luhanay blog Follow Dash Owner

Selasa, 02 Januari 2018

[FF] Pink Heartsick Chapter 1



Tittle: Pink Heartsick
Genre: Drama, Romance || Rate: 15 || Length: Chapter
Cast: Koo Junhoe | Park Chaeyoung | Kim Jennie | Lisa | Bobby | other cast
Author: Cifcif Rakayzi
======= ==== ======= ==== =======


Chapter 1



“Chaeyoung-ah, sedang apa kau ini?” Junhoe menghela nafas panjang, menyimpan ponselnya di atas meja. Sudah hampir setengah jam perempuan yang duduk di sampingnya itu hanya melamun, menatap layar laptop dengan tatapan tidak dimengerti. “Kalau mau menulis, tulis saja apa yang kau bisa. Dari tadi kau hanya melamun, dan itu tidak akan menyelesaikan tugasmu. Dan juga, aku bosan.” Junhoe melonggarkan ikatan dasinya, menyandarkan punggung pada sandaran kursi.

“Jangan pergi dulu, temani aku disini sampai selesai, ini akan selesai sebentar lagi.”
“Huh... benarkah? Kau bahkan tidak mengetik satu katapun disana, apa itu kau anggap sudah selesai?”
Perempuan bernama Chaeyoung itu menggeleng kepala, menghembuskan nafas frustasi. Sudah selama itu, tapi tugasnya masih belum selesai, ah tidak, bahkan itu belum dimulai. Dia meneguk sisa jus jeruk di sampingnya, mengalihkan tatapan pada sang kekasih. “Jun, maaf sudha membuatmu menunggu, tapi aku sama sekali tidak mendapat ide apapun untuk tugasku ini. Bisakah kau membantuku?”
Junhoe memasang tatapan tajamnya, tapi itu kembali meleleh dengan senyuman Chaeyoung. Laki-laki ini tidak bisa menolak jika kekasihnya sudah memohon, itu adalah salah satu kelemahannya. Junhoe meneguk habis kopi miliknya, lalu menarik laptop itu kehadapannya. “Kau selalu saja seperti ini, Chaeyoung-ah. Aku tidak tahu bagaimana kau bisa lulus nanti jika semua tugasmu aku yang mengerjakan. Kau harus menyelesaikan kuliahmu tahun ini_”
“Aku mengerti, aku mengerti, Pengacara Koo. Berhentilah menceramahiku, dan kerjakan saja tugas itu. Nanti aku akan mengajakmu jalan-jalan jika sudah selesai.”
“Ck. Merepotkan.”
Chaeyoung tersenyum menatap kekasihnya mulai serius dengan itu, Junhoe memulainya dengan melihat beberapa file tugas Chaeyoung sebelumnya.
“Koo Junhoe, kau tahu?” Chaeyoung menempelkan pipinya pada meja, menatap laki-laki itu masih dengan senyumannya.
“Tentu saja tidak, bagaimana kau pikir aku tahu?” Junhoe tidak menghiraukan Chaeyoung, dia mulai mengetik.
“Eh menyebalkan. Kau selalu menjawab seperti itu. Tapi tidak apa, aku akan memberi tahumu.” Chaeyoung merubah posisinya, semakin mencondongkan wajahnya kesamping Junhoe. “Dengar, aku mencintaimu.”
“Hem, aku tahu. Kau sudah sering mengatakan itu, terlebih jika aku lagi yang mengerjakan tugasmu, kau pasti mengatakan itu berulang kali.”
“Ya!” Chayeoung memukul lengan Junhoe, menghapus senyuman merekahnya untuk laki-laki itu. “Kau menyebalkan, Jun! Harusnya kau menjawab itu, atau lakukan hal manis lain saat pacarmu mengutarakan perasaannya. Dasar.”
“Hem, aku tahu. Kau juga sering mengataiku seperti itu.”
“Ya!” kali ini pukulan Chayeoung lebih keras dan banyak, tapi Junhoe tetap tidka menghiraukannya, laki-laki itu serius dengan pekerjaannya. “Walaupun kau orang yang paling menyebalkan di bumi ini, tapi aku tidak akan menarik ucapanku itu. Hanya saja, kau harus belajar lebih tentang cara memperlakukan orang dengan baik. Dasar Junhoe. Aku tidak mengerti kenapa kau menjadi pengacara terkenal secepat itu, padahal sikapmu menyeramkan seperti ini.”
“Sayang, jika kau mau aku menyelesaikan tugasmu, tolong berhentilah mengoceh tidak jelas. Iya?” Junhoe berhenti mengetik, menarik tatapannya menatap Chaeyoung, sangat dekat. Membuat perempuan yang sudah hampir delapan tahun menjadi kekasihnya, merona. Yah, meski sudah selama itu, Chaeyoung masih tetap tidak bisa menahan godaan dari laki-laki menyeramkan Koo Junhoe.
“Huh? Ah a-aku... tid- Hey! Wajahmu terlalu dekat itu!” Chaeyoung mendorong Junhoe, menjauh, menahan debaran itu.
“Terima kasih jika kau mengerti.” Junhoe kembali pada laptopnya.
“Aku tidak bermaksud menganggumu, aku hanya sedang_” Chaeyoung menahan ucapannya, melihat ponsel Junhoe yang bergetar. Seseorang menelfonnya. Dan akhirnya dia tidak melanjutkan ucapannya, Junhoe mengambil ponselnya, dan dia pergi.
“Itu mulai lagi...” Chaeyoung menghela nafas, bersandar pada kursi.
Sudah lama mereka bersama, dan kedekatan mereka membuat tidak ada rahasia satu sama lain. Tapi, akhir-akhir ini sedikit berbeda. Sikap Junhoe berbeda. Dia tidak pernah pergi jika mengangkat telfon, tapi sekarang dia akan pergi ke luar atau tempat lain saat mendapat telfon. Dia seolah menghindari Chaeyoung. Dan beberapa perubahan sikap lainnya.
“Ada apa? Telfon dari siapa itu?” Chaeyoung menggerakan tatapannya mengikuti Junhoe yang kembali duduk.
“Aku akan menyelesaikan tugasmu nanti, tapi sekarang aku harus kembali ke kantor,” Junhoe menutup laptopnya, membereskan beberapa buku di meja itu. “Aku akan mengantarmu pulang. Ayo.”
“Tidak usah, aku harus belanja dulu. Kau pergilah.”
“Baiklah. Hati-hati pulangnya. Aku pergi.” Junhoe memakai jasnya, lalu melangkah.
“Tunggu,” Chaeyoung menarik tangan Junhoe, membuat laki-laki itu menahan langkahnya. “Tapi jangan lupa kalau kau harus menyelesaikan tugasku itu yah, Sayang.” Chaeyoung mengecup pipi Junhoe sekilas, dan laki-laki itu pergi, tanpa senyuman atau kecupan balasan seperti biasanya.
Ini sedikit menyebalkan, tapi Chaeyoung tidak apa-apa. Dia akan menahannya sampai laki-laki itu menyadari perubahan sikapnya sendiri, atau yang lebih ditunggu yaitu Junhoe mengatakan sesuatu yang dia sembunyikan itu padanya.
            ***

“Lisa!”
“Sepertinya kau tidak harus berteriak seperti itu jika memanggilku, dna juga... lepaskan pelukan di tempat umum ini.”
“Jahat.” Chaeyoung melepas pelukannya pada perempuan berambut sebahu itu, lalu mengikuti langkahnya dengan cemberut.
“Sepertinya ini hari sialku,”
“Kenapa?”
“Aku selalu tidak suka jika bertemu denganmu di super market. Kau pasti akan memasukkan jajananmu pada keranjangku, dan mengambilnya setelah aku membayar itu. Kau tahu kalau aku sangat membenci itu, Koo Chaeyoung?” Lisa, perempuan yang kadang merasa kalau dirinya bernasib buruk karena berteman dengan Chaeyoung ini, mengeluarkan tatapan laser dan melangkah besar meninggalkan Chaeyoung.
“Koo Chaeyoung? Ah rasaya itu terdengar sangat indah, terima kasih Lisa-ya. Aku benar-benar mencintaimu, Lisa.” Chaeyoung tersenyum lebar, dan kembali mengejar perempuan itu untuk memeluknya.
“Jadi bagaimana tugasmu, sudah dimulai?”
“Tentu saja, dan itu akan cepat selesai.” Chaeyoung yang mendadak gembira, mengambil banyak snack kedalam keranjangnya. Kali ini, dia tidak bisa memasukkan itu pada keranjang belanjaan Lisa, dia sudah mengeluarkan tatapan laser begitu tadi.
“Kenapa? Apa kau menyalinnya dari internet?”
“Ya! Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu.”
“Lalu bagaimana caranya kau bisa menyelesaikan tugas dengan cepat, yang bahkan kau masih belum mengerjakannya setelah yang lain sudah memulainya dari minggu kemarin?”
“Pengacara Koo membantuku.” Chaeyoung tersenyum aneh lagi. Salah satu kepribadian anehnya yaitu dia merasa gembira luar biasa saat memperkerjakan kekasihnya.
“Ya! Kau menyuruhnya mengerjakan tugasmu lagi? Hey kau ini, itu bahkan sama saja dengan kau menyalin dari internet.”
“Kenapa? Jelas itu dua hal berbeda.”
“Kau bodoh, itu adalah dua hal yang sama walau berbeda. Tapi, yah itu terserah padamu. Hanya dirimu sendiri yang akan bisa membuatmu lulus nanti.”
“Lisa, kau jahat. Apa maksudmu aku tidak bisa lulus dengan kemampuanku sendiri? Ya! Itu jahat Lisa. Sebenarnya aku ini juga sama pintarnya dengan Junhoe, hanya saja dia jadi lebih pintar dan menyelesaikan kuliahnya dengan cepat. Kau mengerti? Jangan meremehkanku, Lisa!” Chaeyoung melepas kaitan tangan mereka, menatap Lisa dengan tatapan aneh khasnya.
“Aku tidak meremehkanmu, kau saja yang berpikir begitu.” Lisa berbalik, menatap Chaeyoung, lalu berjalan meninggalkannya.
“Tapi Lisa, tidak apa-apa jika jahat begitu, kau masih tetap teman terbaikku. Hey tunggu!” Chaeyoung mempercepat langkah mengejarnya.
Keranjang belanjaan mereka sudah hampir penuh, tapi sepertinya mereka berdua tidak berniat untuk mengakhiri perburuan itu. Baik Chaeyoung maupun Lisa, keduanya masih memasukkan benda yang mereka lihat kedalam keranjang, tidak peduli jika nanti pembayarannya membengkak. Dan bukankah itu memang kebiasaan perempuan.
“Chaeyoung-ah, apa sekarang sudah tidak apa-apa?”
“Hem.. apa?”
“Kekasihmu. Apa Junhoe masih menghindarimu?”
Chaeyoung menyimpan kembali botol shampoo yang di pilihnya, terdiam dengan pertanyaan Lisa. Pikiran tentang perubahan sikap Junhoe memang membebaninya, dia tidak bisa berbohong tentang itu. Tapi Junhoe masih tidak mengatakan apapun, dan dia akan berusaha baik-baik saja sampai itu bisa dimengerti.
“Dia tidak menghindariku seperti itu, hanya saja Junhoe memang sedikit menjauh dariku. Dan itu bertambah akhir-akhir ini.”
“Jika itu sangat mengganggumu, coba bicarakan itu dengannya.”
“Tidak, aku percaya jika itu ada artinya. Junhoe tidak akan melakukan sesuatu tanpa alasan. Dan aku akan menunggunya sampai dia menyadari itu sendiri.” Chaeyoung kembali melangkah.
“Sampai kapan kau bisa menahannya?”
“Emh.. aku tidak tahu. Aku bahkan baru bertemu lagi dengannya, seminggu ini dia menolak ajakanku. Aku tidak ingat kalau sesibuk apapun Junhoe, dia sampai tidak bisa pergi keluar bersamaku. Dia bilang pekerjaannya sangat sibuk sekarang,”
“Chaeyoung-ah, jika kau seperti ini, aku bisa melihat kalau itu masalah besar untukku. Coba bicarakan saja dengannya, mungkin dia akan memberi tahumu sesuatu.”
“Hey Lisa, aku harus bagaimana?” Chaeyoung menunduk. Dia menahan untuk tidak bisa menangis. Ini hanya masalah kecil, semua pasangan pasti pernah mengalaminya, dan Chaeyoung ingin mengerti  itu, walaupun kali ini berbeda.
Lisa tidak menjawab, dia tidak tahu harus memberi jawaban apa. Chaeyoung terlalu ingin mempercayai kekasihnya, dan dia tidak akan mendengarkan perkataannya jikapun dia memberikan jawaban. Lisa hanya memeluk Chaeyoung, menenangkannya.
            ***

Chaeyoung melepas balutan handuk dari kepalanya, membiarkan rambut basahnya terkena angin. Sepertinya, dia tidak berniat untuk menyisir rambut panjangnya sekarang, dia hanya berdiri di balkon. 
Malam ini sedikit lebih gelap, hanya sedikit bintang yang hadir di langit sana, dan juga tanpa bulan. Ponselnya kembali berdering, itu pesan balasan dari Junhoe, tapi Chaeyoung mengabaikannya. Pikirannya sekarang dipenuhi tentang itu, sesuatu yang mengganggunya tentang Junhoe. Bagaimana dia harus bersikap sekarang, apa itu tidak akan apa-apa jika dia membicarakannya dengan Junhoe sebelum laki-laki itu mengatakannya sendiri, Chaeyoung masih tidak tahu.
Ponselnya kembali berbunyi, kali ini dengan nada dering berbeda. Itu panggilan masuk, Junhoe menelfonnya.
Chaeyoung hanya menatap ponsel ditangannya, menatap nama Koo Junhoe yang muncul di layar ponsel. Dia sangat mencintai laki-laki jangkung dengan suara besar yang berisik itu, dia sangat menyayangi laki-laki yang tidak tersenyum jika suasana yang memaksanya, dia sangat menyukai laki-laki yang sering membuat masalah dengan sikap menyebalkannya. Dia sangat mencintai Koo Junhoe.
Panggilan itu berhenti, dan ponselnya berhenti berdering. Junhoe mengirimnya pesan lagi, tapi Chaeyoung masih tidak membacanya, hanya membiarkan ponsel itu menerima pesan dari kekasihnya saja.
Satu hal terpikirkan olehnya, tepatnya itu prasangka. Dan mungkin itu cocok jika dikaitkan dengan perubahan sikap Junhoe. Tidak, Chaeyoung dengan cepat menepisnya. Itu pikiran bodoh. Dia percaya dengan kekasihnya, dia percaya dengan laki-laki yang delapan tahun ini tidak pernah berbohong padanya.
Satu tetes, dua tetes, dan akhirnya air mata itu keluar tanpa perintah. Tidak bisa berhenti, Chaeyoung tidak bisa menahan air matanya. Dia menangis. Koo Junhoe jahat.
            ***

Mobil hitam itu berhenti. Chaeyoung membuka pintunya, dan masuk kedalam. Siang ini mereka bertemu lagi. Tepatnya, Chaeyoung yang mengancam dan memaksa Junhoe untuk menemuinya.
“Kau sudah makan siang?” Junhoe kembali menjalankan benda kendaraan beroda empat itu.
“Junhoe-ya, bagaimana dengan tugasku?” Chaeyoung menahannya, bersikap seperti biasanya. Dia sudah menemukan satu pikiran tentang itu, tapi dia akan tetap menunggu sampai Junhoe sendiri yang mengatakan itu padanya.
“Aku mengerjakannya, tenang saja. Apa kau bertemu denganku hanya untuk itu?” Junhoe melirik Chaeyoung sekilas, lalu kembali fokus pada jalan di depannya.
“Iya. Aku hanya memastikan kalau tugasku selesai.”
“Chaeyoung-ah, kau harus mengerjakan tugasmu sendiri kedepannya. Aku ingin kau menyelesaikan kuliahmu dengan baik.”
“Ya!” Chaeyoung memukul lengan Junhoe, sangat keras, membuat mobil itu oelng beberapa detik. “Apa kau pikir aku tidak menjalani kuliahku dengan baik huh? Dasar kau ini, mentang-mentang otak pintarmu itu  membuat kau lulus lebih dulu, jangan seenaknya merendahkanku. Aku ini juga pintar sepertimu Koo!”
“Aku tidak mengatakan kau bodoh atau tidak pintar, aku hanya ingin kau kuliah dengan baik_”
“Diam. Aku mengerti. Kau menyebalkan.” Chaeyoung memalingkan wajahnya, membuang tatapan itu menatap jalanan dari jendela di sampingnya.
Junhoe hanya menghela nafas, sudah terbiasa dengan kekasihnya yang seperti itu. Dan juga, Chaeyoung yang cepat marah adalah sesuatu yang membuatnya menyukai perempuan itu.
“Baiklah sayang, maafkan aku yang menyebalkan ini. Dan sebagai gantinya, aku traktir makanan Jepang full-set hari ini.”
“Benarkah?” mata Chaeyoung berbinar, sikapnya berubah dengan cepat. Seperti biasanya, dia juga tidak bisa menahan godaan makanan. Kelemahannya adalah makanan dan Koo Junhoe.
“Iya. Jadi tenanglah, jangan pikirkan tugasmu jika sudah ditanganku. Aku bahkan tidak melirik pekerjaanku sendiri hanya karena tugasmu itu.”
“Ouh benarkah? Terima kasih.” Chaeyoung bergerak, mengecup pipi Junhoe cepat, lalu kembali duduk tenang. “Sayang, sebagai gantinya, ayo jalan-jalan akhir minggu ini,”
Binar-binar dimata Chaeyoung meredup, melihat Junhoe menarik nafas dalam sebelum menjawab. Dia tahu kalau ini karena itu lagi. Chaeyoung tahu.
“Emh.. maaf, aku tidak bisa. Pekerjaanku banyak, ditambah tugasmu, aku harus lembur untuk menyelesaikan itu. Tapi lain hari aku pasti membawamu jalan-jalan.”
“Hem.. tidak bisa yah,” Chaeyoung melepas tatapan dari Junhoe, kembali menatap jalanan. “Tidak apa-apa, aku akan menagihnya nati. Selesaikan saja tugasku dengan bagus.”
“Kau marah? Dan kenapa semalam kau tidak menjawab telfonku?”
“Aku tidur. Dan setelah bangun, aku jadi malas untuk membalasmu karena banyaknya pesan yang kau kirim.”
“Kau tidak satupun membalas pesanku, jadi aku terus mengirimnya. Apa kau benar tidur? Tidak biasanya kau tidur cepat.”
“Junhoe,” Chaeyoung menarik nafas, menahan debar aneh jantungnya. “Boleh aku bertanya padamu?”
“Kau tidak pernah mint izin untuk bertanya dariku, kenapa sekarang kau_”
“Baiklah, aku akan menanyakan sesuatu padamu.” Chaeyoung kembali menarik nafas, dia gugup. Rasanya ini lebih gugup daripada menyatakan cinta pada laki-laki itu.
“Ada apa? Atau mungkin kau memberiku tugasmu yang lain?”
“Sayang, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
Tidak, Junhoe tidak mendengar itu. Suara Chaeyoung terlalu pelan, dan ponsel Junhoe berdering. Junhoe menerima panggilan masuk pada ponselnya, dan tidak mendengar pertanyaan Chaeyoung.
Menarik nafas. Chaeyoung memalingkan wajahnya lagi pada jendela, mendengar Junhoe mengatakan akan segera pergi menemui seseorang yang menelfonnya. Tidak apa-apa, itu tidak apa-apa. Mungkin Chaeyoung membuat kesalahan dengan menanyakan itu, dia sudah bilang akan percaya pada kekasihnya.
“Chaeyoung-ah, apa yang kau katakan tadi?”
“Belum, aku belum makan siang. Itu jawaban untuk pertanyaanmu tadi.”
“Ah iya, aku lupa. Tapi apa tidak apa-apa jika kita memesan fast food saja? Aku harus segera kembali ke kantor sekarang, tapi nanti aku akan menjemputmu dari kampus.”
“Tidak apa-apa, tapi nanti aku akan menagih makanan Jepang full-set yang kau berikan.”
“Baiklah, ingatkan aku itu nanti.” Junhoe menginjak gas, mempercepat laju mobil hitam itu.
            ***

“Kenapa wajahmu kusut begitu?” Lisa menyimpan setumpuk buku di atas meja, membuat Chaeyoung berhenti menempelkan pipi kanannya pada meja.
“Kusut? Haruskah aku beli setrika untuk merapihkannya lagi?”
“Tidak, kau hanya harus menemui Koo Junhoe untuk merapikannya lagi.” Lisa duduk di samping Chaeyoung, mulai membuka satu persatu buku yang dibawanya.
“Hem.. itu benar, tapi apa yang harus aku lakukan setelah ada dihadapannya?”
“Bicarakan apa yang membuatmu kusut seperti itu.”
“Sudah kucoba, tapi itu tidak bisa. Aku tidak tahu...” Chaeyoung mengusap wajahnya beberapa kali, mengikat rambutnya tanpa merapikannya dulu. Menatap Lisa yang sudah serius dengan bukunya.
“Chaeyoung-ah, aku tidak mengerti apa yang tidak kau mengerti itu. Bukankah kalian lama bersama, dan ini bukan masalah pertama dalam hubunganmu, jadi kenapa kau masih tidak bisa membicarakannya? Apa sesulit itu?” Lisa menahan tangannya untuk membuka lembar buku berikutnya, dia menatap Chaeyoung yang terdiam karena ucapannya.
“Tidak, hanya saja... kali ini berbeda. Junhoe menyembunyikan sesuatu dariku, dan juga dia berbohong. Itu sesuatu yang tidak pernah dia lakukan selama ini, jadi mungkin ada alasan kuat dibalik semua itu. Aku harus menunggunya mengatakan itu padaku.”
“Hah baiklah, terserah. Kau selalu minta pendapat dariku, tapi kau juga tidak pernah mendengarkannya. Jadi aku akan mendukung apapun yang kau lakukan.” Lisa mengusap kepala Chaeyoung sekilas, lalu kembali pada bukunya.
“Lisa, bagaimana ini, aku tidak bisa menahan rasa itu. Aku curiga, aku mencurigai kekasihku sendiri...” Chaeyoung menghela nafas panjang, menundukkan kepalanya di atas meja.
Tidak, Lisa benar, ini bukan masalah pertama dalam hubungan mereka, tapi kenapa rasanya sangat sulit untuk Chaeyoung mengatakannya. Atau itu karena kali ini Junhoe merahasiakan sesuatu dibaliknya, selama ini hubungan mereka selalu baik-baik saja karena tidak ada rahasia antara mereka berdua, dan sekarang itu ada. Rahasia, sesuatu yang dia sembunyikan.
Ponselnya berdering. Chaeyoung mengambil ponselnya, membaca pesan yang masuk padanya. Itu dari Junhoe.
“Lisa, apa kau mau pulang sekarang? Junhoe sudah menjemputku,”
“Pergilah, aku masih harus menyelesaikan ini, nanti aku akan pulang bersama Sorn Eonnie.”
“Baiklah, kalau begitu aku pergi.” Chaeyoung membereskan bukunya, memasukkan itu kedalam tasnya.
“Lagipula, aku tidak mau jika harus satu mobil dengan kalian berdua disaat seperti ini.”
“Ck. Kau ini.” Chaeyoung menepuk kening Lisa, lalu pergi setelah membereskan semua barangnya.
---
Chaeyoung tersenyum, melihat laki-laki jangkung itu berdiri di samping mobilnya dan melambaikan tangan. Junhoe sangat baik padanya, dan hubungan mereka baik-baik saja selama ini, tapi kenapa tiba-tiba harus ada sesuatu seperti ini yang menganggunya. Chaeyoung tidak bisa memikirkan hal lain selain itu, Koo Junhoe.
“Apa kelas hari ini melelahkan? Kenapa wajahmu seperti itu?” Junhoe menggerakkan tatapannya mengikuti pergerakan Chaeyoung yang menghampirinya.
“Apa wajahku benar-benar kusut?” Chaeyoung langsung melihat pantulan wajahnya dari kaca spion mobil. “Lisa juga mengatakan itu padaku. Hey Jun, sekusut apa wajahku?” Chaeyoung berbalik, menatap Junhoe.
Tapi laki-laki itu malah tersenyum, Junhoe mengucap kepala Chaeyoung. “Mungkin ungkapan yang tepatnya bukan kusut, tapi murung. Tapi itu tidak apa-apa, wajahmu masih cantik seperti biasa. Hanya saja,” Junhoe menggantung ucapannya.
“Hanya saja apa?”
“Hanya saja, kau ini masih tidak tahu caranya merawat dirimu sendiri. Lihatlah, kau mengikat rambutnya alas, itu berantakan sekali. Kau jadi terlihat seperti orang gila. Dan oh... aku baru lihat lingkaran hitam di matamu, sepertinya tadi tidak terlihat.”
“Ya!” Chaeyoung menepis tangan Junhoe, memukul pinggang laki-laki itu. “Mengataiku seperti orang gila lebih buruk dari mengatakan wajahku kusut. Kau jahat sekali Koo.”
“Kemari... aku berikan vitamin,” Junhoe menarik Chaeyoung mendekat, menempelkan bibir mereka.
“Ya!” Chaeyoung mendorong Junhoe setelah beberapa detik ciuman itu. “Jangan lakukan itu di tempat seperti ini, semua orang melihat kita.”
“Hem.. semua orang?” Junhoe mengedarkan tatapannya melihat sekeliling. “Sepertinya tidak ada yang melihat kita, mereka sibuk dengan dirinya sendiri.”
“Tapi tetap saja, ini tempat umum, jangan lakukan itu lagi disini.” Chaeyoung mendorong Junhoe lagi, lalu membuka pintu mobilnya dan masuk.
“Iya baiklah, nanti aku akan melakukannya di tempat sepi.”
“Hey.. aku juga tidak mengatakan kau bisa melakukannya di tempat sepi.” Chaeyoung kembali membuka pintu mobilnya, menatap Junhoe tajam.
“Kau jahat. Lalu dimana aku bisa menciummu? Tempat seperti apa yang kau inginkan?”
“Berhenti membicarakan itu! Cepat masuk.” Chaeyoung menutup pintu mobilnya, diikuti Junhoe yang akhirnya masuk kedalam mobil. Dia menarik nafas. “Kau yang jahat, Koo Junhoe.”
Mobil hitam itu melaju, cepat, meninggalkan tempat itu.
            ***
Tidak, ini tidak benar.
Suara yang berteriak di hati Chaeyoung, terus mengatakan kalau ini tidak benar. Jika dia memutuskan untuk percaya pada Junhoe, maka dia harus benar-benar mempercayai kekasihnya, dan tidak melakukan ini.
Chaeyoung kembali ke luar rumah setelah Junhoe mengantarkannya tadi, dan dia mengikuti laki-laki itu diam-diam. Chaeyoung bersembunyi di dalam taksi, mengikuti mobil Junhoe dari belakang.
Dia tidak ingin melakukan ini, bahkan dia tidak pernah memikirkan hal gila semacam ini. Ini terlalu buruk. Tapi entah kenapa, rasanya seperti tubuhnya yang bergerak sendiri untuk melakukan ini. Dan pada akhirnya, Chaeyoung tidak bisa mengelak kalau dia sudah mengkhianati kepercayaannya itu dengan melakukan ini..

Mobil Junhoe berhenti, di depan sebuah cafe. Junhoe tidak keluar dari mobilnya, tapi seorang perempuan masuk kedalamnya. Perempuan cantik berambut hitam panjang dengan dua cup kopi ditangannya. Lalu mobil hitam Junhoe kembali melaju.
“Nona, mobilnya pergi. Apa kita kembali ikuti?” sang sopir taksi melirik Chaeyoung dari kaca spion depan, tapi tidak ada jawaban. Chaeyoung hanya diam.
“Nona, bagaimana? Kita harus kemana sekarang?” supir itu bertanya lagi, tapi masih tidak ada jawaban.
Perempuan itu siapa? Dia bukan teman atau keluarga Junhoe, Chaeyoung tahu semua teman dan anggota keluarga Junhoe. Perempuan itu cantik. Dan dari senyumannya tadi, itu terlihat kalau mereka sudah dekat. Mungkin sangat dekat, mengingat Junhoe membiarkannya masuk kedalam mobilnya selarut ini.
Perasaan aneh itu terus menekan, membuat Chaeyoung sesak dengan pikiran-pikiran aneh yang bermunculan dalam kepalanya. Rasa curiga itu semakin besar, tapi dia ingin terus menepisnya. Dia hanya ingin percaya pada kekasihnya, dan tidak ingin memikirkan apapun tentang itu. Tapi mau bagaimana, matanya melihat sendiri itu.
“Nona, apa kau mendengarku?”
“Ah iya, kenapa?” Chaeyoung lepas dari lamunannya. Dia melihat supir taksi yang menatapnya.
“Sekarang kita kemana? Mobil itu sudah pergi, apa kita ikuti lagi?”
“Tidak, tidak usah. Sekarang jalan saja, putar arah.”
“Baiklah.”
Entah kenapa, supir taksi itu juga merasakan atmosfer aneh, dan dia melajukan taksinya tanpa kembali bertanya. Sepertinya dia mengerti, kalau penumpangnya sekarang sedang tidak baik.
Dan malam itu berakhir, mengakhiri perasaan aneh Chaeyoung. Tidak, tepatnya itu mengakhiri kecurigaan Cheyoung pada Junhoe. Walau dia tidak ingin tahu, tapi dia tahu sekarang. Walau dia tidak ingin mengerti, tapi dia mengerti sekarang. Tidak apa-apa. Itu tidak apa-apa.

            -bersambung-
  
Chapter 2        Chapter 3        Chapter 4        Chapter 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR