luhanay blog Follow Dash Owner

Selasa, 17 November 2015

[FF] Beautiful Star










Ehm Annyeonghaseyo
Cerita kali ini adalah Sequel dari cerita sebelumnya, yaitu “I YaH”. Mungkin kalau kalian pernah baca cerita itu, akan lebih mengerti dengan cerita ini.
Okelah, silahkan membaca.
            #######
Tittle                : Beautiful Star
Genre              : ?
Cast                 : Kim Jiwon // Koo Junhoe // Kim Hanna (Jiwon’s daughter) // Lee Suhyun
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu sekarang, tapi kenyataannya dia adalah darah dagingmu. Maaf karena aku tidak mengetahuinya lebih dulu dan merebutnya darimu”
####### -_- #######

Kim Jiwon tersenyum kecil, kedua manik matanya masih menatap foto itu, foto mereka bertiga yang tersenyum bahagia. Dia, Hanna, dan Junhoe.
Hampir satu tahun berlalu setelah kepergian mereka berdua, dan selama itu pula Jiwon tidak pernah melihat salah satu dari mereka. Dia hanya mendengar suara mereka dari telfon dan mengetahui kabar mereka dari pesan yang selalu mereka kirim.
Jiwon bukan tidak bisa pergi ke California dan bertemu dengan mereka, hanya saja dia tidak punya banyak keberanian untuk melakukannya. Fikirannya selalu membayangkan hal terburuk, kalau Hanna dan Junhoe ternyata hidup bahagia dengan hubungan mereka disana. Dan Jiwon tidak ingin kembali menghancurkan hatinya melihat itu, sudah cukup dia tahu kalau ternyata Hanna memilih Junhoe. Jiwon selalu mencoba melupakan itu dan mempertahankan pertemanan mereka bertiga yang sudah selama ini terjalin.
Tapi Jiwon tiba-tiba pergi kesana, California. Bukan karena dia sudah mempunyai banyak keberanian, tapi karena waktu itu Hanna yang tiba-tiba menghilang. Jiwon bahkan disana selama hampir sebulan untuk mencari Hanna bersama Junhoe, tapi Hanna pergi seperti angin yang dengan cepat menghilang dan tak kembali.
Dan sekarang, sembilan bulan sudah berlalu, tapi Jiwon masih belum tahu dimana wanita yang dicintainya itu. Setelah pulang dari California, Jiwon masih tidak menyerah dan mencari Hanna di Korea, tapi tetap saja hasilnya nihil. Hanna begitu pintar menghilang dan bersembunyi.
Kadang Jiwon juga berfikir kalau kepergian Hanna ada hubungannya dengan kesalahan yang mereka lakukan waktu itu, kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi. Sampai sekarang Jiwon masih tidak bisa melupakannya, walaupun berulang kali Hanna mengatakan dia tidak apa-apa, tapi rasanya Jiwon tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri karena itu.
“Direktur Kim, kau baik-baik saja?”
Jiwon terkejut saat melihat Sekretaris Jung sudah berdiri dihadapannya, dia melambai-lambaikan tangannya diwajah Jiwon.
“Ka-kapan kau kesini?” Jiwon menyimpan foto itu disalah satu laci meja kerjanya, lalu merubah posisi duduknya dan bersiap mendapat pekerjaan baru yang dibawa Sekretaris Jung Chanwoo.
“Direktur Kim, kau tidak tahu kalau aku sudah disini hampir dua menit?”
“Maafkan aku, sepertinya aku sedang tidak baik. Jadi ... apa yang kau bawa untukku?” Jiwon sedikit memajukan dagunya mengarah pada beberapa dokumen yang dibawa Sekretaris Jung.
“Ini laporan yang kau minta, aku sudah menyelesaikannya. Tapi Direktur, apa kau baik-baik saja? Sepertinya memang kau sedang tidak baik hari ini” Sekretaris Jung memberikan dokumen itu pada Jiwon ragu.
“Hemh, gwaenchana. Ah keundae, sepertinya aku harus cuti seperti Yunhyeong” Jiwon tersenyum lalu mulai membaca dokumen ditangannya.
“Direktur Song cuti karena istrinya sakit, lalu apa alasanmu mengajukan cuti?”
“Aku juga sakit, bukankah jika kita bekerja harus benar-benar sehat agar menghasilkan pekerjaan yang baik?”
“Ah geuraesseo”
“Baiklah, aku akan memeriksanya. Gomawo”
“Ne. Jika kau membutuhkan sesuatu, hubungi saja aku” Sekretaris Jung berpamitan lalu pergi, kembali meninggalkan Jiwon sendirian.
“Haaah ...” Jiwon menyimpan dokumen itu dan menyandarkan kepalanya pada kursi, memejamkan matanya. “Geurae, aku memang tidak baik-baik saja, aku lelah. Hanna-ya, sebenarnya kau dimana? Kau membuatku sangat lelah ...” Jiwon kembali menghela nafas. Rasanya dia hampir menyerah karena lelah mencari wanita itu.
Jiwon membuka matanya malas, melirik ponselnya yang berdering membuyarkan lamunannya. Tangan Jiwon bergerak meraih ponsel itu, dia melihat nama yang tidak asing tertera dilayar ponselnya.
Jiwon   : Wae?
Junhoe : Hyung, kenapa kau selalu menjawab telfonku dengan kata itu?
Jiwon   : Memangnya harus apa yang aku katakan padamu?
Junhoe : Aish Hyung kau ini. Aku hanya ingin mengatakan kalau aku akan pulang ...
Jiwon   : Kau akan ke Korea?
Junhoe : Eoh, aku akan pulang bersama Suhyun. Siapkan penyambutan yang meriah untukku
Jiwon   : Ya! Kalau pulang yah pulang saja, jangan merepotkan June
Junhoe : Ah geurae, kau sepertinya tidak senang jika aku datang-
Jiwon mengernyit menatap ponselnya, Junhoe sudah memutuskan sambungannya diseberang sana. Tidak ada ekspresi lain diwajah Jiwon, dia masih diam seperti biasa. Bukan karena dia tidang senang jika Koo Junhoe datang, sudah tidak ada alasan lagi untuknya menghindari Junhoe sekarang. Hanna sudah jelas tidak bersamanya, jadi tidak akan mungkin mereka memiliki hubungan yang dia bayangkan selama ini. lagipula Koo Junhoe sekarang sudah terikat dengan seseorang, Lee Suhyun.
“Hanna-ya, Junhoe akan datang, apa kau juga akan datang dan kita bertiga kembali bersama seperti dulu? Aku sangat berharap” Jiwon menutup matanya lagi dan kembali bersandar dikursinya.
            &&&
“Jiwon-ah, sepertinya aku melihat Hanna Jung__”
Mobil hitam itu melaju sangat cepat, kecepatannya mungkin sudah diatas rata-rata. Sang pengemudi yang tidak lain adalah Kim Jiwon, sama sekali tidak peduli jika dia melanggar rambu-rambu lalu lintas dan bisa saja ditangkap polisi. Sekarang ini dia hanya ingin cepat sampai dan mematiskan sesuatu yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang.
Jiwon terus menekan pedal gas mobilnya, dia benar-benar tidak bisa memikirkan hal lain selain ucapan Song Yunhyeong. Kalau saja dia punya pesawat jet atau sayap dipunggungnya, mungkin itu akan lebih mudah untuknya sekarang.
Dengan kecepatan gila seperti itu, hanya dengan waktu sebentar saja Jiwon sudah sampai disana, di sebuah Rumah Sakit di Busan. Dan dengan cepat dia berlari masuk menelusuri lorong-lorong Rumah Sakit dengan kakinya, dia benar-benar gila dan tidak bisa menahan dirinya sekarang ini. Ough.
Langkah kaki itu berhenti saat Jiwon melihat pria itu, Song Yunhyeong. Dengan cepat Jiwon menghampirinya tanpa sedikitpun melihat wajah terkejut Yunhyeong yang tidak percaya sekarang Jiwon dihadapannya.
“Ya! Kenapa kau bisa ada disini? Apa kau terbang? Bagaimana bisa kau datang secepat ini dari Seoul?”
“Yunhyeong-ah dimana dia?”
“Jiwon-ah, tenang dulu_”
“Ya! Dimana dia? Cepat katakan dimana Hanna?” Jiwon berteriak dan membuat beberapa orang disekitar mereka melihat kearahnya, tapi itu tidak penting.
“Baiklah tenang dulu, kau harus mengatur nafasmu Jiwon-ah”
“Aku bilang dimana dia?” kali ini Jiwon hanya bertanya dengan suara pelan, dia juga tidak bisa berbohong kalau dia sangat lelah sekarang.
“Kukira aku hanya salah lihat, tapi wanita itu benar-benar mirip dengan Hanna, jadi aku bertemu dengan Dokter dan menanyakannya. Jiwon-ah, wanita itu benar-benar Hanna Jung yang kau cari, dia adalah Hanna ...”
“Hanna-ya ...” Jiwon hampir terjatuh dilantai jika saja Yunhyeong tidak cepat menahannya. Rasanya Jiwon kehilangan jantungnya saat mendengar kalau dia sudah menemukan yang dicarinya selama ini, dia menemukan Hanna.
“Dimana dia?” Jiwon kembali menatap Yunhyeong setelah dia mendudukkannya disebuah kursi di koridor itu.
“Keundae Jiwon-ah, sekarang ini Hanna kritis. Dia mengandung dan bayinya mengalami masalah, dia tidak bisa melahirkan bayinya”
Jiwon terdiam. Dia tidak bisa mengatakan apapun sekarang, dia hanya merasa kalau dirinya seperti tertiup angin topan dan melayang. Itu membuatnya sedikit hancur atau mungkin benar-benar hancur. Hanna mengandung, dan pasti dia sudah menikah dengan orang lain. Jiwon gila dengan hatinya lagi, dia sangat mencintai Hanna tapi kenapa wanita itu selalu membuatnya hancur.
“Jiwon-ah gwaenchana? Kim Jiwon?”
“Di-dimana dia? Apa dia bersama suaminya?”
“Hanna ada didalam sana, Dokter sedang memeriksanya sekarang” Yunhyeong menunjuk sebuah pintu dari ruangan yang tepat berada didepan mereka.
Tiba-tiba seorang pria dengan jas putih yang menandakan kalau dia adalah Dokter, keluar dari ruangan itu bersama seorang perawat dibelakangnya.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” Yunhyeong yang sudah tahu Dokter itu, langsung menghampirinya.
“Dia tidak bisa bertahan dengan masa kritisnya, kami harus segera melakukan tindakan. Apa kau keluarganya?”
Song Yunhyeong tidak langsung menjawab, dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang keluarga Hanna. Dia melirik Jiwon yang masih duduk dikursi itu, berharap ada seseorang yang dia kenal dalam keluarga Hanna.
“Apa dia suaminya?” Dokter dengan papan nama Kim Jinhwan itu melirik Jiwon.
“Aku bukan suaminya ..” Jiwon berdiri dan menghampiri mereka.
“Kalau begitu, apa kalian bisa menghubungi suami atau keluarganya? Kita harus segera melakukan operasi, dia mungkin tidak akan bisa bertahan lebih lama dengan kondisi seperti itu” Dokter Kim menjelaskan.
“Jiwon-ah, kau pasti tahu dimana keluarga Hanna?”
“... orang tuanya sudah meninggal, dia hanya sendirian”
Tapi sayangnya jawaban Jiwon sama sekali tidak membantu, hanya semakin merusak keadaan.
“Dokter, apa operasi itu tidak bisa dilakukan sekarang saja?” Yunhyeong kembali bertanya, mungkin saja ada yang bisa mereka lakukan sekarang.
“Kami tidak bisa melakukan operasi jika tidak ada persetujuan dari keluarga atau wali pasien”
“Kalau begitu, bisakah aku saja yang menjadi walinya? Dokter, kau harus melakukan operasi itu dan menyelamatkannya!” Jiwon memohon.
“Baiklah, itu bisa saja. Karena pasien tidak ada keluarga, jadi kau bisa menjadi walinya untuk sekarang. Kalau begitu silahkan ikut dengan perawat Lee” Dokter itu menunjuk seorang perawat dibelakangnya.
            &&&
Langkah Jiwon tertahan saat mendengar seseorang memanggilnya, bibirnya sedikit tersenyum saat melihat Koo Junhoe bersama seorang wanita setengah berlari menghampirinya.
“Hyung eotteokhae?”
“Operasinya lancar, dia sudah melewati masa kritisnya. Dan juga ... bayinya selamat”
“Kau sudah melihatnya?” Junhoe melirik pintu ruangan Hanna dan mata Jiwon bergantian.
“Belum, kita masuk bersama”
“Geurae” Junhoe menggandeng tangan wanita disampingnya.
“Eoh apa ini istrimu?” Jiwon tersenyum melihat wanita berambut panjang yang terlihat imut dengan mata sipitnya.
“Ne. Annyeonghaseyo, aku Lee Suhyung” wanita itu tersenyum, membuat kedua matanya semakin tidak terlihat karena pipi chubby-nya.
“Ah kau cantik sekali”
“Gamsahamnida” Suhyun tersenyum malu.
“Ya Hyung! Jangan menggodanya, apa kau tidak melihat Junhoe kecil bersamanya?” Junhoe menunjuk perut Suhyun yang belum terlalu besar tapi sudah kelihatan kalau dia sedang hamil.
“Aku tahu, aku tidak menggodanya” Jiwon tersenyum lalu kembali melangkah, membuka pintu itu dan mereka masuk.
Wanita yang terbaring diranjang itu sedikit menggerakkan tubuhnya, melirik kearah mereka yang datang. Sekilas terlihat bibirnya tersenyum, lalu mata wanita itu kembali melirik seorang bayi kecil disampingnya.
“Noona ...” suara Junhoe pelan membuat Hanna kembali melirik mereka.
“Aku senang kita bisa bertemu lagi, Junhoe dan Jiwon Oppa ...” ucap Hanna pelan, dia masih sangat lemah sekarang. Dokter bilang kondisinya masih tidak terlalu baik.
“Noona baik-baik saja?”
“Eoh. Suhyun-sshi, kau juga datang?” mata Hanna beralih pada Suhyun.
“Ne Eonnie, aku datang” Suhyun tersenyum.
Hanna dan Suhyun memang sudah saling mengenal saat di California, tapi tidak terlalu akrab karena saat itu Junhoe masih mendekati Suhyun. Dan Hanna tiba-tiba menghilang.
“Kau sedang hamil? Eoh aku ketinggalan pernikahan kalian” Hanna tersenyum, mencoba membuat dirinya baik-baik saja. Seolah dirinya yang menghilang tidak pernah terjadi.
Jiwon menghela nafas, dia memalingkan tatapannya dari Hanna. Menurutnya, usaha untuk membuat dirinya terlihat baik-baik saja tidak berhasil, itu sangat buruk. Jiwon jelas-jelas melihat kalau Hanna tidak menyukai keberadaan Suhyun disamping Junhoe, tapi hanya Jiwon yang menyadari itu.
“Jiwon Oppa ...”
Tatapan Jiwon kembali membentur tatapan Hanna, melihat wanita itu tersenyum manis padanya. Seperti dulu, senyuman manisnya masih tidak berubah. Dan Jiwon masih tidak bisa berhenti menyukai itu.
“Oppa, kita sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?”
“Gwaenchana” Jiwon menjawab singkat, lalu kembali merapatkan bibirnya.
Sebenarnya Jiwon tidak ingin seperti ini. Rasanya dia ingin sekali memeluk wanita itu, berteriak padanya kenapa dia menghilang dan membuatnya gila. Tapi itu tidak bisa dia lakukan, Jiwon tidak bisa mengatakan apapun jika melihat Hanna terbaring lemah dengan selang oksigen yang masih menghias terpasang dihidungnya.
Tiba-tiba seorang perawat masuk dan mengambil bayinya. “Nona Jung, kami akan menjaga bayimu. Dan maaf, pasien masih harus banyak istirahat, kami mohon pengertiannya” perawat itu tersenyum pada mereka lalu pergi dengan bayinya.
“Baiklah Noona, kami harus pergi. Noona istirahat dengan baik”
“Annyeonghaseyo” Suhyun tersenyum lalu berjalan mengikuti Junhoe keluar.
“Aku ada diluar jika kau butuh sesuatu” Jiwon juga akhirnya pergi meninggalkan Hanna sendirian disana, dia harus banyak istirahat untuk memulihkan tenaganya.
“Hyung, kau tahu dimana suaminya?” Junhoe menatap Jiwon yang baru keluar.
“Ani, aku masih belum menemukan siapapun darinya”
“Lalu bagaimana dengan Hanna Noona? Kita tiba-tiba menemukannya saat dia seperti ini, apa Noona benar-benar sendirian Hyung?”
“Mollasseo” Jiwon duduk disamping Suhyun, fikirannya juga tidak lepas dengan Hanna. Walaupun sekarang dia sudah menemukannya, tapi tetap saja ini sulit dimengerti karena Hanna melahirkan tanpa ditemani suaminya atau siapapun.
“Maaf, apa Anda Kim Jiwon? Wali Pasien Jung?” seorang perawat yang berbeda datang menghampiri mereka.
“Ne, aku Kim Jiwon”
“Apa Anda sudah bisa menghubungi keluarga dari Nona Jung? Terutama suaminya. Ada beberapa berkas yang harus diisi, dan itu harus dengan keluarganya”
“Ne. Saya akan terus berusaha menghubungi suaminya”
“Ne, gamsahamnida”
“Gamsahamnida” Jiwon membungkuk memberi salam perawat itu.
“Hyung, sepertinya kau harus lebih cepat mencari suaminya. Atau kau tanyakan padanya”
Jiwon tidak menjawab, dia hanya menghela nafasnya lagi. Mungkin ini tidak apa-apa, tapi bagi Jiwon ini rasanya sulit dimengerti. Dia bertemu dengan wanita yang dicintainya, yang selama ini dia cari, dan tiba-tiba dia harus mencari suaminya. Ini sedikit menyakitkan untuknya.
Jiwon lalu beranjak dari kursinya, berjalan kembali masuk kedalam ruangan Hanna. Sedikit ragu memang, tapi dia tetap harus menanyakan ini.
“Hanna ...” Jiwon berusaha mengeluarkan suaranya sepelan mungkin, dia tidak ingin membuat Hanna terganggu. Jika saja dia tidak harus menanyakan ini, mungkin dia juga tidak akan membangunkan Hanna.
“Oppa ...” Hanna membuka matanya dan tersenyum melihat Jiwon berdiri disampingnya.
“Maaf mengganggumu, tapi aku harus bertanya padamu”
“Mmh .. mwo?” Hanna mengangguk pelan.
Jiwon menahan ucapannya, dia masih ingin menatap Hanna yang sangat dia rindukan. Lalu kedua mata Jiwon tertuju pada sedikit warna merah gelap yang terlihat diselimut Hanna.
“Hanna-ya, kau baik-baik saja?”
“Eoh, ini hanya sedikit darah dari perbannya Oppa, jangan khawatir” Hanna mengerti dengan tatapan Jiwon pada selimutnya, dia hanya tersenyum.
“Geurae” Jiwon mengangguk dan memalingkan tatapannya kelantai.
“Oppa, apa yang ingin kau tanyakan?”
Jiwon sekilas tersenyum menatap Hanna, mencoba membuat dirinya terlihat baik-baik saja, lagi.
“Hanna-ya, apa kau tahu dimana suamimu?”
Hanna tidak langsung menjawab, dia terdiam. Tatapan matanya beralih dari mata Jiwon, seperti membayangkan seseorang yang dia fikirkan.
“Oppa, sebenarnya aku tidak pernah menikah ...”
“Mwo?”
“Oppa, kau tahu kalau aku hanya menyukainya ... Aku sangat mencintainya Oppa, hanya dia”
Jiwon terdiam. Fikiran-rikirannya langsung dipenuhi banyak dugaan yang datang begitu saja. Hanna tidak menjawabnya dengan jelas, perkataannya itu membuat Jiwon tidak mengerti.
“Jiwon Oppa, maaf aku tidak bisa bersamamu karena aku sa-ngat .. mmen-cintainya_”
Jiwon langsung mendekat dan memperhatikan Hanna yang terlihat kesakitan, tanpa sadar bercak merah diselimut itu semakin bertambah.
“Hanna-ya gwaenchana?”
“...Op-ppa ...” Hanna sedikit mengerang, dia seperti menahan nafasnya atau mungkin sulit untuk bernafas.
“Hanna tunggu sebentar, aku akan panggil Dokter_”
“Oppa jangan per-gi...”
Hanna menahan Jiwon dengan tangannya, membuat Jiwon kembali mendekat dan menggenggam tangan Hanna yang dingin.
“Hanna ...”
“O-op-ppa .. bayi i-tu an- ... anak ...”
Genggaman tangan Hanna melonggar, dia memang tidak menutup matanya, tapi dia sepertinya sangat kesakitan sampai tidak bisa melanjutkan perkataannya.
            &&&
Tangisan bayi itu masih tidak bisa berhenti, dia seolah mengerti, atau mungkin juga dia sangat sedih karena sekarang dia sendirian. Ibunya sudah pergi meninggalkannya.
Dokter tidak bisa menyelamatkan Hanna karena pendarahannya yang terlalu banyak, Hanna terlalu lemah untuk membuat dirinya sendiri bertahan dan melewati semua itu.
Sekarang Jiwon masih berdiri disana, didepan jendela, walaupun matanya menatap keluar, tapi sebenarnya itu hanya tatapan kosong. Jiwon tidak bisa menangis lagi, lagi pula sesuatu tidak akan terjadi dan merubah keadaan jika dia menangis. Hanna tidak akan bisa membuka matanya lagi.
Sementara Junhoe dan Suhyun masih berusaha menenangkan bayi itu, bayi perempuan yang cantik sama seperti Ibunya. Karena tidak ada siapapun, maka bayi Hanna menjadi tanggung jawab Kim Jiwon yang waktu itu menjadi walinya.
“Hyung, apa yang harus kita lakukan? Bayi ini harus bersama Ayahnya”
“Aku bisa mengurusnya sampai Oppa menemukan Ayahnya” Suhyun menambahkan.
“Sebenarnya ...” Jiwon tiba-tiba berbalik dan menatap Junhoe dalam. “Hanna memang tidak mengatakan siapa suaminya, karena dia bilang tidak pernah menikah”
“Mwo?” Junhoe dan Suhyun terkejut. Bagaimana bisa Hanna mengandung tanpa menikah dan memiliki suami?
“Tapi dia bicara seolah menunjukkan siapa Ayah bayi itu ...”
“Lalu siapa dia?”
Jiwon terdiam. Dia sudah berulang kali memikirkan ini, memikirkan dirinya dan Junhoe. Dari ucapan Hanna sebelum meninggal, Jiwon berfikir jika ada kemungkinan kalau Ayah bayi itu adalah Koo Junhoe, atau dia.
“Junhoe-ya .. apa kau_”
“Anakmu. Bayi itu adalah anakmu, Hyung” Junhoe memotong ucapan Jiwon.
“Ani, dia tidak mungkin anakku, jadi pasti itu adalah anakmu”
“Hyung, percayalah kalau itu anakmu. Dari dulu aku selalu mencoba mengatakannya padamu, tapi kau tidak pernah mau mendengarkanku. Hyung, aku dan Hanna Noona tidak ada apapun selain hanya Noona yang menyukaiku ...”
Koo Junhoe juga tahu kalau Hanna dan Jiwon pernah tidur bersama, dan karena itu, bayi itu pasti adalah anak Jiwon. Tidak ada yang pernah terjadi padanya dan Hanna, Junhoe tidak memiliki perasaan yang sama padanya.
Malam itu, saat Jiwon mengatakan perasaannya dan berakhir dengan dia yang melihat Hanna berciuman dengan Junhoe, sebenarnya Junhoe juga mengakhiri kisah cinta antara mereka bertiga. Junhoe tentu saja mengatakan kalau dia tidak menyukai Hanna lebih dari sekedar teman, dan dia meminta untuk terus mempertahankan pertemanan mereka bertiga. Tapi sayangnya Jiwon tidak mau tahu tentang itu.
“Hyung, tidak ada apapun yang terjadi antara kami, percayalah. Saat di California, aku dan Hanna Noona hanya bertemu sebagai teman seperti biasa. Tidak ada yang terjadi. Bahkan Noona tiba-tiba menghilang disana”
“Tapi Junhoe-ya, Hanna bilang kalau dia hanya menyukaimu_”
“Aku mengerti Hyung, tapi percayalah kalau aku tidak pernah melakukan apapun dengan Noona. Jadi sudah jelas kalau dia adalah anakmu, Hyung”
Tatapan Jiwon beralih pada bayi kecil dipangkuan Suhyun, bayi yang masih menangis kecil itu. Jiwon ingin pecaya dengan semua yang dikatakan Junhoe, tapi bisakah dia meneguhkah hatinya untuk mempercayai semua itu sekarang? Jiwon perlu waktu untuk itu.
Sementara Junhoe dan Jiwon masih diam dan saling menuduh, Suhyun hanya diam melihat mereka seperti itu, saling tuduh sebagai ayah bayi yang sedang menangis dipangkuannya. Suhyun berusaha menenangkan hatinya. Saat Jiwon mengatakan kalau kemungkinan bayi itu anak Junhoe atau Jiwon, Suhyun menutup mata. Suhyun sama sekali tidak berniat ikut campur dalam masalah ini, dia sendiri sedang mengandung anak Junhoe sekarang, dan tentu saja Suhyun harus melindungi bayinya. Sangat jahat memang, tapi ke-egoisan selalu menguasai hati.
“Hyung, Hanna Noona bukan orang yang buruk jika kau fikir dia mengandung anak karena melakukan hal lain, jadi mungkin bayi itu memang anakmu Hyung”
“Aku tidak pernah berfikir Hanna akan pergi dan meninggalkan dia diantara kita. Junhoe-ya, kita mungkin harus melakukan tes DNA_”
“Hyung percayalah, sekarang aku sudah memiliku Suhyun dan tidak mungkin jika aku berbohong seperti ini. Aku mohon Hyung percayalah padaku, kami tidak pernah melakukan apapun” rasanya Junhoe ingin sekali menampar Jiwon dan menyadarkannya lebih keras. Dia tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna, jadi bagaimana bisa bayi itu adalah anaknya, kecuali jika keajaiban tiba-tiba terjadi.
“Geurae ...” Jiwon menggendong bayi itu, menatap kedua mata kecilnya yang masih belum biasa terbuka lama. “Aku akan percaya kalau dia adalah anakku”
“Tentu saja Hyung”
Tanpa sadar senyuman bahagia langsung mengembang diwajah Junhoe, dan juga Suhyun. Masalah ini sudah selesai sekarang.
“Namamu Hanna, Kim Hanna” Jiwon tersenyum memeluk bayi cantik itu yang entah kenapa berhenti menangis sejak dipangkuan Jiwon.
            &&&
Jiwon membuka mata, terpaksa memang. Suara kecil yang begitu nyaring melebihi jam waker yang dia punya tiba-tiba menggema di-seisi kamarnya.
“Appa ireona!”
Jiwon menyingkap selimutnya dan tersenyum melihat gadis kecil yang berlari menghampirinya, Kim Hanna. Gadis kecil berambut panjang itu merangkak naik keranjang Jiwon dan duduk diperutnya, menepuk-nepuk perut abs Ayahnya.
“Appa tidak akan bekerja hari ini?”
“Hanna-ya, tentu saja Appa harus bekerja hari ini. Waeyo?”
“Ani, aku hanya ingin bersama Appa” Hanna kecil memanyunkan bibirnya, berlaga manja dipelukan Ayahnya itu.
“Hanna-ya, kau harus sekolah, Appa akan mengantarmu. Dan saat kau pulang, kita akan membeli eskrim” Jiwon memainkan rambut panjang Hanna.
“Emh boleh saja, tapi Appa tidak lupa kan kalau kita akan mengunjungi Eomma?”
“Geurae, besok kita akan pergi kesana. Jadi sekarang kau harus mandi dan sekolah, Appa akan membuat sarapan untukmu” Jiwon menggendong Hanna, membawanya ke kamar mandi.
Sekarang sudah hampir enam tahun berlalu sejak kepergian Hanna Jung, dan selama itu Jiwon hidup bahagia sebagai Ayah Kim Hanna. Jiwon membesarkannya sejak bayi sendirian, walaupun juga Suhyun dan Junhoe sering membantu.
Lalu Kim Hanna, bayi kecil itu sudah menjadi gadis kecil yang cantik sekarang. Dia bahkan mungkin tumbuh menjadi lebih mandiri dan dewasa dibanding anak lain seusianya. Hanya tinggal berdua dengan Jiwon membuat Hanna harus bisa mengerti dan mengurus dirinya sendiri, membantu meringankan pekerjaan Jiwon yang juga sibuk dengan kantornya.
Terkadang Jiwon merasa Hanna tidak seharusnya hidup seperti ini, dia menjadi sangat kesepian ditengah anak seusianya masih bermain bersama Ibunya. Tapi Jiwon selalu mengatakan kalau Hanna akan selalu bersama Ibunya dimanapun, dia tidak akan membiarkannya sendirian.
“Appa, sedang apa? Ooh nunmul ... Appa menangis?” Hanna menengadah menatap Jiwon yang terdiam didepan kompornya.
“Mwo?” Jiwon tersadar dari lamunannya dan lanngsung menghapus beberapa titik air dimatanya, tersenyum pada Hanna. “Anio, Appa tidak menangis”
“Lalu Appa kenapa?”
“Appa hanya kepanasan, memasak bawang memang selalu membuat mata perih. Eoh lihatlah anak Appa yang cantik, sudah siap sekolah?” Jiwon mematikan kompornya dan memperhatikan Hanna yang sudah siap dengan tasnya, anak itu sudah bisa melakukan apapun sendiri.
“Ne, aku cantik seperti Eomma”
“Geurae, kalau begitu cepat kita sarapan, Appa membuatkan telur gulung untukmu” Jiwon mengangkat Hanna dan mendudukkannya disalah satu kursi lalu menyiapkan beberapa masakan yang sudah dia buat tadi.
“Appa, aku merindukan Junhoe Samcheon”
“Geurae, kita akan mengunjunginya besok, sekarang kau makan dulu sarapanmu”
“Aku juga merindukan Junsu, kami sudah lama tidak bermain bersama”
“Iya iya, kau akan bertemu dengannya besok. Cepat sekarang kau makan sarapanmu, Appa akan mandi dulu dan kita pergi bersama”
“Ne. Appa jangan lupa menggosok belakang telingamu dan menyikat gigi dengan benar” Hanna sedikit berteriak mengiringi Jiwon yang berlari menuju kamar mandi setelah menyiapkan sarapan Hanna.
            &&&
“Direktur Kim? Direktur Kim?”
“Wae?” Jiwon menyimpan beberapa lembar kertas yang sedang dia baca, matanya beralih menatap seorang pria yang sekarang sudah berada dihadapannya membawa setumpuk pekerjaan, lagi.
“Hyung, kau sudah dengar kalau Presdir Kim memintaku menyerahkan pekerjaan ini padamu?” Koo Junhoe tersenyum dan menyimpan setumpuk dokumen yang dia bawa dimeja Jiwon.
“Sejak awal dia menjadi Presdir, aku tidak pernah menyukainya” Jiwon membuka beberapa lembar dokumen itu.
“Waeyo? Apa karena Hyung tidak mendapat promosi atau kenaikan gaji?”
“Anio, aku hanya tidak suka pada tatapan matanya, benar-benar angkuh”
“Presdir Kim Hanbin memang seperti itu, tapi jika kau sudah mengenalnya mungkin kau akan menyukainya. Dia juga kadang bisa menjadi sangat humoris” Junhoe sedikit tertawa dan merebahkan tubuhnya di sofa.
“Geurae. Kau mau minum apa?” Jiwon beranjak dan membuka kulkas kecil disudut ruangannya, memilah beberapa minuman kaleng yang tersedia disana.
“Apa saja. Eoh Hyung, bagaimana kabar Hanna? Dia sudah lama tidak kerumahku, Junsu selalu menanyakannya”
“Dia baik-baik saja, mungkin besok kita akan kerumahmu setelah Hanna mengunjungi Ibunya” Jiwon duduk disamping Junhoe dan memberikan minumannya.
“Apa Hanna tidak pernah merindukan Ibunya?”
“Kurasa walaupun dia mengerti, tetap saja ada saatnya dia sengat merindukan sosok seorang Ibu. Dia kadang pulang menanis karena teman-teman sekolahnya dijemput Ibunya, aah .. aku merasa sangat kasihan padanya”
“Hyung, apa kau tidak berencana untuk menikah?”
“Ani”
“Apa selamanya kau tidak akan menikah? Hyung, mungkin jika kau menikah maka Hanna bisa mendapatkan seorang Ibu”
“Junhoe-ya, aku tidak ingin menyakiti orang lebih banyak” Jiwon meneguk minumannya.
“Apa maksudmu?”
“Aku melakukan kesalahan, dan aku tidak bisa memaafkan diriku sampai kapanpun. Aku sudah membuat Hanna menderita karena kesalahanku, dia mengandung dan berjuang sendirian, aku tidak pernah bisa melupakan semua itu. Jadi sekarang aku hanya ingin hidup bersama anakku dan menjaganya, aku tidak akan pernah bisa menebus kesalahanku pada mereka ...”
“Geurae, aku hanya menyarankan” Junhoe ikut meneguk minumannya.
“Lalu, bagaimana Suhyun?”
“Ah Hyung, aku tidak tahu. Suhyun menjadi sangat sensitif belakangan ini, dia kadang memarahiku tanpa alasan, benar-benar membuatku pusing. Kurasa kali ini bayinya perempuan” ekspresi Junhoe berubah saat kembali mengingat bagaimana Suhyun yang berubah saat kehamilan keduanya.
“Sepertinya kau benar-benar pusing. Woah lihat wajahmu, apa kau selalu begadang?” Jiwon tertawa melihat mata panda Junhoe.
“Hyung, aku berharap kau menikah dan merasakan repotnya menjadi suami saat istrimu hamil. Aku yakin semua abs mu itu akan menghilang ...” mereka tertawa, dan aberhenti tba-tiba karena orang yang tadi mereka bicarakan tiba-tiba masuk, Presdir Kim Hanbin.
            &&&
Tangan kescil Hanna menyimpan seikat bunga krisan yang dibawanya diatas sebuah batu nisan, lalu Hanna memejamkan matanya dan seolah bercerita kecil dalam hatinya.
Jiwon hanya berdiri di belakang, melihat Hanna yang masih memejamkan matanya. Jiwon selalu memberikan waktu untuknya, dia juga mengerti bagaimana perasaan Hanna.
“Appa, apakah Eomma akan baik-baik saja disana?” Hanna menghampiri Jiwon dan memegang sebelah tangannya, menatap matanya Ayahnya menunggu jawaban.
“Geurae, Eomma akan selalu baik-baik saja disana. Eomma selalu melihatmu, menjagamu, dan berharap kau menjadi anak yang sangat baik untuknya”
“Ne, aku akan belajar dengan baik dan membuat Eomma dan Appa bangga”
“Appa sangat menyayangimu” Jiwon menggendong Hanna dan memeluknya erat. Dia sangat bersyukur bisa menjaga Hanna dan hidup bersamanya.
“Appa turunkan aku, aku tidak bisa bernafas” Hanna meronta dalam pelukan Jiwon.
“Appa tidak akan melepaskanmu Hanna-ya ...” Jiwon malah semakin mengeratkan pelukannya, membuat gadis kecil itu semakin meronta-ronta.
Mereka sangat menyayangi satu sama lain. Hanna adalah bintang yang bersinar sangat cantik, bersinar memberi kehangatan. Jiwon mungkin gila jika dia tidak bertemu dengan Hanna (anaknya) karena patah hati, tapi sekarang dia akan terus berusaha menjadi Ibu dan Ayah yang baik untuk Hanna.
Jiwon berjalan menuju mobilnya dengan membawa tas berisi cake yang baru saja dia beli bersama Hanna, setelah ini mereka akan mengunjungi Junhoe, Hanna sudah tidak sabar bertemu teman yang seperti saudaranya, Koo Junsu.
“Hanna-ya jangan berlari, hati-hati” Jiwon tersenyum melihat Haanna yang berlarian mengelilingi mobil mereka.
“Oh Appa lihat anak itu ... aku akan kesana” Hanna berlari.
“Hanna mau kemana?”
BRAAAK ...
“Tidak tidak ... HANNA!!!”
            &&&
Jiwon langsung menghampiri seorang pria yang keluar dari ruang UGD itu, pria ber-jas putih yang tidak lain adalah Dokter yang menangani Hanna.
“Bagaimana Dokter?” Jiwon tidak bisa menahan kepanikannya memikirkan bagaimana keadaan Hanna sekarang.
“Dia kehilangan banyak darah, tapi kami kehabisan darah yang golongannya sama dengan pasien. Apa keluarganya bisa membantu mendonorkan darah? Dia harus segera mendapatkan tambahan darah, kondisinya kritis”
“Dokter, aku Ayahnya, ambil darahku ...”
“Tapi sebelumnya kau harus melakukan pemeriksaan, apa golongan darahmu juga A?”
Jiwon terdiam, sedikit melangkah mundur. “Apa dia memiliki golongan darah Ibunya? Karena golongan darahku O” batin Jiwon dengan beberapa fikiran lain yang tiba-tiba muncul.
“Jiwon Hyung?” sebuah suara berat yang sudah sangat dikenal terdengar. Koo Junhoe berlari kearahnya dengan Suhyun dan Junsu yang mengikuti dari belakang. “Bagaimana keadaan Hanna? Hyung gwaenchanayo?”
“Hanna- dia ...”
“Dokter, bagaimana keadaan Hanna?” Junhoe beralih melempar pertanyaannya pada Dokter karena dia mengerti mungkin Jiwon masih tidak baik sekarang.
“Pasien harus segera mendapatkan donor darah, golongan darahnya A”
“Golongan darahku A” Suhyun langsung menjawab cepat.
“Tapi kami tidak bisa mengambil darah dari Ibu hamil” Dokter itu menolak karena melihat keadaan Suhyun sekarang.
“Dokter, golongan darahku juga A, jadi ambil darahku ...” Junhoe menambahkan.
“Baiklah, tapi kau harus melakukan pemeriksaan sebelumnya. Silahkan ikut aku” Dokter itu menuju pintu dengan diikuti Junhoe.
Sementara itu, Jiwon masih sibuk dengan dugaan dan bayang-bayang yang ada dalam fikirannya. Walaupun hatinya menolak, tapi fikirannya tidak mau berhenti memikirkan hal terburuk yang dia bayangkan.
Tanpa sadar, Jiwon langsung berlari masuk kedalam ruangan itu mengejar Dokter tadi. Fikiran gilanya mendorong Jiwon melakukan sesuatu.
            &&&
Jiwon membuka pintu dan masuk, tersenyum dan berjalan menghampiri Hanna yang masih terbaring diranjangnya. Kepala Hanna masih dibalut perban setelah operasi kecil, dan juga beberapa luka lainnya masih terlihat jelas disebagian wajah Hanna dan tangannya.
“Hanna-ya, kau sudah bangun?”
“Ne. Appa, Junsu memberiku buku ini ...” Hanna tersenyum lebar menunjukkan sebuah buku cerita ditangannya, dia senang mendapatkan itu.
“Geurae. Kau bisa membacanya jika kau bosan disini”
“Jiwon Samcheon, apakah Hanna sakit karena dia berlarian dan tidak hati-hati?” Junsu berjalan menghampiri Jiwon meminta jawaban.
“Ne, Hanna berlari dijalan raya. Junsu tidak boleh nakal seperti itu, kau harus selalu mendengarkan Appa dan Eomma-mu ne?”
“Ne” Junsu mengangguk mengerti. Dia sekarang takut untuk akan seperti Hanna jika dia nakal dan tidak mendengarkan Eomma dan Appanya.
“Junsu-ya, kenapa kau hanya sendirian? Kau datang bersama siapa kesini?”
“Aku tadi bersama Eomma, tapi dia pergi keluar sebentar untuk membeli sesuatu”
“Iya baiklah. Sekarang apa kalian mau makan pudding?” Jiwon tersenyum menunjukkan sekantong pudding yang dibawanya, membuat Hanna dan Junsu langsung berteriak meminta.
Pintu terbuka, Suhyun sudah kembali dengan beberapa tas kecil berisi makanan ditangannya. “Oppa, wasseo? Kenapa tadi kau meninggalkan Hanna sendirian?” Suhyun menghampiri mereka.
“Tadi dia tidur, aku hanya membeli makanan untuknya”
“Saat aku datang, Hanna bilang dia lapar, jadi aku pergi membelikan makanan untuknya. Oppa membiarkannya sampai kelaparan ..”
Jiwon hanya tersenyum mendengar omelan Suhyun, tapi sedetik kemudian senyumannya menghilang. Karena masih belum ada bukti, Jiwon terus gila dengan fikirannya tentang kemungkinan lain yang sebenarnya.
“Suhyun-ah, kau tidak datang bersama Junhoe?”
“Ani, dia sibuk dengan pekerjaannya. Sudah dua hari ini dia lembur, dan itu karena dia mengambil pekerjaanmu Oppa”
“Ah mian, karena aku harus menjaga Hanna, aku jadi tidak bisa bekerja”
“Sudahlah tidak apa-apa, Hanna lebih membutuhkanmu”
“Emh Suhyun-ah, bisakah aku titip Hanna padamu sebentar? Aku harus mengurus administrasi RS Hanna”
“Geurae, pergilah. Aku akan menjaganya, Hanna juga senang bermain dengan Junsu”
“Eoh, gomawo” Jiwon pergi meninggalkan mereka.
Tadi saat Jiwon keluar memberi makanan itu, Dokter bilang kalau hasilnya sudah keluar. Dan itu berarti semua pertanyaan Jiwon selama ini akan terjawab sekarang.
Jiwon keluar dengan membawa sebuah amplop, dia sengaja tidak membukanya saat diruang Dokter tadi, dia harus menyiapkan dirinya sebelum membuka itu.
Perlahan tangan Jiwon membuka itu, mengambil selembar kertas yang terlipat didalamnya. Membuka itu, melihat dan membacanya.
Jiwon terdiam. Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan apapun, atau entah dia sengaja menahannya. Kedua mata Jiwon di penihi tatapan tajam. Jawabannya sudah dia ketahui sekarang.
            &&&
Junhoe sedikit mengernyit melihat seseorang yang datang keruangannya, sekarang matanya menatap pria yang berjalan menghampirinya.
“Hyung, kenapa kau datang kesini? Bukankah kau harus menjaga Hanna?”
“Junhoe-ya, benarkah kau tidak menyukai Hanna?”
“Mwo?” Junhoe tidak mengerti dengan pertanyaan tiba-tiba Jiwon. Junhoe juga tidak mengerti Hanna siapa yang dimaksud Jiwon dalam pertanyaan itu.
“Aku tanya apa kau benar-benar tidak menyukai Hanna sedikitpun?” Jiwon mengulangi perkataannya dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
Mendengar Jiwon mengulangi pertanyaanya lagi, Junhoe sekarang tahu Hanna siapa yang Jiwon maksudkan. Tapi kenapa tiba-tiba dia bertanya tentang ini setelah sekian lama mereka menyelesaikan masalah ini.
“Hyung, sebenarnya ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini?”
“Koo Junhoe, aku hanya ingin jawabanmu”
“Hyung, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu karena tiba-tiba menanyakan ini lagi padaku. Tapi Hyung, sudah berapa kali aku jelaskan padamu kalau aku hanya menganggap Hanna Noona seperti temanku, kakakku, aku sama sekali tidak memiliki perasaan lebih dari itu”
“Jeongmal?”
“Hyung, sebenarnya ada apa denganmu?” Junhoe beranjak dari kursinya, meninggalkan pekerjaan yang sedang dia kerjakan dan meyakinkan Jiwon.
“Lalu, apa kau juga tidak pernah melakukan apapun dengannya? Apa kalian tidak pernah tidur bersama?”
“Hyung, sungguh aku tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna Noona. Bagaimana bisa kami tidur bersama? Hyung percayalah kalau aku tidak menyukai Hanna Noona seperti yang kau bayangkan”
Jiwon tersenyum hambar. Dia sudah tahu kenyataannya, tapi dia tidak tahu apakah harus percaya dengan semua perkataan Jiwon atau tidak.
“Junhoe-ya, kau adalah teman yang sangat berarti bagiku. Tapi sekarang aku tidak tahu harus bagaimana karena ternyata Hanna adalah anakmu ...”
Teriakkan Jiwon sontak membuat Junhoe diam seribu bahasa, mereka hanya bertatapan. Junhoe harus mencerna ulang perkataan Jiwon padanya.
“Hanna adalah anak kandungmu”
“A-andwae Hyung! Hanna adalah anakmu, bu-bukan anakku ...”
“Iya, aku sudah mempercayainya selama hampir enam tahun ini. Tapi tiba-tiba ini datang dan membuatku tidak bisa lagi percaya perkataanmu, Junhoe-ya” Jiwon memberikan kertas yang dibawanya, hasil tes DNA Koo Junhoe dan Kim Hanna.
Junhoe membaca hasil tes itu serius, bahkan sampai dia ulang beberapa kali. Junhoe hanya ingin meyakinkan matanya bahwa yang tertulis disini benar atau salah.
“Hyung, ini tidak mungkin. Hanna bukan anakku_”
“Lalu aku harus bagaimana? Hasil tes ini tidak mungkin salah, Hanna bukan anakku seperti yang kau katakan Junhoe-ya, dia adalah anak kandungmu” nada bicara Jiwon tidak lagi setinggi tadi, dia sudah tidak bisa menolak kenyataannya.
“Keundae Hyung, aku tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna Noona, jadi bagaimana bisa kalau Hanna adalah anak kandungku?”
“Jun, ini sudah kenyataannya, apapun yang kau katakan tetap tidak bisa merubah fakta kalau Hanna bukan anakmu”
“Hyung aku mohon percayalah, ini pasti terjadi kesalahan dengan hasil tesnya. Hanna tidak mungkin anakku, dia anakmu”
“Tidak, Hanna bukan anakku. Dan sekarang, aku akan menyerahkannya padamu, kau Ayahnya” Jiwon kemudian pergi meninggalkan Junhoe yang masih tidak percaya dengan hasil tes dan kenyataan itu.
“Ini tidak mungkin”
Junhoe tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna, dia dan Hanna hanya juga tidak sering bertemu di California, mereka hanya sesekali bertemu dan minum kopi. Sejak Junhoe menolak Hanna, hubungan mereka tidak lagi sebaik dulu, kecuali jika bersama Jiwon.
Junhoe benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, kertas ditangannya menunjukkan kalau dia adalah ayah kandung Hanna, tapi hatinya tidak bisa percaya itu karena semua ingatannya tidak pernah menngingat kalau dia dan Hanna pernah melakukan sesuatu.
            &&&
“Yeobo wasseo?” Suhyun tersenyum menghampiri Junhoe yang baru datang. “Waeyo? Apa terjadi sesuatu dengan pekerjaanmu?” Suhyun kembali bicara sat melihat raut muka suaminya tidak bisa dimengerti.
Tidak ada jawaban, Junhoe tidak ada sepatah katapun yang Junhoe ucapkan dari bibirnya. Dia benar-benar gila karena kenyataan ini. Bahkan Junhoe hanya berjalan begitu saja melewati Junsu yang memintanya bermain bersama. Junhoe hanya ingin sendiri dan menenangkan fikirannya sekarang.
“Yeobo, kau baik-baik saja?” Suhyun perlahan membuka pintu kamarnya dan menghampiri Junhoe yang duduk diujung ranjang. Suhyun merasa ada yang terjadi dengan suaminya sampai membuatnya seperti ini.
“Suhyun-ah ...”
“Emh wae? Apa kau ada masalah?” perlahan Suhyun duduk disamping Junhoe dan memegang tangannya, berusaha dengan lembut membuatnya bicara apa yang terjadi. “Ceritakan saja padaku, aku akan mendengarkanmu”
“Aku- ini tidak mungkin ... ak-aku tidak tahu kenapa ...”
“Wae?”
“Suhyun-ah mianhae ...” Junhoe tiba-tiba memeluk Suhyun dan menangis dipundaknya. “Ak-aku tidak tahu bagaimana ... mianhae Suhyun-ah ...”
“Gwaenchana, semua akan baik-baik saja. Memangnya apa yang terjadi?”
Junhoe kembali diam, sengaja menahan tangisannya. Dia tidak bisa menatap mata Suhyun sekarang, perasaan bersalah menekannya jika dia melihat Suhyun. Dan juga fakta kalau Hanna adalah anak kandungnya masih terasa menusuk-nusuk hatinya.
Junhoe melepaskan pelukannya, masih tidak bisa menatap mata Suhyun. Junhoe hanya menunduk dan sebisa mungkin menutup rapat bibirnya, tentu saja agar dia tidak mengatakan apapun pada Suhyun tentang ini.
“Suhyun-ah, mianhae .. karena ternyata Hanna ..... adalah anakku_”
Suhyun terdiam, manik matanya membulat, tidak menerima apa yang dikatakan Junhoe padanya. Hatinya seperti terkena tombak api. Panas. Jika bisa, rasanya dia ingin menjerit sampai pita suaranya hancur. Bayangan tentang masa lalu yang sudah dia lupakan, kembali muncul dalam matanya.
“Mianhae Suhyun-ah, aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Tapi, Jiwon Hyung melakukan tes DNA dan ... aku adalah Ayah biologis Hanna”
Air mata jatuh tidak bisa tertahan, hati Suhyun hancur. Bukan hanya karena Hanna ternyata anak kandung Junhoe, tapi juga karena sesuatu yang dia sembunyikan.
“Suhyun-ah_”
“Mianhae ...”
Junhoe langsung menatap Suhyun saat dia memotong ucapannya. Suhyun tiba-tiba minta maaf padanya, disaat seharusnya Junhoe yang terus mengatakan itu pada istrinya. Ini mungkin masalah yang tidak akan diampuni oleh istri manapun jika terjadi pada suaminya.
“Su-Suhyun ka-kau?”
“Mianhae, jeongmal mianhae. Aku sudah menjadi sangat jahat karena terus diam, dan sekarang semuanya sudah terbuka ...”
“Apa yang kau katakan? Suhyun-ah kenapa kau bicara sesuatu yang tidak aku mengerti?”
“Ju-Junhoe-ya, se-sebenarnya aku menyembunyikan sesuatu darimu ... sejak kita belum menikah. Maafkan aku melakukan ini, tapi saat Hanna lahir, aku tidak mau membantu Jiwon Oppa meyakinkan kalau Hanna adalah anakmu_”
“Lee Suhyun?” Junhoe langsung memotong penjelasan Hanna. Junhoe benar-benar tidak mengerti apa maksud semua ini, apa yang dikatakanSuhyun padanya.
“Mianhae ... aku ingin kau menjadi milikku dan hanya menjadi ayah dari bayi yang aku kandung, mianhae ...” Suhyun tertunduk lemas. Dia sudah mengatakan kebenaran yang dia sembunyikan.
“Suhyun-ah, aa-apa yang kau katakan?”
“Sebenarnya waktu itu di California, saat kau mengajakku dan Hanna Eonnie minum, kalian berakhir di hotel tanpa aku. Kau dan Hanna Eonnie melakukannya_”
“Ya! Lee Suhyun apa yang sedang kau bicarakan ini?”
“Saat itu aku pergi dan kalian berdua meninggalkanku, kau mabuk berat dan Hanna Eonnie tidak tahu dimana apartemenmu, lalu paginya dengan GPS aku menemukan kalian di hotel. Junhoe-ya percayalah kalau Hanna adalah benar anakmu, dia anak kandungmu. Kau mungkin menyangkal itu karena tidak ingat apa yang sudah terjadi anatara kau dan Hanna Eonnie_”
“Tapi saat aku terbangun, aku hanya melihatmu disana, bagaimana mungkin jika aku_”
“Hanna Eonni langsung pergi saat aku datang, dia pergi tanpa mengatakan apapun, dan kau masih tidur. Mianhae, jeongmal mianhae karena saat itu aku sengaja menunggu bangun dan tidak mengatakan apapun tentang Hanna Eonnie”
Junhoe terdiam. Terlalu banyak yang terjadi padanya, kebenaran ini dan itu yang tiba-tiba harus dia percaya. Ini terlalu sulit. Junhoe butuh waktu untuk ini semua.
“Hanna Noona tidak pernah mengatakan apapun padaku”
“Dia sangat menyukaimu_”
“Tapi bagaimana bisa dia tidak mengatakan apapun padaku?” Junhoe berteriak. “Dia menghilang begitu saja ...”
“Hanna Eonnie menghilang satu bulan setelah kejadian itu, dan mungkin kau tidak tahu kalau Hanna Eonnie pergi setelah kau memberi tahunya kalau kita berpacaran.. Dia sangat menyukaimu ...”
“Lalu bagaimana bisa Hanna Noona mengandung anakku? Bukankah Jiwon Hyung juga_”
“Hanna Eonnie tidak hamil karena Jiwon Oppa” Suhyun memotong ucapan Junhoe. “Saat itu kalian sudah hampir tiga bulan di California, dan jika Hanna Eonnie hamil karena Jiwon Oppa, mungkin saja dia tidak akan terlihat baik-baik saja”
“Ja-jadi Hanna ... benar-benar anakku?”
“Aku tidak tahu harus bicara apa lagi padamu selain maaf, aku memang sangat jahat. Kau tidak harus memaafkanku karena sudah membuat kalian seperti ini, maafkan aku ...” Suhyun kembali menangis.
Beberapa lama hanya diam melihat Suhyun menangis, Junhoe akhirnya memeluk Suhyun. Mencoba menenangkan istri yang sangat dicintainya. Junhoe juga tidak tahu apakah hatinya hancur atau tidak, Suhyun tiba-tiba mengatakan ini padanya, tapi walaupun ini terdengar sangat jahat, Junhoe tidak bisa melupakan kalau dia sangat mencintai Lee Suhyun.
            &&&
Kim Jiwon dan Koo Junhoe masih beridiri melihat Hanna yang tertidur, mereka sudah menyelesaikan masalah ini sebaik mungkin, walaupun tentu saja tidak akan menjadi sangat baik untuk semua orang.
“Aku akan membawa baju-bajunya besok”
“Ehm, aku dan Suhyun akan menjemputnya besok”
“Aku juga sudah bicara padanya, walaupun dia masih tidak mengerti tapi aku sudah mengatakan kalau kau adalah Ayah kandungnya. Hanya mungkin saja dia belum terbiasa memanggilmu Appa ...”
“Tidak apa-apa, aku mengerti. Ini pasti sangat sulit untuknya, aku tidak akan memaksanya menerimaku secepat itu”
Mereka berdua kembali terdiam.
“Haah ... akhirnya ini terjadi juga, kenyataan yang selalu aku bayangkan” Jiwon tersenyum kecil, hambar. Dia sudah mencoba menerima semuanya, membuat hatinya baik-baik saja.
“Hyung mianhae ...”
“Aniya, kau tidak harus minta maaf. Ini semua sudah terjadi”
“Aku tidak tahu harus bagaimana padamu_”
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu sekarang, tapi kenyataannya dia adalah darah dagingmu. Maaf karena aku tidak mengetahuinya lebih dulu dan merebutnya darimu”
“Tidak Hyung, kau tidak merebutnya dariku, tapi kau sudah mencintainya sangat baik disaat aku tidak ada untuknya. Jeongmal gomawo Hyung”
“Ya Junhoe-ya! Apa setelah ini kau tidak akan melarangku menemuinya?”
“Tentu saja, kau selalu bisa bertemu dengannya kapanpun. Hyung, kau juga Ayahnya” Junhoe tersenyum.
Baiklah, pada akhirnya masalah selesai. Junhoe menjelaskan semuanya yang terjadi pada Jiwon, semua yang di sembunyikan Suhyun. Dan Junhoe tidak menceraikan Suhyun seperti keinginannya, mereka saling mencintai, dan Junhoe memilih untuk memaafkan istrinya. Semua ini sudah terjadi, tidak akan ada yang berubah jika Junhoe berpisah dengan Suhyun, hanya ada mereka yang saling merindukan nantinya.
Tentang Kim Hanna, Junhoe sebagai ayah kandungnya tentu saja harus melakukan tugasnya sebagai seorang ayah  yang sebenarnya. Mulai sekarang Hanna akan tinggal bersama Junhoe dan menjadi bagian keluarga mereka.
Sementara Jiwon, dia tidak bisa melakukan apapun. Walaupun sebenarnya hatinya selalu ingin Hanna menjadi anaknya, tapi dia tidak bisa melarang Junhoe mengambil anak kandungnya. Lagi pula Jiwon percaya kalau semua akan baik-baik saja, Junhoe tidak melarangnya bertemu dengan Hanna.
Mungkin memang ini menyedihkan, atau tidak sama sekali. Tapi inilah yang terjadi. Masalah datang membawa air mata, kemudian angin datang menghembuskan masalah itu dan membawa senyuman.
            -TamaT-

Epiloug-
Beberapa bulan sudah berlalu sejak kepergian Hanna, tapi Jiwon sama sekali tidak bisa membohongi dirinya kalau dia merindukan gadis kecil itu. Jiwon bahkan tidak membereskan barang-barang Hanna yang tidak dibawa kerumah Junhoe, dia menyimpan itu.
Jiwon tersenyum kecil melihat fotonya bersama Hanna. Sekarang hari-harinya tidak lagi semeriah saat bersama Hanna, Jiwon hanya mengurus dirinya sendiri. Walaupun dia bisa bertemu dengan Hanna setiap hari, tapi rasanya itu tidak bisa menyembuhkan kerinduan Jiwon pada Hanna yang selalu membuatnya tersenyum. Ini sudah berbeda sekarang.
Jiwon lalu tersadar dari lamunannya, suara bell pintu yang terus berbunyi memintanya cepat-cepat membuka pintu. Jiwon berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Appa ... Jiwon Appa annyeong”
Jiwon tidak bisa menahan senyumannya saat melihat Hanna didepan matanya. Jiwon langsung menarik Hanna kedalam pelukannya, menggendongnya, melepas kerinduannya.
“Hanna-ya, kenapa kau disini?”
“Appa bogoshippeo”
“Jinjja?”
“Ehm. Aku akan bersama Appa ...”
Tatapan Jiwon lalu beralih pada Junhoe, meminta sedikit penjelasan kenapa mereka tiba-tiba datang padanya se-petang ini.
“Hanna selalu membicarakanmu, mungkin dia sangat merindukanmu Hyung” Junhoe memberi penjelasan yang diminta Jiwon.
“Appa, aku akan tinggal bersama Appa lagi. Appa merindukanku?”
“Geurae, Appa sangat merindukanmu. Keundae Hanna-ya, kenapa tinggal bersama Appa? Lalu Junhoe Appa bagaimana?”
“Junhoe Appa sudah mengizinkanku tinggal disini, benarkan Appa?” Hanna melirik Junhoe.
“Geurae. Ah hyung, apa kau tidak keberatan jika aku membolehkan Hanna memilih dimana dia ingin tinggal?” Junhoe tersenyum dan menunjukan koper yang dia bawa.
“Eoh tentu saja, Appa senang jika uri Hanna tinggal disini”
“Keundae, apa kalian akan terus bicara seperti ini? Oppa, kau tidak membiarkan kami masuk?” Suhyun bersuara.
“Ah iya aku lupa, masuklah” Jiwon baru menyadari kalau mereka masih di depan pintu.
“Samcheon, apa kau punya makanan?” Junsu berlari menuju dapur dan membuka kulkas.
“Ah mian Junsu-ya, Samcheon tidak punya makanan”
“Ya Hyung! Bagaimana bisa kau hidup jika tanpa makanan? Junsu-ya, tunggu sebentar yah, Appa akan membeli makanan untukmu” Junhoe menyimpan koper yang dibawanya lalu lalu kembali memakai sepatunya.
“Hanna-ya, duduk disini, Appa akan mengambil_”
“Oppa ... aakh Jiwon Oppa jebal ...”
Jiwon tiba-tiba dikagetkan dengan teriakan Suhyun yang langsung mencengkram tangannya. Jiwon juga melihat air yang tiba-tiba keluar dari Suhyun.
“Sepertinya air ketubanku pecah, aku akan melahirkan”
“Mwo?” Jiwon panik dengan ini yang begitu mendadak. Bukankah tadi Suhyun baik-baik saja, lalu kenapa dia tiba-tiba akan melahirkan?
“Suhyun-ah kau akan melahirkan sekarang?” Junhoe yang hendak membuka pintu, mengurungkan niatnya saat mendengar jeritan Suhyun. Kembali berlari dan menghampiri Suhyun.
“Ya Junhoe! Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Hyung bagaimana ini, aku tidak tahu ...” mereka berdua panik tidak karuan.
“Ya! Cepat hubungi ambulan atau bawa aku ke rumah sakit! Palli palli! Aah bayinya akan keluar ...”
“Ya! Bagaimana ini? Junhoe dan Jiwon panik, sementara Hanna dan Junsu hanya melihat diam dan tenang.
            -fin-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR