luhanay blog Follow Dash Owner

Rabu, 25 Oktober 2017

Pelangi



Matahari sudah tenggelam, hanya menyisakan beberapa baris sinar kuningnya. Malam perlahan tiba.
Riuk ombak masih bergelombang, dan angin kecil masih sesekali berhembus. Sunyi. Petang itu tidak ada nyayian burung.

Gadis itu masih disana.

Dia masih sendiri, duduk di atas pasir basah yang sesekali terhempas ombak. Seolah tidak berniat untuk beranjak, gadis itu masih menatap jauh lautan tanpa ujung.
Dia bahkan tidak menyeka air matanya, membiarkan itu menggenang membahasahi kedua pipinya. Dia menangis.

Entah apa yang dia pikirkan, entah apa yang dia inginkan, rasanya itu terlalu sesak dan menyakitkan.

Laut terlalu dalam untuk diselami, bintang terlalu tinggi untuk digapai, jalanan terlalu jauh untuk dilalui. Seolah seperti itu kesedihannya. Rasa sesak itu, air mata itu, mereka hanya pengganggu yang membuat putus asa.

Keinginan yang tak tercapai, bahkan entah apa keinginan itu.

Kali ini angin berhembus lebih kencang, membuat beberapa butir pasir juga terhempas. Gadis itu menutup matanya, menggerakan tangan menghapus air matanya.

Dia tidak ingin menangis, dia hanya ingin tertawa. Tidak peduli tawa apa itu, entah tawa hambar atau tawa bahagia, dia sangat ingin hatinya tertawa.

Dan dia juga tahu, tawa itu pelangi.

“Bagai pelangi selepas hujan, yang tak bertahan lama.”

Dia pikir, tawa itu tidak pernah menang dari air mata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR