luhanay blog Follow Dash Owner

Minggu, 14 Februari 2016

[FF] Surfling Chapter 3


Baiklah, sekarang kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.

-
--
Tittle                : Surfling
Genre              : School life, Romance
Length             : Chapter
Author             : Cifa Rakay
Cast                 : Han Yunchi // Kim Jinhwan // Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-



Satu persatu orang berdatangan, hanya untuk memberikan penghormatan terakhir. Ratusan kalimat bela sungkawapun membajiri, entah itu tulus dari hati mereka ataupun hanya mencari sensasi. Mengingat, Komisaris Kim adalah orang yang berpengaruh untuk kelanjutan hidup sebagian orang disana.
Keluarganya masih berdiri disana, menemani para pelayat yang ingin memberikan doa terakhir untuk pria yang meninggal karena serangan jantung itu. Sebenarnya ini tidak begitu mengejutkan, Komisaris Kim memang sudah lama sakit dan terus memburuk dengan keadaannya. Maklum, dia sudah tua. Sudah terlalu banyak asam manis yang dia rasakan.
“Kami turut berduka cita. Beliau adalah orang yang hebat semasa hidupnya, banyak sekali hal baik yang Beliau lakukan” Ny.Ji sedikit berbincang setelah selesai berdoa, dia juga tidak ingin ketinggalan memperlihatkan simpatinya pada keluarga calon besannya.
“Terima kasih. Walaupun Beliau adalah Ayah yang keras, tapi bagi kami dia adalah sosok Ayah terbaik”
Bla bla bla.
Entahlah, Kim Jinhwan tidak terlalu ingin mendengarkan itu. Mungkin juga dia adalah cucuk yang bisa disebut sedikit ‘kurang ajar’ karena sama sekali tidak sedih dengan kepergian Kakeknya, Jinhwan bahkan tidak merasa kalau dia adalah cucuk dari pria tua yang ikut andil membuatnya hidupnya menderita. Komisaris Kim tidak jauh berbeda dengan orang tuanya.
Sekarang ini kedua manik Jinhwan masih mengunci tatapannya pada yeoja yang berdiri dibelakang tunangannya, siapa lagi jika bukan Han Yunchi. Jinhwan memperhatikan setiap gerakan kecil yang dibuat yeoja itu, sebisa mungkin menahan kaki dan tangannya untuk tidak melangkah dan menarik yeoja itu pergi dari sini.
Begitu juga dengan namja abs yang berdiri disamping Jinhwan, dia sama-sama memperhatikan yeoja berambut panjang itu. Menatap kedua matanya yang seperti tidak bosan menatap lantai, menatap wajahnya yang sedari tadi hanya dia tundukkan, menatap bibir tipisnya yang tidak mengatakan sepatah katapun sejak kedatangannya.

Han Yunchi mendongak saat mendengar derap langkah, dia sedikit menarik nafasnya dalam, seolah menyiapkan diri untuk bertemu dengan namja yang ditunggunya.
“Ommo! Sedang apa kau? Mengagetkanku saja” Jinhwan memegang dadanya, menahan jantungnya tidak meloncat.
“Aku turut berduka cita untuk Kakekmu” ucapnya pelan. Yunchi hanya menunduk, dia tidak berani mempertemukan matanya dengan mata namja itu. Terlalu beresiko. Haha.
“Jadi kau menungguku keluar dari kamar mandi, hanya untuk mengatakan itu?”
“A-an-nio... Aku hanya kebetulan lewat sini dan melihatmu” tanpa sadar Yunchi malah menggerakan matanya menatap Jinhwan, menggelengkan kepalanya pelan. ‘Apa terlihat jelas jika aku memang menunggunya?’ Han Yunchi hanya merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh, melakukan hal semacam ini.
“Tapi bagaimana bisa kau melihatku? Aku ada dikamar mandi yang terhalang tembok, Yunchi-ya. Apa kau mengintipku?” Jinhwan tersenyum dengan nada menggoda. Apapun yang dikatakan Yunchi, dia tahu kalau yeoja itu hanya sengaja berdiri disana untuk menunggunya. Dan itu sangat menyenangkan rasanya.
“Te-tentu saja tidak! Sudah kubilang, aku hanya kebetulan lewat” Yunchi membulatkan matanya menyangkal tuduhan Kim Jinhwan, dan tanpa sadar malah membuat namja dihadapannya semakin melebarkan senyumannya.
“Baiklah, aku percaya. Terima kasih”
“Aku harus pergi, tapi ini untukmu” Yunchi menyodorkan sebuah plester kecil bergambar kodok hijau dari sakunya, memberikan itu pada Jinhwan.
“Ini untuk apa?”
“Pakai itu untuk luka diwajahmu, dan jangan berkelahi lagi” ucapnya lagi setelah plester itu berpindah tangan. Lalu dengan langkah seribu, Yunchi pergi meninggalkan Jinhwan yang masih tidak bisa menghentikan senyumannya.
“Gomawo Yunchi-ya” Jinhwan berteriak sambil melambaikan tangannya sebelum yeoja itu benar-benar menghilang dibalik dinding. ‘Aku tahu kalau kau masih mencintaiku, Yunchi-ya’ Jinhwan menatap plester bergambar kodok hijau itu, plester yang sangat dia sukai sejak kecil.

“Dari mana saja kau? Berita bagus menunggumu” bisik Wonho pada Jinhwan yang duduk disampingnya, dan baru bergabung bersama mereka.
“Waeyo?” Jinhwan hanya menjawab dengan gerakan bibirnya tanpa suara, tapi untungnya namja abs disampingnya itu mengerti.
“Baiklah kalau begitu, pertunangannya akan dilakukan setelah penyerahan jabatan” ucap Tn.Kim memberikan kesepakatan dalam pembicaraan mereka. Membuat namja bertahi lalat itu sedikit mengernyit, merasa kalau Ayahnya mengikut sertakan dirinya dalam pembicaraan itu. Mengingat siapa lagi yang akan bertunangan diantara mereka selain dirinya.
“Kita juga harus memberi tahu Presdir Ji tentang ini, tapi kurasa mereka tidak akan keberatan”
Jinhwan semakin mengkerutkan keningnya setelah Ibunya juga membuka suara. ‘Apa pergi ketoilet sebentar sudah membuatnya ketinggalan berita begitu banyak? Kenapa semua orang membicarakan hal aneh seperti ini?’. Jinhwan hanya bisa menatap Wonho untuk mencari tahu apa yang terjadi disini, tapi saudaranya itu hanya menggeleng yang entah apa artinya.
“Appa, ada apa dengan pertunangannya?” akhirnya Jinhwan yang tidak bisa menahan rasa penasaran itu, membuka suara dan bertanya pada Ayahnya.
“Ada sedikit masalah dengan perusahaan karena pembagian saham, jadi kita harus segera membuat Presdir Ji menandatangani kontrak kerja samanya. Dan itu berarti pertunanganmu dipercepat”
“Mwo?” sedikit harapan kalau pertunangannya dibatalkan, akhirnya pupus sudah. Pertunangan bodoh itu malah datang lebih cepat padanya sekarang. “Kenapa harus pertunanganku?”
“Itu akan membantu kita, Presdir Ji akan membantu perusahaan kita jika sudah menandatangani kontraknya” jawab Tn.Kim enteng, seolah tidak memperdulikan bagaimana perasaan anaknya yang sama sekali menolak perjodohan ini.
“Seminggu lagi penyerahan jabatan Komisaris untuk Ayahmu, dan setelahnya adalah pertunanganmu”
Perkataan Ny.Kim juga semakin menghilangkan harapan Jinhwan untuk sedikit berharap kalau pertunangannya bisa dibatalkan, nampaknya itu sudah tidak bisa dia hindari. Jinhwan hanya bisa menatap wajah orang tuanya dan juga tantenya yang seakan ikut meng-iya-kan.
Apa-apaan ini?

            ***

Han Yunchi berhenti melangkahkan kaki, menoleh kebelakang dan melihat seorang namja yang tersenyum lebar padanya. Sedetik kemudian dia merasa lega, ternyata bukan orang jahat yang mengikutinya.
“Han Yunchi annyeong...” ucap Wonho masih dengan senyuman lebarnya, sedikit berlari untuk berdiri disamping Yunchi dan berjalan mengikuti langkah yeoja itu.
“Aku kira yang mengikutiku dari tadi adalah orang jahat, aku tadinyaakan  memukulmu dengan ini” Yunchi menunjuk tas punggungnya pada Wonho. Jika saja itu adalah benar orang jahat, maka Yunchi tidak akan segan memukulnya dengan tas yang berisi buku-buku tebalnya.
“Oh jinjja? Apa kau tega memukul namja tampan sepertiku?” Wonho bersikap seolah mengeluarkan eye smilenya pada yeoja itu, yang hanya terkekeh melihat hal mengerikan itu.
“Tentu saja tidak, jika aku tahu itu Oppa”
“Aih kau semakin cantik jika tersenyum seperti itu,” Wonho menghentikan langkahnya, tersenyum lebar menatap yeoja yang juga ikut menghentikan langkahnya, hanya menatapnya bingung. “Itu benar Yunchi, kenapa menatapku seperti tidak percaya?”
“Aah ne, gamsahamnida” Yunchi menyampirkan rambutnya kebelakang telinga, tersenyum malu mendengar pujian itu. Wonho adalah namja kedua yang menyebutnya cantik, dan tentu saja yang pertama adalah Kim Jinhwan. Namja yang dulu setiap hari memujinya cantik.
“Tapi, kenapa Oppa ada disini? Bukankah sekolahmu berada jauh dari sini?” Yunchi kembali membuka bibirnya setelah menyadari kalau mereka sedang berjalan menuju sekolahnya, dan dia juga baru sadar kalau Wonho kenapa tiba-tiba bisa ada disini sekarang.
“Aku hanya jalan-jalan sebelum sekolah” jawabnya asal.
“Oppa, aku turut berduka cita untuk kakekmu” Yunchi berusaha mengatakan itu selembut mungkin, tidak ingin membuat Wonho merasa sedih, mengingat dia baru saja ditinggalkan Kakeknya.
“Gomawo. Tapi aku tidak begitu memikirkannya, mungkin ini lebih baik”
“Ne?”
“Harabeoji itu menyebalkan, dia selalu mengatur hidupku semaunya. Jadi setelah dia pergi, mungkin sedikit pagar besi dalam hidupku berkurang...” Wonho tersenyum senang. Mungkin ini tidak sopan, tapi begitulah yang dirasakan namja itu sekarang. Dia tidak ingin berbohong kalau kepergian Komisaris Kim, membuatnya senang.
“Ahaha sudahlah, jangan terlalu memikirkan ucapanku. Hey Yunchi-ya, tidak baik membicarakan orang yang sudah meninggal. Iya kan?” namja sipit itu kembali bicara asal untuk mencairkan suasana, karena Yunchi hanya menatapnya tidak mengerti. Mungkin juga sekarang ini yeoja itu menganggapnya cucu yang buruk, tapi itu tidak penting.
“Ah ne” Yunchi tersenyum hambar.
“Emh Yunchi, boleh aku bertanya?”
“Tentu saja, apa itu?”
“Apa hubunganmu dengan Ji Eundong?”
“Kami saudara. Ibuku adalah adik Ayahnya, jadi aku dan Eundong adalah sepupu. Seperti Oppa dengan Kim Jinhwan”
“Ah iya, Kim Jinhwan. Kadang aku lupa kalau namja pendek itu adalah sepupuku, tapi tahi lalat dan senyuman imutnya tidak buruk untuk menjadi sepupuku. Kadang juga aku menyukainya... haha”
“Aku tidak mengerti,” Yunchi tersenyum malu. Yang dikatakan Wonho itu memang sedikit tidak jelas, entah maksudnya dia tidak mau menjadi sepupu Jinhwan atau dia menyukai Jinhwan?
“Oh maaf kalau begitu, aku memang sedikit aneh. Jadi Han Yunchi, apa kau mau menjadi pacarku?”
Yunchi membulatkan matanya, menatap namja yang tersenyum menunggu jawaban dihadapannya. Mungkin ini terlalu cepat. Bahkan Han Yunchi dan dia baru mengenal beberapa hari yang lalu.
“.... a eu Op-ppa?” Yunchi hanya berkedip-kedip mencerna ucapan namja itu, dia sama sekali tidak mengira akan mendapat pertanyaan semacam itu sekarang. Dia sama sekali belum mengenal siapa Wonho yang sedang dia tatap itu. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
“Ya!”
Perhatian mereka beralih saat tiba-tiba ada teriakan, kedua manik mereka langsung mengarah pada asal suara, namja yang menyeret tas punggungnya dan berjalan menuju mereka.
“Hyung, apa yang kau lakukan? Han Yunchi sudah punya pacar. Jangan ganggu dia!” Kim Jinhwan menarik tangan Yunchi dan berjalan cepat meninggalkan Wonho, membuat yeoja itu sedikit berlari untuk mengimbangi langkah cepatnya.
“Ya! Hey Jinan Kim! Ya!” Wonho tersenyum, lalu berdecak kesal. ‘Kenapa namja imut itu harus datang dan menghancurkan semuanya?’ gerutu namja sipit itu, kemudian memutuskan untuk berlari mengejar mereka. Masuk kedalam sekolah itu dan melupakan sekolahnya, bahkan melupakan beberapa orang yang selalu mengikutinya.

“Jinhwan....” panggil Yunchi pelan. Namja itu masih menggenggam tangannya, menariknya untuk terus berjalan mengikutinya entah kemana. Tapi yang dipanggil itu masih enggan menghentikan langkahnya, hanya diam dan terus berjalan.
“Kim Jinhwan” panggil Yunchi lagi.
“Aish!” tiba-tiba Jinhwan berhenti dan melepaskan genggamannya dari tangan Yunchi, berbalik dan menatap yeoja itu lekat. “Kenapa kau tidak langsung saja menjawab ‘Tidak’ padanya? Apa kau sudah benar-benar melupakanku?”
“Tapi, tidak ada apa-apa diantara kita. Kau bukan siapa-si__”
“Kau ingin bilang kalau aku bukan siapa-siapa untukmu?”
Ucapan Jinhwan yang memotong perktaannya, berhasil membuat Yunchi terdiam. Diantara mereka memang tidak ada hubungan apapun, tapi entah kenapa, Yunchi merasa jika mengucapkan itu membuatnya sakit.
“Apa kau benar-benar melupakan Kim Jinhwan dari hidupmu? Apa kau dengan mudahnya melupakan semua kebersamaan kita dulu? Apa kau membuangku dari hidupmu?”
Yunchi semakin terdiam saat Jinhwan menaikkan nada suaranya, membuatnya sedikit tersentak untuk beberapa detik.
“Kenapa tidak menajwab?” namja itu kembali menurunkan nada suaranga, bertanya lembut dan melangkah semakin mendekati Yunchi.  “Apa kau benar sudah membuangku yang bahkan hampir gila karena merindukanmu selama tiga tahun ini?” tapi Jinhwan kembali berteriak, kali ini dengan nada yang sangat tinggi dan frustasi. Membuat Yunchi menunduk menyembunyikan tetesan kristal cair dari matanya.
“A-aku tidak__”
“Yunchi-ya, aku mencintaimu, aku merindukanmu, dan aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu, bagaimanapun caranya. Walau apapun yang aku lakukan tidak akan mengembalikan semua yang sudah terjadi, tapi bisakah kau memaafkanku? Apa kau masih mencintaiku, Han Yunchi?”
Han Yunchi semakin sesak menahan tangisnya saat Jinhwan menariknya kedalam pelukan hangat namja itu. Jinhwan mengatakan itu dengan sangat lembut, seolah bertanya dengan penuh permohonan. Tapi entah kenapa semua itu terdengar begitu mengerikan ditelinga Yunchi, membuatnya serasa ingin berteriak kalau dia juga mencintai Kim Jinhwan.
“Jinhwan-ya,” Yunchi melepaskan dirinya dari pelukan itu. “Maafkan aku jika membuatmu seperti itu, tapi sepertinya aku memang harus tidak bersamamu. Itu lebih baik untuk kita”
“Apa yang baik untuk kita?”
“Tidak seharusnya kau bersamaku. Jadi, berhentilah, aku mohon”
“Shirreo! Aku akan melakukan apapun untuk bersamamu. Yunchi-ya percayalah padaku, aku bisa melindungimu,”
“Tapi kau hanya membawa kesulitan untukku!” Yunchi menatap manik Jinhwan yakin, walaupun sebenarnya itu membuat matanya panas. “Jika kita bersama, itu hanya akan membuatku semakin sulit. Aku mohon mengertilah...”
Jinhwan hanya menarik nafasnya dalam, mengalihkan tatapannya dari Yunchi. Yang dikatakan yeoja itu benar, tapi tidak bisa berhenti karena mencitainya. “Aku akan berusaha untuk melindungimu, percayalah kalau kita bisa bersama”
“Tidak, itu tidak bisa”
“Hey hey kalian berdua!”
Jinhwan dan Yunchi sama-sama mengalihkan pandangannya menuju Wonho yang berlari menghampiri mereka, dengan beberapa yeoja yang mengikuti dibelakangnya.
“Setelah merebutnya dariku tadi, sekarang kau membuatnya menangis huh, Kim Jinhwan?” Wonho mendorong dada Jinhwan pelan, membuat namja bertahi lalat itu bedecak kesal karena kedatangan namja abs itu. Sementara Han Yunchi sibuk menghapus titik air mata di pipinya, merapikan kembali penampilannya.
“Pergilah Hyung!”
“Tidak bisa! Ini adalah sekolahku, kau tahu?”
“Lihat, mereka menginginkanmu. Jadi pergilah!” Jinhwan menunjuk beberapa yeoja di belakang Wonho, dengan dagunya. Entah pesona apa yang dimilki namja abs itu, dia selalu bisa memikat para wanita.
“Yunchi-ya, katakan apa yang sudah dilakukan Jinan Kim padamu?” Wonho tidak memperdulikan yeoja-yeoja yang menyebut namanya dibelakang, dia mendekati Yunchi dan menatap yeoja itu khawatir.
“Tidak apa-apa Oppa, aku baik-baik saja”
“Jika si-mungil ini menyakitimu, katakan saja padaku. Dan aku akan langsung merusak wajah imutnya dengan kepalan tanganku” Wonho sedikit menyeringai menunjukkan kepalan tangannya pada Jinhwan.
“Tidak perlu Oppa, aku tidak apa-apa, terima kasih. Dan sepertinya aku harus pergi”
Jinhwan kembali menarik tangan Yunchi dan menahannya, membuat yeoja itu sedikit meronta untuk melepaskan diri.
“Hey lepaskan dia Jinhwan!” Wonho membantu Yunchi melepaskan tangannya dari Jinhwan.
“Jinhwan-ah! Wonho Oppa!”
Dan sekarang bertambah lagi kepala disana dengan kedatangan Ji Eundong, membuat Jinhwan menarik nafas dalam menahan kekesalannya. ‘Kenapa cerita ini menyebalkan sekali?’ gumam Jinhwan masih menahan emosinya.
“Aku harus pergi” Yunchi dengan cepat melepaskan tangan Jinhwan dan Wonho darinya lalu berlari secepat mungkin meninggalkan mereka.
“Oh, ada apa dengan Yunchi? Lalu kenapa Oppa ada disini?” Eundong dengan santainya bertanya pada dua namja itu, dengan senyuman lebarnya yang dia fikir bisa memikat Kim Jinhwan.
“Aku akan mengikutinya, jadi jangan ikuti aku” Wonho hendak berlari sebelum melihat seorang wanita dengan dua pria yang sama-sama memakai jas hitam, sudah berdiri dihadapannya, membungkuk memberi hormat.
“Maaf Tuan, Anda harus pergi ke sekolah” ucap wanita itu, yang mungkin bisa disebut sebagai bodyguard Wonho.
“Aish. Bukankah aku juga sedang disekolah sekarang?”
“Maksud saya, sekolah tempat Anda belajar dengan seragam yang sedang Anda kenakan”
“Sudahlah Hyung, cepat pergi sana!”
“Baiklah. Tapi Jinanie, aku serius dengan ucapanku untuk mendapatkannya. Ingat itu! Kita bersaing sekarang, Jinan Kim” Wonho memberikan smirknya dihadapan Jinhwan, sebelum pergi bersama para pelayannya.
“Jinhwan-ah, sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan tadi? Aku tidak tahu kalau Yunchi dan Wonho Oppa sudah saling mengenal...”
“Masuklah ke kelasmu, sebentar lagi bell berbunyi” Jinhwan lalu melangkah pergi meninggalkan Eundong begitu saja, tentu saja membuat yeoja itu merengek dan berlari mengikutinya.

            ***

Kim Jinhwan masih menatap kursi kosong disampingnya, seseorang yang duduk disana masih belum datang, bahkan setelah pelajaran dimulai. Dalam tatapan itu, Jinhwan menyibukkan dirinya dengan fikiran-fikiran tentang yeoja itu, yang mungkin tidak datang sekarang karenanya tadi.
“Itu, siapa yang duduk di kursi kosong itu?” Jung Seonsaengniem menunjuk kursi Han Yunchi, membuat beberapa orang juga melihatnya dan baru tersadar kalau kursiitu kosong.
“Han Yunchi, Saem” jawab sang ketua kelas.
“Han Yunchi? Setahuku dia tidak pernah absen, apa dia sakit?”
“Han Yunchi tidak memberikan kabar apapun padaku, Saem. Sudah kucoba menelfonnya, tapi dia tidak bisa dihubungi”
“Benarkah? Padahal dia bukan tipe murid yang suka menghilang, tidak sepertimu yah, Jung Ilhoon?” Jung Seonsaeng tersenyum pada namja yang duduk di belakang itu, sedikit menyindir.
Baiklah, setelah itu, pelajaran demi pelajaranpun dimulai. Dan Han Yunchi benar-benar tidak masuk, dia menghilang tanpa alasan. Tentu saja membuat Jinhwan yakin kalau dia-lah alasannya, kenapa Han Yunchi menghilang hari ini.
“Saem...”
Seonsaengniem yang berdiri di depan menoleh, menatap Kim Jinhwan yang tiba-tiba berdiri dari kursinya dan memecah keheningan kelas dengan suara lembutnya.
“Kenapa?” tanya Seonsaengniem sambil sedikit memajukan dagunya.
“Boleh aku ke toilet?”
“Tentu saja boleh, aku tidak akan melarang seseorang yang akan mengeluarkan sesuatu. Pergilah...” jawab Seonsaengniem dengan senyuman, kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan setumpuk buku di mejanya.
“Gamsahamnida”tanpa menunggu lagi, Jinhwan langsung berlari meninggalkan kelas. Sebenarnya dia tidak berniat untuk mengeluarkan sesuatu di toilet, dia hanya ingin pergi mencari Han Yunchi.
Kim Jinhwan masih terus melangkahkan kakinya, dengan sesekali mempercepat temponya. Kedua matanya terus memeriksa setiap ruangan yang ada, menjelajahi hampir sebagian sekolah itu. Tapi sayangnya, yang dicari masih tidak terlihat. Bahkan di atap sekolahpun yang waktu itu Jinhwan menemukan Yunchi menangis, dia tidak ada disana.
“Aish. Sebenarnya dimana dia?” Jinhwan berhenti berlari, menghirup oksigen sebanyaknya dan menormalkan deru nafasnya yang masih menderu. Dia sudah lelah berlari mencari seseorang yang tidak ada disana.
“Apa dia masih tetap ke tempat itu?”
Lalu sedetik kemudian, Kim Jinhwan kembali berlari. Setidaknya kali ini dia sudah punya tujuan kemana mencari Han Yunchi, sebuah tempat yang entah masih sering dikunjungi yeoja itu atau tidak.

“Tuan,”
Jinhwan menghentikan langkahnya, berbalik dan melihat seorang pria berjas hitam yang mengantarnya kesini.
“Jangan terlalu lama, sebentar lagi Nyonya akan tahu kalau Anda pergi dari sekolah”
“Jangan khwatir, aku tidak akan membuat Eomma marah padamu” Jinhwan sedikit menenangkan supir sekaligus pengawalnya itu, lalu kembali merajut langkah menuju taman yang masih sedikit jauh didepannya.
Jinhwan memicingkan kedua matanya, menajamkan tatapannya pada seorang yeoja berambut panjang yang duduk disalah satu ayunan taman bermain itu. Seulas senyuman mengembang di wajahnya. Dugaannya benar. Namja itu kemudian mempercepat langkahnya menuju seseorang disana.
“Disini masih tidak berubah...”
Sontak yeoja yang duduk di ayunan itu langsung menoleh, melirik namja yang tiba-tiba duduk di ayunan sebelahnya.
“Jinhwan? Apa yang kau lakukan disini?”
“Tidak ada,” Jinhwan menggeleng pelan dengan senyuman di bibirnya, dia bahkan menyukai ekspresi Han Yunchi yang menatapnya kaget sekarang. “Aku hanya tiba-tiba ingin melihat tempat ini”
“Apa kau pergi dari sekolah?”
“Ya! Sebenarnya siapa yang kabur dari sekolah huh?”
Han Yunchi memalingkan tatapannya, menatap tas yang ada dipangkuannya. Sebenarnya dia yang hari ini kabur dari sekolah. “Aku hanya sedang tidak ingin disana”
“Lalu apa yang sedang kau lakukan disini sendirian?”
“Tidak ada, aku hanya merindukan tempat ini.” Yunchi beralih menatap sesuatu didepannya, hanya tatapan kosong. Kakinya bergerak membuat dia berayun dengan ayunannya. “Sejak aku tinggal di rumah Eundong, aku tidak pernah datang kesini lagi. Aku merindukan tempat ini, mengingatkanku saat kita bermain bersama disini”
Jinhwan juga mengayunkan ayunanya, menatap langit dan mengingat masa kecilnya bersama Yunchi disini. Masa-masa yang menyenangkan. Mungkin jika bisa meminta, dia akan meminta untuk tetap menjadi anak-anak dan bersama Yunchi.
“Yunchi-ya,”
“Iya?” Yunchi menoleh pada namja di sampingnya, menunggu sesuatu yang akan terucap dari bibir tipis namja itu.
“Aku sudah mendengar tentang Jungsoo Ahjusshi, dan aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu saat itu,” Jinhwan mengatakannya pelan, tidak ingin membuat Yunchi merasa kembali terganggu dengan itu.
“Tidak apa-apa...” Yunchi berhenti berayun, menarik nafasnya dalam. Jinhwan pasti tidak tahu tentang masalah itu, dan mungkin lebih baik dia tidak perlu tahu yang sebenarnya. Han Yunchi masih tidak bisa memaafkan dirinya karena itu, dan dia tidak ingin kembali menangis sekarang.
“Yunchi-ya, gwaenchana?” Jinhwan melirik Yunchi yang diam sejak ucapannya itu, dan perasaan bersalah membentur Jinhwan karena mengungkit kembali tentang Ayahnya.
“Jinhwan-ya,”
“Mwo?” Jinhwan juga berhenti berayun saat manik Yunchi menabrak tatapannya, membuat mereka terkunci dengan tatapan itu. Tatapan yang sudah lama Jinhwan rindukan.
“Bolehkah aku meminta sesuatu darimu?”
“Tentu saja, apa itu? Aku akan melakukan apapun untukmu”
“Bisakah kita akhiri saja?”
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Seperti yang selalu orang tuamu katakan, kau dan aku tidak pantas bersama. Seperti langit, kau terlalu jauh untukku,”
“Andwae! Apa yang kau katakan? Kita akan terus bersama, kau dan aku” Jinhwan mulai menajamkan tatapannya, meyakinkan Yunchi kalau mereka masih bisa berusaha untuk bersama. Bukankah selalu ada jalan jika kita berusaha?
“Tidak ada jalan untuk kita bersama, ini hanya membuatku sulit dan... menyakitkan. Aku mohon padamu Jinhwan-ya”
“Yunchi dengarkan aku! Kita pasti bisa bersama, dan aku akan melindungimu,”
“Pertunanganmu sebentar lagi, jadi jangan memikirkan aku lagi, kau harus mulai hidup bersama dengan Eundong. Itu yang terbaik untukmu dan aku”
“Kenapa? Apa kau sudah tidak mencintaiku? Apa kau membenciku?”
Yunchi kembali menarik nafasnya dalam. Dalam hatinya dia terus berteriak kalau inilah yang benar untuk mereka, tidak bersama. “Iya. Aku tidak mencintaimu lagi karena aku sudah melupakanmu.”
“Katakan itu dengan menatap mataku, Han Yunchi!”
“Jinhwan-ya, aku hanya tidak ingin hidupku terus kesulitan karena bersamamu, aku ingin hidupku baik-baik saja, dan itu tanpamu. Sudah cukup dengan apa yang terjadi, aku tidak ingin ada lagi yang tersiksa diantara kita,”
“Tersiksa?” Jinhwan beranjak dari ayunannya, berdiri dihadapan Yunchi dengan tatapan lekatnya. “Apa kau sudah benar-benar tidak mencintaiku? Kau fikir aku tidak akan tersiksa jika hidup bersama seseorang yang tidak aku cintai? Ya Han Yunchi! Jika kau ingin bahagia, maka kau juga harus membuatku bahagia. Jangan hanya melakukan sesuatu yang membuatmu bahagia sementara kau menghancurkan hidup orang lain!”
“Kim Jinhwan, bukankah kau bilang akan melakukan apapun untukku?” Yunchi masih duduk di ayunan itu, mengangkat wajahnya menatap Jinhwan. Menjawab teriakan marah namja itu dengan suara lembutnya.
“Geurae, itu benar. Tapi jika itu tidak menghancurkan hidupku, Yunchi-ya”
“Aku yakin kau akan baik-baik saja bersamanya, Eundong menyukaimu. Jadi hiduplah bersamanya, dan biarkan aku hidup tenang dengan kehidupanku sendiri” Yunchi akhirnya berdiri, sedikit melangkah dan memeluk namja dihadapannya.
“Aku tidak bisa” Jinhwan memelankan suaranya, menarik yeoja itu dan mendekapnya erat. Dia tidak bisa melakukannya jika itu  harus berpisah dengan Yunchi, yeoja itu sudah terlalu banyak mengisi hatinya.
“Kalau begitu,” Yunchi melepaskan pelukannya. “Jika kau  memang mencintaiku, lakukan itu untukku”
Jinhwan kembali menahan amarahnya, tatapan Yunchi masih terus berusaha meyakinkannya dengan permintaan itu. Dan itu sangat menyebalkan.
“Gomawo Jinhwan-ya...” Han Yunchi mulai melangkah menjauh, berjalan meninggalkan Jinhan yang masih berdiri disana.
“Yunchi! Han Yunchi!”
“Aish!” Jinhwan menggeram kesal, dia harus menghentikan langkahnya mengejar Yunchi karena sesuatu yang bergetar di saku celananya. Jinhwan mengeluarkan benda yang bergetar itu dan menatap punggung Yunchi yang terus menjauh dalam pandangannya, lalu menekan layar benda itu, berharap itu bukan sesuatu yang bodoh karena sudah membuatnya tidak mengejar yeoja itu.
==Kenapa?==
==Ya! Kim Jinhwan! Kau tahu kalau Ayah Han Yunchi meninggal dalam kecelakaan?==
==Iya, lalu kenapa?==
==Dan sekarang aku tahu apa penyebab kecelakaan itu, tidak, maksudku siapa penyebab kecelakan itu==
==Hyung, apa maksudmu?==
==Ayah Han Yunchi sengaja ditabrak...==
Kim Jinhwan membulatkan matanya, mengeratkan pegangan pada ponsel ditangannya. ‘Apa lagi ini? Apakah ini sebuah permainan lagi?’
            -tbc-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR