luhanay blog Follow Dash Owner

Selasa, 17 November 2015

[FF] I YaH






Tittle                : I YaH (I, You, and Him)
Genre              : Romance
Main cast         : Kim Jiwon  // Koo Junhoe // Hanna Jung
“Aku memberi tahumu kalau aku menyukainya, aku juga memberi tahumu kalau aku ingin bersamanya, tapi aku tidak ingin memberi tahumu kalau aku patah hati karena dia memilihmu”
####### -_- #######

Kim Jiwon tersenyum kecil melihat pria yang dia lihat dari celah kecil pintu yang dia buka, pria di dalam itu tidak merubah ekspresinya dan kembali memalingkan pandangannya pada dokumen-dokumen tebal yang dari tadi dia baca.
“Ya! Seharusnya kau tersenyum walaupun itu kecil, kau tidak suka jika aku datang eoh?” Jiwon membuka pintu itu dan langsung duduk disofa ruangan Direktur Koo itu.
“Hyung, kau sudah mendengar beritanya?” pria itu membuang nafas gusar dan menutup dokumen ditangannya, berjalan menghampiri pria bergigi kelinci yang dua tahun lebih tua darinya.
“Hem, Direktur Song yang memberi tahuku”
“Aku tidak pernah suka dengan ini. Kenapa orang itu selalu melakukan pemindahan kerja seenaknya, aish menyebalkan” Direktur bernama lengkap Koo Junhoe itu mengusap wajahnya kasar, menyandarkan tubuhnya disofa yang dia duduki. Berita tentang pemindahannya ke cabang perusahaan di California benar-benar membuat semangat kerjanya hilang dalam sekejap.
“Arasseo. Kalau begitu, apa kau mau aku gantikan pergi kesana, Direktur Koo?” Jiwon sedikit menggodanya dengan senyuman yang memperlihatkan kedua gigi kelincinya.
“Geurae, kalau saja itu bisa kau lakukan ... pasti aku akan sangat berterima kasih padamu, Direktur Kim Jiwon” Koo Junhoe hanya membalas itu dengan senyuman hambarnya.
“Tidak perlu begitu, lagi pula di California banyak wanita cantik yang mungkin bisa membawa semangat kerjamu lagi ... haha”
“Hyung, kau tahu aku tidak suka tempat asing, dan aah ... aku tidak tahu harus bagaimana disana. Ini benar-benar menyebalkan!”
“Ya! Kau bukan anak kecil, jangan seperti ini. Kau hanya perlu bekerja disana dan bersenang-senang, apa itu sangat sulit?”
“Geunyang, it’s only hard for me” Junhoe memejamkan kedua matanya dan menarik nafas dalam, berusaha sebaik mungkin menerima tugas dari atasannya ini.
“Ya Junhoe-ya kau tahu apa yang terjadi? Aku dan Hanna ...”
“Mm .. wae? Kalian berdua kenapa?” Junhoe kembali membuka matanya malas, merubah posisi duduknya dan menatap Jiwon yang menjadi sangat antusias jika menyangkut Hanna.
“Malam ini, aku dan Hanna akan pergi. Emh dan mungkin juga ini adalah waktu yang tepat untukku mengatakannya”
“Kau akan benar-benar mengatakannya, Hyung? Apa kau sudah tahu bagaimana perasaannya padamu?”
“Ya! Aku tidak peduli bagaimana perasaannya padaku, apapun yang terjadi aku akan tetap mengatakannya. Kenapa aku merasa kau merendahkanku Jun? Apa jangan-jangan kau merasa kalau Hanna menyukaimu?”
“Anio Hyung, aku hanya bicara. Tidak perlu marah ...” senyuman langsung terlihat diwajah Junhoe saat dia melihat poker face Jiwon. Pria itu akan benar-benar sensitif jika menyangkut wanita bernama Hanna, fikirnya.
“Kenapa kau tertawa? Ya! Walaupun Hanna selalu baik dan tersenyum padamu, tapi jangan pernah berfikir kalau dia menyukaiu, ara?”
“Geurae, arasseo Hyung” Junhoe tidak bisa menyembunyikan senyumannya jika sudah melihat Jiwon seperti ini.
“June, kufikir malam ini adalah waktu yang tepat. Aku harus mengatakannya sebelum dia pergi, setidaknya walaupun dia menolak ... dia suda tahu bagaimana perasaanku padanya, dan itu pasti akan membuatnya tidak bisa melupakanku” ucap Jiwon percaya diri.
“Woah daebak. Hyung, kepercayaan dirimu besar sekali, kau bahkan tidak takut kalau dia menolakmu. Keundae, kapan Hanna Noona akan pergi?”
“Dia bilang sekitar seminggu lagi, atau mungkin Jun .. dia tidak akan pergi karena akan menerima cintaku”
“Ya!” Junhoe melempar bantal disampingnya tepat kewajah Jiwon, dan karena itu dia tidak bisa berhenti tertawa. Benar-benar percaya diri sekali pria itu.
            &&&
Hanna Jung tersenyum lagi, untuk ke-sekian kalinya dia mengembangkan senyuman manis diantara pipi chubby-nya. Dan itu tanpa sadar membuat Kim Jiwon berusaha kerasa menahan detak jantungnya yang tidak beraturan.
Mereka masih duduk di salah satu meja restoran mewah bergaya Itali, menikmati hidangan penutupnya malam ini.
“Hanna-ya, apa kau benar akan pergi?” tiba-tiba bibir Jiwon mengatakan itu, bahkan walaupun dia tahu jawabannya. Tapi entahlah, sekarang ini dia sedang kesulitan mengendalikan dirinya sendiri.
“Eoh. Wae? Oppa tidak ingin aku pergi?”
Lagi-lagi senyum gadis itu membuat Jiwon semakin gila dengan fikirannya, dia sampai melupakan semua kata-kata yang sudah dia rancang untuk mengatakan perasaannya. Ini pertama kalinya Jiwon merasa gugup di depan Hanna.
“Anio, aku hanya bertanya lagi. Siapa tahu kau tidak jadi kesana dan tetap disini” Jiwon meneguk minumannya, sedikit menghilangkan perasaan gila di dadanya.
“Wae? Kenapa aku harus tetap disini?”
“Hanna-ya, disana kau akan sendirian, tidak ada yang akan menjagamu seperti aku disini. Dan juga kau mungkin tidak punya teman seperti aku dan Junhoe”
“Ya! Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menjaga diriku sendiri Oppa”
“Junhoe juga akan pergi, aah .. kalian berdua akan pergi meninggalkanku”
Hanna sedikit terdiam, dia meneguk minumannya. “Oppa, kau juga sudah tahu?”
“Apa kau tahu lebih dulu dari aku?”
“Hem .. tapi bukan aku yang lebih dulu mengetahuinya, kau saja yang terlalu lama mengetahuinya Oppa. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu”
“Ya! Kenapa bisa kalian berdua pergi meninggalkanku sendirian disini, aish jinjja. Bahkan kalian berdua juga sama-sama pergi ke California”
“Oppa, kau bilang sendirian? Apa kau tidak menganggap teman-teman dan keluargamu eoh?”
“Bukan itu maksudmu, keundae Hannya-ya ... ada- .. ada yang ingin aku katakan padamu”
“Mwonde?” Hanna meneguk lagi minumanya dan melemparkan senyumannya menunguu Jiwon menyelesaikan perkataannya.
Walaupun tadi Jiwon benar-benar sangat percaya diri, tapi ternyata berada di hadapan Hanna seperti ini tidak semudah yang dia bayangkan. Titik-titik kecil keringat dingin semakin bertambah di punggungnya, tapi Jiwon harus mengatakannya sebelum terlambat. Bukankah dia bilang tidak peduli dengan jawaban Hanna nantinya, yang penting dia mengutarakan perasaannya.
“Wae? Apa yang ingin Oppa katakan padaku, apa kau ingin bertanya kapan aku pergi lagi?” Hanna mulai tidak sabar dengan Jiwon yang hanya menatapnya.
Jiwon menelan ludahnya yang tidak tahu kenapa terasa sangat berat, detak jantung yang sangat kencang ternyata membuat lidahnya kelu.
“Oppa?”
“Hanna-ya ...”
“Wae? Katakan saja, aku akan mendengarkannya dengan baik. Tapi tetap aku tidak akan membatalkan kepergianku, kau tahu itu Oppa”
“Hanna-ya ... se-sebenarnya aku ... aish bagaimana mengatakannya” Jiwon mendengus dan hendak mengacak rambutnya kalau saja dia tidak ingat tataan rambutnya yang dia buat sebagus mungkin malam ini.
“Ah jinjja Oppa, kau membuatku mengantuk. Katakan saja kau mau apa?”
“Hanna Jung ... sebenarnya aku menyukaimu. A-aku .. aku sangat menyukaimu”
“Tentu saja kau menyukaiku” Hanna tersenyum mendengar hanya tentang itu yang ingin Jiwon katakan sampai membuatnya berkeringat seperti sekarang.
“Aku benar-benar menyukaimu Hanna-ya, sungguh. Kau mungkin tidak tahu kalau aku sudah menyukaimu sejak kita pertama kali bertemu, sejak itu aku tidak bisa menahan hatiku. Awalnya aku terus berfikir dan mendengarkan hatiku lagi untuk memastikannya, tapi hatiku memang benar-benar menyukaimu. Aku menyukaimu Hanna-ya ...”
Hanna diam, tatapan matanya masih tidak lepas dari tatapan Jiwon. Kali ini Jiwon benar-benar mengatakannya, dia mengatakan kalau dia benar-benar menyukai Hanna dari hatinya, Hanna bisa melihat itu dari mata Jiwon.
Tapi sayangnya pengakuan itu membuat Hanna tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak tahu harus bagaimana. Di sisi lain, hatinya sakit mendengar kalau sahabat yang hampir dua tahun selalu bersamanya ternyata menyukainya lebih dari seorang teman. Dan di sisi lain juga, dia tidak bisa menerima itu.
“Oppa mianhae ...” tiba-tiba kata itu terdengar sangat pelan dari bibir Hanna, memecah keheningan yang terjadi beberapa detik antara mereka.
Jiwon seolah terhempas angin topan, begitu dingin dan melayang. Jantungnya seperti dihantam truk besar, berat dan menyakitkan.
“Ouh apa ini, kenapa rasanya malah sangat menyakitkan seperti ini? Aku fikir rasanya tidaka seperti ini. Bahkan aku sudah siap dengan semua jawaban yang akan dikatakan Hanna, tapi sekarang .. kenapa aku merasa kalau aku sangat tidak ingin dia mengatakan apapun untuk menjawabku. Dan dia berkata maaf, apa itu artinya dia menolakku?” Jiwon masih berusaha keras mencerna perkataan Hanna, meyakinkan dirinya kalau Hanna memiliki arti lain dibalik kata yang baru saja dia ucapkan.
“Jiwon Oppa mianhae. Aku .. tidak bisa mengatakan ‘Ya’ padamu, aku sudah mempunyai orang lain dalam hatiku. Mianhae Oppa, jeongmal mianhae ...”
“Ani, anio ... aku mengerti. Kau tidak harus memaksakan dirimu untuk menjawab ‘Ya’ padaku” Jiwon berusaha tersenyum, membuat dirinya terlihat baik-baik saja. Walaupun hatinya sakit karena tidak ada arti lain dibalik ‘maaf’ itu, Hanna menolaknya.
“Oppa_”
“Ya! Sekarang aku sudah lega memberi tahumu tentang ini. Aku tidak akan peduli dengan penolakkanmu padaku, yang penting aku sudah memberi tahumu kalau kau adalah bintang yang bersinar sangat cantik dihatiku. Ya Hanna! Apa kita masih menjadi  teman?” Jiwon terus tersenyum, membuat dirinya seperti biasa dan seolah tidak terjadi apa-apa antara mereka. Rasanya dia sangat malu dan sedikit sakit.
“Geurae Oppa, tentu saja kita akan menjadi teman selamanya” Hanna tersenyum, dia juga tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar, dia tidak bisa membuat dirinya terlihat baik-baik saja seperti Jiwon.
“Hey kenapa menangis? Sudah kubilang kalau aku tidak peduli dengan penolakanmu, lupakan perkataanku tadi ...”
“Oppa mianhae”
“Tidak usah minta maaf, aku baik-baik saja. Kau sudah mempunyai seseorang dihatimu, jadi bahagialah dengannya. Kita akan tetap berteman, seperti katamu. Ouh aku tidak tahu kenapa jadi malu seperti ini, tapi ... terima kasih sudah mendengar perasaanku”
“Jeongmal mianhae Oppa ... mianhae”
“Hanna-ya, jangan minta maaf lagi karena ini bukan salahmu, tapi ini salahku karena menyukaimu dalam pertemanan kita”
Hanna menunduk, menutup wajahnya dan menyembunyikan dirinya yang belum bisa berhenti menangis. Kenapa harus terjadi seperti ini.
“Oppa, kenapa kau harus menyukaiku? Aku menganggapmu sebagai kakak yang sangat baik untukku, kalau saja kau tahu siapa yang aku sukai” batin Hanna.
“Hanna, jangan menangis, kau membuatku sangat malu. Mungkin kita memang sudah harus hidup sebagai teman, itu yang terbaik” Jiwon tersenyum.
            &&&
Junhoe menghembuskan nafasnya, dia baru selesai dengan pekerjaannya. Ini sudah hampir jam sebelas malam. Dia kemabali menutup pintu mobilnya dan merogoh saku celananya, mengambil ponselnya yang bergetar.
“June, bisakah kau kemari? Aku sepertinya tidak bisa merasakan diriku sendiri .. haha YA! Cepat datang kesini Koo Junhoe, aku di tempat biasa_”
Junhoe berdecak kesal, seseorang yang menelfonnya di seberang sana bicara dan berteriak begitu saja, bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mengatakan ‘Halo’.
“Aish jinjja. Kenapa orang mabuk selalu berteriak? Keundae, bukankah dia pergi dengan Hanna Noona? Tapi kenapa dia mabuk dan malah menelfonku? Apa mereka bertengkar?”
Junhoe memasukkan ponselnya kembali kedalam saku celananya, membuka pintu mobilnya dan melesat cepat dengan mobilnya.
Koo Junhoe mengurangi kecepatan mobilnya, matanya tertuju pada seorang gadis yang berdiri disamping mobilnya. Merasa mengenal gadis itu, Junhoe memundurkan mobilnya dan menghampiri gadis itu.
“Hanna Noona?” Junhoe keluar dari mobilnya dan sedikit berlari menghampiri gadis yang ternyata memang dia kenal.
“Junhoe-ya?”
“Ada apa? Mobilmu mogok? Wae, kenapa Noona menangis?”
Hanna hanya menundukkan wajahnya. Walaupun hanya diterangi lampu jalan yang tidak terlalu terang, tapi ternyata Junhoe masih bisa melihat air matanya dengan jelas.
“Noona?” Junhoe mengusap pundak Hanna lembut. “Tidak apa-apa, kau sudah bersamaku sekarang, jangan takut. Aku akan menelfon mobil derek untuk mob_”
“Koo Junhoe ...” Hanna menurunkan tangannya yang menutupi wajahnya yang penuh air mata, dia menatap Junhoe ragu.
“Wae?”
“Aku ... a-aku takut”
“Gwaenchana, aku bersamamu. Jangan menangis lagi” Junhoe merangkul gadis berambut hitam panjang yang satu tahun lebih tua darinya, mengusap kepalanya lembut berharap bisa sedikit menenangkannya.
“Junhoe-ya ...”
“Noona, kenapa kau sendirian disini? Bukankah kau pergi bersama Jiwon Hyung? Apa kalian berdua bertengkar lagi, apa Jiwon Hyung meninggalkanmu?”
Memendam perasaan memang bisa menjadi sangat menyakitkan. Hanna merasa serba salah sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana. Jika dia tetap diam, maka itu akan membuatnya tidak bisa berhenti menangis karena merasa bersalah dan mencintai. Tapi jika dia mengatakannya, dia juga tidak tahu bagaimana cara untuk mengatakannya. Mereka adalah sahabat yang sudah bersama hampir dua tahun.
“Ani”
“Lalu kenapa kau disini dan menangis?”
“Junhoe-ya, aku menyukaimu_”
Kemudian hening. Mereka terdiam. Kedua mata Junhoe masih berkedip-kedip, membantu otaknya mencerna apa yang baru saja Hanna katakan.
“Noona, apa kau mabuk?”
“Ani, aku tidak mabuk. Aku benar-benar menyukaimu Koo Junhoe, aku sudah menyukaimu sejak kita bertemu. Kau selalu membuatku gila karena aku tidak bisa mengatakan perasaanku yang sebenarnya padamu, aku benar-benar menyukaimu ...” Hanna mengatakannya dengan sangat jelas, dengan mata yang tidak lepas dari tatapan Junhoe.
“Keu-keundae Noona ... apa yang kau katakan, bukankah kau dan Jiwon Hyung_”
“Aku tidak menyukainya Jun, aku tidak menyukai Kim Jiwon karena aku sangat menyukaimu, Koo Junhoe!”
“Noona, aku_”
Terbawa perasaan memang tidak bisa ditebak, bahkan untuk mengendalikan diri saja tidak bisa. Dan itu yang terjadi pada Hanna sekarang. Dia begitu saja memotong perkataan Junhoe dengan bibirnya, Hanna membungkam Junhoe dengan ciumannya.
Tanpa sadar, dibalik kaca mobil yang sedikit gelap, sepasang mata tanpa sengaja melihat itu. Melihat sesuatu yang mungkin bisa membuat kedua matanya sakit, atau hatinya, atau sesuatu dalam dirinya. Itu tidak seharusnya dilihat, tapi terkadang kenyataan memang menyakitkan.
            &&&
Matahari bersinar sangat terang, hari ini memang cerah dan mungkin menyenangkan untuk sebagian orang.
Seperti biasa, saat masuk waktu makan siang, orang-orang akan memenuhi meja-meja di kafetaria kantor itu. Begitu juga dengan Koo Junhoe dan Kim Jiwon, mereka sekarang sudah siap dengan makan siangnya.
“June, jadi kau sudah memutuskan untuk menerima pekerjaan itu?” Jiwon memasukkan sesendok penuh nasi kedalam mulutnya.
“Sebenarnya aku tidak menerimanya, tapi aku melakukannya karena aku tidak bisa menolaknya. Aku belum siap jadi pengangguran” jawab Junhoe santai dan mulai menyantap makanan miliknya.
“Kapan kau berangkat?”
“Seminggu lagi, aku membuatnya sedikit lama”
“Seminggu? Hanna juga pergi seminggu lagi ...” Jiwon sedikit menahan sumpit yang akan membawa makanan kedalam mulutnya. “Woah jinjja, aku akan benar-benar sendirian sekarang, kalian berdua pergi meninggalkanku. Apa mungkin kalian sengaja merencanakan ini dibelakangku? Ya! Mana bisa begitu ..” Jiwon tersenyum hambar dan kembali melahap makanannya.
Junhoe terdiam, tangannya kembali menyimpan sendok yang sudah berisi nasi itu. Dia menarik nafas dalam, memberanikan diri menatap Jiwon.
“Hyung ...”
“Wae?”
“Hanna Noona ... dia se-sebenarnya_”
“Kenapa dengannya? Kau ternyata menyukainya?”
Walaupun Jiwon tersenyum dan membuatya hanya seperti candaan, tapi entah kenapa itu terasa seperti pedang tajam ditelinga Junhoe. Dia tidak tahu harus bagaimana, tapi yang jelas Junhoe harus mengatakan yang sebenarnya pada Jiwon.
“Hyung aku tidak tahu bagaimana mengatakan ini, tapi kau harus tahu kalau aku_”
“Junhoe-ya, semalam aku sudah mengatakannya padamu, aku di tolak. Jadi untuk sekarang  jangan bicarakan dia padaku”
“Keundae Hyung, kau mungkin melihatnya semalam dan aku benar-benar_”
“Junhoe hajima!”
“Hyung, kau mungkin salah faham. Dengarkan aku dulu kalau aku_”
“Ya Koo Junhoe! Hajima, jebal” Jiwon menyimpan sumpitnya dan menatap Junhoe, memberi tahunya kalau dia benar-benar tidak mau membahas masalah ini sekarang. Jiwon sudah berusaha menutup mata atas apa yang terjadi pada mereka.
“Aku tahu kau sangat menyukai Hanna Noona, jadi aku mohon dengarkan aku kalau_”
“Ya! Aku sudah bilang hentikan, tolong hentikan Junhoe-ya. Ini tidak berjalan seperti yang aku bayangkan, semua ini begitu tiba-tiba. Jadi aku mohon padamu jangan bicarakan tentang ini lagi, lupakan kalau aku tahu apa yang terjadi”
“Hyung ...”
“Junhoe-ya, kau adalah temanku, dan aku ingin kita tetap menjadi teman apapun yang terjadi. Aku hanya ingin melupakan masalah ini dan kita kembali berteman seperti dulu, kita bertiga, aku, kau, dan Hanna. Mulai sekarang aku tidak akan peduli dengan hubungan kalian berdua dibelakangku, aku akan menutup mata untuknya. Tapi aku mohon, bisakah kita kembali seperti dulu? Apa kau masih ingin menjadi temanku?”
Sayangnya, tatapan Jiwon sangat menekan hatinya. Junhoe sekarang tidak punya kekuatan untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi antara dia dan Hanna, Jiwon memohon padanya dan Junhoe tentu saja memilih temannya.
“Mianhae Hyung”
“Jangan minta maaf, ini bukan sebuah kesalahan”
Terkadang cinta sangat tidak tetap jika hadir dalam sebuah pertemanan seperti ini, karena cinta itu bisa menghancurkan semuanya, membuat air mata jatuh tidak tertahan.
            &&&
Kim Jiwon, Koo Junhoe, dan Hanna Jung. Mereka memilih untuk melupakan apa yang sudah terjadi, menutup kedua mata dan telinga dari semua yang sudah mereka lalui. Mereka bertiga adalah teman, dan tentu saja mereka akan memilih pertemanan mereka walau apapun yang terjadi.
Dan beberapa hari sudah berlalu, benar-benar tidak terasa kalau hari begitu cepat berganti. Juga dengan seiring itu, mereka bertiga sudah bisa kembali seperti dulu, mereka yang berteman dan bahagia.
Kim Jiwon tetap memilih tersenyum dan berdiri didepan Junhoe dan Hanna, dia sama sekali tidak ingin tahu dan peduli apa yang terjadi antara mereka. Sudah cukup hanya sampai itu yang ingin Jiwon ketahu tentang mereka, dan jika dia lebih banyak tahu maka mungkin hatinya tidak akan bisa bertahan.
Malam ini adalah malam terakhir untuk mereka bertiga menghabiskan waktu bersama, besok siang Junhoe dan Hanna akan pergi dan meninggalkan Jiwon. Dan untuk mengiringi itu, mereka bertiga membuat pesta perpisahan, ah walaupun ini bukan perpisahan selamanya.
Ronde pertama mereka lalui dengan makan daging panggang dan soju, dan selanjutnya ronde kedua mereka habiskan dengan bernyanyi ria ditempat karoke.
Koo Junhoe sudah terbaring di soda melihat Hanna dan Jiwon yang masih bernyanyi tidak karuan, mereka bertiga sudah kehilangan kesadarannya sejak ronde pertama tadi, dan memaksakan ronde kedua sampai sepertinya menghabiskan semua kesadarannya.
“Direktur bangunlah, Direktur .. Direktur apa kau bisa mendengarku?” seorang pelayan datang dan membawa salah satu dari mereka pulang, tapi sayangnya dia meninggalkan dua sisanya begitu saja.
            &&&
Jiwon membuka matanya perlahan, telinganya terusik dengan suara ponsel yang terus berbunyi didekatnya. Jiwon mendudukkan dirinya dan menyandar di kepala ranjang, memijat kepalanya yang terasa sangat berat.
“Ah jinjja, aku pusing sekali. Berapa banyak aku minum semalam dan aah .. perutku mual” Jiwon mengusap wajahnya beberapa kali, lalu mengambil ponselnya dan kedua matanya membulat saat melihat kalau ini sudah jam sepuluh.
Kedua mata sipit Jiwon juga semakin membulat saat menyadari kalau dia berada disebuah Motel dengan tidak ada sehelai bajupun ditubuhnya.
Jiwon memutar matanya melihat sekeliling, bajunya yang berserakan dilantai dan tanda-tanda kalau dia tidak tidur sendiri tadi malam. Sekilas ingatan semalam melintas dimatanya, kalau semalam dia bersama Hanna. Dan mereka tidak sengaja melakukan sesuatu.
Jiwon kembali mengambil ponselnya dan menolak panggilan yang dari tadi masuk padanya, dia menyingkirkan nama Direktur Song dan mencari Hanna dilayar ponselnya. Sekarang hanya wanita itu yang ada dalam fikirnya, Hanna Jung.
Tapi sayangnya, dia bangun terlalu siang. Jiwon terlambat, Hanna sudah ada dalam pesawat.
            -TamaT-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR