luhanay blog Follow Dash Owner

Rabu, 20 April 2016

[FF] J



Author: Cifcif Rakayzi
Tittle: J || Genre: ? || Length: Ficlet || Rate: PG-15
Main cast: Koo Junhoe, Lee Hyein


Aku berhenti berlari, melanjutkan langkahku perlahan. Entah kenapa, senyuman selalu muncul saat aku melihatnya, gadis berambut panjang itu. Aku masih berjalan perlahan, menghampirinya yang duduk di ayunan itu, seperti biasanya dia saat tidak terlalu baik.
Lihatlah, dia bahkan tidak memakai jaket sama sekali. Apa dia sengaja membuat tubuhnya kedinginan di malam musim gugur ini? Dia masih saja tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri.
“Ya! Kenapa sendirian disini?”
Aku melepas mantelku dan memakaikan itu di tubuhnya, sedikit memeluknya dari belakang. Dia terkejut, tapi sedetik kemudian, dia melempar senyuman manisnya padaku. Senyuman yang selalu aku sukai.
“Jun? Kenapa ada disini?”
“Aku hanya lewat, dan menemukan gadis yang sendirian disini,”
Dia tersenyum lagi. Tapi sepertinya kali ini, ada sedikit kesedihan dalam senyumannya. Aku sudah terlalu lama mengenalnya, dan aku tahu arti dari semua ekspresinya.
“Bukankah, aku memang selalu sendirian?”
Jawabnya pelan, seolah masih ragu untuk mengatakan itu. Dia masih memasang senyumannya, hanya menunduk dan memainkan jarinya.
“Ya! Jadi selama ini kau sama sekali tidak menganggap pacarmu huh?”
“Bukan begitu, kau sangat berarti untukku Jun. Kau selalu ada disampingku, dan aku sangat terbantu karena itu. Gomawo,”
“Kurasa itu sudah tugasku,”
Aku merapatkan mantel itu di tubuhnya, lalu duduk di ayunan sebelahnya. Sebenarnya aku bukan kebetulan lewat, aku hanya sengaja datang kesini untuknya. Dia tadi menelfonku, tapi hanya mengatakan kalau dia salah menekan nomor. Dan sayangnya, aku tahu kalau dia membutuhkanku tapi tidak ingin mengangguku. Dasar Lee Hyein.
“Ini sudah malam, kenapa tidak tidur?”
“Aku tidak bisa tidur,”
“Jadi kau sendirian disini? Memangnya kau tidak punya tempat lain di rumahmu? Sendirian disini malam-malam berbahaya untukmu, bagaimana jika ada pria yang menculikmu?”
“Hanya kau pria yang mau menculikku,”
Aku tersenyum saat dia tertawa pelan. Rasanya aku sudah lama tidak melihatnya tertawa, dan itu menyenangkan saat aku bisa membuatnya tertawa.
“Hyein-ah, gwaenchana?”
Aku meliriknya, dia hanya membawa pandangannya menatap langit malam dengan sedikit bintang. Dia merapatkan mantelnya, menghela nafas pelan sebelum kembali menarik senyuma di bibirnya.
“Junho-ya, kau tahu kalau aku suka malam?”
“Tidak, kenapa?”
“Karena saat malam datang, aku tidak sendirian lagi di ruma. Keluargaku pulang saat malam datang, dan aku menyukainya. Aku suka saat mereka di rumah, rasanya aku tidak ingin tidur dan hanya menikmati malam ini dengan senyuman. Tapi sayangnya aku tidak bisa selalu seperti itu,”
“Seperti apa?”
“Tersenyum. Aku tidak bisa selalu tersenyum, mataku selalu saja berair,”
“Tidak apa-apa, bukankah setiap orang memiliki berbagai ekspresi? Jadi kau bisa tersenyum dan kau juga bisa mengeluarkan air itu dari matamu,”
Dia terdiam, kedua matanya masih menatap langit itu. Aku mengerti kalau dia kesepian, dia hanya merindukan orang tuanya.
“Aku selalu senang saat mereka pulang, walaupun sebenarnya tidak perbedaan dengan aku sendirian. Aku tidak bisa bicara dengan mereka. Meskipun mereka bersamaku, tapi mereka tetap sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Aku hanya bisa melihat mereka bicara dengan pekerjaannya, dan tidak bicara padaku. Jun, apa semuanya akan baik-baik saja hanya dengan makan?”
Dia menatapku, dan aku baru sadar kalau dia menangis. Tatapannya seperti menahan kekesalan dan kesedihan.
“Emh... makan memang penting,”
Oh babo. Sungguh aku tidak tahu harus menjawab apa. Walaupun tahu, tapi aku tetap tidak bisa mengerti perasaannya dengan baik.
“Mereka hanya menanyakan ‘apa aku sudah makan?’, setiap hari hanya seperti itu. Aku rasa mereka berfikir semuanya akan baik-baik saja hanya dengan makan, dan aku tidak suka makan. Aku hanya ingin mendengar mereka menanyakan pertanyaan lain padaku, aku hanya ingin bicara lebih panjang dengan mereka. Junhoe-ya, apa itu sangat sulit?”
“Hyein-ah, mungkin mereka sebenarnya juga ingin bicara lebih panjang padamu, tapi mereka tidak bisa,”
“Kenapa?”
“Mereka hanya ada saat malam, dan malam adalah waktunya untuk istirahat. Jadi mereka tidak ingin menganggu istirahatmu, mereka ingin kau tidur dengan baik Heyin-ah,”
“Benarkah? Mereka tidak pernah menanyakan kabarku, bahkan mereka selalu tidak ada saat aku pulang sekolah. Appa selalu bilang akan datang saat kelulusanku, tapi itu pasti berakhir dengan aku yang menunggunya. Appa selalu mebatalkan itu. Aku hanya ingin meminta sedikit waktu bersamanya, hanya sedikit. Tapi sepertinya itu terlalu sulit,”
“Bukan begitu, mereka hanya__”
“Jun, aku tidak apa-apa”
Dia tersenyum menatapku. Aku juga tahu kalau dia berbohong, walaupun dia menghapus air matanya.
“Aku tidak apa-apa. Walaupun aku tidak bicara dengan mereka, dan hanya bisa melihat mereka, tapi setidaknya aku masih memiliki mereka. Aku masih tidak tahu bagaimana perasaanku pada Eomma, tapi aku tidak bisa berbohong kalau aku sangat merindukan sosok Eomma. Aku selalu berharap kalau dia tersenyum padaku dan menanyakan kabarku, seperti Eomma-ku dulu. Mungkin sepertinya, aku perlahan bisa menerimanya.”
Hyein masih tidak bisa melupakan kepergian Ibunya, dan dia sudah harus menerima penggantinya. Aku tahu itu sulit, tapi dia harus menerimanya. Dia harus menerima kalau Ayahnya sudah memberikan pengganti untuk Ibunya. Tidak apa-apa jika perlahan, yang penting dia bisa menerima itu.
Setiap hari waktu bertambah, dan dia semakin dewasa. Aku percaya kalau semakin dia dewasa, semakin banyak fikiran yang dia dapatkan. Dia pasti bisa mengerti keputusan Ayahnya, dan mulai menata perasaannya untuk menerima baik-buruk pengganti Ibunya.
“Aku memang suka saat malam datang, tapi sepertinya aku lelah. Mungkin aku tidak perlu membuat diriku buruk, aku tidak akan mengharapkan sesuatu yang berlebihan lagi. Aku hanya akan bersyukur masih bisa bersama mereka,”
“Itu bagus. Setidaknya mereka masih bersama denganmu, dan kau juga masih memiliki si tampan Koo Junhoe.”
“Iya, terima kasih karena selalu ada untukku”
“Aku akan selalu bersamamu. Aku tidak akan pernah lari dari sisimu, aku akan terus menggenggam tanganmu. Dan kau tidak boleh menangis lagi.”
Dia terdiam, kembali melemparkan tatapannya pada langit gelap itu. Dia menangis. Dia memang tidak pernah mendengar permintaanku untuk tidak memangis.
“Jun, aku tidak tahu kenapa, aku merindukan Eomma tapi tidak bisa melihatnya. Aku juga merindukan Appa yang setiap hari aku lihat, tapi bahkan aku tidak bisa mengatakan padanya kalau aku merindukannya. Aku hanya merindukan mereka, apa aku salah?”
“Tidak, kau sama sekali tidak salah. Mereka juga sangat merindukanmu, tapi mereka harus tetap bekerja. Dan itu juga untukmu,”
“Aku mengerti, aku hanya terlalu egois dengan memikirkan diriku sendiri. Aku selalu tidak ingin mengerti mereka, aku hanya ingin mereka mengerti aku. Terlalu egois”
“Bukan begitu, kau hanya merindukan mereka,”
“... hiks maafkan aku...”
Aku beranjak, berdiri dihadapannya dan menariknya kedalam pelukanku. Isakannya semakin kencang, dan aku semakin mengeratkan pelukanku.
“Ini bukan salahmu, kau hanya sangat merindukanmu. Jangan menangis. Semuanya pasti akan baik-baik saja, mereka masih bersamamu, dan aku juga bersamamu. Kau tidak sendirian,”
“... Jun ...”
“Iya, aku akan selalu bersamamu, kau tidak akan kesepian bersamaku. Semuanya akan baik-baik saja, tidak apa-apa,”
“Jun-ah, aku hanya...”
“Aku mengerti, tidak apa-apa. Kalau begitu menangislah, kau mungkin akan lebih baik setelah mengeluarkan air matamu. Tidak apa-apa, aku akan bersamamu.”
Aku memang tidak terlalu tahu rasanya, tapi setidaknya aku mengerti. Dan aku berharap dia bisa tetap baik-baik saja, walaupun menangis.
Ini bukan kesalahannya jika dia hanya ingin mendapat perhatian, dia hanya kesepian dan merindukan mereka. Mungkin dia benar, kalau mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa memiliki arti. Tuhan tidak menulis cerita tanpa rencana. Dan selalu ada kebahagiaan disetiap cerita.
Aku percaya kalau Hyein akan mengerti. Dia akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada untuknya. Berdiri disampingnya, menggenggam tangannya dan memeluknya erat. Aku tidak akan meninggalkannya. Aku tidak akan membuatnya kesepian, berfikir kalau dia sendirian.
Aku mencintainya.

iklaan

SUPER JUNIOR