menurutnya aneh.
“Shin Haejin-sshi, apa benar kau hanya hidup sendiri?”
“Kenapa bertanya itu. Tentu saja itu benar, mana mungkin aku berbohong tentang hal seperti ini padamu dan keluargamu”
“Jeongmal? Lalu apakah aku menghancurkan hidupmu dengan permintaanku?”
“Maksudmu apa Ahjusshi?”
“Maksudku__”
“Ya! Apa yang kalian berdua lakukan disini, acara pemotongan kue akan dimulai. Ayo cepat masuk kembali kedalam ...”
Tiba-tiba Eomma datang dan memotong perkataan Jackson. Eomma menarik mereka berdua kembali kedalam untuk memulai acara selanjutnya setelah serangkaian acara mereka lewati dari pagi tadi. Ini rasanya sangat melelahkan bagi pengantin baru itu.
***
Sorak sorai dan beberapa teriakan menghiasi aula hotel ini saat kedua pengantin memotong kue yang super besar itu, kilatan cahaya dari kamera juga menghiasi mata. Bahkan terdengar beberapa teriakan untuk berciuman pada kedua mempelai.
“Kalian dengar, semuanya ingin melihat firstkiss pengantin baru ini, ayolah ...” dengan nada penuh rayuan, MC meminta mereka melakukan itu atas dasar permintaan undangan. Modus.
Tanggal lahir pasangannya pun juga pengantin ini tidak tahu, lalu bagaimana mereka bisa berciuman dihadapan ratusan mata yang ada disini. Jackson terus menelan ludah yang rasanya sangat berat di tenggorokan itu, sementara Haejin hanya tersenyum kecil membalas teriakan-teriakan orang itu.
“Ayolah kalian berdua, bukankah ini akan menjadi kenangan terindah untuk perniakah kalian nanti ...”
“Ayo! Ayo! ...” dan “Cium! Cium!” teriakan-teriakan itu semakin ramai terdengar, seolah terus memaksa mereka untuk melakukan itu. Semua orang itu tidak mengerti perasaan apa yang sedang melanda pasangan pengantin yang masih asing ini.
“Ah baiklah, sepertinya mereka masih malu-malu. Jadi bagaimana kalau mereka makan kue bersama saja? Salaing menyuapi dan satu gigitan untuk berdua ..”
“Yah begitu saja!” teriak beberapa orang lagi.
“Kalau begitu, tolong siapkan sepotong kue untuk mereka ...”
Seorang pelayan memotong kue itu dan memberikannya pada Haejin. Dan karena situasi yang memaksa, Haejin akhirnya menyuapi Jackson dan sebaliknya.
Tepuk tangan orang-orang terdengar lagi.
“Sekarang ayo makan kue itu dengan satu gigitan untuk bersama ...”
Jackson berfikir, kalau mereka berdua terus diam seperti ini maka acara ini tidak akan pernah selesai dan semakin membuat mereka tidak bisa melakukan apapun. Jadi harus ada sesuatu yang dilakukan untuk menyudahi semua permainan ini.
Jackson mengambil piring yang dipegang Haejin, memotong kue dengan besar dan menggigitnya. Lalu perlahan dia maju mendekati Haejin dan menarik pinggang Haejin untuk mendekat padanya. Dengan kode mata yang Haejin cerna sangat lama, akhirnya Haejin berusaha untuk melakukannya.
Yah, mereka semakin mendekat dan menggigit kue itu. Tapi, Jackson memajukan badannya dan membuat kedekatan itu menjadi sebuah ciuman.
“Woooh” orang-orang semakin ramai saat melihat mereka seperti itu, tidak terkecuali Eomma yang tertawa bahagia melihat anak semata wayangnya itu akhirnya menikah juga. Setelah melalui jalan panjang, ancaman, bujukan, dan banyak hukuman, Jackson Wang putra tunggal dari Group JJ itu pemilik dari Departement Store terbesar di Asia, telah resmi menjadi pewaris tahta Gorup JJ setelah menikah. Walaupun peresmian dan pelantikan nya baru akan terjadi satu minggu setelah pernikahan.
“Apa ini .. perasaan apa ini .. rasanya seperti aku .. menyukainya” batin Haejin yang masih berusaha untuk menyadari apa yang terjadi. Dia memejamkan mata dan hanya diam mengikuti permainan Jackson.
“Astaga! Apa yang terjadi ... sepertinya aku sudah gila” Jackson masih terus melakukannya walaupun dia merasakan rasa aneh dalam hatinya sekarang, tapi ini terjadi begitu saja dan membuat mereka berdua .. mengalir.
Setelah mungkin hampir satu menit, akhirnya ciuman itu berakhir. Mengakhiri satu acara, dan membawa semuanya pada acara yang terakhir sebelum pesta ini selesai. Yaitu, dansa pasangan.
Semua orang yang datang dengan pasangan, atau yang punya pasangan, mulai beradu dalam dansa romatis dibawah alunan musik ballad yang tenang. Begitu juga Jackson dan Haejin yang sekarang masih behadapan dalam diam.
“Ini acara terakhir, jadi ayo cepat kita selesaikan ...” bisik Jackson sebelum dia menarik tangan Haejin dan memuali dansa mereka.
Untuk beberapa detik mereka berdansa, hanya begitu saja. Sampai kedua mata mereka bertemu dan saling menatap. Seolah membaca fikiran satu sama lain dalam tatapan itu.
“Mianhae ..”
“Untuk apa?”
“Ciuman tadi”
“Tidak apa-apa. Walau tadi aku kaget, tapi itu menolong kita dari semua orang ..”
“Baiklah, terima kasih”
“Tapi sampai kapan kita akan terus berdansa?”
“Apa kau ingin pulang?”
“Ne. Kakiku pegal sekali ..”
“Aku juga. Keundae ...”
“Waeyo?”
“Aku juga tidak ingin berlama-lama disini, walau sebenarnya aku tidak mau pulang karena ...”
“Apa?”
“Kalau kita pulang, aku ... tidak bisa melihat kau yang cantik lagi ..”
“Mwo?”
“Sungguh, hari ini kau sangat cantik Shin Haejin ..”
“Ahjusshi, aku .. emh gomawo” pipi Haejin menjadi merona kemerahan mendengar apa yang dikatakan Jackson, dia menundukkan pandangannya menahan malu.
“Kalau tidak keberatan ... bolehkah aku ...” Jackson semakin merapatkan badan mereka berdua, meniadakan jarak antara mereka. Dan dengan sedikit senyuman, Jackson kembali mempertemukan bibir mereka dan membawanya pada sebuah permainan lembut yang manis.
Beberapa detik mereka terus seperti itu, berayun dalam ciuman dan dansa romantis. Orang-orang yang sadar dengan keadaan pengantin itu bersorak pelan, membuat acara terakhir dalam pesta pernikahan malam ini semakin indah, menurut mereka.
***
Karena dua kali ciuman tak sadar tadi, akhirnya kedua pengantin baru ini berakhir dengan rasa malu dan ke-canggungan yang sangat berat terasa. Saking beratnya, terasa sangat sakit bahkan untuk menelan ludah sendiri. Dan sekarang mereka hanya berjalan diam dengan jarak berjauhan.
“Ah tunggu! Sepertinya kita sudah melewati mobil ini tadi ...” Jackson tiba-tiba berhenti dan melihat sekeliling.
“Apa? Lalu dimana mobilmu, Ahjusshi jebal jangan membuatku berjalan lagi ...”
“Aku lupa dimana menyimpan mobil itu, seingatku tidak jauh dari sini .. tapi tidak ada”
“Ouh astaga ...” Haejin melepaskan sepatunya dan berjongkok. Mereka terus berjalan mencari mobil itu dari sekitar sepuluh menit yang lalu, dan sampai sekarang Jackson tidak tahu dimana mobilnya. “Ahjusshi, basement ini tidak terlalu besar untuk kau menghilangkan mobilnya!”
“Ya! Jangan berteriak padaku .... aku tahu dimana mobilnya!”
“Kalau begitu, sekarang mana mobilnya? Aku lelah sekali ..”
“Seingatku disini ... ah aku lupa” Jackson berjalan kesana kemari mencari mobil sport warna biru tua yang dia lupakan itu.
“Coba tanyakan pada Eommonie”
“Aish merepotkan!” Jackson mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya, dengan kesal dia menekan tombol dan menelfon Eomma. “Eomma ... dimana mobilku? ...”
“Eoh menyebalkan ...” gumam Haejin tidak jelas. Dia sudah terlalu lelah untuk berdiri diatas sepatu yang dari pagi Ia pakai itu, rasanya badan yang lengket itu ingin segera terbebas dari gaun berat ini dan berbaring diranjang yang empuk.
Jackson berhenti bicara dan berjalan dengan cepat, meninggalkan Haejin yang masih terududuk dilantai.
“Ya gidaryeo!” Haejin berusaha berdiri, dia menyeret gaun panjang dan berat itu mengejar Jackson.
“Aigoo. Aku melupakanmu ..” Jackson kembali lagi dan tersenyum malu pada Haejin yang terlihat sangat kelelahan mengejarnya. “Kenapa kau lama sekali?”
“Apa mobilnya sudah ketemu?”
“Aku lupa, tadi Eomma bilang mobilku sudah dibawa keluar, jadi sekarang dia diluar. Maaf, aku tidak ingat itu ..”
“Apa kita harus keluar?” Haejin sudah kembali menghela nafas berat, dia tidak akan sanggup untuk berjalan dari sini keluar, terlalu jauh.
“Aish kau mereotkan, kemarilah ...”
Akhirnya, Jackson menggendong Haejin walau gaunnya sangat merepotkan dan menyebalkan. Mereka berjalan keluar dari sana. Digendong Jackson seperti itu, Haejin tidak berani mengangkat wajahnya dan menatap Jackson. Dia malu sekali. Apalagi kalau mengingat ciuman yang terjadi tadi di pesta.
“Kenapa kau diam?”
“Eoh apa?”
“Apa kau menyesal?”
“Untuk apa?”
“Menikah denganku ..”
“Anio”
“Emh Haejin-sshi, maafkan aku. Sebenarnya aku tidak bermaksud serius dengan pernikahan ini, tapi Eomma ... ah kalau saja aku tidak bertemu denganmu waktu itu ...”
“Ahjusshi gwaenchanha. Waktu itu kau tiba-tiba datang dan memelukku, kau memintaku menikah denganmu. Kupikir kau itu orang gila yang mabuk”
“Waktu itu adalah hari ulang tahunku, dan aku tidak tahu harus melakukan apa saat Eomma mengancam akan mengeluarkanku dari keluarga jika aku tidak menikah dalam seminggu setelah ulang tahunku”
“Jadi kau mabuk dan berjalan sendirian?”
“Geurae, aku tidak tahu harus kemana. Dan aku bertemu denganmu ...”
“Karena kau terus memelukku, aku bilang akan menikah denganmu. Aku pikir setelah aku menjawab ‘iya’ kau akan pergi dan aku terbebas, tapi kenapa kita jadi menikah seperti ini ..” Haejin sedikit tersenyum meingingat itu semua.
“Yah, karena itu aku minta maaf padamu. Ini semua karena kelakuanku”
“Sudahlah Ahjusshi mabuk, ini sudah terjadi dan tidak akan bisa kembali. Kau bilang walau kita sudah menikah tapi kita akan tetap hidup masing-masing, benarkan?”
“Benar. Kau akan tetap hidup seperti biasa, hanya saja bedanya ada aku sekarang yang akan menanggung hidupmu”
“Selama ini aku hanya tinggal sendiri, bekerja untuk membiayai sekolah dan kehidupanku. Tapi sekarang kau bilang akan menanggung hidupku, apa itu benar?”
“Tentu saja, aku suamimu”
“Aku tidak ingin merepotkanmu, aku belum mengenalmu lebih jauh Ahjusshi. Jadi kau hanya perlu membiayai sekolahku saja, aku akan tetap bekerja untuk keperluanku sehari-hari”
“Andwae! Eomma pasti akan marah jika tahu kau bekerja, sudahlah biarkan aku yang mengurus semuanya. Mulai sekarang sebagai istri Presdir Wang, kau hanya perlu menyelesaikan sekolahmu dan menemani Eomma, arasseo?”
“Eommonie sangat baik padaku, dia bahkan terlalu baik”
“Dari dulu Eomma selalu bilang kalau sebenarnya dia hanya menginginkan anak perempuan, tapi malah aku yang datang, jadi dia terus memintaku untuk menikah. Dan sekarang dia sudah mendapatkanmu, jadi bersenang-senanglah. Eomma akan menjadikanmu putri kerajaan”
“Eomma-ku meninggal saat ulang tahunku yang ke-9, jadi aku tidak terlalu ingat bagaimana hidup dengan seorang Eomma ..”
“Sudahlah, jangan menangis untuk Eomma-mu lagi. Kau hanya akan membuatnya sedih. Sekarang kau sudah punya Eomma baru, anggaplah dia Eomma-mu ne ..”
“Ne, gomawo”
“Haejin-sshi, tarik gaunmu. Kita sudah sampai ...”
Akhirnya mereka bertemu juga dengan mobilnya, ini akhir bahagia tentunya. Haejin menarik bagian gaunnya yang panjang, dan masuk kedalam mobil. Setelah itu mereka berdua melesat pergi meninggalkan hotel menuju sebuah villa yang sudah Eommonie siapkan untuk pengantin baru ini.
Mereka mau tidak mau harus tetap pergi ke villa itu, karena kalau tidak, Eomma pasti akan marah dan membuat mereka entah menjadi apa. Dan untuk mencari aman, Jackson akhirnya tetap membawa Haejin kesana.
Mobil itu terus melaju kencang beriringan dengan semakin larutnya malam penuh bintang ini. Sudah hampir empat puluh menit mereka menyusuri jalanan sampai akhirnya sampai juga di depan sebuah villa indah yang dihiasi berbagai bungan dan lilin, seolah menyambut kedatangan mereka.
Jackson hanya diam menatap Haejin yang sudah menutup matanya, dia tertidur. Jackson bisa melihat kelelahan yang dirasakan Haejin, gaun pengantin itu sudah menyiksanya seharian ini. sekarang Haejin tidur dengan damai, wajahnya yang masih berhiaskan make up dan berbagai riasan lain tetap cantik. Tapi pandangan Jackson kembali jatuh pada bibir Haejin yang pink kemerahan, bibir mungil yang sudah dua kali dia rasakan tadi.
“Astaga, memalukan sekali” batin Jackson mengingat mereka berciuman tadi. Sebenarnya ciuman tadi itu terjadi begitu saja, tanpa ada niatan Jackson untuk melakukannya. Tapi sudahlah, itu sudah terjadi. Dan juga, memang dasarnya Jackson itu sedikit punya penyakit yadong, jadi penyakitnya itu bisa kambuh tiba-tiba tanpa sadar.
Tidak berani membangunkan Haejin, Jackson hanya terus diam memandangi wajah siswi SMA yang sekarang sudah menjadi istrinya itu. Sampai beberapa menit berlalu. Jackson melepaskan sabuk pengamannya, perlahan berbalik dan mendekati Haejin yang masih terlelap. Tatapan Jackson sesekali beralih dari bibir ke mata Haejin, kalau saja Haejin bangun, pasti dia bisa mendengar detak jantung Jackson yang terdengar sangat menggebu. Oh apa ini.
Jackson terus mendekat, perlahan tapi pasti. Semakin mendekat dan membuat wajah mereka sudah berhadapan sangat dekat sekarang, dia sudah menutup kedua matanya dan terus mendekat. Perlahan, terus, perlahan, dan mata Haejin terbuka .. “Aaaaaaahh Ahjusshi!”
Haejin bangun dan langsung mendorong Jackson sampai hampir jatuh, membuat klakson mobil berbunyi panjang karena Jackson tidak sengaja menekannya untuk bertahan agar tidak terguling.
“Ahjussi ... ap-apa yang kau lakukan?”
“Aissh, kenapa kau mendorongku! Aku hanya ingin membangunkanmu saja, kita sudah sampai .. tapi kau malah mendorongku, aduh tanganku sakit!”
“Mian ..”
“Kau kembali kasar seperti saat aku bertemu denganmu waktu itu!”
“Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau sudah sampai. Lagi pula sepertinya kau tidak sedang membangunkanku, apa ... apa kau akan melakukan sesuatu padaku?” Haejin langsung menutup dadanya dengan kedua tangan yang menyilang.
“Ya! Kau fikir aku akan melakukan apa pada anak-anak seperti mu .. hah?”
“Lalu kenapa kau ada dihadapanku tadi?”
“Sudah kubilang, aku membangunkanmu!”
“Jeongmal?”
“Kau tidak percaya?”
“Ani. Kau seprtinya Ahjusshi byuntae!”
“Ya! Apa katamu? Jangan sembarangan memanggil orang, aku ini seorang Presdir JJ Group, kau tahu? Jadi, mana mungkin aku melakukan hal kotor yang kau bayangkan. Sudah cepat turun ..”
“Presdir? Bukankah Eomma bilang kau baru akan resmi menjadi presdir seminggu setelah menikah?”
“Hei apa sekarang kau sudah benar-benar menjadi anak Eomma hah?” Jackson membuka pintu mobil kasar dan turun dengan cepat, meninggalkan Haejin lagi.
“Ahjussi tolong bantu aku ..”
“Ya ampun! Aku bisa gila, kenapa aku harus menikah dengan anak-anak merepotkan sepertimu?” Jackson mengumpat dan kembali untuk membuka pintu mobil dan menggendong Haejin.
“Aku hanya minta bantuan untuk keluar dari mobil, kenapa kau menggendongku lagi?”
“Sudah diam saja, mau bagaimanapun juga kau tetap merepotkan!”
Mereka berjalan masuk. Jackson sedikit melemparkan Haejin diatas ranjang yang sudah ditaburi bunga-bunga.
“Kenapa dimana-mana penuh dengan bunga, ini kuno sekali. Menyebalkan!”
“Ish jeongmal. Apa kau tidak bisa baik sedikit?” Haejin berguling untuk bangun karena gaunnya yang berantakan gara-gara Jackson melemparnya.
“Aku sudah baik menggendongmu kesini”
“Tapi aku tidak menyuruhmu! Kenapa juga aku harus menikah dengan Ahjusshi byuntae seperti mu, ini mimpi buruk ..”
“Hey berhentilah memanggilku Ahjusshi! Aku tidak tua untuk kau panggil seperti itu, aku ini hanya lebih tua lima tahun darimu. Dasar anak kecil!”
“Jangan memanggilku anak kecil, aku tidak terlalu kecil!”
“Lalu apa?”
“Kalau kau terus memanggilku anak kecil, berarti kau memang Ahjusshi untukku!”
“Aissh baiklah-baiklah, hentikan semua ini, Ny. Wang ..” Jackson berdiri dihadapan Haejin dan menatapnya tajam.
“Nyonya Wang? Kenapa ..”
“Lalu kau ini mau dipanggil apa, kenapa pemilih sekali? Aku memanggil mu ini kau marah, memanggimu itu kau juga bertanya kenapa. Sudahlah terserah kau, aku mau mandi!” Jackson membuka tuxedo putihnya, melempar dan sepatunya lalu masuk kedalam kamar mandi.
“Nyonya Wang ... Kenapa dia memanggilku seperti itu? Rasanya ini seperti mimpi untukku, benarkah aku sudah menikah?” Haejin menepuk-nepuk pipinya dan melihat sekeliling.
“Ya Shin Haejin! Tolong ambilkan handuk untukku, palli!”
“Ommo! Sepertnya ini bukan mimpi, Ahjusshi byuntae itu benar suamiku. Ah aku bisa gila”
“Haejin-sshi ... hei Shin Haejin palli!”
“Geurae tunggu sebentar, dan jangan berteriak! Ah aku benar-benar akan gila ...” Haejin kembali mengangkat dan menyeret gaunnya mengambil gulungan handuk di meja yang juga penuh dengan bunga dan lilin aroma terapi.
“Ini handuknya ..” Haejin mengetuk pintu dan menyodorkan handuk itu.
“Gomawo” Jackson membuka sedikit pintu itu dan kembali menutupnya dengan keras.
“Ish menyebalkan sekali dia!” Haejin membuka kopernya yang sudah lebih dulu sampai kesini diantar pelayan, dia membawa baju dan dengan cepat melepaskan gaun itu sebelum Jackson keluar dari kamar mandi.
Suara percikan air dari kamar madi sudah berhenti, dan Haejin juga selesai berganti baju walau awalnya sangat sulit melepaskan gaun itu dari badannya. Tapi waktunya tepat sekali, dan Jackson keluar, dengan hanya memakai handuk kecil dipinggangnya.
Rambut basah yang sedikit menutupi mata, beberapa tetes air masih menghiasi tubuh yang terlihat sangat kuat dengan abs dan otonjolan otot-otot itu, entah kenapa rasanya dengan seperti itu, Jackson terlihat sangat sexy dan tampan dimata Haejin.
“Ya! Kenapa kau tidak bilang kalau handuknya kecil seperti ini?”
“Aku juga tidak tahu ..”
“Eoh kau sudah mengganti bajumu, kukira kau akan memintaku untuk melepaskannya ..”
“Hei apa yang kau fikirkan, memangnya aku gadis seperti apa?”
“Haha .. aku hanya bercanda, kenapa kau selalu marah. Kau tidak boleh jahat padaku, ara?” Jackson tertawa dan menggosok rambutnya dengan handuk.
“Tergantung kau yang memikirkan apa!”
“Aku mau memakia baju, kau cepatlah ke kamar mandi dan mandi. Tubuhmu bau keringat..”
“Aissh baiklah ..” Haejin masuk kedalam kamar mandi.
“Ahh .. hari ini aku lelah sekali. Tapi ... rasanya, ciuman itu manis. Haha michi!” Jackson membuka koper dan memakai bajunya, lalu melompat dan berbaring diranjang big size yang masih penuh dengan bunga-bunga.
Beberapa menit kemudian. Haejin keluar dari kamar mandi, berjalan pelan menghampiri ranjang dan melihat Jackson yang sudah tidur dengan berantakkan.
“Aish. Presdir apa seperti ini, aneh dan selalu berteriak. Ya! Ahjusshi, aku harus tidur dimana jika ranjangnya hanya satu?” Haejin menepuk-nepuk tubuh Jackson.
“Mmmh ... disana, itu di sofa saja ..”
“Mwo? Apa kau tega membiarkan anak-anak sepertiku tidur di sofa?”
“Hey ..” Jackson membuka matanya dan duduk diranjang menatap Haejin. “Aku ini bukan tipe orang yang peduli dengan orang lain, aku juga bukan orang yang baik. Jadi terserah kau mau tidur dimana saja semaumu”
“Bisakah kau saja yang tidur di sofa, Ahjusshi?”
“Mwo? Maldo andwae .. haha”
“kau jahat sekali”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak tidur disini saja denganku. Bukankah kau dan aku sudah menikah?”
“Yah baiklah, aku tidur di sofa” Haejin mengalah dan tidur di sofa, sementara Jackson hanya tertawa dan kembali tidur.
Beberapa lama, beberapa menit berlalu. Tapi kedua mata Haejin masih tidak bisa menutup, dia hanya bolak-balik di sofa mencari posisi yang nyaman. Tapi sofa itu tidak senyaman ranjang, disana sempit dan tidak enak.
Malam sudah larut, rasa kantuk juga sudah semakin tidak bisa Haejin tahan. Dan akhirnya, apa boleh buat, daripada tidak bisa tidur dan tersiksa, Haejin akhirnya berbaring diranjang. Tidur disamping Jackson.
***
Hembusan angin yang lembut sudah beberapa kali membelai rambut Haejin dan Jackson yang masih terpejam, sinar matahari yang terang juga belum bisa membuat mereka bangun. Walaupun burung-burung juga membantu membangunkan mereka dengan berkicau dan bertengger di jendela, tapi mereka sepertinya masih ingin di alam mimpi.
Memang di villa itu ada pelayan, tapi mereka tidak akan berani membangunkan sepasang pengantin baru yang masih tidur. Terlalu tidak sopan.
Jackson bergerak, dia menjatuhkan sebelah tangannya di atas perut Haejin dan mendekat sampai kepalanya diam dileher Haejin. Dan pergerakan itu yang akhirnya berhasil membangunkan salah satu dari mereka. Haejin terbangun.
Perlahan mata Haejin terbuka, berkedip-kedip untuk membiasakan cahaya dengan matanya yang masih berkunang-kunang. Dia menatap langit-langit, dinding, jendela, dan sebuah tangan diperutnya. Haejin masih terdiam. Dia perlahan berbalik dan melihat Jackson yang tidur sangat dekat dengannya, bahkan sebenarnya Jackson ada di lehernya sekarang.
Haejin mendorong tubuh Jackson pelan, mengangkat tangan Jackson dari perutnya. Untuk beberapa saat, Haejin memperhatikan wajah suaminya yang tentram itu. “Ternyata kau tampan, Ahjussi ..” Haejin tersenyum, mengusap pipi Jackson dan memainkan bulu matanya. Dan setelah akhirnya kesadaran Haejin kembali sempurna, dia dengan keras mendorong Jackson dan berteriak. “Apa yang terjadi?”
“mmmh wae ...” Jackson bergumam tidak jelas tanpa membuka matanya dan berbalik, membenamkan wajahnya antara bantal-bantal empuk dan tidur.
“Ahjusshi .. kenapa kau tidur denganku?”
“Sepertinya kau yang sudah tidur denganku”
“Mwo? Aku tidak mungkin seperti itu, tapi ... apa tidak terjadi apa-apa antara kita? Oh syukurlah aku selamat ..” Haejin membuang nafas lega setelah melihat kalau mereka masih berpakaian lengkap dan tidak ada apapun yang terjadi.
“Hei Ny.Wang dengar ..” Jackson bangun dan menatap Haejin dengan serius. “Sudah kubilang kalau kita tidak akan melakukan apapun dan akan tetap hidup masing-masing, kecuali ...”
“Kecuali apa?”
“Karena aku yang sudah menanggung semua kebutuhan hidupmu mulai sekarang, jadi kau juga sesekali harus mematuhi perintahku. Ny.Wang kau mengerti?”
“Tergantung dari perintah yang kau berikan, karena aku hanya akan menurutimu selama itu tidak merugikanku”
“Astaga kau ini! rupanya anak kecil sepertimu juga sudah pintar bicara ..”
“Memangnya aku bodoh apa?”
“Aissh suaramu, bisakah kau tidak berteriak? Sudahlah sekarang kau pergi, aku mau tidur. dan jangan menggangguku lagi yah Ny.Wang”
“Aku harus pergi kemana?”
“Kemana saja terserah kau, yang penting tidak menggangguku. Mengerti?”
“Aissh baiklah ... Aku akan mencari makan, jadi kau juga cari makan sendiri yah Ahjusshi” Haejin tersenyum sambil mengikat rambutnya dan beranjak, pergi meninggalkan Jackson yang kembali kedalam selimut dan tidur.
Haejin membuka pintu dan berjalan keluar, disini sangat indah dan menyenangkan.. “Selamat pagi Nona. Silahkan, sarapan sudah siap ...” seorang pelayan wanita dengan ramah menghampiri Haejin.
“Sarapan?” Haejin hanya menatap pelayan itu, dia tidak tahu kalau di villa ini juga ada pelayan. Haejin fikir, hanya ada dia dan Jackson disana.
“Ne, semuanya sudah kami siapkan. Apa Tuan masih dikamar?”
“Iya, Ahjus- maksudku iya suamiku masih di kamar, dan sepertinya dia tidak akan sarapan bersama. Jadi hanya aku ..”
“Baiklah saya mengerti, mari silahkan” pelayan itu mengantar Haejin menuju meja makan yang sudah dihiasi dengan banyak makanan di taman samping balkon villa.
Dan karena Jackson masih tidak mau diganggu dalam dunia mimpinya, jadi hanya Haejin yang menikmati semua makanan ini. Sendirian. Dan, menyenangkan.
“Bukan aku tidak mau berbagi, tapi dia sendiri yang bilang tidak mau diganggu. Jadi mana bisa aku membuang semua makanan ini begitu saja, dan aku yang harus menghabiskan semuanya. Semuanya! Haha ..”
Sementara waktu terus berjalan, Haejin sudah menghabiskan semua sarapannya. Dia sudah berlari, mandi, menonton televisi, berkeliling, memainkan ponselnya, makan lagi, berenang, mandi lagi, dan sekarang dia bosan. Sendiri menonton televisi lagi.
“Hey Ahjusshi .... apa kau tidak akan bangun? Aku bosan sendirian, disini aku harus kemana. Bangunlah hey Ahjusshi .. Ahjusshi!” Haejin berbaring di sofa dan berteriak-teriak, berharap Jackson bangun dan membuat keadaan tidak terlalu membosankan.
Tapi Jackson masih tidak bergeming dalam tidurnya, bahkan bergerak saja tidak. Dia itu selain punya penyakit yadong, juga punya penyakit tidur. Tidak bisa bangun pagi, dan tidak bisa tidur sebentar. Dia juga bisa tidur 12 jam sehari.
“Ah membosankan. Aku tidak tahu ini dimana dan aku juga tidak bisa menyetir mobil ... ah”
“Ya! Memangnya mobil siapa yang kau maksudkan itu?”
Haejin bangun dan berbalik melihat pemilik suara itu, Jackson Wang sudah bangun. Tapi, ouh benar-benar pemandangan yang tidak bagus. Sekarang Jackson duduk diranjang dengan rambut yang berantakkan kesana kemari, dia menggaruk-garuk badannya tidak jelas dan kedua matanya merah.
“Ya ampun Ahjusshi, kau ini berantakkan sekali. Apa kau selalu tidur selama ini?”
“Anio. Aku hanya tidur sebentar, Eomma selalu memukulku untuk bangun ..”
“Aku tidak tahu kau ini sebenarnya manusia atau beruang? Tapi kalau beruang sudah jelas dia hibernasi, lalu kau ... apa kau ini”
“Hey Ny.Wang, jangan coba-coba menghina Presdir Wang”
“Presdir apa, kau juga belum menjadi presdir” Haejin tersenyum meledek dan berjalan menghampiri Jackson yang masih ‘berantakkan’ seperti itu.
“Tapi setidaknya, pria tampan yang sedang duduk di hadapanmu ini adalah seorang calon presdir ...”
“Geurae geurae, terserah kau saja. Aku tidak peduli!”
“Lalu untuk apa kau berteriak dari tadi? Apa kau tidak tahu bagaimana suaramu itu hah, mengerikkan. Lama-lama telingaku bisa hancur jika mendengar suaramu terus”
“Hey Ahjusshi, lihat jam berapa ini?”
“Mwo? Memangnya jam berapa sekarang, apa jam delapan?”
“Astaga, jam delapan kau bilang? Lihat ini ... sekarang sudah jam dua siang, wah bahkan hampir jam tiga. Kau tidur lama sekali, mungkin kau tidur seharian. Dasar beruang!” Haejin menunjukkan jam tangannya kehadapan Jackson, dan hanya mendapat reaksi yang biasa. Benar-benar biasa, bahkan mungkin tanpa reaksi.
“Lalu kenapa memangnya kalau jam dua? Ah aku lapar sekali ... apa ada makanan disini?”
“Eopseo. Sarapan dan makan siang sudah aku makan semuanya .. itu salahmu”
“Kalau begitu carikan aku makanan”
“Mwo? Aku tidak tahu ini dimana, dan aku harus mencari kemana? Kenapa tidak kau minta saja pada pelayan disini ..”
“Yasudah, kita cari makanan diluar bersama. Sebentar, aku mandi dulu ...” Jackson menarik selimutnya dan pergi ke kamar mandi.
“Ough astaga. Ahjusshi itu aneh sekali, aku jadi ragu, apa aku menikahi orang yang benar atau malah sebaliknya?” Haejin kembali berbaring di sofa dan menonton televisi lagi.
Jackson yang memakai handuk mendekati Haejin dan menendang sofa pelan. “Hei tunggu diluar, aku mau pakai baju”
“Kenapa mandimu cepat sekali?”
“Memangnya aku berang-berang? Sudah cepat tunggu diluar”
“Kenapa aku harus keluar? Kau bisa memakai baju di kamar mandi”
“Sudah kau keluar saja cepat, aku mau kau keluar Ny. Wang!”
“Ah berhentilah memanggilku Ny.Wang ... aku tidak tua untuk dipanggil nyonya!”
“Kalau begitu cepat keluar!”
“Geurae, aku keluar. Menyebalkan!” Haejin mendorong Jackson dan pergi keluar.
Beberapa lama kemudian, Jackson datang dan masuk kedalam mobil yang di dalamnya sudah ada Haejin yang duduk cemberut.
“Jangan seperti itu Ny.Wang, kau sangat jelek!” Jackson menghidupkan mesin mobil dan menancap gas.
“Kita mau kemana?”
“Kemana saja, yang penting kita dapat makanan dan minuman ..” Jackson tersenyum menatap Haejin, tapi ujung pandangannya jatuh ketempat lain. “Itu ... kulitmu bagus” Jackson mengusap paha Haejin cepat dan kembali tersenyum, memalingkan muka. Penyakitnya kambuh lagi.
“Ya! Apa yang kau lakukan, dasar byuntae!!” Haejin langsung memukul tangan Jackson dan menekuk kakinya.
“Ny.Wang dengar, saat seorang wanita memakai pakaian yang pendek dan memperlihatkan bagian tubuhnya, maka itu berarti bagian tubuh yang terbuka itu milik umum untuk dipertontonkan. Jadi kau tidak harus marah kalau seorang pria melihatnya, bukankah itu resiko mu karena memilih pakaian seperti itu ...”
“Hei apa maksudmu itu, cepat berhenti .. aku mau turun Ahjusshi byuntae!”
“Kau mau turun kemana?”
“Aku takut hanya berdua dengan seorang byuntae sepertimu”
“Jangan turun, sudah aku minta maaf. Aku tidak akan begitu lagi ...”
“Jeongmal?”
“Geurae. Diamlah, kita akan mencari makan ...” Jackson kembali tersenyum melihat Haejin yang marah dan jadi waspada dengan semua pergerakkan Jackson.
Yah, yang dikatakan Jackson itu sebenarnya adalah benar. Tapi kebanyakan wanita tidak menyadarinya, dan akan menyalahkan pria jika ada sesuatu yang terjadi pada mereka.
Tapi memang Shin Haeji selalu seperti itu, kebiasaannya memakai jeans se-paha dan kaos. Sebenarnya dia itu gadis yang sedikit tomboy, karena itu waktu pernikahan kemarin dia sangat tersiksa dengan high heels dan gaun panjang. Dia hanya menyukai hal-hal yang simple dan mudah.
“Bagaimana kalau kita makan pasta saja? Disini pasta dan ice cream nya sangat enak, kau pasti suka ...” tanpa sadar, mereka sudah sampai didepan sebuah restaurant kecil tapi terlihat bagus.
“Kau tahu tempat ini?”
“Ya, aku pernah beberapa kali kesini. Ayo turunlah ...” Mereka berdua keluar dari mobil dan masuk kedalam restaurant.
Mereka makan bersama, bicara ini itu dan bertengkar lagi. Tapi siang menjelang sore ini, mereka menjadi akrab dan terlihat seperti pasangan lainnya. Mereka jalan-jalan, tertawa, membeli ini dan itu, dan terus tertawa bersama. Sampai akhirnya tidak terasa malam sudah menyelimuti, dan mereka harus pulang kembali ke villa.
“Ahjusshi, terima kasih untuk makanan dan semua yang aku beli ini ..” Haejin tersenyum sambil melihat lagi beberapa baju dan barang lain yang dia beli tadi.
“Ne. Tapi kau harus membayarnya lain hari ..”
“Molla, aku tidak janji. Tapi jika aku punya uang, akan aku traktir makan ice cream di kedai kesuakkanku nanti”
“Baiklah, aku akan memintanya nanti”
“Keundae Ahjusshi ... kapan kita pulang?”
“Besok pagi kita pulang, aku harus bekerja”
“Geurae, aku juga tidak bisa meninggalkan sekolahku. Ujian sudah semakin dekat ..”
“Bagus, belajarlah dengan rajin Ny.Wang. Kalau kau lulus, aku akan memasukkanmu ke universitas bagus”
“Mwo? Apa kau serius?”
“Kau tentu harus kuliah. Menjadi istri seorang presdir JJ Group itu tidak mudah, kau harus pintar dan berbakat. Tapi dilihat dari tingkahmu, aku tidak yakin kau pintar dan punya bakat”
“Hei jangan menghina! Aku ini selalu jadi juara kelas ..”
“Jinjja? Apa kau membayar gurumu?”
“Aku ini pintar, menjadi juara sangat mudah untukku. Seharusnya yang diragukkan itu kau Ahjusshi, apa kau cukup pintar untuk menjadi presdir?”
“Ya Ny.Wang! Aku juga tidak bodoh” Jackson menjitak kepala Haejin dan membuatnya meringis kesakitan.
“Ya! Berhenti memanggilku Ny.Wang”
“Baiklah aku lupa, hei tapi kau juga harus berhenti memanggilku Ahjusshi”
“Iyah baiklah, aku lihat bagaimana kau saja!”
“Ini, kau bereskan semua ini nanti. Aku mau tidur” Jackson melempar topi dan sebuah kaos tanpa lengan yang dibelinya tadi.
“Aigoo. Kau mau tidur lagi? Bukankah kau sudah tidur seharian, dan sekarang kau akan tidur lagi. Benar-benar kau ini seorang beruang ..”
“Ini sudah malam, dan Tuhan menciptakan malam itu untuk manusia tidur. Kau tidak tahu itu Shin Haejin?”
“Iya iya terserah kau saja!”
“Keundae ... Jika kau mau tidur denganku lagi, silahkan saja” Jackson tersenyum penuh makna yang tidak Haejin mengerti sebelum dia melompat kedalam gulungan selimut dan bantal empuk lalu dia tidur seperti kehilangan nyawa.
“Aku tidak akan tidur denganmu lagi, dasar byuntae!”
***
Dari tadi, Eomma hanya tersenyum melihat Haejin dan Jackson yang sedang makan bergantian. Membuat Haejin jadi salah tingkah terus diperhatikan seperti itu.
“Kenapa Eommonie melihatku seperti itu?”
“Haejin-ah, karena Jackson memanggilku Eomma, jadi kau juga harus memanggilku Eomma mulai sekarang. Karena kau sudah menjadi anakku sekarang, ara?”
“Ne Eomma”
“Mmh manis sekali uri-Haejin. Kalau saja kau tidak sekolah, pasti kalian tidak akan pulang secepat ini ..”
“Haejin harus sekolah untuk ujiannya, Eomma” Jackson bicara dengan makanan yang memenuhi mulutnya.
“Lalu bagaimana dengan malam pertamanya? Apa kalian bersenang-senang disana?”
Mendengar itu, Haejin hampir saja tersedak kalau dia tidak meneguk minumannya dengan pelan. Itu pertanyaan apa, memalukan sekali.
“Kenapa Eomma tanya itu?” Jackson hanya menjawab pertanyaan Eomma dengan pertanyaan lagi, dia itu polos sekali. Tidak ada ekspresi.
“Eomma hanya ingin tahu. Apa kalian melakukannya?”
“Melakukan apa?”
“Jangan pura-pura, ‘itu’ apa kalian tidak  mengerti ‘itu’ ??”
“Yah, kami tidur bersama”
Dan kali ini jawaban Jackson yang membuat Haejin tersedak, hampir saja dia memuntahkan makanan dimulutnya. Dengan cepat Eomma memberinya minum dan mengelus pundaknya.
“Benarkah? Apa Haejin tidak apa-apa?”
“Dia hanya berteriak ..”
Astaga Jackson. Haejin menginjak kaki Jackson dengan sangat keras. Ini tidak seperti yang Eomma bayangkan, mereka tidak melakukan apapun.
“Eomma, kami tidak melakukan apapun”
“Ah kau malu yah Haejin?”
“Keundae Eomma, kami hanya tidur bersama dan tidak melakukan apapun. Sungguh”
“Tidak apa-apa kalau kalian melakukan apa-apa, tapi .. apa kau pakai pengaman Jack?”
“Seingatku tidak, itu terjadi begitu saja”
“Eomma, sungguh itu bukan apa-apa. Kami tidak melakukan apapun”
“Tidak apa-apa Haejin-ah, kalian sudah menikah. Tapi bagaimana kalau Haejin hamil?”
“Hamil?” Haejin dan Jackson bicara bersamaan dengan nada yang setengah berteriak.
“Ah mungkin itu tidak apa-apa, ujian hanya tinggal sekitar satu bulan bulan lagi. Jadi sekolah tidak akan tahu kalau Haejin hamil, perutmu tidak akan terlihat hamil sampai empat bulan. Jadi silahkan kalian terus berusaha, fighting!”
“Ya ampun Eomma, apa yang kau bicarakan. Berhentilah bicara tentang itu, aku sedang makan. Kau membuatku mual ..”
“Mual? Apa ini gejala awalnya ..”
“Astaga Eomma, Haejin tidak akan hamil secepat itu. Dan juga, aku tidak melakukan apapun padanya. Jadi berhentilah bicara hal itu”
“Aigoo kau ini. Kalau begitu ayo lanjutkan makanmu, kau harus makan banyak agar bertenaga nanti. Kau juga, Jack!” Eomma tersenyum melihat wajah mereka yang kemerahan menahan malu, terutama Haejin yang tidak mengerti kenapa Jackson memberi tanggapan seolah sudah terjadi sesuatu antara mereka.
Sekarang, Jackson dan Haejin hanya duduk berdua di sofa kamar Jackson. Keduanya diam. Sampai Haejin membuka pembicaraan.
“Kenapa tadi kau bicara seperti itu pada Eomma, seolah kita sudah ...”
“Sudahlah jangan pikirkan itu, Eomma ingin cepat punya bayi jadi jangan hiraukan dia. Kau ini masih anak-anak, aku tidak akan membuatmu hamil ..”
“Baiklah, aku percaya padamu”
“Tapi aku belum selesai, dengarkan dengan baik. Aku tidak akan membuatmu hamil secepat itu, jadi mungkin kau akan hamil nanti ... haha”
“Ahjusshi! Kau ini benar-benar menakutkan” Haejin langsung memukul Jackson dengan bantal dan benda yang ada disekitarnya.
“Sudah jangan memukul, aku tidak bercanda ..”
“Jadi .. maksudmu, itu serius?”
“Kita ini sudah menikah, lalu apa kita akan terus hidup seperti ini selamanya. Pernikahan setidaknya dihiasi dengan anak-anak kan?”
“Molla molla! Aku tidak peduli ..”
“Hei jangan marah, aku bercanda. Kali ini sungguh, aku hanya bercanda”
“Kalau begitu kau yang tidur di sofa!”
“Yah baiklah, tapi apa tidak apa-apa?”
“Maksudmu?”
“Eomma selalu datang kesini malam-malam, jadi mungkin dia akan marah jika melihatku tidur di sofa”
“Benarkah? Lalu kita harus bagaimana?”
Sebenarnya Jackson ingin sekali mengeluarkan tawa yang Ia tahan. Reaksi Haejin sangat peka jika itu berhubungan dengan Eomma.
“Sudahlah, kita tidur bersama saja. Aku tidak akan melakukan apapun padamu, bukankah kemarin juga aku sangat baik padamu ..”
“Baiklah. Tapi ingat Ahjusshi, kau harus berjanji padaku tidak akan melakukan apapun!”
“Geurae, aku berjanji. Kita hanya akan tidur bersama, tapi jika keadaan berubah ataupun ada bahaya, aku tidak yakin janjiku itu masih kuat ..”
“Apa, aku tidak mengerti”
“Sudahlah, itu hanya aku yang mengerti. Dan oh yah, Eomma juga bilang kalau kau harus memanggilku Oppa, aku lebih tua darimu. Jadi berhentilah memanggilku Ahjusshi”
“Apa Eomma juga menyuruhmu seperti itu?”
“Ne, dia memaksamu”
“Jinjja? Ne, baiklah kalau itu perintah Eomma. Lalu kau berhentilah memanggilku Ny.Wang”
“Tentu saja, kalau Eomma tahu dia pasti marah. Karena Eomma sudah menyuruhku memanggilmu Chagiya mulai sekarang ..”
“Mwo? Chagiya? Aish kenapa itu terdengar menjijikan jika keluar dari mulutmu ..”
“Hei itu perintah Eomma!”
“Kalau bukan karena Eomma ..”
“Ya Haejin-sshi, kenapa Eomma berpengaruh sekali padamu? Kau jadi melakukan apapun jika karena Eomma”
“Karena Eomma sangat baik, dia terlalu baik. Aku tidak ingin membuatnya kecewa”
“Yah baiklah anak Eomma, sekarang tidurlah. Besok kau harus sekolah ...”
“Geurae. Tapi ingat, kau sudah berjanji padaku!”
“Iya aku ingat, sudah tidurlah. Keundae Chagiya, untuk percobaan .. coba kau panggil aku Oppa sekarang” Jackson tersenyum evil.
“Mwo?”
“Palli .. sebelum Eomma kesini”
“Baiklah baiklah .. arasseo, Oppa” dengan pipi yang memerah, Haejin naik ke ranjang dan bersembunyi dibawah selimut. Ini memalukan menurutnya.
Sementara itu, Jackson hanya tersenyum puas. Sepertinya dia itu sudah meyukai Haejin. Semua yang dikatakannya tadi, itu semua bohong. Eomma tidak pernah menyuruhnya apapun. Dan itu semua hanya ada-ada Jackson saja, yang sekarang sepertinya sudah kemasukan setan gila. Atau mungkin ini karena efek dari penyakit yadongnya itu? Hanya Jackson yang tahu.
Sekarang pagi sudah datang, matahari datang, dan Eomma juga datang, membangunkan mereka berdua yang terlihat lucu tidur bersama.
“Hei kalian ayo cepat bangun ...”
“mmh Eomma?” mendengar suara Eomma yang cukup keras, membuat Haejin langsung bangun dan membuka mata. Dia sedikit merapikan rambutnya dan menepuk Jackson.
“Annyeong Haejin-ah, ayo bangun dan kita sarapan bersama”
“Ne, Eomma”
“Kau juga Jack, ireona palli”
“Biar aku yang membangunkan Oppa, Eomma ..”
“Emmh astaga Eomma? Karena kita sudah menikah, jadi mulai sekarang kau tidak boleh masuk begitu saja kekamarku ...” Jackson membuka matanya tapi masih tetap berbaring dan malah menarik selimutnya.
“Ah iya, aku lupa”
“Bagaimana kalau nanti Eomma kesini dan kami sedang ...”
“Geurae, Eomma mengerti. Nanti aku tidak akan masuk lagi ke kamarmu, Eomma lupa kalau kalian sudah besar sekarang. Kelau begitu cepat kalian bersiap dan kita sarapan bersama”
“Ne, Eomma”
Akhirnya Eomma pergi kembali meninggalkan mereka berdua. Haejin langsung beranjak dan ke kamar mandi sementara Jackson kembali menutup matanya.
Haejin selesai bersiap dan sudah sangat rapi untuk berangkat sekolah, sementara Jackson yang selalu bersemangat untuk dipromosikan menjadi presdir itu masih berkutat dengan dasi dan kemejanya.
“Oppa ayolah ...”
“Sudah kau turun saja duluan, aku menyusul nanti”
“Apa kau tidak bisa memakai dasi?”
“Aku bisa jika hanya memakai dasi, tapi aku tidak bisa mengikatnya. Cepatlah kau sarapan, nanti biar Eomma yang mengikatnya”
“Aigoo. Mengikat dasi saja kau tidak bisa, apa selama ini hanya Eomma yang melakukannya untukmu?”
“Geurae”
“Kenapa kau payah sekali. Ayo kemarilah, aku pasangkan ...” Haejin mendekat dan menarik dasi itu dari tangan Jakson, lalu dengan cekatan memasangkannya. Haejin merapikan kemeja Jackson, memakaikan nya jas dan selesai.
“Kau hebat juga ... Kajja!” Jackson tersnyum lalu menarik tas gendong Haejin dan membuatnya tertarik juga, mereka turun kebawah untuk sarapan. Disana, dimeja makan Eomma sudah menunggu  dengan makanan yang sudah tersaji.
“Jack, kau mengikat dasimu sendiri?” Eomma langsung berkomentar dengan apa yang dilihatnya, sebuah pemandangan yang baru kali ini terjadi. Biasanya Jackson akan merengek dan datang pada Eomma dengan dasinya, tapi kali ini dia datang dengan dasi yang sudah terpasang dan sangat rapi.
“Anio. Chagiya yang memasangkannya ..” Jackson tersenyum lalu duduk dan memakan sarapannya.
“Wah kau hebat sekali Haejin-ah. Kau ini benar-benar istri yang baik, dan juga sepertinya kau bisa membawa Jackson pada kehidupan yang lebih baik”
“Eomma, memangnya aku tidak baik?”
“Eoh gamsahamnida Eomma ..” sementara Jackson marah, Haejin hanya tersenyum medengar pujian Eomma.
“Ayo duduklah Haejin-ah” Eomma menarik kursi disampingnya untuk Haejin duduk, memberikan sebuah piring dan menyajikan makanan untuknya. “Nanti setelah sarapan, kalian berangkat bersama. Kau antar Haejin sampai sekolahnya yah Jack?”
“Walau itu akan lama dan sedikit menyebalkan untukku, tapi aku akan melakukannya”
“Jack, kau tidak boleh seperti itu. Haejin itu istrimu”
“Aku tahu Eomma, Haejin ini istriku. Dan aku akan mengantarnya ke sekolah, benarkan Chagiya?” Jackson tersenyum memaksa menatap Haejin yang juga membalas senyuman itu dengan terpaksa.
Sarapan itu selesai dan mereka pergi. Jackson mengemudikan mobilnya dengan cepat agar mereka juga bisa cepat sampai disekolah, pagi ini Jackson harus meeting dengan team nya di kantor.
“Chagiya, kau baik-baik disekolah ne. Belajar dengan benar dan tunggu aku saat pulang, aku akan menjemputmu”
“Mwo?”
“Kalau ada apa-apa, tekan saja nomor satu di ponselmu”
“Apa kau melakukan sesuatu dengan ponselku?” Haejin langsung mengeluarkan ponsel dari tasnya dan memeriksanya.
“Anio. Aku hanya menyimpan nomorku dalam panggilan cepat, ingat nomor satu”
“Aish kau menyebalkan!”
“Terima kasih. Sekarang turunlah, kita sudah sampai ...”
Haejin melepas sabuk pengaman, membawa tasnya lalu keluar dari mobil dengan wajah kesal. Dia tidak tahu kapan Jackson mendapatkan ponselnya itu.
“Ya Chagiya! Apa kau tidak akan memberikan ciuman padaku?” Jackson membuka kaca mobilnya dan sedikit berteriak.
“Shirreo!” tapi Haeji terus berjalan tanpa menghiraukan Jackson.
“Baiklah, mungkin sebentar lagi Eomma akan marah padamu ..”
Mendengar itu, dengan cepat Haejin langsung berbalik dan kembali. Dia berdiri didepan pintu mobil dan menatap Jackson kesal.
“Kau menyebalkan!”
Chu- Haejin mencium pipi Jackson lalu kembali berlari masuk ke gerbang sekolahnya. Dan lagi, usaha Jackson dengan melibatkan Eomma berhasil membuat Haejin melakukan perintahnya. Dasar Jackson.
***
Daaaaan, akhirnya waktu terus berjalan. Kehidupan mereka juga terus berjalan. Ini sudah hampir satu bulan berlalu.
Jackson Wang sudah menjadi Presdir JJ Group dengan resmi, membuatnya semakin sibuk dengan pekerjaan. Sementara ujian Haejin juga semakin dekat, mengharuskannya untuk terus belajar dan menyita waktunya drastis.
Tapi, lepas dari itu semua, mereka ...
Setiap hari Jackson dan Haejin menjalani hidupnya seperti suami istri lainnya, dan itu karena Eomma. Jackson terus saja melibatkan Eomma dalam setiap kebohongannya, membuat Haejin perlahan terbiasa dengan semua perintah Jackson untuk hidup sebagai suami istri seperti pasangan yang lainnya. Hanya bedanya, jika dihadapan Eomma mereka baik dan mesra. Tapi jika sudah tidak ada Eomma, Haejin dan Jackson kembali pada sikapnya masing-masing yang selalu ingin menang sendiri dan tidak berhenti bertengkar. Walau pertengkaran itu membawa warna tersendiri pada perasaan mereka.
Haejin dan Jackson tidur bersama, makan bersama, Haejin selalu memakaikan dasi untuk Jackson, berangkat sekolah dan bekerja bersama, pulang sekolah dan bekerja juga bersama  jika tidak ada kegiatan lain, Haejin terus mencium pipi Jackson setiap kali berangkat sekolah, Jackson selalu memanggil Haejin Chagiya dan Haejin memanggil Jackson Oppa, mereka kadang bermain bersama, bahkan mereka kadang pergi jalan-jalan bersama, dan mereka selalu bersama. Itu sudah membuat mereka terbiasa sekarang. Jackson juga kadang semakin aneh dan yadong, membuat Haejin juga semakin jahat tapi tetap menuruti Jackson.
Mereka berdua sudah tidak asing lagi, perlahan tahu dan mengenal pasangannya dengan baik. Haejin juga tahu kalau Jackson itu payah, dia tidak bisa memakai baju di kamar mandi dan harus di ruangan yang luas. Pengetahuan Haejin tentang berbagai kebiasaan aneh Jackson mulai bertambah. Begitu juga dengan Jackson, dia mengerti kalau Haejin adalah seorang gadis tomboy yang bisa berubah menjadi manis dan feminim dalam satu waktu.
Walau semua itu awalnya hanya karena Eomma, tapi sepertinya itu berubah, dan tidak lagi karena Eomma. Haejin dan Jackson melakukannya karena mereka, mereka berdua.
Mereka sepertinya sudah benar-benar menjadi suami istri sekarang.
***
Hari ini Haejin pulang sekolah sendiri, Jackson harus lembur dikantornya karena kesibukannya mengurus perusahaan yang semakin maju sekarang. Dugaan Haejin kalau Jackson tidak cocok jadi seorang presdir ternyata salah, karena nyatanya, perusahaan lebih maju 1,5% setelah Jackson menjadi Presdir. Sebuah kenaikan yang drastis untuk seorang pendatang baru yang belum satu tahun menjabat.
Jam dinding yang terus berdetak sudah menunjukkan pukul dua belas lebih. Haejin sudah menutup matanya diantara buku-buku di mejanya, dia sudah terlalu lelah untuk terus belajar sampai larut.
Perlahan pintu kamar terbuka, Jackson masuk dengan mata yang sudah mengantuk dan lelah yang menekan pundaknya. Beberapa hari ini dia sudah bekerja keras. Melihat Haejin tidur dimeja dengan buku-bukunya, Jackson tersenyum kecil. Semangat Haejin untuk menghadapi ujian kelulusan memang harus di acungi dua jempol menurutnya.
“Chagiya, kau harus tidur diranjang agar lehermu tidak sakit ...” perlahan Jackson mengangkat Haejin dan memindahkannya ke ranjang. Setelah itu Jackson membuka jas dan mengganti bajunya dengan kaos biasa, lalu berbaring di samping Haejin yang ternyata bangun.
“Oppa, kau pulang larut sekali ..”
“Geurae, pekerjaanku banyak sekali”
“Kau sudah bekerja keras, apa kau lelah?” Haejin berbalik dan berbaring menghadap Jackson yang sekarang memandanginya.
“Kau juga sudah belajar dengan keras, jadi jangan terlalu memaksakan diri”
“Ne” Haejin tersenyum kecil dan mengangguk.
“Ujianmu tiga hari lagi, dan aku yakin kau pasti akan berhasil”
“Gomawo, Oppa. Sekarang kau tidurlah, besok harus bekerja lagi ..”
“Chagiya, apa aku boleh minta sesuatu?”
“Apa itu?”
“Aku akan tidur setelah menintanya darimu, kau diamlah ...”
Dan Jackson mendekat, mendaratkan bibirnya diatas bibir Haejin. Ini tiba-tiba sekali. Dan ini ke-tiga kalinya Jackson mencium Haejin setelah yang dua itu terjadi di acara pernikahan mereka dulu.
Kedua mata sayu Haejin langsung terbuka dan membulat, debaran jantungnya naik menjadi sangat cepat. Tubuhnya sedikit menegang menerima sentuhan bibir Jackson dan sekarang tangan Jackson yang mengusap pipinya sangat lembut. Haejin masih kaget untuk menerima ini. Tapi kelembutan yang Jackson berikan padanya berhasil meluluhkan ketegangan ini perlahan-lahan, dan akhirnya Haejin memilih untuk menutup matanya, membalas permainan Jackson pada bibirnya.
Dalam ciuman itu, mereka saling mengulum, menghisap, dan merasakan bibir keduanya. Ciuman yang lembut itu perlahan terus meningkat dan berubah menjadi ciuman yang bergairah dan penuh nafsu. Jackson membalikkan posisi mereka dan menindih Haejin yang sekarang sudah menikmati permainan ini.
Setelah sekitar satu menit lebih berlalu, Haejin mendorong tubuh Jackson dan melepaskan ciumannya. Jackson hanya menatap Haejin dengan posisi yang belum berubah.
“Oppa, jangan terlalu memaksa. Kau membuatku kehabisan nafas ...” suara Haejin begitu lembut dan pelan, mungkin tidak akan terdengar jika Jackson tidak sangat dekat dengannya.
“Mian ..” Jackson tersenyum malu. Dia melepaskan pelukannya pada Haejin dan kembali berbaring disamping Haejin, menarik selimut dan menyelimuti mereka berdua. “Aku sudah memintanya, jadi aku akan tidur sekarang. Gomawo”
“Oppa ...”
“mmh wae?”
“Naega ...”
“Sudahlah cepat tidur, jangan memikirkannya lagi. Kita bisa melanjutkan itu lain kali ...”
“Ya!” Haejin memukul keras tangan Jackson yang menarik tangannya.
“Sekarang cepat tidur Shin Haejin ..” Jackson mengusap wajah Haejin dan menutupi mata Haejin dengan kedua tangannya. “Tidurlah” Jackson mencium pipi Haejin cepat lalu berbalik membelakangi Haejin. Dan setelah itu, mereka tidur.
Hanya sebentar mereka memejamkan mata, dan pagi sudah datang. Mengharuskan mereka berdua cepat bangun dan kembali melakukan aktivitas seperti biasanya, kegiatan yang akan menguras semua tenaga dan fikiran mereka lagi.
Teett .. teett .. teeett
Jackson terus menekan klakson mobilnya, dia juga berteriak memanggil Haejin yang masih belum keluar juga. Jika tidak segera berangkat, Haejin akan terlambat. Dan jika Haejin terlambat, maka juga akan membuat Jackson terlambat.
“Ya Shin Haejin! Palli palli ... Haejin-ah .. Ya Chagiya!”
“Berhenti berteriak!” Haejin akhirnya keluar dan masuk kedalam mobil, mereka langsung pergi.
“Kau ini lama sekali, apa yang kau lakukan?”
“Tadi Eomma membicarakan itu lagi ...”
“Mwo?”
“Eomma bertanya apakah aku sudah hamil”
“Sudah jangan di pikirkan, kau belajar saja, ujianmu didepan mata. Nanti juga Eomma akan melupakan itu kalau sudah lelah”
“Keundae Oppa, sepertinya Eomma sangat menginginkan bayi ...” tanpa melihat Jackson, Haejin mengeluarkan yang dia pikirkan.
Eomma selalu bertanya dan membicarakan hal itu, terus saja. Dan itu, dipikirkan tidak dipikirkan, tetap membuat Haejin merasa kalau dia membuat Eomma kecewa karena sebenarnya dia dan Jackson tidak seperti yang Eomma bayangkan. Itu menjadi beban pikiran tersendiri untuk Haejin.
“Apa kau juga ingin bayi?” Jackson menatap Haejin penuh harap dengan jawaban yang akan keluar darinya.
“Geurae. Sebagai seorang wanita, tentu saja aku ingin mempunyai anak dan menjadi ibu. Tapi Oppa, untuk sekarang mengingat kau dan aku yang__”
“Arasseo Chagiya, kau juga bahkan belum dua puluh tahun ..”
“Lalu bagaimana dengan Eomma?”
“Biarkan saja Eomma, nanti dia juga akan mengerti. Kau itu harus kuliah dulu, dan masih banyak yang harus kau raih didepan. Jangan terlalu memikirkan perkataan Eomma”
“Baiklah, aku mengerti”
“Chagiya, nanti aku harus lembur lagi. Aku menyuruh Pak.Choi untuk menjemputmu sekolah, kau pulang jam berapa?”
“Tidak usah Oppa, aku nanti ada tambahan pelajaran jadi akan pulang malam. Aku bisa pulang sendiri nanti ..”
“Kalau begitu, kau telfon saja aku nanti, kita pulang bersama”
“Kau tidak akan pulang larut lagi memangnya?”
“Molla. Tapi kau bisa menjemput dan kembali ke kantor”
“Itu merepotkan. Sudah aku pulang sendiri saja, dan jangan datang menjemputku jika aku tidak menelfon atau memberimu SMS. Arasseo?”
“Yah baiklah ..” Jackson menghentikan mobilnya dan tersenyum menatap Haejin, mereka sudah sampai.
“Baiklah, aku pergi. Annyeong” Haejin mengambil tas nya, mencium pipi Jackson dan pergi. Begitu juga Jackson, dia pergi setelah melambai pada Haejin. Manis sekali.
***
Hari sudah malam, tapi sampai sekarang, jam sepuluh ini, Haejin masih belum pulang. Nomornya tidak bisa dihubungi, dan Eomma juga sudah mengirim pelayan untuk menjemput ke sekolahnya, tapi semuanya sudah pulang. Haejin tidak ada di sekolah dan sekarang tidak tahu dimana.
Eomma sangat khawatir, ditambah Jackson yang tidak mengangkat telfonnya. Tidak biasanya Haejin menghilang tanpa kabar seperti ini.
Jackson kembali ke ruangannya, dia melihat posel yang terus bergetar.
Jackson            : Wae Eomma?”
Eomma            : Ya! Dari mana saja kau ini, kenapa baru menjawab sekarang?”
Jackson            : Tadi aku ada pekerjaan, memangnya kenapa?”
Eomma            : Haejin, dia belum pulang. Eomma sudah coba telfon tapi tidak aktif ..”
Jackson            : Mwo? Apa Eomma sudah menjemput ke sekolahnya?
Eomma            : Semua murid disekolahnya sudah pulang. Eomma tidak tahu harus kemana
                          lagi mencari Haejin, apa kau tahu dimana dia?
Jackson            : Eomma tenanglah, biar aku yang mencarinya
Dengan cepat Jackson mematikan ponselnya dan berlari keluar. Dia melaju dengan mobilnya sangat cepat, menyusuri jalanan. Sementara dia terus menghubungi Haejin, matanya juga dengan teliti melihat setiap orang yang berjalan di pinggir jalan. Jackson sangat khawatir.
Jackson terus mencari. Dia pergi ke sekolah, kerumah teman-teman Haejin yang dikenalnya, ke shauna, ke mall, Jackson sudah mencari kemana-mana, tapi Haejin masih belum ditemukan.  Jackson tidak tahu kemana lagi dia harus pergi mencari Haejin, dia sudah hampir putus asa. Ini sudah lebih dari dua jam dia kesana-kemari mencari Haejin.
Sekarang, Jackson hanya duduk di mobilnya. Dia terus memikirkan Haejin, tempat apa lagi yang harus dia datangi. Akhirnya dia melaju pelan dengan mobilnya, menyusuri jalan yang mungkin sudah dia lewati tadi.
Didepan, Jackson melihat seorang gadis dengan seragam sekolah yang berjalan sendirian. Dengan cepat Jackson menghentikan mobilnya dan keluar, berlari menghampiri gadis itu.
“Haejin?”
“Oppa ....”
Ternyata itu adalah benar Haejin. Jackson langsung memeluk Haejin erat, tidak mau kalau Haejin sampai menghilang lagi.
Pelukan itu terasa sangat nyaman untuk Haejin, Jackson bisa membuatnya nyaman setelah sesuatu yang terjadi padanya tadi.
“Kau menangis?” Jackson melepaskan pelukannya dan melihat Haejin yang tertunduk dengan sedikit isakkan yang terdengar pelan. “Ya! Kau ini kemana saja, kenapa tidak pulang? Kau tahu, Eomma sangat mengkhawatirkanmu. Apa yang kau lakukan?”
“... mi-mianhae Oppa ..”
“Ya Chagiya, apa kau benar menangis? Apa yang terjadi padamu?”
“Oppa ..” tapi Haejin tidak menjawab apapun, dia hanya kembali memeluk Jackson. Dan sekarang baru terdengar kalau Haejin benar-benar menangis.
“Gwaenchanha, kau bersamaku sekarang. Tidak apa-apa ..” Jackson balas memeluk Haejin, dia mengusap kepala Haejin lembut. Membiarkan Haejin tetap menagis di pelukannya, mungkin dengan begitu Haejin akan tenang.
-          Flashback –
“Shin Haejin, kau bisa keluar sebentar? Ada yang ingin bertemu denganmu diluar ..” Seonsaengniem datang dan menghampiri Haejin yang masih sibuk dengan buku pelajarannya.
“Nugu Saem?”
“Aku tidak tahu, keluarlah untuk menemui mereka”
“Ne, gamsahamnida Saem” dan dengan rasa penasaran, Haejin akhirnya keluar dari kelasnya. Dia melihat dua orang pria yang sepertinya memakai seragam polisi berdiri di koridor tidak jauh dari kelasnya.
“Annyeonghaseyo”
“Annyeonghaseyo. Apa kau Shin Haejin?”
“Benar, aku Shin Haejin. Tapi apa yang bisa aku bantu untuk kalian?”
“Kau masih ingat Shin Woohyun?”
Shin Woohyun. Mendengar nama yang diucapkan polisi itu membuat Haejin langsung terdiam, rasanya jantung Haejin seperti berhenti berdetak karena nama itu bagaikan panah yang menusuk jantungnya kencang sekali.
Sudah hampir delapan tahun sejak Haejin mendengar nama itu, dan selama itu Haejin berusaha untuk menghilangkan pria pemilik nama itu dari hidupnya. Pria yang sudah pergi meninggalkannya, membuat hidupnya hancur. Karena pria itu, selama delapan tahun ini Haejin hanya hidup sendiri dan bekerja keras menghidupi dirinya sendiri.
Dan sekarang, nama itu kembali terdengar di kedua telinganya. Mengingatkan Haejin dengan semua yang sudah terjadi dulu, menghidupkan kembali kebencian yang sudah dia kubur dalam hatinya.
“Nona, apa kau ingat Shin Woohyun?”
“Hei Nona tolong jawab kami ..”
Kedua polisi itu mengulang pertanyaannya, karena Haejin masih diam mematung dan tidak menjawab apapun. Yang ada hanya sebuah cairan bening yang tiba-tiba jatuh dari kedua matanya.
“Bagaimana, apa kau tidak mengenal Shin Woohyun?”
“Aku mengenalnya”
“Lalu apa kau benar anak dari Shin Woohyun?”
“Kenapa kalian menanyakan dia padaku?”
“Kami hanya mendapat perintah untuk memintamu datang menemuinya”
“Apa? Menemuinya? Kenapa aku harus datang menemuinya?”
“Shin Woohyun lusa akan menjalani eksekusi mati, dan permintaan terakhirnya adalah bertemu denganmu. Apa kau mau ikut kami menemuinya?”
“Eksekusi mati? Ap-apa yang terjadi padanya .. ke-kenapa dia di eksekusi mati?”
“Kami tidak bisa menjelaskannya disini Nona. Kalau kau mau ikut,  nanti kami akan coba jelaskan padamu dalam perjalanan”
“Baiklah ..”
Akhirnya Haejin iktu dengan dua polisi itu, bertemu dengan Shin Woohyun, Ayah yang sudah meninggalkannya dua tahun setelah kematian Ibunya dulu.
Saat Haejin tepat ulang tahun yang ke-9, Ibunya meninggal karena penyakit jantung yang sudah lama menyiksa hidupnya. Meninggalkan Haejin berdua dengan Ayahnya yang seorang pemabuk dan raja judi. Sejak saat itu, Haejin harus hidup mengurus Ayahnya yang kasar dan selalu memukulnya jika dia tidak mau mencuci ataupun memasak. Haejin kecil harus hidup keras menjadi seorang wanita, walaupun dia masih kecil tapi dia sudah harus mengurus rumah dan sekolahnya.
Haejin harus kembali ditinggalkan orang tuanya setelah Ayahnya pergi begitu saja meninggalkannya sendiri tanpa kabar. Haejin sudah mencari Ayahnya kemanapun, tapi dia hanya mendapat kesedihan. Mau bagaimanapun, Shin Woohyun tetap Ayahnya.
Sejak saat itu, Haejin hidup sendirian. Bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri dan terus sekolah. Tidak ada orang tua yang mengiringi-nya tumbuh dan berkembang sampai menjadi seorang gadis tomboy yang selalu menjadi juara kelas di sekolahnya.
Haejin selalu berusaha untuk melupakan Ayah yang sudah meninggalkannya sendirian, tapi itu rasanya membutuhkan waktu seumur hidup. Walau Haejin tidak selalu memikirkan Ayahnya, tapi ingatan tentang Ayahnya tidak bisa dia lupakan begitu saja. Semakin dia mengingat Ayahnya, maka semakin rasa benci yang dia rasakan. Dan Haejin terus berusaha mengubur Ayahnya dalam kebencian di hatinya.
Dan sekarang, Haejin akan kembali bertemu dengan Shin Woohyun. Ayah yang sangat ingin Ia lupakan.
“Ahjusshi, apa yang terjadi apa Shin Woohyun?”
“Dia dipenjara atas kasus pembunuhan berencana, perampokkan, dan juga terbukti sebagai pengguna dan pengedar obat terlarang. Shin Woohyun mendapat hukuman mati, dan setelah dia dipenjara sekitar setahun yang lalu, akhirnya lusa dia akan menjalani eksekusi matinya”
“Benarkah ..”
“Kau tidak apa-apa, Nona?”
“Tidak, aku baik-baik saja”
“Ini untukmu, minumlah ..” seorang dari polisi itu memberikan sebotol susu dan tissue pada Haejin. Mungkin mereka juga mengerti apa yang sekarang dirasakan Haejin. Mau bagaimanapun, dan apapun yang terjadi, melupakan seorang Ayah tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai. Walau rasanya sangat berat untuk melangkah, tapi Haejin tetap melangkahkan kakinya berjalan  mengikuti polisi itu yang membawanya ke sebuah ruangan.
“Ayahmu ada di dalam, masuklah. Kami akan menunggu diluar ..” dia membukakan pintu dan menyuruh Haejin masuk.
Haejin menarik nafas dalam, dia mengumpulkan semua kekuatan yang dia punya untuk bertemu dan melihat Ayahnya sekarang. Haejin melangkah pelan memasuki ruangan itu.
“Haejin ... Haejin-ah .. apa kau benar Haejin anakku?”
Tiba-tiba seorang pria dengan tubuh yang kurus, sangat kurus bahkan, berlari menghampiri Haejin. Dia berdiri dihadapan Haejin dan menatapnya seolah tidak percaya, matanya yang sayu berubah menjadi kemerahan dan menahan air mata yang sudah terlihat di ujung kedua matanya itu.
“Haejin-ah, Appa sangat merindukkanmu. Bagaimana kabarmu sekarang, apa kau hidup dengan baik? Apa kau bahagia Haejin-ah?”
Pria itu mencoba tersenyum membalas tatapan Haejin, dia dengan teliti memperhatikan Haejin. Sepertinya, dia ingin sekali memeluk Haejin, tapi karena Haejin yang diam kaku, akhirnya pria itu hanya bisa menahan langkah kakinya untuk mendekati Haejin.
“Haejin-ah, aku tahu kau pasti sangat membenciku. Maafkan aku. Dulu aku sudah pergi meninggalkanmu, Appa minta maaf. Itu adalah kesalahan terbesarku sudah meninggalkanmu, kau pasti menderita harus hidup sendirian ...”
Haejin masih diam. Dia tidak percaya kalau yang berdiri dihadapannya itu adalah Shin Woohyun, Ayahnya. Pria ini berbeda 1800 dengan Shin Woohyun delapan tahun yang lalu. Sekarang, dia bahkan sangat kurus. Wajahnya tirus dan tidak terawat, rambutnya panjang dan juga berkumis tipis. Haejin masih perlu banyak waktu untuk meyakinkan dirinya kalau itu benar-benar Ayahnya.
“Aku tidak memaksamu untuk memaafkanku, kau pasti sangat kesakitan dan menderita. Maafkan aku. Kau sudah mau menemuiku saja sudah membuatku bahagia, Haejin-ah. Aku .. aku sebenarnya akan menjalani eksekusi mati besok lusa, dan mungkin .. i-ini terakhir kalinya aku melihatmu. Kau terlihat sehat, kau juga sangat cantik, mirip sekali dengan Ibumu. Kau bahagia?”
“Hentikan!”
“Haejin-ah ... maafkan aku. Aku mengerti pertanyaanku ini sangat jahat, aku tahu kau pasti sangat menderita. Kau sangat membenciku. Maafkan aku Haejin-ah ... maaf”
“Aku bilang hentikan! Apa kau tidak punya kata lain selain maaf?”
“Apapun yang aku lakukan, pasti tidak akan bisa menyembuhkan sakit hatimu. Tapi, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain minta maaf padamu. Haejin-ah, kau tidak usah memaafkan Appa-mu ini, aku sudah terlalu jahat padamu. Bahkan aku ini tidak pantas kau panggil Appa ...”
Shin Woohyun tidak bisa lagi menahan air mata yang sudah sangat membuat hatinya sesak, dia menangis. Bahkan sekarang dia berlutut dibawah Haejin.
“Kau benar, aku tidak usah memaafkan pria gila sepertimu. Dan sepertinya aku sudah salah datang kesini ...” Haejin berlari keluar dari ruangan itu, meninggalkan Shin Woohyun yang menangis sendirian disana. Haejin pergi, berlari sangat cepat. Walaupun dia tidak tahu harus kemana.
-          Flashback end –
Jackson kembali memeluk Haejin yang masih menangis menceritakan semua itu. Sepertinya, ini sangat membuatnya sedih dan sakit hati. Haejin tidak berhenti menangis.
“Chagiya, sudah jangan menangis lagi. Nanti matamu akan bengkak ...”
“Mianhae Oppa, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku membencinya!”
“Ssst .. hajima Haejin-ah, sudah cukup. Jangan menagis lagi”
“Oppa ..” Haejin semakin erat memeluk Jackson.
“Hey sudahlah, ulljima. Ayo minumlah, sudah jangan menangis ..”
Perlahan Haejin memepaskan pelukannya, mengambil sebotol air yang diberikan Jackson padanya. Sekarang mereka hanya duduk di kursi belakang mobil, dan sepertinya Haejin sudah berhenti menangis.
“Ulljima. Hari ini kau sudah membuat Eomma khawatir, dia itu mencarimu kemana-mana”
“Eomma pasti sangat khawatir ..”
“Geurae. Tentu saja dia khawatir, kau menghilang sampai malam seperti ini. Sekarang kita pulang yah?”
“Baiklah ..”
“Kau disini saja. Ini, minum dan makan ini ..” Jackson memberikan roti yang dibelinya tadi, lalu mencium pipi Haejin. Jackson pindah ke depan dan menghidupkan mobil, mereka pergi.
“Gomawo Oppa ..”
“Ne. Keundae, bukankah dulu kau bilang Ayahmu sudah tidak ada?”
“Aku hanya bilang dia tidak ada, bukan berarti dia sudah meninggal, Oppa!”
“Ah benar juga ..”
Setidaknya, Jackson sudah membuat Haejin berhenti menangis sekarang. Dan mengembalikan sedikit senyuman di wajahnya.
***
“Haejin ... kau dari mana saja? Eomma sangat cemas memikirkanmu, apa kau baik-baik saja?” Eomma langsung berlari memeluk Haejin saat mereka masuk ke rumah.
“Maafkan aku Eomma ..”
“Sebenarnya apa yang terjadi, kemana kau pergi sampai selarut ini?”
“Haejin hanya ada sedikit masalah dengan temannya, Eomma. Sudah tidak apa-apa”
“Aku sudah membuat Eomma khawatir, maafkan aku Eomma”
“Sudah tidak apa-apa, selama kau baik-baik saja, Eomma mengerti. Tapi jangan lakukan ini lagi, ara?”
“Ne Eomma”
“Sekarang ayo istirahatlah, kau pasti lelah”
“Baik” Haejin tersenyum dan pergi ke kamarnya disusul dengan Jackson yang juga masuk ke kamar.
Setelah mereka berdua mandi dan berganti baju, Haejin berbaring dan kembali diam dalam pelukan Jackson.
“Oppa ...”
“Wae?”
“Apa aku salah?”
“Anio, kau tidak salah. Aku mengerti bagaimana perasaanmu, kau pasti berfikir kenapa ini semua terjadi padamu”
“Apa aku benar membenci orang itu?”
“Haejin-ah, dulu saat Appa-ku meninggal, aku sangat sedih. Setiap hari aku menangis didepan foto Appa, terus berteriak kenapa Appa harus pergi meninggalkanku. Dan aku berfikir kalau Appa meninggal karena Eomma yang menyuruh dokter melepas semua alat bantu Appa ..”
“Apa Ayahmu sakit?”
“Iya, dia hidup dengan kanker yang jahat. Dia mengidap kanker paru-paru, dan kanker itu terus berkembang sampai akhirnya stadium akhir. Membuat Appa tidak bisa lagi melakukan apapun, dokter dan semua obat-obatan tidak bisa lagi menolongnya”
“Berapa lama dia seperti itu?”
“Appa koma saat aku masih tujuh tahun. Saat itu aku masih kecil, masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang aku fikir hanya Eomma yang membunuh Appa. Dan fikiran itu membuatku gila, aku membenci Eomma. Sejak saat itu aku hidup dalam perasaan penuh kebencian dan selalu melakukan hal-hal gila. Aku terus menangis dan tidak bisa menerima kepergian Appa. Sampai akhirnya seiring waktu berjalan dan aku semakin dewasa, aku baru mengerti apa yang terjadi sebenarnya ...”
“Kau membenci Eomma?”
“Yah, itu sebelum aku mengerti kalau yang sebenarnya Eomma lakukan adalah untuk kebaikan Appa. Saat itu Appa sudah koma hampir satu tahun, tidak ada kemajuan. Dan dokter bilang bahwa harapan untuknya sembuh hanya 5%. Eomma sangat mencintai Appa, dia tidak ingin Appa terus menderita seperti itu, dan akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan Appa pergi dengan tenang. Eomma menyuruh dokter mencabut semua alat bantu yang selama ini menahan kepergian Appa dan membuatnya menderita. Aku dulu tidak tahu kalau sebenarnya, Eomma sangat tidak mau kehilangan Appa. Eomma selalu menangis sendirian di kamarnya ..”
“Lalu bagaimana Oppa bisa kembali dengan Eomma?”
“Aku sudah besar dan mengerti semuanya, semua ke-salah fahaman ini. Aku sangat mencintai Appa, aku juga mencintai Eomma. Dan aku fikir kalau aku tidak mau kehilangan orang tuaku lagi. Aku berubah, meninggalkan aku yang dulu dan kembali tersenyum. Aku minta maaf pada Eomma dan menyimpan Appa dengan baik dalam hatiku, aku yakin Appa pasti sangat menyayangiku selamanya. Chagiya, kau tahu?”
“Apa?”
“Sejak saat itu, aku mengerti. Aku sudah mengerti kalau setiap orang sudah mempunyai takdir yang dibuat dengan sebaik-baiknya oleh Tuhan, dan itu pasti akan berakhir bahagia. Walaupun selama ini hanya ada kesedihan, tapi suatu hari kesedihan itu akan berakhir dengan kebahagiaan ..”
“Benarkah?”
“Ya tentu saja. Setiap orang pasti mempunyai jalan sendiri, dan banyak sekali alasan untuk membuatnya melakukan sesuatu. Begitu juga mereka yang memilih jalan menjadi penjahat. Mereka pasti banyak menahan sakit hati dan tangisan untuk menjalaninya, bahkan mereka sebenarnya tidak ingin ini terjadi dan lebih memilih untuk mati daripada melihat orang yang mereka cintai menangis. Mereka sangat mencintai keluarga dan teman-temannya, dan rasa cinta yang terlalu dalam yang akhirnya membuat mereka menjadi seperti itu ..”
“Apa maksudmu Ayahku juga mencintaiku?”
“Geurae. Ayahmu pasti sangat mencintaimu, kau itu anaknya. Hanya terkadang, manusia itu lemah jika menghadapi keputus asa-an. Mereka tidak mau berfikir panjang atau bahkan terus berjuang untuk menghapus rasa putus asa itu, dan akhirnya mereka tidak sadar telah memilih jalan yang salah. Ayahmu pasti sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu sendiri, dia hanya terbawa angin yang gelap. Aku yakin, sekarang dia sudah sadar dengan kesalahannya. Dia pasti sudah berubah, apa kau melihatnya masih sama dengan yang dulu?”
“Yah, dia memang tidak seperti dulu. Dia berubah ...”
“Tuhan saja akan memaafkan semua kesalahan umatnya, kesalahan yang besar sekalipun. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau akan memaafkan Ayah yang setidaknya sudah membesarkanmu walau hanya sebentar, Ayah yang sangat mencintaimu. Mau sampai kapanpun, kau tidak bisa merubah cerita kalau kau adalah anak dari Ayahmu. Kau mengerti Chagiya?”
Tidak ada jawaban dari Haejin, dia hanya bersembunyi dalam pelukan Jackson. Sepertinya Haejin menangis lagi. Jackson juga tidak bisa melakukan apapun, dia hanya memeluk Haejin.
***
Hari ini sangat cerah, bahkan walaupun masih pagi, tapi sang raja siang sudah bersinar terang menemani semuanya memulai hari.
Dan hari ini adalah hari ujian kelulusan serempak untuk semua kelas tiga SMA, termasuk Haejin yang masih terlihat murung tidak mau bicara setelah kejadian dua hari yang lalu.
Hari ini juga hari terakhir bagi Shin Woohyun untuk melihat dunia, sebelum tepat siang nanti dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Eomma dan Jackson tersenyum memberikan semangat untuk Haejin, mereka hari ini mengantar Haejin sampai melewati gerbang sekolah. Berharap semoga Haejin berhasil dan lulus dengan hasil yang menggembirakan.
“Haejin-ah, jangan pikirkan apapun. Kau hanya harus konsentrasi saja pada ujiannya, jangan terlalu tegang. Tidak usah memikirkan hasil nanti, yang penting kau sudah berusaha se maksimal mungkin, kau mengerti?”
“Ne, Eomma. Gomawo ..”
“Kalau begitu bersemangatlah. Azza azza fighting!”
“Chagiya tersenyumlah, jangan memaksakan diri”
“Geurae Oppa ..”
“Baiklah sudah cukup, uri-Haejin pasti berhasil. Ayo cepat masuk, nanti kau ketinggalan ..”
“Baik. Aku masuk dulu ..” Haejin akhirnya masuk kedalam dan bersiap untuk memulai ujiannya.
Suasana ramai dari para keluarga dan teman yang datang untuk menyemangati mereka yang akan menjalani ujian memang menjadi penyemangat tersendiri untuk para peserta ujian.
Tapi suasana ramai itu berbeda sekali dengan suasana tenang didalam ruang ujian, semua peserta ujian sangat fokus mengerjakan soal-soal dihadapannya.
Sementara Shin Haejin hanya diam, dia memandangi soal-soal itu kosong. Entah apa yang dia fikirkan sekarang, yang jelas dia hanya diam. Dan waktu terus berjalan, hampir 100 menit berlalu dari 120 menit waktu yang di sediakan, tapi kertas jawaban Haejin masih kosong.
Sampai akhirnya Haejin menarik nafas panjang dan berhenti diam, dia mulai mengerjakan soal-soal itu dengan 20 menit waktu yang tersisa. Haejin mengejar waktu dan berusaha mengerjakan semua itu dengan kemampuan yang dia miliki.
“Waktunya habis, silahkan kumpulkan jawaban kalian di meja” Seonsaengniem tersenyum, mengakhiri ujian yang untuk sebagian orang menegangkan dan menakutkan. Waktu sudah habis dan ujian selesai.
Haejin pergi, dengan cepat dia berlari keluar. Bahkan dia juga tidak menghiraukan Eomma dan Jackson yang menunggunya di luar. Haejin terus berlari secepat yang dia bisa.
Akhirnya, Haejin sampai disebuah tempat yang membuatnya bertemu dengan Shin Woohyun, Ayahnya. Yah, Haejin pergi ke penjara untuk menemui Ayahnya.
“Maaf Nona, kau tidak bisa masuk”
“Tapi aku mohon biarkan aku masuk, aku ingin bertemu dengan Ayahku!”
“Tidak bisa”
“Aku mohon, sebentar saja biarkan aku bertemu dengan Ayahku”
Haejin terus berusaha masuk dan sesekali memanggil Ayahnya, tapi polisi penjaga tetap menahannya dan tidak membiarkannya masuk. Walau Haejin menangis, dia tetap berusaha untuk masuk dan bertemu dengan Shin Woohyun untuk terakhir kalinya, sebelum eksekusi mati itu dimulai.
“Ada apa ini, siapa gadis ini?” seorang polisi datang menghampiri mereka.
“Pak, dia anak dari Shin Woohyun. Dari tadi dia terus berusaha untuk masuk”
“Benarkah? Shin Woohyun sebentar lagi akan ...”
“Ajusshi tolong biarkan aku bertemu dengan Ayahku, ada sesuatu yang harus aku katakan padanya. Aku mohon biarkan aku bertemu dengannya untuk yang terakhir, aku mohon ..”
“Tapi Nak, sebentar lagi Ayahmu akan ...”
“Aku tahu, jadi aku mohon biarkan aku untuk bicara padanya sebentar saja. Aku mohon biarakan aku masuh ...”
Karena polisi itu juga manusia, mereka punya perasaan dan hati. Mereka juga mempunyai keluarga yang sangat mereka cintai. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan meminta izin, mereka membiarkan Haejin untuk masuk dan bertemu dengan Ayahnya.
“Tapi Nak, ingat waktumu hanya sepuluh menit. Masuklah ..”
“Terima kasih banyak, itu waktu yang cukup untukku” Haejin membuka pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan.
Didalam ruangan itu terlihat seseorang yang memakai pakaian putih dan berdiri menghadap dinding, dia sendirian. Haejin perlahan berjalan mendekatinya.
“Apa sudah waktunya?” Shin Woohyun berbalik dan sangat kaget kalau yang dikiranya polisi ternyata adalah .. “Shin Haejin?”
“Appa ..” Haejin langsung memeluknya sangat erat, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Dia tidak bisa membohongi hatinya kalau dia sangat merindukan Ayahnya.
“Ap-apa yang kau lakukan disini?”
“Appa mianhae. Aku sangat mencintaimu Appa ... mianhae”
“Haejin-ah ..”
“Appa, aku tidak peduli apa yang sudah kau lakukan dulu. Aku akan melupakan kalau kau sudah meninggalkanku dulu. Kau tetap Ayahku, dan bagaimanapun aku berusaha, tetap aku tidak bisa melupakanmu. Aku hanya ingin memelukmu, aku sangat merindukanmu ..”
“Haejin-ah mianhae ...”
Mereka saling memeluk dan meluapkan kerinduan yang selama ini sudah membuat mereka sakit hati karena menahannya, air mata mereka adalah air mata kebahagiaan.
“Appa, hiduplah dengan tenang disana ..”
“Haejin-ah Appa mianhae”
“Sudahlah jangan mengatakan itu lagi, aku sudah memaafkan Appa”
“Selama ini aku tidak pernah membayangkan kalau kau akan memaafkanku, aku sangat menyayangimu Haejin-ah”
“Aku juga Appa ..”
“Geurae, aku akan hidup dengan tenang disana, terima kasih sudah memaafkanku”
“Kau akan bertemu Eomma, jadi katakan padanya kalau aku sangat mencintai Eomma dan Appa selamanya”
“Baik, aku akan mengatakan padanya. Aku juga harus meminta maaf padanya ..”
“Aku akan hidup bahagia disini, aku sudah menikah Appa ..”
“Benarkah? Tapi bukankah kau baru saja ujian, oh iya lalu bagaimana ujianmu?”
“Ujianku sangat baik, aku yakin pasti menjadi juara. Jangan khawatir Appa, aku ini pintar. Dan maaf karena sudah menikah tanpamu ..”
“Gwaenchanha, Appa akan bahagia jika kau bahagia”
“Suamiku itu sangat baik, dia juga sepertinya mencintaiku”
“Semoga kalian bahagia selamanya ... dan jangan lupakan Appa wa Eomma  ne?”
“Tentu saja. Aku akan selalu tersenyum untuk kalian. Terima kasih sudah menjadi orang tuaku Appa, dan Eomma”
“Appa yang harusnya berterima kasih sudah memiliki anak sebaikmu ..”
“Maaf, waktu kalian sudah habis” seorang polisi datang memberitahu sesuatu yang membuat mereka harus berpisah.
“Baiklah Appa, jangan menangis. Kau harus tersenyum jika bertemu Eomma nanti”
“Geurae. Appa sangat mencintaimu, Haejin-ah  ..”
Perlahan genggaman tangan mereka lepas dan menjauh, waktu mereka habis dan harus berpisah. Tapi tidak apa-apa, mereka sudah kembali menjadi keluarga yang bahagia. Dan perpisahan itu berakhir dengan tangisan bahagia.
Haejin keluar dari tempat itu, dia menghapus air matanya. “Haejin-ah ..” tiba-tiba sebuah pelukan datang menyambut Haejin, dan itu adalah Jackson. “Gwaenchanha? Jangan menangis lagi ..”
Haejin melepaskan pelukannya dan mendorong Jackson. “Aku tidak akan menangis lagi, semuanya sudah berakhir” Haejin tersenyum.
“Apa maksudmu?”
“Seperti yang kau katakan, takdir itu akan berkahir bahagia. Walaupun selama ini hanya ada kesedihan, tapi suatu saat kesedihan itu pasti berakhir bahagia ..”
“Kau pintar sekali Chagiya ...” Jackson memeluk Haejin dan mereka berdua tersenyum.
“Ya! Apa yang kalian berdua lakukan, Haejin-ah kenapa kau pergi begitu saja meninggalkan kami?” sampai Eomma datang dan memarahi keduanya.
“Mianhae Eomma, tadi aku harus menyelesaikan sesuatu. Tapi itu sudah selesai sekarang”
“Kau bahkan tidak memberi tahu bagaimana ujianmu?”
“Ujianku sangat baik Eomma, aku akan menjadi juaranya”
“Benarkah, wah uri-Haejin pintar sekali. Kalau begitu kita harus merayakannya, ayo kita semua makan sesuatu ..”
“Bagaimana kalau daging panggang?”
“Tentu, baiklah. Apa saja yang kau inginkan. Tapi, hey Jack, bagaimana kau tahu kalau Haejin ada disini?”
“Itu hanya insting suami Eomma ... haha”
“Insting suami? Apa maksudmu Oppa ..” Haejin mencubit Jackson disini dan disana, setelah itu mereka tertawa dan pergi merayakan akhir yang bahagia ini.
***
Eomma harus pergi ke luar kota karena urusan pekerjaan, sebagai Komisaris JJ Group tentu selalu ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Dan itu berarti hanya akan ada Haejin dan Jackson berdua dirumah untuk dua hari ini.
“Chukkaeyo Chagiya! Kudengar kau lulus dengan nilai terbesar?” Jackson baru pulang, dan dia membawa bunga dengan banyak hadiah lain.
“Kemana saja Oppa dari tadi? Kelulusannya tadi pagi, dan kau malah tidak datang”
“Apa kau marah?”
“Ani ..”
“Lalu kenapa kau seperti ini?”
“Seperti apa?”
“Aku minta maaf Chagiya, tadi ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan”
“Eomma saja tadi menunda keberangkatannya dan datang kesana, tapi kau ..”
“Aku sudah minta maaf, sudahlah kau marah juga tidak apa-apa. Aku makan sendiri saja hadiah ini ..”
“Ya! Mana boleh begitu, hadiah tetap hadiah. Kemari ..” Haejin mengambil bunga dan semua hadiah yang Jackson bawa untuknya. Haejin tetap Haejin. “Baiklah, aku maafkan”
“Gomawo Chagiya, kemarilah ..” Jackson memeluk Haejin. Dan mereka berdua akhirnya berpesta, mereka bernyanyi  dan makan banyak makanan.
Dan sekarang, mereka berdua sepertinya sudah lelah setelah bernyanyi dan menari tidak jelas dari tadi. Haejin hanya diam bersandar dipelukan Jackson dan menonton televisi.
“Oppa ...”
“Wae?”
“Aku sudah memikirkan perkataan Eomma”
“Yang mana?”
“Tentang bayi itu. Aku sudah memikirkannya ...”
“Ah itu lagi, sudah kubilang kau jangan memikirkannya. Kau baru lulus, jadi nikmatilah kelulusanmu dan jangan pikirkan Eomma”
“Tapi Oppa, aku sudah memikirkannya sangat lama”
“Jadi apa maksudmu?”
“Oppa, boleh aku bertanya?” Haejin bangun dan menatap Jackson serius. “Apa kau menyukaiku?”
“Mwo? Ap-apa yang kau katakan itu ...”
“Jawab saja dengan jujur Oppa”
“Mana mungkin aku ... Hey kau ini ada-ada saja, sudah tidurlah”
“Oppa! Jawab, apa kau menyukaiku?”
“Untuk apa menjawabnya ...”
“Karena aku sepertinya menyukaimu, Oppa. Aku sudah memikirkan ini, dan aku yakin dengan hatiku kalau aku menyukaimu ..”
“Mwo?”
“Lalu apa kau menyukaiku?”
“Haejin-ah yang benar saja ... situasi apa ini ..” Jackson hanya memijat tengkuknya, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dengan Haejin yang tersenyum dan berharap sebuah jawaban di hadapannya, membuat Jackson semakin gugup dan tidak tahu menjawab apa.
“Apa Oppa tidak menyukaiku?”
“Anio .. bukan se-seperti itu”
“Jadi apa?”
“Haejin-ah ... se-sebenarnya .. aku- Saat aku mabuk dan bertemu denganmu, besoknya setelah aku sadar, aku mulai menyukaimu ...” Jackson memalingkan pandangannya. “Ough memalukan ..” dia berguman sendiri.
“Jeongmal?”
“Geurae, aku menyukaimu .. Haejin-ah”
“Ah sudah aku duga, ternyata benar firasatku”
“Kka-kau tahu?”
“Tidak, ini hanya semacam insting istri”
“Mwo?”
“... haha .. aku bercanda Oppa! Tapi memang benar ketahuan kalau kau menyukaiku, kau ini payah sekali”
“Ya! Apa maksudmu?”
“Maksudku ...” Haejin mengalungkan kedua lengannya dileher Jackson dan memeluknya. “Maksudku adalah aku juga sangat menyukaimu, Yobeo ...”
Jackson tersenyum dan membalas pelukan Haejin. Dia tidak berfikir kalau hari ini akan terjadi juga, dia fikir dia tidak akan pernah mengungkapkan perasaannya pada Haejin.
“Oppa, jadi bagaimana menurutmu?”
“Apa?”
“Bayi itu. Apa yang kau fikirkan?”
“Keundae ...”
“Aku sudah banyak berfikir Oppa, walau aku belum dua puluh tahun tapi sepertinya hatiku sudah yakin. Aku tidak ingin membuat Eomma terus menunggu dan pada akhirnya kecewa, bukankah Oppa bilang kalau pernikahan itu setidaknya harus dihiasi dengan anak-anak?”
“Haejin-ah, apa yang kau katakan ini?”
“Sekarang aku sudah tahu kalau Oppa menyukaiku, jadi tidak ada alasan lagi bagiku untuk menolakmu ...”
“Lalu bagaimana dengan kuliahmu Ny. Wang?”
“Tidak masalah, bukankah banyak yang kuliah dan punya bayi? Mungkin itu akan menyenangkan”
“Andwae!” Jackson langsung melepaskan pelukan mereka dan menatap Haejin. “Yang menyenangkan itu bukan punya bayi, tapi saat kau membuat bayi ...” Jackson tersenyum evil dan menjatuhkan Haejin diatas sofa, menindihnya dan semakin mendekat.
“Oppa ...”
“Baiklah, kalau begitu kita harus berusaha agar tidak membuat Eomma kecewa. Dan sekarang adalah waktu yang tepat, Eomma tidak ada jadi hanya ada kau dan aku disini ...”
Jackson menjatuhkan bibirnya pada bibir Haejin, menciumnya mesra dan lembut. Perlahan, permainan itu semakin naik dan menuntun mereka untuk bersatu dalam sebuah gerakan penuh cinta. Saat ingat kalau mereka sekarang masih di sofa, tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, Jackson menggendong Haejin untuk melanjutkannya di ranjang. Tempat yang lebih luas untuk memulai permainan baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR