luhanay blog Follow Dash Owner

Minggu, 14 Februari 2016

[FF] Surfling Chapter 2


Baiklah, sekarang kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.

-
--
Tittle                : Surfling
Genre              : School life, Romance
Length             : Chapter
Author             : Cifa Rakay
Cast                 : Han Yunchi // Kim Jinhwan // Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-

Sepertinya makan malam kali ini berjalan lancar, seperti apa yang mereka inginkan. Hampir semua orang sibuk membicarakan perjodohan ini dan kerja sama mereka. Seperti biasanya pengusaha, tidak ada sesuatu yang dilakukan tanpa alasan, termasuk perjodohan yang sebenarnya mempunyai inti kerja sama politik.
Hanya dia, Kim Jinhwan, yang tidak ikut membicarakan hal tidak penting itu disini. Dia hanya mengaduk makanannya tanpa arah, sama sekali tidak berniat memasukkan makanan itu kedalam mulutnya walaupun satu sendok. Hatinya masih sesak karena tatapan itu, tatapan Han Yunchi yang begitu menusuknya. Walaupun dia tidak mengerti kenapa Yunchi bisa ada disini, tapi Jinhwan lebih tidak mengerti kenapa dia harus kembali menyakiti yeoja itu dengan cara seperti ini.
Sementara itu, Wonho masih belum kembali dari kamar mandi. Setelah tadi dia membuat semua orang menatapnya karena tiba-tiba menyela pembicaraan dengan serius, hanya untuk mengatakan kalau dia harus ke kamar mandi. Benar-benar namja yang bebas.
Lalu Han Yunchi? Yeoja itu tidak ikut duduk dimeja makan dan bergabung bersama mereka. Yunchi pergi entah kemana setelah menyambut keluarga Jinhwan.
“Jinhwan-ah... Kim Jinhwan?”
“Hemh?” Jinhwan mengangkat wajahnya menatap Ny.Kim dan Ny.Ji bergantian. Dari tadi dia sama sekali tidak mendengarkan yang mereka bicarakan, dia hanya memikirkan Han Yunchi.
“Bagaimana?”
“Ba-bbagaimana apa?”
“Aigoo. Sepertinya Jinhwan begitu terpana dengan kecantikan Eundong, sampai membuatnya melamun seperti itu” Ny.Kim menggoda, membuat anaknya menggelengkan kepala dengan cepat tanda membantah.
“Animida, aku tidak melamun. Maaf” Jinhwan tersenyum kikuk, lalu meneguk air putih dihadapannya untuk sedikit menenangkan fikirannya.
“Lalu bagaimana? Apa kau setuju jika pertunangan kalian dilakukan akhir bulan ini?”
“Mwo?” Jinhwan mengerutkan keningnya, sepertinya dia akan segera hancur. “Tapi bukankah itu terlalu cepat?”
“Tidak apa-apa, lebih cepat lebih baik. Jadi, apa kau setuju? Endong sudah setuju, dan kami hanya tinggal menunggu jawabanmu”
Kim Jinhwan menarik nafas dalam, melirik yeoja bernama Ji Eundong disampingnya sekilas lalu kembali meneguk minuman ditangannya. “Baiklah, aku tidak bisa menolak jika begitu”
“Baguslah, kalau begitu kita akan mulai menyiapkan semuanya”
Jinhwan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, menatap air dalam gelas ditangannya. Dia tidak bisa menginginkan ini, tapi juga tidak bisa menolak perjodohan ini. Jinhwan membutuhkan lebih banyak kekuatan untuk memegang kemudi hidupnya sendiri, dan dia belum tahu dari mana bisa mendapatkan kekuatan itu.
“Tunggu, tapi dimana Wonho? Kenapa dia belum kembali?” akhirnya Ny.Shin menyadari kalau anak semata wayangnya itu tidak ada disana bersama mereka.

Namja bermata sipit itu berjalan perlahan, terus mencari dari mana asal tangisan itu. Walaupun fikirannya sempat terbayang hal yang menyeramkan, tapi dia menguatkan dirinya untuk tidak takut dan mencari siapa yeoja yang menangis malam-malam seperti ini.
Wonho sempat berfikir dua kali untuk mendekati pintu yang terbuka itu, pintu yang mengarah langsung ke taman belakang. Tapi akhirnya dia melangkahkan kedua kakinya keluar dari pintu itu, melihat taman belakang yang dihiasi beberapa jenis bunga.
“Aaaaaaaaakh!”
“Aaaaaaaaaaahh....”
Wonho membulatkan matanya, memegang dadanya, dan mencoba menghentikan teriakannya saat dia menyadari kalau yang dilihatnya bukan hantu seperti fikirannya. Itu hanya seorang yeoja berambut panjang yang cantik.
“Ssi-ssiapa kau?”
“Apa kau hantu? Jika iya, maka kau adalah hantu tercantik yang pernah aku lihat”
“Siapa kau? Se-sedang apa kau disini? yeoja itu kembali mengulang pertaannya, masih dengan nafas yang tersenggal akibat teriakannya tadi.
“Aku? Sedang apa? Aih.. seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa gadis secantikmu menangis sendirian disini?”
Yeoja itu langsung mengapus air matanya, sedikit merapikan penampilan wajahnya lagi. “Sebenarnya siapa kau?”
“Wonho, panggil saja aku seperti itu. Semuanya juga memanggilku begitu. Lalu, siapa namamu nona cantik?” Wonho tanpa segan mengulurkan tangannya pada yeoja itu. Jiwa playboy-nya akan muncul setiap dia melihat wanita, entah siapa itu.
“Yunchi, Han Yunchi” yeoja itu membalas uluran tangan Wonho ragu.
“Nama yang cantik untuk gadis yang cantik. Ah kau benar-benar cantik, aku sudah keterlaluan mengiramu hantu. Jadi, kenapa kau menangis, Yunchi-sshi?”
“Ne? Aak-aku tidak menangis...”
“Kalau begitu, kau hanya mengeluarkan air matamu. Baiklah, akan akan aku ganti pertanyaannya. Yunchi-sshi, kenapa kau mengeluarkan air matamu?”
“Ne?” Yunchi tidak mengerti dengan namja bernama Wonho itu, dia bahkan tidak mengenalnya. Tapi entah kenapa, namja itu berhasil membuat ujung bibir Yunchi sedikit tertarik, Yunchi tersenyum.
“Ehey kau tersenyum... Apa itu karena aku? Jadi, apa kau akan berhenti mengeluarkan air matamu, Yunchi-sshi?”
Pada akhirnya, pertemuan tidak sengaja itu, membuat mereka berakhir dengan obrolan hangat. Karena tidak tahu kenapa, dengan mudahnya Wonho bisa membuat Yunchi tersenyum. Mungkin itu karena pesona seorang Wonho atau entah karena faktor lain, yang jelas keduanya menjadi akrab dengan cepat malam itu. Setidaknya, kehadiran Wonho bisa sedikit menenangkan fikiran Yunchi tentang Kim Jinhwan.

            ***

Kim Jinhwan turun dari mobil hitamnya setelah seorang pria berjas hitam membukakan pintu untuknya, dengan menggantungkan tas disebelah pundaknya, dia berjalan memasuki gedung sekolah.
Namja itu menundukkan pandangannya, kembali menghela nafas malas. Berusaha menutup telinganya dan terus berjalan, dia tidak ingin semakin memperburuk keadaannya dengan mendengarkan mereka. Sekarang, sekelilingnya sibuk berbisik-bisik membicarakan berita yang sudah tersebar di seluruh sekolah. Apalagi jika bukan tentang pertunangannya dengan Ji Eundong.
“Hey Kim Jinhwan!”
Jinhwan menghentikan langkahnya, menatap dua orang pria dihadapannya. “Apa?” jawabnya singkat seraya sedikit memajukan dagunya, menatap dua orang itu bergantian.
“Woah jinjja. Kau bahkan tidak mengatakan salam dihari pertama kita bertemu, kau sudah banyak berubah” ucap seorang namja yang berbibir tebal tapi terlihat manis saat tersenyum.
“Lalu aku harus bagaimana?”
“Ya Kim Jinhwan! Apa kehidupan Itali sudah meningkatkan kesombonganmu huh? Nada bicaramu bahkan tidak seperti mengenal kami, apa kau benar-benar membuang kami sebagai mantan temanmu eoh?” namja satu lagi juga angkat bicara.
“Teman? Bukankah kalian sendiri yang tidak menganggapku sebagai teman, jadi kenapa sekarang tiba-tiba aku harus bersikap seolah kalian berdua temanku?”
“Oh daebak. Kau benar-benar berubah, Kim Jinhwan. Apa bertunangan dengan Ji Eundong membuatmu semakin menaikkan kesombonganmu?”
“Sebenarnya apa yang ingin kalian katakan? Jika hanya omong kosong, aku tidak punya waktu untuk itu. Aku harus pergi” Jinhwan melangkah melewati dua namja itu.
“Taehyun-ah, sepertinya ada satu hal yang tidak berubah darinya. Kim Jinhwan masih seorang pria lemah yang tidak bisa memegang kemudi hidupnya sendiri” namja berbibir tebal itu menepuk perut teman disebelahnya, sedikit terkekeh.
“Ya! Kang Seungyoon!” Jinhwan menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap kedua namja itu tajam. Dia masih bisa menahan emosinya, hari ini Jinhwan tidak bersemangat untuk membuat masalah apapun. “Meski begitu, tapi setidaknya aku bukan anak dari seorang koruptor. Benarkan, Nam Taehyun?” Jinhwan tersenyum kecil menatap namja sipit bernama Nam Taehyun, sebelum dia kembali melangkahkan kakinya.
“Aish. YA! Kim Jinhwan!” Kang Seungyoon melangkah cepat mendekati Jinhwan dan langsung menendang namja itu sekali hentakan, membuat Kim Jinhwan tersungkur kelanatai. “Jangan pernah menyebut Ayahku seperti itu!” lalu Seungyoon memberikan banyak pukulan tanpa memberi kesempatan Jinhwan untuk menarik nafas.
“Aku tidak membicarakan Ayahmu, kau sendiri yang mengartikannya begitu. Jadi apa maksudmu memukulku?”
Seungyoon menahan kepalan tangannya di udara, mengurungkan niatnya untuk memberikan satu pukulan lagi pada Jinhwan. Dia menahan nafas dalam, sedikit meredam amarahnya pada namja itu. Ucapan Jinhwan sedikit ada benarnya, tapi itu masih tidak bisa diterima olehnya. Benar-benar sebuah penghinaan untuknya.
“Seungyoon, jika aku yang membuatmu salah mengartikan itu, baiklah aku minta maaf. Kau sepertinya harus banyak belajar lagi agar tidak selalu salah mengartikan perkataan orang lain” Jinhwan melepaskan cengkraman Seungyoon dari kerah bajunya, mengusap sedikit darah diujung bibirnya sebelum berdiri dan merapikan seragamnya.
“Brengsek! Kau benar-benar menyebalkan!” Kang Seungyoon pergi dengan langkah cepat, meninggalkan tempat itu. Dia harus menahan amarahnya jika tidak ingin mempermalukan dirinya lebih banyak lagi, banyak mata yang sedang menyorot mereka sekarang ini. Terlalu ramai.
“Apa?” Jinhwan kembali melempar tatapannya pada Taehyun yang masih berdiri tidak jauh darinya.
“Jinhwan-ah, entahlah aku tidak tahu, tapi sepertinya aku merasa itu terlalu kasar. Bisakah kau tidak lagi mengungkit tentang Ayahnya? Sudah cukup Ayahmu merebutnya dari Seungyoon”
“Benarkah? Sebenarnya aku juga tidak bermaksud seperti itu...”
“Lalu apa maksudmu?”
“Seekor beruang tidak akan menyerang sesuatu yang tidak mengganggunya”
“Aish. Menyebalkan!” Taehyun menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan meninggalkan Jinhwan yang masih memegangi luka diujung bibirnya karena pukulan Seungyoon tadi.
“Ini akan jadi berita besar lagi...” Kim Jinhwan bergumam pelan, mengambil tasnya lalu kembali melangkahkan kakinya. Hanya berjalan tenang, tidak peduli dengan semua orang yang sedang membicarakannya karena masalah pertunangan atau perkelahiannya. Jinhwan hanya berusaha menganggap itu sebagai Lullaby.

Jinhwan menarik nafas dan membuangnya cepat, menaiki beberapa anak tangga, cukup menguras tenaganya. Entah kenapa dia menjadi lemah seperti ini. Ada sedikit senyuman diujung bibirnya saat kedua manik itu menangkap sosok yang selalu memenuhi fikirannya, yeoja cantik berambut hitam. Han Yunchi.
“Udara disini bagus...” ucapnya pelan seraya terus melangkah menghampiri Han Yunchi. Berdiri disanping yeoja itu dan merasakan hembusan angin pagi yang membelai mereka lembut.
“Apa kau mengikutiku?” Han Yunchi melirik kesamping kirinya, menatap Jinhwan terkejut.
“Tidak, aku hanya menemukanmu disini. Tadinya aku ke atap hanya untuk menyendiri, tapi ternyata kau sudah lebih dulu menjadikannya tempat menyendiri”
“Aeu .. kalau begitu aku akan pergi_” Yunchi tertahan saat Jinhwan menarik sebelah tangannya, membuat dia kembali berbalik dan menatap namja itu.
“Bisakah kau tidak menghindar dariku?”
“Aku tidak menghindar”
“Kalau begitu, kenapa kau selalu pergi dariku?”
Yunchi terdiam, lalu beberapa detik kemudian dia melepaskan tangan Jinhwan darinya dan kembali berdiri disamping namja itu. Melihat jauh kedepan dan merasakan semilir angin itu lagi.
“Yunchi-ya...” Jinhwan membuka suaranya setelah beberapa menit hanya keheningan yang menyelimuti mereka. Yeoja itu melirik Jinhwan, menunggu kata selanjutnya yang akan namja itu ucapkan. “Mungkin aku bodoh menanyakan ini padamu, tapi... apa selama ini kau hidup dengan baik? Apa kau selalu menangis? Apa kau makan dengan baik? Tidurmu nyenyak? Aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkanmu, aku selalu mengkhawatirkanmu Yunchi-ya...”
Han Yunchi dengan cepat mengalihkan pandangannya saat manik Jinhwan menatapnya. Dia sedikit menarik nafas sebelum mulai membuka bibirnya, menjawab pertanyaan namja dismapingnya yang sekarang menatapnya penuh kerinduan. “Aku tidak menangis, aku selalu tersenyum”
“Benarkah?”
“Aku hidup dengan baik. Dan aku akan tetap baik-baik saja, tanpamu” Yunchi sekuat tenaga menahan suaranya agar tidak bergetar, terutama saat mengucapkan akhir kalimatnya.
“Yah... kau benar” Jinhwan kembali mengalihkan tatapannya, tersenyum hambar dengan jawaban Yunchi. “Semua masalahmu adalah aku, maaf. Tapi walaupun begitu, aku tidak menghentikan hatiku untuk mencintaimu..”
“Kau harus menghentikannya”
“Tidak bisa. Aku harus membunuh diriku untuk menghentikannya”
Keheningan kembali setelah itu. Tidak ada yang kata yang mereka ucapkan lagi, Yunchi dan Jinhwan hanya diam membiarkan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya. Membuat suasana bertambah dingin.
“Yunchi-ya, kenapa kau ada di rumah Eundong? Apa kau tinggal disana?” Jinhwan kembali membuka pembicaraan. Dia bahkan lupa menanyakan hal itu.
“Iya, aku tinggal disana”
“Kenapa?” Jinhwan langsung menatap Yunchi penuh harap. “Kenapa tidak tinggal dirumahmu? Apa Jungsoo Ahjusshi juga tinggal disana?”
“Aku hanya sendiri, tidak ada tempat lain yang bisa aku tuju selain itu”
“Apa maksudmu? Kenapa kau sendiri?”
“Itulah keadaannya sekarang. Maaf, aku harus pergi...” Yunchi berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Jinhwan tanpa sedikitpun melihat tatapannya yang penuh kekhawatiran.
“Yunchi-ya!”
Han Yunchi hanya mempercepat langkahnya, dia tidak ingin menangis lagi. Bayangan tentang kecelakaan itu kembali melintas dalam ingatannya, membawa kembali rasa bersalah yang membuat Yunchi tidak bisa memaafkan dirinya sendiri sampai sekarang. Dia selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu. Kecelakaan yang membawa Ayahnya pergi.
Sepintas Yunchi membenarkan kalau Kim Jinhwan adalah satu-satunya masalah dalam hidupnya, karena mungkin jika dia tidak jatuh cinta pada namja itu, hidupnya tidak akan seperti ini dan tentunya Ayahnya masih hidup. Tapi sedetik kemudian, dia tidak bisa memungkiri kalau hatinya benar-benar jantuh cinta pada Kim Jinhwan. Dia sangat mencintainya. Han Yunchi tidak bisa menghapus kedua rasa itu, rasa bersalah dan rasa cintanya.

            ***

Satu persatu pelajaran berakhir, tapi tidak satupun dari pelajaran itu yang masuk kedalam fikiran Kim Jinhwan. Namja itu sudah memenuhi fikirannya dengan Han Yunchi, hanya yeoja itu. Sejak dia duduk dikursinya, Jinhwan tidak berhenti menatap yeoja yang duduk disampingnya, tidak peduli apa yang terjadi disekelilingnya.
“Jinhwan-ah.... Kim Jinhwan!”
Namja yang merasa namanya dipanggil dengan teriakan yang memecah telinga, untuk pertama kalinya mengalihkan tatapan. Melihat yeoja yang sekarang sudah tersenyum lebar dihadapannya. Bahkan dia tidak tahu kapan yeoja itu datang dan duduk dihadapannya.
“Apa kau melamun? Kenapa tidak makan?” Eundong terus mengembangkan senyumannya untuk namja imut itu.
“Huh?” Jinhwan mengerutkan kening, melihat sekelilingnya. Bahkan dia tidak sadar kalau setengah murid dikelasnya sudah pergi, ini waktu istirahat. Han Yunchi benar-benar sudah membuatnya buta.
“Oh.. ada apa dengan wajahmu? Kau berkelahi?” saat menyadarinya, Eundong langsung mengusap luka diujung bibir Jinhwan dan beberapa memar dipipinya.
“Tidak apa-apa, hanya jatuh” Jinhwan sedikit menepis tangan Eundong dari wajahnya, kembali menyandarkan punggungnya disandaran kursi dan menghela nafas.
“Apa kau tidak makan karena bibirmu sakit?”
“Bukan”
“Kalau begitu ayo kita makan siang bersama. Yunchi-ya, kau juga ikut makan bersama kami” Eundong beralih menatap Yunchi yang masih sibuk membereskan beberapa buku dimejanya.
“Sepertinya tidak bisa, aku harus mengerjakan tugas di perpustakaan. Kalian berdua saja...” Yunchi tersenyum pada Eundong, lalu beranjak dari kursinya. “Aku pergi dulu” ucapnya seraya meninggalkan kelas.
Jinhwan menatap tubuh yang menghilang dibalik pintu itu, lalu mencondongkan tubuhnya menatap Eundong. “Eundong-ah, apa Yunchi tinggal dirumahmu?”
“Iya. Sebenarnya aku dan Yunchi bersaudara, karena Ibunya adalah adik Ayahku”
“Tapi kenapa dia tinggal dirumahmu?”
“Dia sendirian sejak kecelakaan itu, jadi Appa mengajaknya tinggal bersama kami”
“Kecelakaan?” Jinhwan mengerutkan kening. ‘Apa sesuatu terjadi saat aku pergi?’ Dia benar-benar tidak tahu apa saja yang sudah terjadi pada Yunchi sejak pergi meninggalkannya.
“Iya. Tiga tahun lalu Jungsoo Samcheon meninggal dalam kecelakaan, dan karena Ibunya sudah meninggal, Yunchi jadi benar-benar sendirian”
“Eondong-ah, apa kau tahu kenapa kecelakaan itu terjadi?”
“Emh setahuku, Jungsoo Samcheon saat itu sedang menuju bandara untuk menemui seseorang, tapi ditengah jalan, mobilnya ditabrak mobil lain. Dan Jungsoo Samcheon meninggal saat perjalan ke Rumah Sakit. Memangnya kenapa kau menanyakan itu?”
“Tidak, aku hanya bertanya saja. Bukankah aku harus mengetahui semua tentang calon tunanganku?”
Jawaban Kim Jinhwan sontak saja membuat kedua pipi yeoja dihadapannya merona, bahkan Eundong tidak berhenti tersenyum setelahnya. Sepertinya Ji Eundong juga telah jatuh cinta pada namja imut dengan tahi lalat itu.
‘Bagaimana aku bisa tidak tahu tentang hal sebessar itu? Yunchi kehilangan Ayahnya dan pasti itu sangat menghancurkan hatinya. Bagaimana aku tidak tahu tentang itu dan membiarkan dia menangis sendirian? Dasar payah. Kau benar-benar lemah, Kim Jinhwan!’ Jinhwan hanya bisa duduk lemas mendengar itu. Selama tiga tahun ini dia tidak bisa mencari kabar apapun tentang Yunchi, dan itu membuat Jinhwan benar-benar merasa kalau dirinya tidak berguna. Dia tidak ada disamping wanita yang dicintainya, menghapus air matanya dan memeluknya. Bahkan disaat seperti itupun.
“Jinhwan-ah? Hey kenapa kau melamun lagi eoh? Ayo makan bersama...”
Kim Jinhwan kembali menatap Eundong yang sekarang sudah bergelayut manja ditangannya. Dia tidak mengerti kenapa yeoja itu bisa menjadi seperti ini bahkan sebelum mereka benar-benar bertunangan, Jinhwan jadi terfikir ‘apakah dia akan benar-benar terjebak dengan Ji Eundong?’
“Jinhwan-ah mau kemana?” Eundong mengernyit saat namja itu tiba-tiba beranjak dan melepaskan tangannya, berjalan menuju pintu dengan cepat. “Kim Jinhwan!” Eundong setengah berteriak memanggilnya karena merasa di acuhkan.
“Aku mau ke toilet, kau tidak boleh ikut” Jinhwan hanya menolehkan kepalanya sedikit melihat Eundong, sebelum kembali berjalan meninggalkan kelas itu dengan cepat. Dia ingin Yunchi kedalam pelukannya, mengatakan jutaan maaf, walaupun kata itu tidak akan merubah keadaan dan mengembalikan semua air mata yang sudah Yunchi keluarkan.

Jinhwan berhenti menatap dedaunan yang masih menempel diranting pohon taman sekolahnya, merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel yang bergetar. Dia sedikit berdecak malas melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, lalu menekan layar itu dan mengeluarkan suara.
==Wae Hyung?==
==Jinan Jinan.. Ya Kim Jinhwan! Apa yang sedang kau lakukan di sekolah?==
==Hanya duduk. Hyung, jika ini tidak penting, aku akan menutupnya==
==Baiklah, aku akan melanjutkan perkataanku dihadapanmu==
Jinhwan kembali berdecak kesal dan memutuskan sambungan telfonnya, memasukan benda itu kembali pada saku celananya. Terkadang dia berfikir kalau namja yang menelfonnya tadi, sangat menyebalkan melebihi seekor lebah yang menyengat hidungmu.
“Ya! Jinan...”
“Ommo!” Jinhwan membulatkan bibirnya, juga kedua matanya. Namja yang tadi menelfonnya, sekarang sudah ada didepan matanya, berlari dan tersenyum. Wonho benar-benar ada dihadapannya sekarang. “Apa kau gila huh?” Jinhwan bergumam pelan, tapi sepertinya itu masih terdengar oleh Wonho yang sekarang menggelengkan kepalanya, menyangkal ucapan Jinhwan.
“Aku tidak gila Jinan Kim, aku ini hanya tampan dan sexy” Wonho menjatuhkan dirinya duduk di kursi sebelah Jinhwan, menyodorkan sebungkus makanan ringan yang entah sejak kapan berada ditangannya.
“Apa yang kau lakukan disini, Hyung?”
“Sudah aku bilang, aku akan melanjutkan pembicaraanku denganmu” jawabnya enteng seraya memenuhi mulutnya dengan makanan itu.
“Apa kau tidak sekolah? Kenapa masuk sekolah orang lain sebebas ini?”
“Gwaenchana, ini juga sekolahku. Tidak ada yang bisa sebebas aku disini, Jinhwan-ah. Dan perlu kau tahu, aku tidak membolos, karena aku datang kesini setelah pelajaran selesai” namja bermata sipit itu tersenyum, membuat kedua matanya tenggelam oleh pipinya dan memamerkan deretan giginya yang penuhi sisa makanan. Dia masih menguyah makan dimulutnya.
“Benarkah? Lalu, apa yang ingin kau bicarakan padaku?” Jinhwan berhenti menatap namja itu dan kembali mengalihkan pandangannya pada beberapa pohon di taman itu.
“Han Yunchi... Aku ingin menanyakan yeoja itu padamu, apa kau tahu dia?”
“Mwo?” Jinhwan langsung menatap namja disebelahnya. ‘Bagaimana dia tahu Han Yunchi?’ Setidaknya pertanyaan itu langsung menabrak fikiran Jinhwan, membuatnya tidak sadar sudah memberikan tatapan laser pada Wonho.
“Kau satu sekolah dengannya, apa kau mengenal yeoja cantik itu?” Wonho kembali tersenyum, kali ini dia sudah selesai mengunyah dan giginya bersih dari sisa makanan. “Ah.. aku sepertinya menyukai dia, Han Yunchi” kali ini nada namja itu melembut, seperti mewakili perasaan hatinya sekarang.
“Hyung! Apa yang kau katakan itu? Han Yunchi tidak cantik sama sekali...”
“Wae? Kau mengenalnya?”
“Tentu saja, dia dan aku satu sekolah. Dan aku katakan sekali lagi padamu Hyung, dia benar-benar tidak cantik, bukan tipe-mu sama sekali”
“Ya! Kenapa kau jadi membentakku huh?” Wonho menjitak kepala namja yang satu tahun lebuh muda darinya. Jinhwan sudah menghancurkan bayangan Yunchi yang tersenyum dalam fikiran Wonho, namja pendek itu benar-benar menyebalkan.
“Sebenarnya kenapa tiba-tiba kau menanyakan dia?”
“Sudah kubilang, aku menyukainya” Wonho kembali tersenyum. Sekarang ini sepertinya dia benar-benar dimabuk seorang Han Yunchi, yeoja yang bertemu dengannya secara tidak sengaja tadi malam. “Kau bisa membantuku, Jinan Kim?”
“Andwae! Hyung, kau tidak boleh menyukainya! Han Yunchi sudah punya pria lain, dan dia sangat mencintai pria itu. Jadi jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun sehelai rambut, ingat!” Jinhwan memberi banyak penekanan dalam perkataannya. Dia sendiri masih tidak bisa memiliki yeoja itu, apalagi melihat kalau Wonho benar-benar mendekatinya.
“Mwo? Eiy dari mana kau tahu eoh?”
“Hyung, kenapa tiba-tiba kau jadi serius begini? Bukankah kau tidak pernah menyukai yeoja lebih dari 24 jam?”
“Itu benar, tapi kali ini aku mendapat yeoja yang berbeda. Dia menangis, Han Yunchi menangis saat aku bertemu dengannya. Dia seperti terluka. Sorotan matanya yang berbohong kalau dia baik-baik saja, membuatku menyukainya”
“Dia menangis? Kenapa? Kenapa dia menangis Hyung?” tatapan Jinhwan langsung berubah saat mendengar Yunchi menangis. ‘Dia menangis lagi? Pasti itu karenaku. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, bahkan hanya untuk menghapus air matanya’
“Hem. Sepertinya dia sangat kuat, aku bisa merasakan itu dari kebohongan matanya. Jinan, kau tahu? Untuk yang pertama kalinya, aku benar-benar menyukai seorang wanita. Dari hatiku. Dan aku akan berusaha mendapatkannya”
“Andwae. Kau tidak bisa melakukan itu Hyung, Han Yunchi milikku” Jinhwan kembali menatap namja disampingnya, hanya dengan tatapan penuh harap. Bahkan suaranya hampir tidak bisa terdengar.
“Apa maksudmu?”
“Aku mencintainya, dan aku tidak akan pernah melepaskannya walaupun aku harus membunuh diriku” Jinhwan mengalihkan tatapannya, hanya menatap rumput hijau yang dia injak. Tidak seharusnya dia menginjak rumput-rumput itu, semua makhluk hidup berhak hidup dengan bahagia.
“Ya! Sebenarnya apa yang kau katakan, aku tidak mengerti. Tapi kalau maksudmu aku harus bersaing denganmu untuk mendapatkannya, aku terima itu dengan senang hati. Karena aku lebih tinggi darimu, dan lebih sexy  darimu Jinan Kim” Wonho tersenyum bangga, menepuk pundak Jinhwan kemudian tertawa keras, membuat beberapa orang disana menatap mereka.
“Hyung, kau tahu yeoja yang aku ceritakan padamu dulu?”
“Siapa? Cinta pertamamu itu?” namja sipit yang mengaku dirinya sangat sexy itu, kembali memenuhi mulutnya dengan makanan ditangannya. Sama sekali tidak mengerti tentang cerita Kim Jinhwan dan Han Yunchi.
“Dia Han Yunchi”
“Jinjja?” Wonho hampir memuntahkan makanan yang sedang dikunyahnya, menatap Kim Jinhwan dengan mata membesar. “Apa maksudmu? Kau berbohong dan berkata seperti itu hanya karena kau takut kalah dariku?”
“Dia Han Yunchi yang tidak bisa aku lindungi, dia Han Yunchi yang selalu aku buat menangis, dia Han Yunchi yang sangat aku cintai”
“Ya! Ini tidak lucu Jinan Kim!”
“Hyung, aku tidak ingin membantumu untuk mendapatkannya, karena aku ingin kau yang membantuku mendapatkannya kembali. Aku mohon Hyung, bantu aku...”
Wonho berhenti memegang bungkus makanan ditangannya, mengalihkan tatapannya dari namja itu dan menatap langit. Beberapa kali menarik dan membuang nafas dalam, mencerna perkataan namja itu. Dan beberapa detik kemudian, dia tertawa, memecah keheningan mereka.
“Aish jinjja! Aku fikir dunia ini sangat besar, tapi ternyata tidak lebih besar dari kamar mandiku. Ini terlalu sempit Jinan Kim”
Tidak ada jawaban, Kim Jinhwan masih tidak mengangkat wajahnya dan terus menatap rumput itu. Ke-diamannya seolah membenarkan ucapan Wonho, ‘dunia ini teralu sempit’. Jinhwan juga berfikir kenapa dia bertunangan dengan saudara yeoja yang dia cintai? Membuatnya terlihat semakin jahat dan menghancurkan Han Yunchi.
“Keundae, kenapa Han Yunchi ada dirumah tunanganmu? Apa cerita ini ingin lebih membuatmu terlihat jahat dengan memberikan fakta kalau dia adalah saudara tunanganmu?” Wonho melirik Jinhwan, tapi kembali berucap saat namja disampingnya membuka bibir hendak menjawab. “Tidak usah dijawab, aku tidak ingin mendengar ‘Ya’. Itu menyebalkan Jinan Kim!” Wonho memukul bahu Jinhwan pelan. Dia sudah mengerti sekarang.
Suasan diantara mereka kembali hening, hanya desiran angin yang menggerakan dedaunan yang terdengar. Sampai kedua manik namja itu tertuju pada seorang wanita dan dua pria berjas hitam yang berlari kearah mereka.
“Tuan...” wanita yang juga mengenakan stelan hitam itu membungkuk, memotong ucapannya hanya untuk sekedar memberi hormat pada tuannya. “Nyonya ingin Anda pulang sekarang, bersama Tuan Jinhwan”
“Wae? Aku tidak membolos, kau juga tahu itu” Wonho hanya membuang nafas, malas mendengar perkataan wanita itu.
“Komisaris Kim meninggal. Anda dan Tuan Jinhwan diminta untuk segera pulang sekarang, semuanya sudah menunggu untuk upacara pemakanan”
“Mwo?” kedua namja itu membulatkan matanya, kemudian saling bertatapan mencerna perkataan itu.
“Noona, apa maksudmu Harabeoji meninggal?” Wonho langsung beranjak dari duduknya, masih dengan tatapan tidak percaya. Seingatnya, pria tua yang dia panggil Harabeoji itu, masih baik-baik saja walaupun hanya terbaring diranjang. Tapi kenapa tiba-tiba dia meninggal?
            -tbc-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR