luhanay blog Follow Dash Owner

Minggu, 27 Juli 2014

[FANFICTION CHALENGE] The Power Of Love


Title : The Power Of Love
Author : Cifcif Rakayzi
Cast : Suho 'EXO' | Lee Hyein (oc)
Leght : Oneshot
Rating : PG-16
Genre : Romance
Disclaimer : minta maaf ya kalau FF nya jelek, terus nyesel bacanya, maaf banget.


“ aku akan terus menunggu untukmu, hanya kaulah satu-satunya cintaku. Yang mengisi hatiku, memberikan kehidupan untukku. Apapun yang terjadi, aku akan tetap menunggumu. Karena aku percaya suatu hari nanti kau akan datang dan memelukku, membawaku pergi bersamamu, menuju surga yang abadi. Sampai kapanpun cintaku hanya kamu” ..



            Lee hyein membuka matanya perlahan, membiasakan kedua bola matanya dengan sinar lampu yang menerangi kamarnya. Dia mengusap matanya perlahan, rasa sedikit perih dan sempit dirasakannya pada kedua matanya yang bengkak itu, dan penyebabnya adalah apalagi kalau bukan karena semalamam dia menangis.
“Oppa, hari ini mataku bengkak lagi. apa sekarang kau masih tidak mau datang?”
Hyein memandang foto seorang namja. Namja yang dulu adalah pacarnya sebelum namja itu menghilang entah kemana meninggalkannya tanpa status yang jelas. Walaupun pernah ada surat darinya yang mengatakan kalau dia memutuskan hubungan dengan Hyein, tapi itu belum pasti karena surat itu sangat aneh.
Ini masih jam dua malam, suasana masih sepi. Belum banyak orang yang memulai aktivitasnya sepagi ini, karena mungkin mereka masih terlelap tidur. Tapi Hyein sudah beranjak dari tempat tidurnya, dia berdiri dibalkon melihat langit gelap yang hanya dihiasi beberapa bintang kecil dengan sinar redup.
“Dan tepat hari ini kau sudah dua tahun membuatku menderita, nappeun namja! Kau tahu Oppa, selama setahun ini aku selalu menangis memandangi fotomu, memikirkanmu, karena aku sangat merindukanmu. Sebenarnya kemana kau pergi? Kenapa Oppa sejahat itu meninggalkanku? Bukankah kau sangat mencintaiku, tapi kenapa sekarang kau meninggalkan aku?”
Kedua mata bengkak Hyein kembali mengeluarkan air mata. Dia menangis memandangi langit sambil memeluk foto namja itu, kekasihnya.
Hari ini adalah hari dengan tanggal yang sama saat Suho, kekasih Hyein pergi meninggalkannya tanpa sebab. Dia hanya berkata kalau dia akan pergi kesuatu tempat untuk menunggu sesuatu yang sangat besar pada Hyein, dan tanpa melakukan apapun dia menghilang. Bersama keluarganya dia pindah rumah, hilang kontak dengan Hyein.
Setelah itu, hari demi hari terus berlalu. Hyein tidak pernah berhenti untuk mencarinya, tapi sepertinya waktu berjalan terlalu cepat. Karena sampai dua tahun ini dia mencari, Suho tetap saja tidak bisa dia temukan. Bagaikan ditelan bumi, semua yang bersangkutan dengan Suho tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa seorangpun tahu ada apa dan mengapa.
Padahal sejak dulu Hyein dan Suho sudah bersama, mereka menjadi kekasih saat mereka masih SMP. Itu sudah beberapa tahun yang lalu, karena sekarang Hyein sudah menjadi mahasiswi universitas. Hubungan mereka sangat bahagia, mereka selalu penuh dengan cinta. Tapi sepertinya semua itu tidak berarti, karena Suho menghilang tanpa kabar sampai sekarang. Membuat Hyein hampir gila karena mencarinya.
“Oppa ... apa aku harus melompat dari sini agar kau datang menemuiku? Atau aku harus memenggal kepalaku agar kau keluar dari persembunyianmu? Oppa, aku mohon datanglah ... Jangan membuatku gila seperti ini, jeongmal saranghandageo. Sebenarnya apa salahku sampai kau melakukan ini padaku? Aku sangat mencintaimu Oppa, bogoshippeoyo ..”
Hyein terduduk setelah beberapa kali menjerit. Dia terus menangis dan menangis. Karena tidak ada yang bisa dia lakukan untuk menggambarkan ekspresi hatinya saat ini. Dia sudah terlalu lelah karena merindukan Suho, pikirannya tidak pernah berhenti memikirkan kepergian Suho. Bahkan dalam dua tahun ini dia sampai harus beberapakali mendatangi psikolog karena stress dengan hilangnya namja yang paling dicintainya itu.
“Tuhan .. apa yang sebenarnya kau berikan padaku? Seperti inikah kehidupan yang harus aku jalani seumur hidupku? Aku sangat mencintainya, aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku mohon kembalikanlah dia padaku, Tuhan. Tapi jika memang kita harus berpisah, izinkanlah aku bertemu dengannya untuk terakhir kalinya sebelum semuanya berakhir. Hanya sekedar untuk melihat senyumannya, walaupun hanya satu detik aku rela. Aku sangat mencintainya ... aku mohon”
Tapi tanpa sadar, disaat Hyein berdoa, sebuah bintang jatuh tepat melintas dilangit yang dipandanginya. Dan itu berarti sebuah pertanda akan suatu keajaiban yang akan terjadi.
Ting tong ...
Hyein tersadar dari lamunannya saat mendengar bell apartementnya berbunyi. Setelah beberapa detik dia hanya diam, akhirnya dengan sangat terpaksa Hyein beranjak dan membuka pintu perlahan.
Hyein hanya diam mematung, tanpa berkedip, tanpa suara, dia hanya memandangi seseorang yang sekarang berdiri dihadapannya.
“.. o..op-oppa?”
Walaupun lidahnya seakan kaku dan jantungnya serasa berhenti berdetak, tapi Hyein akhirnya langsung mengucapkan kata itu saat orang yang dilihatnya dibalik pintu adalah Suho, kekasihnya yang sudah membuatnya gila.
“Ne. Aku datang untukmu, aku merindukanmu!”
“bb-benarkahh kau Suho Oppa?”
“Geurae, aku Suho. Namjachingumu yang paling kau cintai ..”
“Suho Oppa ..”
“Inikah sambutanmu padaku? Bahkan kau hanya membiarkanku berdiri diluar seperti ini, aku datang untukmu .. Bukankah kau merindukanku?”
“Oppa! Benarkah kau Suho oppa? Uri namjachingu? Aku sangat merindukanmu, sangat sangat merindukanmu. Kenapa baru sekarang kau datang?” Hyein langsung memeluk Suho dengan sekali hentakan, membuat Suho hampir jatuh kebelakang.
“Apa kau sangat merindukanku?”
“Babo! Apa kau tidak tahu aku sudah gila karena merindukanmu? Kenapa kau melakukan ini padaku, kemana sebenarnya kau pergi?” Hyein mengangkat wajahnya dan menatap mata Suho yang sedikit bercahaya itu.
“Bisakah kita masuk kedalam? Apa kau selalu bertamu diluar seperti ini?”
“Geurae, kajja masuk” Hyein langsung menarik Suho duduk disofa, dan dia tidak berhenti memandangi namja yang bercahaya itu.
“Kenapa dengan matamu?”
“ini semua gara-gara Oppa, aku setiap hari menangis karena merindukanmu. Aku sudah mencarimu kemanapun, tapi kau begitu cepat menghilang. Dimana kau bersembunyi?”
“Aku disuatu tempat yang aman, karena aku sudah bilangkan .. aku menunggu sesuatu yang sangat besar”
“Apa itu? Kau merahasiakannya dan membuatku gila”
“Aku belum saatnya menceritakan itu padamu, dan pada saatnyapun bukan aku yang akan memberitahumu tentang apa yang sudah terjadi padaku”
“Aish nappeun namja!”
“Jinjja?”
“Keundae Oppa, apa kau tidak akan pergi meninggalkan ku lagi?”
“Aku datang untukmu, karena kau sangat mencintaiku. Dan aku akan selalu bersamamu!”
“Kau sudah berjanji padaku, ingat itu. Oppa, aku sangat mencintaimu jadi aku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Bukankah kita akan hidup bersama selamanya?”
“Tuhan tahu segalanya apa yang akan terjadi ..”
“Apa maksudmu?”
“Sudahlah, kau nanti mengerti. Dan sekarang ayo kita habiskan waktu untuk bersenang-senang, aku sangat merindukanmu!”
“Nado bogoshippeo ..”
Mereka kembali berpelukan untuk melepaskan rasa rindu yang teramat menyesakkan hati, membuatnya gila dan merana.
Rasanya kesakitan Hyein selama ini hilang begitu saja begitu melihat Suho berdiri dihadapannya, penderitaan setahun ini yang dialami Hyein seakan tidak pernah dia rasakan saat memeluk kembali tubuh Suho.
“Chamkkaman ....” Hyein menarik Suho dari pelukannya dan menatapnya tajam. “Waeyo?” Suho hanya diam melihat Hyein menatapnya seperti itu. “Kenapa Oppa datang jam dua pagi seperti ini?” Hyein melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya sekilas sebelum kedua matanya kembali menatap namja didepannya itu.
“Itu karena Tuhan langsung mengabulkan doamu saat tadi kau memintaku datang, dan itu membuatku langsung datang padamu ...” Suho tersenyum dan mengusap rambut Hyein lembut. “Heiy apa maksudmu? Aku tidak mengerti ..” Hyein melepaskan tangan Suho dari kepalanya. “Sudahlah tidak usah kau pikirkan, yang terpenting adalah sekarang kita harus menikmati waktu kebersamaan kita ..” Hyein kembali memeluk Suho. “Geurae. Saranghae ..”
Suho tiba-tiba menggendong Hyein, dan berjalan menuju kamar. “Ige mwoya?” Hyein memukul dada Suho pelan. “Ini masih gelap, kau harus tidur!” Suho membaringkan Hyein diranjang, dan dia ikut berbaring disamping Hyein.
Walaupun baru sekejap rasanya Hyein memejamkan mata, tapi sinar matahari yang menyelinap dari jendela sudah menggelitik kedua matanya untuk kembali terbuka. “Oppa?” Hyein langsung membulatkan matanya saat tidak melihat Suho di sampingnya, dia beranjak keluar dari kamar untuk mencari namja yang baru juga datang itu.
“Aku masih disini, tenanglah ...” dan alangkah leganya saat Hyein melihat namja itu masih ada sekarang. Hyein berjalan mendekatinya. “Ini lihatlah ... aku membuatkanmu bubur. Bubur ini dimasak dengan cinta, dan akan sangat enak sekali. Jadi cepat cuci wajahmu dan kita sarapan bersama!” Suho tersenyum melihat Hyein disampingnya sambil terus mengaduk masakannya. “Baiklah, tunggu aku ..” Hyein langsung berlari ke kamar mandi, menuruti perintah Suho untuk mencuci wajahnya.
“Oppa .. ini aneh sekali ..” Hyein berjalan menuju meja makan. “Wae?” Suho memberikannya semangkuk bubur abalon hangat buatannya. “Mataku, lihat mataku. Kenapa bengkaknya bisa sembuh secepat ini? Padahal  biasanya akan bengkak seharian, bahkan bisa sampai dua hari ..” Hyein mengusap-usap kedua matanya. “Itu karena ada aku disini. Aku bisa menyembuhkan apapun, karena aku mencintaimu ...” dengan senyuman yang seperti bercahaya, Suho menyodorkan sebuah sendok kehadapan Hyein yang juga tersenyum. “Nado saranghae ..” Hyein memekan buburnya dengan perasaan sangat gembira. Suho benar-benar bisa mengembalikan kebahagiaan pada diri Hyein.
Walaupun entah kenapa Hyein merasakan sesuatu yang aneh pada Suho, tapi dia senang luar biasa bisa kembali melihat namja yang dia pikir sudah tidak mungkin dilihatnya lagi. Dan keanehan itu tidak Hyein pikirkan, terpenting adalah ada Suho.
Setelah mereka menyelesaikan sarapan, mereka pergi bermain ditaman. Taman yang dulu mereka sering kunjungi, karena itu adalah salah satu tempat kesukaan mereka.
Dan dari tadi, Hyein tidak berhenti menggandeng tangan Suho. Seakan tangannya menepel pada Suho.
Suho memeluk Hyein dari samping, “Hyein-aah, kau lihat orang-orang disini?” Suho menatap Hyein yang dari tadi menatapnya. “Geurae, waeyo?” Hyein merapatkan pelukan Suho padanya. “Mereka tersenyum bahagia karena bisa bersama orang yang mereka sayangi, tapi mereka jahat dan lemah ..”
“Wae? Apa maksudnya itu?”
“Senyuman mereka akan hilang jika orang yang mereka sayangi itu pergi, senyuman bahagia itu berubah menjadi tangisan yang tidak akan cepat berhenti. Mereka akan terus menangisi kepergian itu, walaupun mereka sendiri juga mengerti bahwa kepergian itu adalah yang terbaik untuk mereka ..”
“Oppa, aku tidak mengerti kenapa kau mengatakan itu padaku?”
“Hyein-aah, apa selama aku pergi kau juga seperti mereka?”
“Apa yang Oppa maksud?”
“Apa kau selalu menangis karena aku tidak ada?”
“Tentu saja, sudah kubilang kalau aku setiap malam menangis sampai mataku bengkak dan bolak-balik ke dokter. Aku bahkan tidak makan dan tidur karena merindukanmu, Oppa!”
“Mulai sekarang kau jangan seperti itu lagi, ne?”
“Apa?” Hyein melepaskan pelukan Suho itu dan menatapnya tajam menuntut penjelasan.
“Hidup itu dihiasi dua hal yang kita tidak bisa menolak terhadapnya, yaitu kedatangan dan kepergian. Semua orang datang dan pergi begitu saja, meninggalkan orang-orang yang mereka cintai__”
“Oppa, sebenarnya apa maksudmu bicara seperti itu? Apa kau akan pergi lagi meninggalkanku?”
“Hyein-aah, terkadang hidup itu tidak bisa terus seperti apa yang kita inginkan. Tuhan sudah mengatur takdir yang terbaik untuk setiap umatnya, dan kita harus menerima semua itu. Jika kau menerima kedatangannya maka kau  juga harus menerima kepergiannya, karena datang dan pergi adalah satu kesatuan. Tidak akan ada kedatangan jika tidak ada kepergian__”
“Oppa, sudah cukup kau bicara seperti itu. Jangan membuatku menyesal dengan kedatanganmu!”
“Hyein-aah, aku datang khusus karena permintaanmu, karena kau berdoa pada Tuhan. Jadi jangan membuatku menyesal kembali datang padam__”
“Sst .. arasseo Oppa, aku tidak akan seperti itulagi. Mianhae” Hyein kembali memeluk Suho yang tersenyum kecil karena kelakuannya.
“Chagi .. apa kau mengerti, kalau apa yang terjadi pada kita adalah yang terbaik. Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya. Walaupun ternyata yang terjadi sangat menyakitkan, tapi percayalah kalau itu adalah yang terbaik ..”
“Oppa, kau akan pergi meninggalkanku?”
“Aku sangat mencintaimu, menyayangimu melebihi diriku sendiri. Aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri, aku ingin selalu ada disampingmu. Menemanimu melihat matahari terbit dan terbenam, melihat senyuman-senyuman manismu. Keundae ..”
“kenapa ada tapi? Memangnya kenapa?”
“Tapi ... ketika pergi menjadi pilihan yang terbaik untuk mereka, maka kau harus merelakannya. Karena akan sangat menyakitkan bagi mereka jika kau menahannya. Itu sama saja kau membunuh mereka perlahan jika tetap tidak bisa menerima kepergiannya __”
“Oppa, sudah kubilang aku tidak mengerti apa yang kau katakan!”
“Chagiya, kau tidak boleh menjadi orang jahat yang lemah..”
“Apa maksudnya?”
“Kau menjadi jahat saat kau tidak bisa melepaskan orang yang kau sayangi pergi, walaupun kau tahu dan mengerti kalau itu adalah yang terbaik untuk bersama. Tapi kau juga lemah saat kau terus menangis dan tidak merelakan kepergiannya__”
“Jadi maksudnya Oppa akan pergi?”
“Jadi ... maksudnya adalah, aku tidak akan pergi meninggalkan Hyeinku sendiri. Aku akan selalu ada bersamanya, untuk menemaninya. Percayalah, aku akan selalu ada didalam hatimu”
“Aish memang itu yang aku inginkan, kau selalu bersamaku”
“Kalau begitu ayo kita habiskan hari ini dengan bahagia, jangan membuat kita menyesal dengan pertemuan ini. Kajja?”
“Ne, kajja!”
Dan akhirnya, mereka berdua kembali bersenang-senang. Menghabiskan hari ini dengan senyuman-senyuman bahagia, sebelum malam tiba.
Tapi ternyata waktu begitu cepat berlalu. Waktu terus saja bergerak menambah detik-detik waktu yang berubah menjadi menit dan akhirnya jam. Kini marahari sudah berganti bulan. Bulan yang utuh, bercahaya dan indah ditemani bintang.
Sekarang Suho dan Hyein hanya berbaring ditempat tidur, setelah seharian penuh mereka melangkahkan kaki-kakinya menelusuri jalanan panjang.
“Oppa, terima kasih untuk hari ini. Saranghae”
“Nado saranghae. Tapi apa kau mau berjanji satu hal padaku?”
“Apa itu?”
“Jika ternyata kehidupan tidak menjadi seperti apa yang kau inginkan, maka kau harus tetap tersenyum dan menjalani hidupmu dengan baik. Dibalik kesedihan, pasti tersimpan kebahagiaan. Kau berjanji?”
“Oppa, kenapa kau selalu bicara hal yang aneh. Aku tidak mengerti maksudnya ..”
“Kau harus berjanji padaku, kau akan tetap menjadi Hyein yang aku cintai. Jangan menghancurkan hidupmu karena suatu hal yang kau anggap menyedihkan, karena kau harus tetap berusaha untuk meembuat kesedihan itu menjadi sesuatu yang membahagiakan. Dengan begitu, kau bisa membuat semuanya bahagia karena kau hidup dengan baik dan bahagia”
“Baiklah, aku berjanji ..”
“Aku akan memegang janjimu. Jangan sampai kau mengingkari janji yang sudah kau buat, ne?”
“Aku tidak akan mengingkarinya!”
“Baguslah. Aku sangat sangat sangat mencintaimu! Hanya kau cinta sejatiku. Selama hidupku, kaulah satu-satunya cinta bagiku. Kau wanita kedua yang apaling aku cintai di dunia ini__”
“Kenapa kedua? Apa Oppa punya pacar lain?”
“Tidak ada ..”
“Lalu siapa yang pertama?”
“Wanita yang paling aku cintai pertama di dunia ini adalah Ibuku, karena Ibu yang membesarkanku. Dan kau yang kedua ..”
“Oh astaga, aku kira siapa. Baiklah, aku teruma jabatan kedua ini karena aku juga sangat sangat mencintaimu”
“Aku juga mencintaimu, tapi sekarang sudah larut malam. Sebentar lagi jam 12 tepat, jadi kau harus segera tidur ...”
“Tapi entah kenapa, rasanya aku tidak ingin memejamkan mataku walau kedua mataku ini sudah berat terbuka. Hatiku begitu takut jika aku bangun kau tidak ada ..”
“Sudah aku bilang, aku tidak akan pergi meninggalkanmu. Karena aku akan selalu ada dalam hatimu. Sudahlah cepat tidur ..”
“Ne. Saranghae Oppa!”
“Saranghae yeongwonhi!”
Dan akhirnya, perlahan Hyein memejamkan matanya. Dia tidur. tapi ketika jam menunjukkan jam 12 tepat, semuanya berubah.
Bulan yang tadi memancarkan cahaya indahnya kini seolah menarik cahayanya, membuatnya terlihat redup. Dan bintang-bintang yang tadi bertebaran menemani bulan menghiasi langit malam, kini hanya tersisa beberapa bintang dengan cahaya redup yang tidak terlalu terlihat mata telanjang.
Hyein terbangun saat merasakan hembusan angin lembut membelai tubuhnya seakan memintanya untuk segera membuka mata, dirasakannya sinar matahari yang sudah mulai panas menyilaukan matanya masuk dari celah-celah jendela.
“Oppa? Oppa kau dimana?”
Kedua mata Hyein langsung menjelajahi ruangan mencari seorang namja yang semalam tidur bersamanya, dengan cepat Hyein beranjak dan mencari Suho keseluruh ruangan apartementnya.
Tapi, namja yang dia cari tidak ada dimanapun. Bahkan jejak kedatangannya kemarinpun tidak ada sama sekali.
Jaket yang digantung digantung dipintu sudah tidak ada. Piring kotor bekas makan kemarin tidak ada dimeja, tapi dilemari dalam keadaan bersih. Tempat tidur yang semalam Suho tempati juga rapi, seolah tidak pernah ditempati.
Hyein tidak mengerti dengan semua ini, kemana Suho? Apa yang sudah terjadi? Kenapa tanda-tanda Suho kemarin datang tidak ada?
Manik mata bulat itu kembali mengeluarkan air mata, mulut kecil yang manis itu kembali meneriakkan nama Suho. Hyein tidak bisa mengerti dengan apa yang terjadi, karena yang ditakutkannya kini benar terjadi. Saat dia membuka mata Suho tidak ada.
Suara bell menyadarkan Hyein, dia berlari menghampiri pintu karena yang dipikirnya adalah Suho.
Tapi ternyata, yang dilihatnya dibalik pintu adalah seorang wanita yang sekarang tersenyum padanya. Dia adalah Ibunya Suho.
“Annyeonghaseyo Hyein-aah ..”
“Eommoniem?”
“Ne, aku datang untuk melihat keadanmu. Bagaimana kabarmu?”
“aa-aku baik-baik saja. Eommoniem mari kita bicara didalam ..” dengan cepat Hyein menghapus air mata yang masih ada diujung matanya dan sedikit merapikan penampilannya.
“Kita sudah lama tidak bertemu, apa orangtuamu baik-baik saja?”
“Ne, mereka baik. Eommoniem bagaimana? Kenapa baru sekarang datang mengunjungiku?”
“Aku tidak tahu kalau sekarang kau tidak tinggal bersama orangtuamu lagi ..”
“Eoh bukankah Suho Oppa sudah tahu aku pindah kesini, apa Oppa tidak memberitahumu?”
“Suho?” senyuman diwajah Ibu Suho berubah seketika saat mendengar nama anaknya itu.
“Kenapa? Apa Eommoniem__”
“Hyein-aah ... aku minta maaf ..” Ibu Suho mengusap tangan Hyein lembut, dengan suara yang sedikit bergetar dia menahan air matanya.
“Eommoniem, kenapa minta maaf? apa yang terjadi?”
“Suho .. sse-sebenarnya aku datang untuk memberitahumu tentang Suho ..”
“Oppa? Oppa kenapa? Kemarin Oppa datang padaku, bahkan semalam dia tidur denganku. Tapi dia tidak ada, apa Oppa sudah pulang?”
“aa-apa?”
“Kemarin Suho Oppa datang padaku, dia mengajakku jalan-jalan ditaman. Memangnya kenapa? Apa Oppa tidak memberitahu Eommoniem?”
“Hyein-aah, Suho .. Suho sudah pergi ..”
“Pergi kemana?”
“Sebenarnya Suho sudah meninggal setahun yang lalu ..” kata-kata itu begitu saja terucap bersamaan dengan pecahnya air mata Ibu Suho.
“Ap-apa yang Eommoniem katakan? Bag-bagai-mana Oppa .. Suho Oppa tidak mungkin meninggal ...”
“... dulu, saat dokter memberitahu kalau kankernya sudah stadium akhir, Suho memintaku untuk pindah keluar kota. Dia bahkan rela meninggalkanmu karena tidak ingin membuatmu sedih, dia tidak ingin kau tahu kalau umurnya sudah tidak lama. Dia sangat mencintaimu __”
“Tapi Eommoniem, bagaimana bisa kau bilang Oppa sudah meninggal sementara tadi malam dia bersamaku? Pasti Eommoneim bohong, ini pasti bohong ...”
“selama setahun lebih dia terus bersembunyi darimu, dia tidak ingin kau menemukannya yang sudah sakit. Setiap hari Suho menangis karena merindukanmu, dia begitu mencintaimu. Dia bahkan selalu bersemangat meminum obatnya, melakukan kemoterapinya, karena dia berharap bisa sembuh dan kembali padamu. Tapi ternyata Tuhan berkata lain, ... dan setahun yang lalu Suho meninggal. Dia meninggal dengan memeluk fotomu ...”
“ ... hiks Eommoniem, ini tidak lucu! Aku mohon jangan bercanda, ini membuatku sedih. Aku tidak percaya Suho Oppa meninggal ...”
“Hyein-aah, Suho seperti ini karena tidak mau membuatmu sedih. Dia rela menjalani sisa hidupnya tanpamu, itu karena dia sangat mencintaimu. Tidak ingin membuatmu sedih, jadi jangan menangis. Aku minta maaf ... karena baru sekarang bisa memberitahumu, setelah kepergian Suho ... butuh waktu satu tahun untukku memberanikan diri memberitahumu tentang ini, maafkan aku ..”
“Eommoniem, aku sangat mencintai Oppa ... hiks hiks aku mencintainya ...”
“Sebelum dia pergi, Suho menulis surat ini untukmu. Dan selama satu tahun ini aku baru bisa memberikannya padamu ..”
“Oppa ... Eommoniem aku mencintai Oppa, aku sangat mencintai Oppa .. hiks hiks”
Ternyata apa yang terjadi benar-benar membuat Hyein hancur. Apa yang terjadi, semua kenyataan ini, tidak di inginkannya untuk terjadi. Tapi, seperti yang Suho katakan, Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik untuk umatnya, sekalipun itu menyakitkan.
Jutaan tetes air hujan menemani air mata Hyein, seolah langit ikut menangis bersamanya. Dan Hyein masih terduduk memandang selembar surat ditangannya yang diberikan Ibu Suho tadi, Hyein masih berusaha mengumpulkan kekuatan untuk membuka dan membacanya.
“ Hai Chagi, apa kau sudah makan? Apa sekarang kau sudah tidak lupa mandi? Aku masih mencintaimu.
Sebenarnya berjuta maaf ingin aku ucapkan karena sudah meninggalkanmu begitu saja, tapi aku percaya kalau kepergianku yang terbaik untuk kita berdua. Sekarang aku sedang menunggu sesuatu yang sangat besar, sesuatu yang sebenarnya aku benci, sesuatu yang aku tidak inginkan untuk terjadi, tapi sayangnya suatu saat itu pasti akan tetap terjadi padaku.
Aku membencinya karena akan membuatku meninggalkanmu, meninggalkan pacar yang sangat aku cintai.
Rasanya aku ingin sekali berteriak dan menangis karena semua ini. Aku tidak bisa hidup tanpa melihat senyuman manismu, aku sangat mencintaimu.
Hyein-aah, sekali lagi berjuta maaf dariku karena sudah meninggalkanmu. Mungkin kepergianku membuat Hyein pacarku ini sangat sedih dan menderita, tapi aku harus pergi. Karena aku tidak mungkin menunggu sesuatu yang besar itu bersamamu, akan sangat menyakitkan untukmu dan juga aku. Lebih baik aku menunggunya sendiri, tanpa senyuman manismu, walaupun aku sangat ingin bersamamu.
Pasti kau ingin tahu apa sesuatu yang besar yang aku tunggu itu? Tapi jika kau mengetahuinya kau pasti akan membencinya juga sepertiku.
Karena sesuatu yang sangat besar yang aku tunggu itu adalah kematianku.
Hyein-aah, aku akan mati dan pergi meninggalkanmu. Kau tahu penyakitkukan? Sekarang penyakit jahat itu sudah menghancurkan hidupku, membuatku tidak bisa lagi bersamamu.
Padahal ... aku selalu membayangkan kau dan aku bermain ditaman dengan anak-anak kita, tertawa bahagia. Itu pasti menyenangkan, iya Chagi?
Tapi bayanganku sepertinya harus aku buang jauh sekali, karena untuk berjalan saja aku tidak bisa, apalagi untuk bertemu dan tersenyum dihadapanmu.
Setiap hari aku harus minum banyak obat, disuntik dimana-mana, kemoterapi, dan tidur di Rumah Sakit yang sepi.
Eomma selalu menyuruhku untuk menghubungimu dan mengatakan apa yang terjadi, tapi aku tidak bisa. Aku tidak ingin kau merasa kasihan padaku, dan aku tidak ingin kau menangisi kematianku nanti. Karena rasanya akan sangat menyakitkan untukku jika aku menghembuskan nafas terakhirku disampingmu.
Aku sangat sangat sangat mencintaimu. Hanya kau yang aku cintai. Kau cita sejatiku. Dan aku tetap mencintaimu sampai nanti aku menghembuskan nafas terakhirku, lalu aku juga akan tetap mencintaimu di surga nanti.
Aku ingin kau berjanji satu hal padaku.
Jika ternyata kehidupan tidak menjadi seperti apa yang kau inginkan, maka kau harus tetap tersenyum dan menjalani hidupmu dengan baik. Dibalik kesedihan, pasti tersimpan kebahagiaan. Kau berjanji?
Kau harus berjanji padaku, kau akan tetap menjadi Hyein yang aku cintai. Jangan menghancurkan hidupmu karena suatu hal yang kau anggap menyedihkan, karena kau harus tetap berusaha untuk meembuat kesedihan itu menjadi sesuatu yang membahagiakan. Dengan begitu, kau bisa membuat semuanya bahagia karena kau hidup dengan baik dan bahagia.
Aku akan sangat bahagia jika kau bisa melupakanku, melanjutkan hidupmu yang masih panjang dengan bahagia, dan juga kau bahagia dengan cinta barumu.
Aku berharap kau bahagia dengan suamimu dan anak-anakmu.
Hyein-aah, jangan marah padaku karena aku meninggalkanmu. Karena aku juga marah sekali aku harus pergi meninggalkanmu.
Jadi aku mohon, hiduplah dengan baik. Berbahagialah dengan hidupmu. Jangan terus menangisiku, aku baik-baik saja disini. Dan ingat, kau sudah berjanji akan selalu bahagia, ingat? Aku akan selalu menagih janjimu!
Aku sangat mencintaimu, sangat sangat sangat mencintaimu. Terima kasih sudah menjadi seseorang yang mengisi hatiku, mencintaiku, dan menyayangiku. Aku bahagia bersamamu selama ini.
Maafkan aku.
Aku mencintaimu.
Yang selalu ada dalam hatimu –Suho- “

Tangisan itu berhenti, berubah menjadi senyuman. Walaupun senyuman yang sangat menyakitkan.
Tapi Hyein sudah berjanji, akan selalu bahagia dan hidup dengan baik. Tidak akan lagi menangis dan menyia-nyiakan hidupnya dengan hal yang tidak berguna seperti menangis.
-Tujuh tahun kemudian-
Suara canda tawa keluarga kecilnya benar-benar membuat Hyein bahagia, dan bersyukur akan kehidupannya.
Sekarang Hyein bersama suami dan kedua anaknya bermain di taman, taman yang dulu dia sering kunjungi bersama Suho.
“Yeobo, aku terpikir sesuatu ..”
“Apa itu?”
“Bagaimana kalau anak kita ini kita berinama Suho, karena Suho itu artinya malaikat. Dan aku berharap dia akan tumbuh menjadi anak yang penuh cinta dan berhati seperti malaikat ..” Kyung Soo mengusap lembut perut Hyein yang sudah membesar itu.
“Geurae, nama itu bagus sekali. Kita berinama Suho” Hyein tersenyum dan mengusap tangan Kyung Soo, suaminya.

1 komentar:

  1. Upps, sori baru sempet baca ya...
    Nice Fan fiction, kumasukin list ya!

    BalasHapus

iklaan

SUPER JUNIOR