luhanay blog Follow Dash Owner

Minggu, 14 Februari 2016

[FF] Surfling Chapter 1


Baiklah, sekarang kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.

-
--
Tittle                : Surfling
Genre              : School life, Romance
Length             : Chapter
Author             : Cifa Rakay
Cast                 : Han Yunchi // Kim Jinhwan // Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-
Han Yunchi, gadis berambut panjang itu, berjalan santai menuju sekolahnya. Langkah demi langkah dia lewati di trotoar jalan itu, sambil sesekali dia tersenyum melihat sekelilingnya yang entah kenapa terasa sangat tenang pagi ini. Matahari memang belum berada diatas kepala, tapi sinarnya cukup menghangatkan semua orang pagi ini. Yah, suasana yang selalu dia inginkan. Tenang dan bahagia.
Yunchi memperlambat langkahnya, kedua matanya memperhatikan seorang namja dengan seragam sekolah yang sama, sedang mengaduk isi tasnya, mencari sesuatu.
Brukh buk ...
Han Yunchi sedikit berlari menghampiri namja itu saat beberapa buku dari tasnya jatuh berserakan dijalan. Yunchi berjongkok, mengambil buku-buku itu dan merapikannya kembali.
“Lama tidak bertemu...”
Yunchi sedikit mengerutkan keningnya mendengar suara namja itu, lalu dia berdiri dan mengangkat wajahnya melihat namja yang masih berdiri dihadapannya. Seorang namja berambut hitam dengan tahi lalat kecil di pipi kanannya.
Bruukh bruk.
Tangan Yunchi begitu saja menjatuhkan beberapa buku ditangannya, seolah tertiup angin. Kedua matanya membulat, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Namja itu... apakah kedua matanya salah lihat, atau memang benar dia sedang melihat namja itu, Kim Jinhwan.
“Ah~ Kau cantik, Han Yunchi...” namja itu menarik ujung bibirnya keatas, menyimpulkan senyum manis. Lama mereka tidak bertemu, membuat namja itu hanya bisa mengira-ngira bagaimana wajah yeoja itu sekarang. Dan ternyata, semua bayangannya tidak pernah bisa mewakili kecantikan Han Yunchi.
“..ke-kenapa kau disini?” bibir tipis Yunchi bergumam pelan, dia masih tidak percaya kalau sekarang namja yang bernama Kim Jinhwan itu berdiri dihadapannya setelahmenghilang begitu lama.
“Aku... aku kembali Yunchi-ya, maaf membuatmu lama menunggu”
Perlahan kaki Yunchi melangkah mundur, sebelum akhirnya dia melangkah cepat menjauh. Meninggalkan namja itu. Han Yunchi hanya berjalan, melangkah secepat dia bisa dan meyakinkan fikirannya kalau namja itu bukanlah Kim Jinhwan.
“Han Yunchi... aku mohon jangan pergi Yunchi-ya, Han Yunchi!” namja bernama Kim Jinhwan itu melempar tasnya, berlari cepat mengejar yeoja berambut panjang yang benar-benar dia rindukan. “Yunchi-ya jebal...” akhirnya Jinhwan berhasil menarik sebelah tangan Yunchi dan membuat yeoja itu berhenti melangkah.
“Lepaskan aku!” Yunchi berusaha melepaskan genggaman tangan namja itu, tapi sayangnya entah kenapa, tenaganya seperti menghilang. Dia yang memang lemas, ataukah kekuatan namja itu memanglebih besar daripadanya.
“Yunchi-ya, jangan menghindariku”
“Maaf, tapi aku harus pergi” Yunchi masih berusaha melepaskan genggaman itu, walaupun sudah jelas usahanya sia-sia. Jinhwan menggenggamnya sangat erat, seolah dia tidak ingin kembali kehilangan yeoja yang dia cintai.
“Aku tahu ini salahku karena meninggalkanmu, tapi sekarang aku kembali ... untukmu”
“Tidak ada yang memintamu kembali, mungkin kau salah orang”
“Ani Yunchi-ya, jangan seperti ini. Maafkan aku...”
“Kau bukan siapa-siapaku, tidak perlu mengatakan maaf jika kau merasa tidak melakukan kesalahan”
“Aku tahu Yunchi-ya, ini pasti berat untukmu, tapi aku mohon jangan seperti ini padaku. Aku kembali untukmu, dan sekarang aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi...”
“Sebaiknya kau jangan mengatakan sesuatu yang kau sendiri tidak tahu bisa mempertahankannya atau tidak” Yunchi akhirnya bisa melepaskan tangan namja itu darinya, dan tanpa melihat tatapan itu, Yunchi kembali melangkahkan kedua kakinya pergi.
“Yunchi-ya saranghae! .. jeongmal mianhae”
Langkah yeoja itu berhenti, dia mematung. Teriakan namja itu begitu terdengar di kedua telinganya dan menusuk hatinya. Tanpa sadar, tetes air mata jatuh begitu saja dari matanya. Pertahanannya hancur. Pada akhirnya Yunchi harus mengakui kalau dia tidak bisa melakukannya, dia tidak bisa melupakan namja itu. Walau seberapa kuat dia berusaha, seberapa sering dia mencoba, bahkan waktu tiga tahunpun tidak bisa membuatnya menghilangkan sedikit saja memory tentang Kim Jinhwan.
“Hanya maaf dariku tidak akan pernah bisa membayar semua air mata yang sudah kau jatuhkan selama ini, aku terlalu bersalah padamu. Dan jika kau membenciku, itu memang pantas. Tapi, aku mohon jangan menghindar dariku, jangan tinggalkan aku Yunchi-ya...”
Yunchi menahan nafasnya saat dia rasakan tangan namja itu sudah melingkar dipinggangnya, memeluknya erat. Yunchi hanya menutup matanya, berusaha sekuat mungkin menahan dirinya untuk tidak menangis dan menjatuhkan lebih banyak air mata sekarang. Pelukan namja itu bahkan masih terasa hangat seperti dulu, membuatnya sadar kalau dia memang sangat merindukannya.
“Aku tidak akan memaksamu untuk memafkanku, tapi aku mohon jangan tingalkan aku” Jinhwan membenamkan kepalanya dipundak Yunchi, sedikit menghirup aroma tubuh yeoja yang tiga tahun ini membuatnya gila.
Perlahan Yunchi menggerakan tangannya, melepaskan pelukan Jinhwan. Tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya, Yunchi berlari meninggalkan Jinhwan dengan cepat. Dia tidak tahu harus bagaimana, dia hanya ingin berlari dengan kencang dan menjauh dari namja yang mati-matian dia coba untuk lupakan. Bukan karena dia membenci Jinhwan, tapi hanya saja... kemunculan namja itu yang tiba-tiba, membuat semua pertahanannya selama ini roboh dalam sekali tiupan angin. Han Yunchi hanya ingin menangis.

            ***

Seperti biasanya, suasan kelas selalu ramai dengan berbagai tingkah murid-muridnya. Semua orang sibuk dengan kegiatannya, entah itu hanya mengobrol ataupun mengerjakan tugas. Kecuali seseorang, yang hanya menundukkan kepalanya dan memejamkan mata. Sama sekali tidak melakukan apapun, bahkan bergerak satu sentipun tidak.
Bell berbunyi, tapi beberapa murid masih tidak mau menyudahi pembicaraan mereka dengan temannya. Mereka hanya seperti itu sampia Seonsaengniem datang. Dan kebetulan, entah kenapa, pagi ini Wali kelas mereka datang sangat cepat dari biasanya, dengan seseorang yang mengekor dibelakangnya.
“Selamat pagi semuanya...” sapa Kim Seonsaeng seraya mengedarkan pandangannya kesemua sudut kelas. “Apakah aku datang terlalu cepat pagi ini?” tanyanya kemudian dengan senyum kecil.
“Ne, Saem. Biasanya kami menunggu sampai dua puluh menit, tapi hari ini berbeda” jawab seseorang.
Kim Seonsaengnim kembali menarik sudut bibirnya tersenyum, masih tidak melepaskan pandangannya dari wajah demi wajah muridnya. “Emh yah, ini sedikit berbeda. Tapi itu bagus untuk kita semua, benarkan?”
“Saem, siapa itu yang berdiri diluar?” tanya seseorang lagi dengan menunjuk seorang namja yang berdiri disamping pintu kelas.
“Kita kedatangan teman baru, mulai hari ini dia akan bergabung bersama kita. Ayo masuklah...” Kim Seonsaeng melambaikan tangannya pertanda mempersilahkan orang itu masuk.
“Oouwhh....” beberapa orang langsung merespon saat melihat siapa yang datang. Tidak ada murid disini yang tidak mengetahuinya, walaupun sebenarnya mereka juga tidak terlalu mengenalnya.
“Annyeonghaseyo...”
Han Yunchi membuka matanya, suara seseorang yang baru mengatakan salam itu membuatnya mengerutkan kening. Dia mengenal suara itu. Yunchi mengangkat wajahnya, melihat namja yang beridiri disamping Kim Seonsaeng yang memang dia kenal.
“Mulai hari ini, Kim Jinhwan akan kembali mejadi bagian dari kita. Jadi aku harap, kalian bisa membantunya disini” Kim Seonsaeng kembali menjelaskan.
Deg. Han Yunchi seperti kembali kehilangan tenaganya, dia tidak percaya kalau itu benar-benar Kim Jinhwan dan mulai sekarang akan sangat dekat dengannya. Kim Jinhwan satu kelas dengannya. Tentu saja ini bukan sebuah hal yang baik, karena itu pastinya akan membuat Yunchi semakin sulit melupakannya.
“Jinhwan-sshi, kau bisa duduk dikursi yang kosong itu” Kim Seonsaeng menunjuk kursi tepat disamping tempat duduk Yunchi.
“Ne, gamsahamnida Saem” Jinhwan membungkuk lalu berjalan menuju kursi yang ditunjuk Kim Seonsaeng, membuat matanya tidak sengaja menabrak tatapan yeoja itu. Kim Jinhwan menghela nafas pelan saat Yunchi langsung memalingkan wajah darinya, Jinhwan kemudian hanya duduk diam ditempatnya dan melihat Kim Seonsaeng yang mulai mengajar. Perasaannya random, dia tidak tahu harus bagaimana dengan yeoja yang duduk disampingnya itu. Yunchi menolaknya. Yah, sebenarnya Jinhwan juga masih tidak bisa memaafkan dirinya sendiri untuk itu.
“Saem...” keheningan sedikit terpecah saat tiba-tiba Yunchi mengeluarkan suara seraya berdiri dari kursinya.
“Iya Yunchi, kenapa?” Kim seonsaeng melepaskan tatapannya dari buku tebal yang sedang dia baca, sedikit berjalan menjauh dari mejanya dan menatap Yunchi.
“Sepertinya aku harus ke kamar mandi”
“Oh, tentu saja, silahkan” Kim Seonsaeng mengangguk pelan lalu kembali pada mejanya, melanjutkan kegiatannya dengan buku tebal itu, sementara Han Yunchi meninggalkan kelas.
Yunchi melangkahkan kakinya cepat, rasanya dia ingin menghilang dan mencari tempat dimana dia tidak bisa melihat Kim Jinhwan. Yang terjadi pagi ini, cukup membuatnya lemas dan hampir gila. Dia sangat merindukan Jinhwan, tapi disisi lain Yunchi masih ingat dengan perkataan Ny.Kim yang menyuruhnya tidak lagi bersama Jinhwan. Perkataan itu selalu terngiang dikedua telinganya, seolah tidak bisa dilupakan. Hatinya sakit jika mengingat itu.
Tidak, bukan Yunchi menyalahkan takdir  karena tidak terlahir dari keluarga kaya seperti Jinhwan, dia hanya sedih dan menyalahkan dirinya sendiri karena mencintai namja yang tidak pantas untuknya. Kim Jinhwan seperti langit, tinggi dan sangat jauh. Mungkin Yunchi masih tidak akan menggapai langit itu walau dia terbang sekalipun. Terlalu jauh.
Yunchi menarik nafasnya sangat dalam, lalu membuangnya perlahan. Kembali menyeka air mata dan menenangkan dirinya. Dia tidak ingin menangis lagi, karena menangis hanya membuatnya semakin tidak bisa melepaskan Jinhwan. Sudah cukup baginya dengan semua ini, Yunchi hanya ingin tenang dan melupakan Kim Jinhwan.
“Mianhae...”
Yunchi sontak membalikkan badannya saat mendengar suara itu, suara namja yang sekarang sedang berjalan menghampirinya. Siapa lagi jika bukan Kim Jinhwan. Yunchi dengan cepat berjalan menjauhinya lagi, meninggalkan Jinhwan adalah pilihan tepat untuknya saat ini. Mau bagaimanapun, dia tidak boleh terlibat lagi dengan Kim Jinhwan.
Akhirnya Jinhwan hanya bisa diam menatap punggung yeoja itu yang perlahan menghilang dibalik tembok, dia tidak mengejarnya lagi. Mungkin Yunchi butuh waktu untuk ini. Jinhwan harus kembali menahan rasa rindunya, dan tersiksa dengan itu. Dia tidak mau lagi melakukan apapun tanpa pemikiran, sudah cukup dia membuat Yunchi menderita.

            ***

Kim Jinhwan turun dari mobil hitam yang menjemputnya, berjalan santai menuju pintu rumahnya sambil menyeret tas punggung yang menurutnya sedikit merepotkan. Hari ini berjalan tidak terlalu baik untuknya. Dia lelah.
“Ya! Kim Jinhwan!”
Jinhwan menoleh kebelakang, melihat ke sumber suara yang dengan lantang meneriakkan namanya. Jinhwan menatap seorang namja dengan mata sipit yang sekarang berlari kearahnya.
“What’s up man” ucap namja itu seraya menepuk pundak Jinhwan, membuat namja bertahi lalat itu hanya menatapnya malas tanpa ekspresi. “Kudengar ini hari pertamamu sekolah, jadi... bagaimana disana?”
“Melelahkan. Dan aku tidak tertarik untuk menceritakannya padamu Hyung” Jinhwan membuka pintu rumahnya dan berjalan meninggalkan namja yang dia panggil Hyung itu. Kemudian Jinhwan menghela nafas malas dan menghentikan langkahnya, menatap seorang wanita yang sekarang berdiri dihadapannya. Ny.Kim.
“Jinhwan-ah, bagaimana hari pertamamu sekolah? Apakah itu menyenangkan atau sangat menyenangkan?” wanita itu tersenyum dan mengusap lembut pipi Jinhwan.
“Eomma, sekolah tidak akan pernah menjadi menyenangkan. Aku tidak mau membicarakan itu, aku lelah” Jinhwan menenteng tas punggung itu kesebalah pundaknya lalu kembali berjalan, menaiki anak tangga dan meninggalkan wanita setengah baya yang dipanggilnya Eomma.
“Tapi jangan lupa, malam ini kita akan pergi makan malam. Jangan membuat masalah, Jinhwan-ah” teriak Ny.Kim mengiringi Jinhwan yang tidak memperdulikan itu dan hanya menghilang dibalik pintu kamarnya.
“Imo, dimana Eomma?” namja yang tadi menyapa Jinhwan itu, berjalan mendekati Ny.Kim sambil melepaskan satu persatu benda yang dipakainya. Melempar sepatu, kaos kaki, tas, dan jaketnya sembarangan.
“Aigoo. Pantas saja Ibumu menyerah mengurusmu, kelakuanmu tidak pernah berubah. Wonho-ya, berhenti bertingkah kekanak-kanakan, kau sudah besar”
“Imo, aku hanya menanyakan Eomma, kenapa malah memarahiku seperti Ny.Choi?”
“Ommo! Bahkan kau memanggil Ibumu seperti itu, ‘Ny.Choi’ ??” Ny.Kim menggelengkan kepalanya pelan, tidak mengerti dengan keponakannya yang satu itu.
“Aku lapar Imo, apa kau tahu dimana Eomma?” Wonho merajuk dan mengelus-elus tangan Ny.Kim manja. Namja itu sama sekali tidak pernah malu dengan semua kelakuannya, dia hanya merasa kalau dirinya tampan, dan sangat tampan. Wonho bahkan tidak pernah mendengarkan semua nasehat dari keluarganya.
“Aish. Kau membuatku jengkel. Ibumu pergi keluar, sebentar lagi mungkin datang. Dan jika kau lapar, minta Jung Ahjumma untuk membuatkanmu makanan. Jadi, jangan menggangguku ne?”
“Geurae, arasseo Imo” Wonho mengangguk lalu berlari menuju dapur, mencari Jung Ahjumma atau pelayan yang lain. Atau kalau tidak, namja itu akan membuat keributan didapur. Seperti biasanya.
Tidak lama kemudian, namja dengan mata sipit dan senyum manis itu kembali dengan satu nampan penuh makanan. Ramyeon cup instan, sepiring waffle, sepiring buah-buahan, sepiring chesse cake, beberapa minuman kaleng, dan beberapa makanan ringan lainnya. Wonho berjalan masuk kedalam kamar Jinhwan yang pintunya tidak tertutup, masih dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. Dia duduk disofa dan mulai menyantap semua makanan itu.
“Hyung, apakah kau selalu makan sebanyak itu?” Jinhwan menatap sepupu yang satu tahun lebih tua darinya itu dengan tatapan aneh, tidak mengerti bagaimana namja itu bisa mempertahankan abs diperutnya jika dia makan seperti itu.
“Tidak juga. Aku hanya makan apapun yang aku inginkan, tapi kau juga tahu kalau aku tidak sebebas yang kau fikirkan”
“Hem, arasseo. Kau dan aku terlahir seperti ini, dan terjebak” Jinhwan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, memejamkan matanya dan kembali memikirkan yeoja yang hari ini sama sekali tidak menyambutnya dengan baik.
“Jinhwan-ah, kau tahu kemana kita akan pergi malam ini? Kenapa Imo sepertinya antusias sekali, membuatku takut melihatnya” Wonho meneguk minuman kalengnya dan kembali memasukkan sesendok chesse cake kedalam mulutnya, lalu melirik Jinhwan yang masih terbaring diranjangnya.
Kim Jinhwan membuang nafasnya, lalu membuka matanya dan menatap langit-langit kamar. Tentu saja Ny.Kim antusias, malam ini mereka akan mengadakan pertemuan keluarga untuk membicarakan hal itu. Sesuatu yang dia benci karena akan merusak hidupnya. “Hyung, aku akan bertunangan...” jawab Jinhwan pelan.
“Jinjja? Jadi rencana itu benar-benar akan terjadi?” Wonho menatap Jinhwan penuh pertanyaan. Keluarga mereka memang sudah membicarakan hal itu sebelumnya, tapi Wonho sama sekali tidak membayangkan kalau itu akan benar-benar terjadi.
“Aku tidak tahu harus bagaimana Hyung, sepertinya aku akan gila. Aku tidak bisa melindunginya, dan sekarang aku akan kembali menyakitinya” Jinhwan menutup mata dengan sebelah tangannya.
“Ya! Siapa yang kau bicarakan itu huh?”
“Seseorang yang sangat aku cintai. Tapi aku tidak bisa bersamanya ataupun melindunginya, aku hanya membawa masalah untuknya”
“Kalau begitu, kau harus tetap jauh darinya. Jika kau mencintainya, jangan biarkan dia menderita karenamu. Cinta itu tidak menyakiti, tapi berkorban” Wonho mengangguk pelan, membenarkan ucapannya yang dia rasa sangat bijak. Yah, kata ter-bijak yang pernah dia ucapkan. Lalu sedetik kemudian, namja itu kembali memenuhi mulutnya dengan makanan.
“Hyung...” Jinhwan beranjak dari ranjangnya, berjalan mendekati Wonho dan menatapnya. “Bagaimana jika aku minta sedikit bantuanmu?”
“Untuk apa?”
“Bisakah kau merubah dirimu menjadi Kim Jinhwan?”
 “Uhuk ohok .. Mwo?” Wonho hampir memuntahkan isi mulutnya pada Jinhwan jika saja dia tidak bisa menahan itu. “Apa kau gila? Mana mungkin aku bisa melakukannya, nanti Ibumu bisa menjadi nenek sihir dan menyihirku menjadi kadal buntung. Ya! Aku tidak mau celaka karena itu!” Wonho menggeleng pasti, sangat tidak bisa menerima pertanyaan Kim Jinhwan padanya. Itu terlalu gila.
“Aku tidak gila, aku hanya terlalu mencintainya” Jinhwan meneguk minuman kaleng dihadapannya sampai habis. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk menolong dirinya sendiri dari perjodohan gila ini.
“Ah geuraeseo? Aish. Sepertinya cinta memang membuat banyak penderitaan, Jinhwan-ah. Mungkin kau harus hidup sepertiku, tidak punya seseorang yang dicintai. Hanya mengencani wanita untuk 24 jam, setelah itu meninggalkannya. Itu pasti tidak akan membuatmu gila seperti ini...”
“Ah Hyung, aku bukan playboy sepertimu. Aku ini namja baik-baik” Jinhwan tersenyum hambar membalas tatapan Wonho, sebelum akhirnya dia duduk disamping namja itu dan ikut memakan beberapa makanan yang masih tersisa.
“Kalau begitu, bisakah kau gantikan aku untuk pertunangan itu?” Jinhwan kembali menatap Wonho dengan tatapan serius.

            ***

Han Yunchi membuka perlahan pintu itu, melihat yeoja yang sedang berdiri dihadapan cermin dengan beberapa baju ditangannya. Sepertinya dia berusaha untuk memilah mana baju yang cocok untuknya, atau sesuatu seperti itu.
“Eundong-ah...” ucap Yunchi pelan, lalu berjalan mengampiri yeoja yang sudah dia anggap seperti adiknya sendiri.
“Ya! Aku mencarimu kemana-mana, kenapa baru menemuiku? Aku membutuhkanmu! Lihatlah semua baju-baju ini, aku tidak tahu harus memakai apa sekarang. Semuanya terlihat membosankan untukku....” Eundong menunjuk banyak baju yang sudah berantakan diranjangnya, dan merengek seperti kebiasaannya.
“Maaf, tadi aku membantu menyiapkan makanan dulu. Tapi, sebenarnya ada acara apa sekarang? Kenapa banyak sekali makanan, dan kau juga berdandan seperti ini...” Yunchi hanya menatap baju-baju yang berantakan itu dan Endong.
“Aish. Kau tidak tahu? Malam ini mereka akan datang makan malam, jadi aku harus terlihat sangat cantik sekarang. Kau bisa membantuku?”
“Mereka? siapa mereka?”
“Calon tunanganku dan keluarganya, kau sudah tahu tentang itu kan Yunchi?”
“Eoh? Bukankah kau bilang kalau dia masih diluar negeri?”
“Ani, dia sudah kembali. Sudah tidak usah fikirkan itu, kau pasti akan bertemu dengannya sekarang. Yang penting, kau harus membantuku untuk terlihat cantik. Aku tidak mau merusak kesan pertamaku bertemu dengan keluarganya, jadi kau harus membantuku Han Yunchi!” Eundong memerintah, walaupun masih dengan nada manjanya.
Akhirnya, Yunchi tidak bisa menolak untuk itu. Dia harus membantu Eundong. Setidaknya, dia harus banyak melakukan sesuatu pada keluarga ini, keluarga yang sudah mau menampungnya.
Tapi tidak lama waktu berlalu, sudah terdengar keramaian dari lantai bawah. Membuyarkan konsentrasi mereka, dan semakin membuat Eundong panik karena pada dasarnya dia memang orang dengan tingkat kepanikan tinggi. Ji Eundong tidak percaya dengan dirinya sendiri, dia sering membuat dirinya tampak merepotkan dengan kepanikkannya itu.
“Yunchi-ya, sepertinya mereka sudah datang. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Apa aku sudah cantik? Atau setidaknya aku tidak terlihat berantakan? Yunchi-ya bagaimana ini?”
Yunchi hanya menarik nafasnya, menyemangati dirinya dan menenangkan Eundong. “Tenanglah Endong-ah, kau sangat cantik sekarang. Dan jika mereka sudah datang, maka tidak akan ada apa-apa yang terjadi padamu, semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah...”
“Tapi Yunchi, aku tidak bisa tenang sekarang!”
“Eundong-ah, apa yangs edang kau lakukan? Cepat keluar, mereka sudah datang. Cepatlah” tiba-tiba teriakan seseorang terdengar dari balik pintu, membuat yeoja bermarga Ji itu semakin meracau tidak jelas dengan kepanikannya.
“Geurae, aku akan keluar sekarang...” Eundong berteriak menajawab itu, lalu kembali meracau dan memeriksa penampilannya didepan cermin besar, untuk kesekian kalinya.
Sementara itu, Ny.Ji dan Tn.Ji sudah tersenyum lebar menyambut kedatangan mereka dilantai bawah. Sebuah keluarga yang awalnya hanya rekan bisnis, tapi sekarang akan menjadi bagian dari keluarga karena rencana itu. Perjodohan anak mereka.
“Ommo! Lama tidak bertemu, ternyata kau sudah besar dan sangat tampan” Ny.Ji antusias menyapa seorang namja imut dengan tahi lalat kecil dipipi kanannya.
“Gamsahamnida”
“Pasti kalian membesarkannya dengan sangat baik, Jinhwan benar-benar tampan”
“Ah itu berlebihan, tidak ada yang istimewa. Tapi, dimana Eundong?” Ny.Kim sedikit memutar matanya melihat sekeliling.
“Annyeonghaseyo...” Eundong datang bersama Yunchi yang mengikutinya dibelakang.
“Aigoo. Cantik sekali... Eundong seperti putri, benar-benar cantik”
“Gamsahamnida, tapi sepertinya itu terlalu berlebihan” Eundong tersenyum malu karena pujian Ny.Kim padanya.
Sementara itu, disisi lain. Sepasang mata tidak sengaja menabrak tatapan itu, tatapan penuh ketidak percayaan. Membuat mereka terdiam mematung, mencerna cerita apa yangs edang terjadi pada mereka ini.
Rasanya jantung Han Yunchi seperti berhenti berdetak, nafasnya tercekat. Menatap Kim Jinhwan tidak percaya. ‘Apakah dia calon tunangan Eundong?’ Pertanyaan itu langsung memenuhi fikirannya.
‘Kenapa dunia ini sempit sekali? Apakah tidak ada tempat lain untuk semua ini? Kenapa harus selalu didekatnya, dan membuat dia semakin hancur?’ Kim Jinhwan masih sibuk dengan fikirannya sendiri, sama sekali tidak menghiraukan Ny.Kim yang terus membicarakannya dengan Eundong.
“Permisi, tapi bisakah aku mengatakan sesuatu?” namja bermata sipit itu tiba-tiba menyela pembicaraan, membuat semua mata mengarah padanya.
“Oh iya Wonho, apa yang ingin kau katakan?” Ny.Kim tersenyum pada namja itu, menunggu sesuatu yang akan dikatakan Wonho yang sudah menyela pembicaraan mereka.
            -tbc-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR