Tittle: Summer
Rain
Rate: PG-18 | Length: Chapter | Genre: Drama,
Romance, Marriage life
Cast: Koo Junhoe // Kim Jennie // Kim Hanbin // Park
Chaeyoung // Kim Donghyuk // other
Summary: “Bukan cinta yang mendewasakan manusia,
tapi kedewasaanlah yang bisa mengartikan cinta”
Disclaimer: Cerita FF ini, dan original character,
adalah milik saya.
Author: Cifcif Rakayzi
=== ======= ===
======= === ======= ===
Chapter
1
Benda bulat kecil yang berlubang itu, perlahan masuk
melingkar di jari manisnya. Menunjukkan sebuah ikatan, yang juga berarti
kepemilikan. Sekarang perempuan itu sudah resmi menjadi milik laki-laki yang
mengikatnya dengan benda bulat bernama cincin tadi.
Seraya menaikkan pandangan menatapnya perlahan,
perempuan itu menarik nafas dalam. Mencoba mengendalikan detak jantungnya yang
kacau. Dia berdebar. Perasaan ini, rasanya entah kenapa.. benar-benar aneh.
Sekarang gilirannya, memasangkan cincin pada jari manis laki-laki di hadapannya
Senyuman kecil yang manis tiba-tiba mengembang di
wajahnya, seolah memberinya waktu untuk ketenangan. Tidak apa-apa, perlahan saja. Itu yang dia rasakan saat melihat
senyumannya. Dan akhirnya, kedua cincin itu sudah masing-masing melingkar di
jari manis kedua pengantin ini. Mengikat mereka dengan janji suci sehidup
semati untuk saling mencintai.
Riuh tepuk tanganpun terdengar memenuhi ruangan,
senyum bahagia mengembang di wajah para tamu undangan dan keluarga khususnya.
Seolah mereka ikut merasakan debaran dan perasaan bahagia kedua pengantin.
Tapi, jika ditanyakan kembali, benarkah kedua
mempelai bahagia atas janji sehidup semati untuk saling mencintai itu?
Mengingat cerita mereka sebelum pernikahan ini
terjadi, ada beberapa hal yang berjalan sedikit kurang baik. Entah itu dari
awal pertemuan mereka, ataupun alasan dibalik pernikahan ini. Semua itu,
mungkin akan memberikan jawaban polos “Apa yang membahagiakan dari pernikahan
ini?”.
***
-Enam hari sebelum
pernikahan-
Sore itu benar-benar cerah, pada awalnya. Hanya
saja, hujan deras tiba-tiba turun dan membasahi semuanya. sinar matahari masih
sedikit terlihat, tertutup awan abu-abu. Karena rombongan air yang datang
tiba-tiba saat matahari masih bersinar, ada pembiasan cahaya yang terjadi.
Pelangi, melengkung bersinar di ujung langit sore itu.
Orang-orang berlarian secepat mereka bisa, mencari
tempat berteduh sebelum hujan lebih banyak membasahi mereka. Tapi di tengah
itu, ada dua tatapan yang saling membeku, terikat diam seolah waktu berhenti.
Pakaian mereka basah, sudah terlambat jika mereka
ingin menghindar. Perempuan berambut panjang itu diam tertahan saat laki-laki
itu menarik dan menahan tangannya. Tatapan itu terus menjelajah semakin dalam,
mencari arti.
“Kim Jennie, menikahlah denganku...”
Sore itu, di depan sebuah caffe yang halamannya dipenuhi pot berisi macam-macam bunga,
suasananya tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang berjalan kaki,
dan sekarang mereka merapat ke halaman caffe
untuk berteduh. Suara hujan memang keras, seolah memenuhi ruang terbuka
tanpa batas itu, tapi.. suara laki-laki itu bisa mereka dengar dengan jelas. Di
tengah hujan deras itu, laki-laki jangkung yang menahan tangan perempuan di
hadapannya, mengucapkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang mungkin menurut
sebagian orang adalah pertanyaan yang indah.
“Apa?”
Tanpa melepas tatapan mereka, tanpa sedikitpun
melonggarkan genggaman tangannya, laki-laki itu memperdalam tatapannya dan
menarik nafas, menyakinkan dirinya dengan pertanyaan itu, dan meyakinkan
perempuan yang dia beri pertanyaan itu.
“Apa.. kau mau menikah denganku?”
“Kenapa?”
Laki-laki itu diam, memalingkan tatapannya ke bawah
dan ke arah lain dengan cepat. Mereka menunggu. Yah, mereka yang juga mendengar
pertanyaan itu, juga seolah diam menunggu jawaban. Tidak peduli hujan yang
sudah membasahi semuanya, ataupun bisingnya suara cipratan jutaan air jatuh
itu, rasanya seperti hening.
“Aku tidak tahu, tapi rasanya.. seperti aku
meneriakkannya kalau kau adalah orangnya.”
Perempuan itu sedikit memperdalam tarikan nafasnya,
mencoba mencerna perlahan apa yang sedang terjadi padanya sekarang.
“Apa ini sebuah lamaran?”
Laki-laki itu kembali menarik tatapannya bertemu dua
manik mata di hadapannya, menatap perempuan yang menatapnya menunggu jawaban,
lagi.
“Jika benar, apa kau akan langsung menjawab ‘iya’?”
Tidak ada jawaban, perempuan itu diam. Guyuran
hujannya semakin deras, tapi seakan tidak ada yang peduli. Orang-orang itu
masih disana, diam menunggu pertanyaan itu terjawab. Mereka menunggu akhir dari
scene itu.
“Semua orang melihat kita, kau harus mengatakan
‘iya’ jika tidak ingin dibicarakan mereka,” laki-laki itu menariknya mendekat,
berbisik dan merapatkan tubuh mereka.
Memang benar, saat perempuan itu melihat
sekelilingnya, orang-orang masih menjadikan mereka fokus perhatian. Dan
pastinya, itu tidak akan berakhir sebelum dirinya memberi jawaban.
Perempuan berambut panjang yang bernama Kim Jennie
itu, kembali membawa tatapannya pada laki-laki di hadapannya, yang tiba-tiba
memberinya senyuman. Laki-laki jangkung bernama Koo Junhoe itu tersenyum. Hanya
senyuman kecil, tapi entah kenapa itu terlihat seperti pelangi. Pelangi yang
diam-diam menghipnotisnya, membuat bibir itu tanpa perintah mengucapkan
jawaban.
“Iya..”
Laki-laki itu mengembangkan senyuman kecilnya,
menarik perempuan itu kedalam ciumannya. Dan entah kenapa, sorak tepuk tangan
terdengar bersamaan dengan jawaban itu, senyum dan tawa mereka mengembang
beriringan dengan ciuman itu. Tepuk tangan yang mengakhiri pertunjukkan.
Hujannya sedikit mereda, tapi sepertinya tidak
menjadi pertanda kalau hujannya akan berhenti. Mungkin akan sampai semalaman
titik-titik air itu mengguyur. Walaupun ini masih musim panas, tapi akhir-akhir
ini hujan sering datang. Mungkin itu pertanda kalau musim panas segera
berakhir, tapi siapa yang tahu.
-tbc-