Tittle :
[sequel] Uri Hamkke
Genre :
Romance, Marriage life
Length :
Oneshot
Author :
cifcif Rakayzi
Cast :
Jackson | Shin Haejin | other cast
Jackson dan Haejin masih duduk bersama, pesta
pernikahan mereka masih lama untuk selesai, begitu juga tamu undangan yang
masih berdatangan.
Benar, setelah kejadian beberapa hari yang lalu
dipinggir jalan itu, mereka akhirnya benar-benar menikah. Jackson dan Haejin
yang masing-masing tidak saling mengenal. Bahkan saat ini Haejin masih kelas
tiga SMA yang sekitar satu bulan lagi menghadapi ujian kelulusan.
Pernikahan ini dengan mudahnya terjadi, karena
ternyata setelah Jackson mempertemukan Haejin dan Ibu-nya, mereka berdua
langsung seperti anak dan ibu yang cocok. Atau mungkin bisa dikatakan kalau
Eomma sangat menyukai Haejin lebih daripada Jackson.
Sekolah Haejin tidak menjadi masalah untuk
terlaksananya pernikahan ini, izin dari keluarga juga tidak ada masalah, karena
Haejin hanya tinggal sendiri. Ibunya sudah meninggal dan Ayahnya juga sudah
tidak ada, sementara keluarga Jackson dengan mudah menyetujui pernikahan ini.
Itu sebenarnya karena satu faktor, yaitu paksaan dari Jackson Eomma yang
mengancam akan mengeluarkan Jackson dari silsilah keluarga jika tidak menikah
dalam waktu satu minggu setelah ulang tahunnya. Dan akhirnya ini terjadi.
Tidak ada kata-kata yang terucap dari keduanya,
suasana canggung masih sangat kental menyelimuti mereka berdua, pengantin yang
tidak saling mengenal. Itu karena pernikahan ini terlalu cepat, bahkan rasanya
sampai tidak ada waktu untuk berkenalan satu sama lain.
“Hei apa yang kalian lakukan, kenapa hanya diam? Ayo
berkeliling dan sapa para tamu, mereka pasti senang bertemu dengan kalian ...”
Eomma datang dan memecah keheningan antara Jackson dan Haejin.
“Eomma, apa harus melakukan itu?”
“Tentu saja. Kalian ini pengantin pemilik pesta,
tentu kalian berdua harus menyapa semua tamu yang datang, ayolah”
Sementara Jackson yang malas melakukannya, Haejin
hanya tersenyum. Sebenarnya dia tidak terlalu memikirkan masalah menyapa tamu
itu, tapi dia tidak tahu bagaimana dia harus berjalan dengan gaun yang berat
dan panjang menyapu lantai ini.
“Eommonie, sebaiknya kita disini saja ...”
“Aish Haejin-ah, mana boleh seperti begitu, itu
tidak sopan. Ayolah kalian berdua, hei Jackson ayo bantu Haejin berjalan ..”
Eomma membantu Haejin berdiri dan membuat tangan Jackson bersatu dengannya.
“Ayo kalian bergandengan dan mengobrol dengan yang lain, Eomma akan menyiapkan
kue untuk kalian potong nanti ..”
Mereka berdua bergandengan, dan akhirnya berjalan
menyapa para tamu undangan. Haejin sangat erat menggandeng tangan Jackson, dan
membuat Jackson mengerti dia harus berjalan perlahan agar tidak membuat Haejin
kerepotan dengan gaunnya. Mereka berdua tersenyum.
“Kenapa .. orang-orang itu memandangi kita?” Jackson
berbisik dismaping Haejin.
“Entahlah, aku tidak tahu ...”
“Apa kau setuju kalau kita keluar dari sini dan
mencari tempat yang tenang?”
“Geurae, itu juga yang aku inginkan”
“Baiklah, kita tetap berjalan pelan dan keluar”
Mereka berdua tetap menebar senyuman dan sesekali
menyapa beberapa orang yang dikenal, terus berjalan pelan sampai akhirnya
mereka bisa keluar dari aula hotel itu dan hanya berdiri berdua dibalkon.
“Jinjja, aku tidak suka tempat ramai dan banyak
orang”
“Ah rasanya kakiku akan patah bila terus berjalan
dengan sepatu seperti ini ...” Haejin menghela nafas dan mengangkat sedikit
gaunnya yang panjang dan melepaskan sepatu yang menyiksanya, tapi akhirnya dia
sadar kalau dari beberapa detik yang lalu pria yang sekarang sudah resmi
menjadi suaminya itu sedang memandanginya. “Apa?” dengan ragu, Haejin bertanya
dan mencoba membalas tatapan mata Jackson yang menurutnya aneh.
“Shin Haejin-sshi, apa benar kau hanya hidup
sendiri?”
“Kenapa bertanya itu. Tentu saja itu benar, mana
mungkin aku berbohong tentang hal seperti ini padamu dan keluargamu”
“Jeongmal? Lalu apakah aku menghancurkan hidupmu
dengan permintaanku?”
“Maksudmu apa Ahjusshi?”
“Maksudku__”
“Ya! Apa yang kalian berdua lakukan disini, acara
pemotongan kue akan dimulai. Ayo cepat masuk kembali kedalam ...”
Tiba-tiba Eomma datang dan memotong perkataan
Jackson. Eomma menarik mereka berdua kembali kedalam untuk memulai acara
selanjutnya setelah serangkaian acara mereka lewati dari pagi tadi. Ini rasanya
sangat melelahkan bagi pengantin baru itu.
***
Sorak sorai dan beberapa teriakan menghiasi aula
hotel ini saat kedua pengantin memotong kue yang super besar itu, kilatan
cahaya dari kamera juga menghiasi mata. Bahkan terdengar beberapa teriakan
untuk berciuman pada kedua mempelai.
“Kalian dengar, semuanya ingin melihat firstkiss
pengantin baru ini, ayolah ...” dengan nada penuh rayuan, MC meminta mereka
melakukan itu atas dasar permintaan undangan. Modus.
Tanggal lahir pasangannya pun juga pengantin ini
tidak tahu, lalu bagaimana mereka bisa berciuman dihadapan ratusan mata yang
ada disini. Jackson terus menelan ludah yang rasanya sangat berat di
tenggorokan itu, sementara Haejin hanya tersenyum kecil membalas
teriakan-teriakan orang itu.
“Ayolah kalian berdua, bukankah ini akan menjadi
kenangan terindah untuk perniakah kalian nanti ...”
“Ayo! Ayo! ...” dan “Cium! Cium!” teriakan-teriakan
itu semakin ramai terdengar, seolah terus memaksa mereka untuk melakukan itu. Semua
orang itu tidak mengerti perasaan apa yang sedang melanda pasangan pengantin
yang masih asing ini.
“Ah baiklah, sepertinya mereka masih malu-malu. Jadi
bagaimana kalau mereka makan kue bersama saja? Salaing menyuapi dan satu
gigitan untuk berdua ..”
“Yah begitu saja!” teriak beberapa orang lagi.
“Kalau begitu, tolong siapkan sepotong kue untuk
mereka ...”
Seorang pelayan memotong kue itu dan memberikannya
pada Haejin. Dan karena situasi yang memaksa, Haejin akhirnya menyuapi Jackson
dan sebaliknya.
Tepuk tangan orang-orang terdengar lagi.
“Sekarang ayo makan kue itu dengan satu gigitan untuk
bersama ...”
Jackson berfikir, kalau mereka berdua terus diam
seperti ini maka acara ini tidak akan pernah selesai dan semakin membuat mereka
tidak bisa melakukan apapun. Jadi harus ada sesuatu yang dilakukan untuk
menyudahi semua permainan ini.
Jackson mengambil piring yang dipegang Haejin,
memotong kue dengan besar dan menggigitnya. Lalu perlahan dia maju mendekati
Haejin dan menarik pinggang Haejin untuk mendekat padanya. Dengan kode mata
yang Haejin cerna sangat lama, akhirnya Haejin berusaha untuk melakukannya.
Yah, mereka semakin mendekat dan menggigit kue itu.
Tapi, Jackson memajukan badannya dan membuat kedekatan itu menjadi sebuah
ciuman.
“Woooh” orang-orang semakin ramai saat melihat
mereka seperti itu, tidak terkecuali Eomma yang tertawa bahagia melihat anak
semata wayangnya itu akhirnya menikah juga. Setelah melalui jalan panjang,
ancaman, bujukan, dan banyak hukuman, Jackson Wang putra tunggal dari Group JJ
itu pemilik dari Departement Store terbesar di Asia, telah resmi menjadi
pewaris tahta Gorup JJ setelah menikah. Walaupun peresmian dan pelantikan nya
baru akan terjadi satu minggu setelah pernikahan.
“Apa ini .. perasaan apa ini .. rasanya seperti aku
.. menyukainya” batin Haejin yang masih berusaha untuk menyadari apa yang
terjadi. Dia memejamkan mata dan hanya diam mengikuti permainan Jackson.
“Astaga! Apa yang terjadi ... sepertinya aku sudah
gila” Jackson masih terus melakukannya walaupun dia merasakan rasa aneh dalam
hatinya sekarang, tapi ini terjadi begitu saja dan membuat mereka berdua ..
mengalir.
Setelah mungkin hampir satu menit, akhirnya ciuman
itu berakhir. Mengakhiri satu acara, dan membawa semuanya pada acara yang
terakhir sebelum pesta ini selesai. Yaitu, dansa pasangan.
Semua orang yang datang dengan pasangan, atau yang
punya pasangan, mulai beradu dalam dansa romatis dibawah alunan musik ballad
yang tenang. Begitu juga Jackson dan Haejin yang sekarang masih behadapan dalam
diam.
“Ini acara terakhir, jadi ayo cepat kita selesaikan
...” bisik Jackson sebelum dia menarik tangan Haejin dan memuali dansa mereka.
Untuk beberapa detik mereka berdansa, hanya begitu
saja. Sampai kedua mata mereka bertemu dan saling menatap. Seolah membaca
fikiran satu sama lain dalam tatapan itu.
“Mianhae ..”
“Untuk apa?”
“Ciuman tadi”
“Tidak apa-apa. Walau tadi aku kaget, tapi itu
menolong kita dari semua orang ..”
“Baiklah, terima kasih”
“Tapi sampai kapan kita akan terus berdansa?”
“Apa kau ingin pulang?”
“Ne. Kakiku pegal sekali ..”
“Aku juga. Keundae ...”
“Waeyo?”
“Aku juga tidak ingin berlama-lama disini, walau
sebenarnya aku tidak mau pulang karena ...”
“Apa?”
“Kalau kita pulang, aku ... tidak bisa melihat kau
yang cantik lagi ..”
“Mwo?”
“Sungguh, hari ini kau sangat cantik Shin Haejin ..”
“Ahjusshi, aku .. emh gomawo” pipi Haejin menjadi
merona kemerahan mendengar apa yang dikatakan Jackson, dia menundukkan
pandangannya menahan malu.
“Kalau tidak keberatan ... bolehkah aku ...” Jackson
semakin merapatkan badan mereka berdua, meniadakan jarak antara mereka. Dan
dengan sedikit senyuman, Jackson kembali mempertemukan bibir mereka dan
membawanya pada sebuah permainan lembut yang manis.
Beberapa detik mereka terus seperti itu, berayun
dalam ciuman dan dansa romantis. Orang-orang yang sadar dengan keadaan
pengantin itu bersorak pelan, membuat acara terakhir dalam pesta pernikahan
malam ini semakin indah, menurut mereka.
***
Karena dua kali ciuman tak sadar tadi, akhirnya
kedua pengantin baru ini berakhir dengan rasa malu dan ke-canggungan yang
sangat berat terasa. Saking beratnya, terasa sangat sakit bahkan untuk menelan
ludah sendiri. Dan sekarang mereka hanya berjalan diam dengan jarak berjauhan.
“Ah tunggu! Sepertinya kita sudah melewati mobil ini
tadi ...” Jackson tiba-tiba berhenti dan melihat sekeliling.
“Apa? Lalu dimana mobilmu, Ahjusshi jebal jangan
membuatku berjalan lagi ...”
“Aku lupa dimana menyimpan mobil itu, seingatku tidak
jauh dari sini .. tapi tidak ada”
“Ouh astaga ...” Haejin melepaskan sepatunya dan
berjongkok. Mereka terus berjalan mencari mobil itu dari sekitar sepuluh menit
yang lalu, dan sampai sekarang Jackson tidak tahu dimana mobilnya. “Ahjusshi,
basement ini tidak terlalu besar untuk kau menghilangkan mobilnya!”
“Ya! Jangan berteriak padaku .... aku tahu dimana
mobilnya!”
“Kalau begitu, sekarang mana mobilnya? Aku lelah
sekali ..”
“Seingatku disini ... ah aku lupa” Jackson berjalan
kesana kemari mencari mobil sport warna biru tua yang dia lupakan itu.
“Coba tanyakan pada Eommonie”
“Aish merepotkan!” Jackson mengeluarkan ponsel dari
dalam saku celananya, dengan kesal dia menekan tombol dan menelfon Eomma.
“Eomma ... dimana mobilku? ...”
“Eoh menyebalkan ...” gumam Haejin tidak jelas. Dia
sudah terlalu lelah untuk berdiri diatas sepatu yang dari pagi Ia pakai itu,
rasanya badan yang lengket itu ingin segera terbebas dari gaun berat ini dan
berbaring diranjang yang empuk.
Jackson berhenti bicara dan berjalan dengan cepat,
meninggalkan Haejin yang masih terududuk dilantai.
“Ya gidaryeo!” Haejin berusaha berdiri, dia menyeret
gaun panjang dan berat itu mengejar Jackson.
“Aigoo. Aku melupakanmu ..” Jackson kembali lagi dan
tersenyum malu pada Haejin yang terlihat sangat kelelahan mengejarnya. “Kenapa
kau lama sekali?”
“Apa mobilnya sudah ketemu?”
“Aku lupa, tadi Eomma bilang mobilku sudah dibawa
keluar, jadi sekarang dia diluar. Maaf, aku tidak ingat itu ..”
“Apa kita harus keluar?” Haejin sudah kembali
menghela nafas berat, dia tidak akan sanggup untuk berjalan dari sini keluar,
terlalu jauh.
“Aish kau mereotkan, kemarilah ...”
Akhirnya, Jackson menggendong Haejin walau gaunnya
sangat merepotkan dan menyebalkan. Mereka berjalan keluar dari sana. Digendong
Jackson seperti itu, Haejin tidak berani mengangkat wajahnya dan menatap
Jackson. Dia malu sekali. Apalagi kalau mengingat ciuman yang terjadi tadi di
pesta.
“Kenapa kau diam?”
“Eoh apa?”
“Apa kau menyesal?”
“Untuk apa?”
“Menikah denganku ..”
“Anio”
“Emh Haejin-sshi, maafkan aku. Sebenarnya aku tidak
bermaksud serius dengan pernikahan ini, tapi Eomma ... ah kalau saja aku tidak
bertemu denganmu waktu itu ...”
“Ahjusshi gwaenchanha. Waktu itu kau tiba-tiba
datang dan memelukku, kau memintaku menikah denganmu. Kupikir kau itu orang
gila yang mabuk”
“Waktu itu adalah hari ulang tahunku, dan aku tidak
tahu harus melakukan apa saat Eomma mengancam akan mengeluarkanku dari keluarga
jika aku tidak menikah dalam seminggu setelah ulang tahunku”
“Jadi kau mabuk dan berjalan sendirian?”
“Geurae, aku tidak tahu harus kemana. Dan aku
bertemu denganmu ...”
“Karena kau terus memelukku, aku bilang akan menikah
denganmu. Aku pikir setelah aku menjawab ‘iya’ kau akan pergi dan aku terbebas,
tapi kenapa kita jadi menikah seperti ini ..” Haejin sedikit tersenyum
meingingat itu semua.
“Yah, karena itu aku minta maaf padamu. Ini semua
karena kelakuanku”
“Sudahlah Ahjusshi mabuk, ini sudah terjadi dan
tidak akan bisa kembali. Kau bilang walau kita sudah menikah tapi kita akan
tetap hidup masing-masing, benarkan?”
“Benar. Kau akan tetap hidup seperti biasa, hanya
saja bedanya ada aku sekarang yang akan menanggung hidupmu”
“Selama ini aku hanya tinggal sendiri, bekerja untuk
membiayai sekolah dan kehidupanku. Tapi sekarang kau bilang akan menanggung
hidupku, apa itu benar?”
“Tentu saja, aku suamimu”
“Aku tidak ingin merepotkanmu, aku belum mengenalmu
lebih jauh Ahjusshi. Jadi kau hanya perlu membiayai sekolahku saja, aku akan
tetap bekerja untuk keperluanku sehari-hari”
“Andwae! Eomma pasti akan marah jika tahu kau
bekerja, sudahlah biarkan aku yang mengurus semuanya. Mulai sekarang sebagai
istri Presdir Wang, kau hanya perlu menyelesaikan sekolahmu dan menemani Eomma,
arasseo?”
“Eommonie sangat baik padaku, dia bahkan terlalu
baik”
“Dari dulu Eomma selalu bilang kalau sebenarnya dia
hanya menginginkan anak perempuan, tapi malah aku yang datang, jadi dia terus
memintaku untuk menikah. Dan sekarang dia sudah mendapatkanmu, jadi
bersenang-senanglah. Eomma akan menjadikanmu putri kerajaan”
“Eomma-ku meninggal saat ulang tahunku yang ke-9, jadi
aku tidak terlalu ingat bagaimana hidup dengan seorang Eomma ..”
“Sudahlah, jangan menangis untuk Eomma-mu lagi. Kau
hanya akan membuatnya sedih. Sekarang kau sudah punya Eomma baru, anggaplah dia
Eomma-mu ne ..”
“Ne, gomawo”
“Haejin-sshi, tarik gaunmu. Kita sudah sampai ...”
Akhirnya mereka bertemu juga dengan mobilnya, ini
akhir bahagia tentunya. Haejin menarik bagian gaunnya yang panjang, dan masuk
kedalam mobil. Setelah itu mereka berdua melesat pergi meninggalkan hotel
menuju sebuah villa yang sudah Eommonie siapkan untuk pengantin baru ini.
Mereka mau tidak mau harus tetap pergi ke villa itu,
karena kalau tidak, Eomma pasti akan marah dan membuat mereka entah menjadi
apa. Dan untuk mencari aman, Jackson akhirnya tetap membawa Haejin kesana.
Mobil itu terus melaju kencang beriringan dengan
semakin larutnya malam penuh bintang ini. Sudah hampir empat puluh menit mereka
menyusuri jalanan sampai akhirnya sampai juga di depan sebuah villa indah yang
dihiasi berbagai bungan dan lilin, seolah menyambut kedatangan mereka.
Jackson hanya diam menatap Haejin yang sudah menutup
matanya, dia tertidur. Jackson bisa melihat kelelahan yang dirasakan Haejin,
gaun pengantin itu sudah menyiksanya seharian ini. sekarang Haejin tidur dengan
damai, wajahnya yang masih berhiaskan make up dan berbagai riasan lain tetap
cantik. Tapi pandangan Jackson kembali jatuh pada bibir Haejin yang pink
kemerahan, bibir mungil yang sudah dua kali dia rasakan tadi.
“Astaga, memalukan sekali” batin Jackson mengingat mereka
berciuman tadi. Sebenarnya ciuman tadi itu terjadi begitu saja, tanpa ada
niatan Jackson untuk melakukannya. Tapi sudahlah, itu sudah terjadi. Dan juga,
memang dasarnya Jackson itu sedikit punya penyakit yadong, jadi penyakitnya itu
bisa kambuh tiba-tiba tanpa sadar.
Tidak berani membangunkan Haejin, Jackson hanya
terus diam memandangi wajah siswi SMA yang sekarang sudah menjadi istrinya itu.
Sampai beberapa menit berlalu. Jackson melepaskan sabuk pengamannya, perlahan
berbalik dan mendekati Haejin yang masih terlelap. Tatapan Jackson sesekali
beralih dari bibir ke mata Haejin, kalau saja Haejin bangun, pasti dia bisa
mendengar detak jantung Jackson yang terdengar sangat menggebu. Oh apa ini.
Jackson terus mendekat, perlahan tapi pasti. Semakin
mendekat dan membuat wajah mereka sudah berhadapan sangat dekat sekarang, dia
sudah menutup kedua matanya dan terus mendekat. Perlahan, terus, perlahan, dan
mata Haejin terbuka .. “Aaaaaaahh Ahjusshi!”
Haejin bangun dan langsung mendorong Jackson sampai
hampir jatuh, membuat klakson mobil berbunyi panjang karena Jackson tidak
sengaja menekannya untuk bertahan agar tidak terguling.
“Ahjussi ... ap-apa yang kau lakukan?”
“Aissh, kenapa kau mendorongku! Aku hanya ingin
membangunkanmu saja, kita sudah sampai .. tapi kau malah mendorongku, aduh
tanganku sakit!”
“Mian ..”
“Kau kembali kasar seperti saat aku bertemu denganmu
waktu itu!”
“Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau sudah sampai.
Lagi pula sepertinya kau tidak sedang membangunkanku, apa ... apa kau akan
melakukan sesuatu padaku?” Haejin langsung menutup dadanya dengan kedua tangan
yang menyilang.
“Ya! Kau fikir aku akan melakukan apa pada anak-anak
seperti mu .. hah?”
“Lalu kenapa kau ada dihadapanku tadi?”
“Sudah kubilang, aku membangunkanmu!”
“Jeongmal?”
“Kau tidak percaya?”
“Ani. Kau seprtinya Ahjusshi byuntae!”
“Ya! Apa katamu? Jangan sembarangan memanggil orang,
aku ini seorang Presdir JJ Group, kau tahu? Jadi, mana mungkin aku melakukan
hal kotor yang kau bayangkan. Sudah cepat turun ..”
“Presdir? Bukankah Eomma bilang kau baru akan resmi
menjadi presdir seminggu setelah menikah?”
“Hei apa sekarang kau sudah benar-benar menjadi anak
Eomma hah?” Jackson membuka pintu mobil kasar dan turun dengan cepat,
meninggalkan Haejin lagi.
“Ahjussi tolong bantu aku ..”
“Ya ampun! Aku bisa gila, kenapa aku harus menikah
dengan anak-anak merepotkan sepertimu?” Jackson mengumpat dan kembali untuk
membuka pintu mobil dan menggendong Haejin.
“Aku hanya minta bantuan untuk keluar dari mobil,
kenapa kau menggendongku lagi?”
“Sudah diam saja, mau bagaimanapun juga kau tetap
merepotkan!”
Mereka berjalan masuk. Jackson sedikit melemparkan
Haejin diatas ranjang yang sudah ditaburi bunga-bunga.
“Kenapa dimana-mana penuh dengan bunga, ini kuno
sekali. Menyebalkan!”
“Ish jeongmal. Apa kau tidak bisa baik sedikit?”
Haejin berguling untuk bangun karena gaunnya yang berantakan gara-gara Jackson
melemparnya.
“Aku sudah baik menggendongmu kesini”
“Tapi aku tidak menyuruhmu! Kenapa juga aku harus
menikah dengan Ahjusshi byuntae seperti mu, ini mimpi buruk ..”
“Hey berhentilah memanggilku Ahjusshi! Aku tidak tua
untuk kau panggil seperti itu, aku ini hanya lebih tua lima tahun darimu. Dasar
anak kecil!”
“Jangan memanggilku anak kecil, aku tidak terlalu
kecil!”
“Lalu apa?”
“Kalau kau terus memanggilku anak kecil, berarti kau
memang Ahjusshi untukku!”
“Aissh baiklah-baiklah, hentikan semua ini, Ny. Wang
..” Jackson berdiri dihadapan Haejin dan menatapnya tajam.
“Nyonya Wang? Kenapa ..”
“Lalu kau ini mau dipanggil apa, kenapa pemilih
sekali? Aku memanggil mu ini kau marah, memanggimu itu kau juga bertanya
kenapa. Sudahlah terserah kau, aku mau mandi!” Jackson membuka tuxedo putihnya,
melempar dan sepatunya lalu masuk kedalam kamar mandi.
“Nyonya Wang ... Kenapa dia memanggilku seperti itu?
Rasanya ini seperti mimpi untukku, benarkah aku sudah menikah?” Haejin
menepuk-nepuk pipinya dan melihat sekeliling.
“Ya Shin Haejin! Tolong ambilkan handuk untukku,
palli!”
“Ommo! Sepertnya ini bukan mimpi, Ahjusshi byuntae
itu benar suamiku. Ah aku bisa gila”
“Haejin-sshi ... hei Shin Haejin palli!”
“Geurae tunggu sebentar, dan jangan berteriak! Ah
aku benar-benar akan gila ...” Haejin kembali mengangkat dan menyeret gaunnya
mengambil gulungan handuk di meja yang juga penuh dengan bunga dan lilin aroma
terapi.
“Ini handuknya ..” Haejin mengetuk pintu dan
menyodorkan handuk itu.
“Gomawo” Jackson membuka sedikit pintu itu dan
kembali menutupnya dengan keras.
“Ish menyebalkan sekali dia!” Haejin membuka
kopernya yang sudah lebih dulu sampai kesini diantar pelayan, dia membawa baju
dan dengan cepat melepaskan gaun itu sebelum Jackson keluar dari kamar mandi.
Suara percikan air dari kamar madi sudah berhenti,
dan Haejin juga selesai berganti baju walau awalnya sangat sulit melepaskan
gaun itu dari badannya. Tapi waktunya tepat sekali, dan Jackson keluar, dengan
hanya memakai handuk kecil dipinggangnya.
Rambut basah yang sedikit menutupi mata, beberapa
tetes air masih menghiasi tubuh yang terlihat sangat kuat dengan abs dan
otonjolan otot-otot itu, entah kenapa rasanya dengan seperti itu, Jackson
terlihat sangat sexy dan tampan dimata Haejin.
“Ya! Kenapa kau tidak bilang kalau handuknya kecil
seperti ini?”
“Aku juga tidak tahu ..”
“Eoh kau sudah mengganti bajumu, kukira kau akan
memintaku untuk melepaskannya ..”
“Hei apa yang kau fikirkan, memangnya aku gadis
seperti apa?”
“Haha .. aku hanya bercanda, kenapa kau selalu
marah. Kau tidak boleh jahat padaku, ara?” Jackson tertawa dan menggosok
rambutnya dengan handuk.
“Tergantung kau yang memikirkan apa!”
“Aku mau memakia baju, kau cepatlah ke kamar mandi
dan mandi. Tubuhmu bau keringat..”
“Aissh baiklah ..” Haejin masuk kedalam kamar mandi.
“Ahh .. hari ini aku lelah sekali. Tapi ... rasanya,
ciuman itu manis. Haha michi!” Jackson membuka koper dan memakai bajunya, lalu
melompat dan berbaring diranjang big size yang masih penuh dengan bunga-bunga.
Beberapa menit kemudian. Haejin keluar dari kamar
mandi, berjalan pelan menghampiri ranjang dan melihat Jackson yang sudah tidur
dengan berantakkan.
“Aish. Presdir apa seperti ini, aneh dan selalu
berteriak. Ya! Ahjusshi, aku harus tidur dimana jika ranjangnya hanya satu?”
Haejin menepuk-nepuk tubuh Jackson.
“Mmmh ... disana, itu di sofa saja ..”
“Mwo? Apa kau tega membiarkan anak-anak sepertiku
tidur di sofa?”
“Hey ..” Jackson membuka matanya dan duduk diranjang
menatap Haejin. “Aku ini bukan tipe orang yang peduli dengan orang lain, aku
juga bukan orang yang baik. Jadi terserah kau mau tidur dimana saja semaumu”
“Bisakah kau saja yang tidur di sofa, Ahjusshi?”
“Mwo? Maldo andwae .. haha”
“kau jahat sekali”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak tidur disini saja
denganku. Bukankah kau dan aku sudah menikah?”
“Yah baiklah, aku tidur di sofa” Haejin mengalah dan
tidur di sofa, sementara Jackson hanya tertawa dan kembali tidur.
Beberapa lama, beberapa menit berlalu. Tapi kedua
mata Haejin masih tidak bisa menutup, dia hanya bolak-balik di sofa mencari
posisi yang nyaman. Tapi sofa itu tidak senyaman ranjang, disana sempit dan
tidak enak.
Malam sudah larut, rasa kantuk juga sudah semakin
tidak bisa Haejin tahan. Dan akhirnya, apa boleh buat, daripada tidak bisa
tidur dan tersiksa, Haejin akhirnya berbaring diranjang. Tidur disamping
Jackson.
***
Hembusan angin yang lembut sudah beberapa kali
membelai rambut Haejin dan Jackson yang masih terpejam, sinar matahari yang terang
juga belum bisa membuat mereka bangun. Walaupun burung-burung juga membantu
membangunkan mereka dengan berkicau dan bertengger di jendela, tapi mereka
sepertinya masih ingin di alam mimpi.
Memang di villa itu ada pelayan, tapi mereka tidak
akan berani membangunkan sepasang pengantin baru yang masih tidur. Terlalu
tidak sopan.
Jackson bergerak, dia menjatuhkan sebelah tangannya
di atas perut Haejin dan mendekat sampai kepalanya diam dileher Haejin. Dan
pergerakan itu yang akhirnya berhasil membangunkan salah satu dari mereka.
Haejin terbangun.
Perlahan mata Haejin terbuka, berkedip-kedip untuk
membiasakan cahaya dengan matanya yang masih berkunang-kunang. Dia menatap
langit-langit, dinding, jendela, dan sebuah tangan diperutnya. Haejin masih
terdiam. Dia perlahan berbalik dan melihat Jackson yang tidur sangat dekat
dengannya, bahkan sebenarnya Jackson ada di lehernya sekarang.
Haejin mendorong tubuh Jackson pelan, mengangkat
tangan Jackson dari perutnya. Untuk beberapa saat, Haejin memperhatikan wajah
suaminya yang tentram itu. “Ternyata kau tampan, Ahjussi ..” Haejin tersenyum,
mengusap pipi Jackson dan memainkan bulu matanya. Dan setelah akhirnya
kesadaran Haejin kembali sempurna, dia dengan keras mendorong Jackson dan
berteriak. “Apa yang terjadi?”
“mmmh wae ...” Jackson bergumam tidak jelas tanpa
membuka matanya dan berbalik, membenamkan wajahnya antara bantal-bantal empuk
dan tidur.
“Ahjusshi .. kenapa kau tidur denganku?”
“Sepertinya kau yang sudah tidur denganku”
“Mwo? Aku tidak mungkin seperti itu, tapi ... apa
tidak terjadi apa-apa antara kita? Oh syukurlah aku selamat ..” Haejin membuang
nafas lega setelah melihat kalau mereka masih berpakaian lengkap dan tidak ada
apapun yang terjadi.
“Hei Ny.Wang dengar ..” Jackson bangun dan menatap
Haejin dengan serius. “Sudah kubilang kalau kita tidak akan melakukan apapun
dan akan tetap hidup masing-masing, kecuali ...”
“Kecuali apa?”
“Karena aku yang sudah menanggung semua kebutuhan
hidupmu mulai sekarang, jadi kau juga sesekali harus mematuhi perintahku. Ny.Wang
kau mengerti?”
“Tergantung dari perintah yang kau berikan, karena
aku hanya akan menurutimu selama itu tidak merugikanku”
“Astaga kau ini! rupanya anak kecil sepertimu juga
sudah pintar bicara ..”
“Memangnya aku bodoh apa?”
“Aissh suaramu, bisakah kau tidak berteriak?
Sudahlah sekarang kau pergi, aku mau tidur. dan jangan menggangguku lagi yah
Ny.Wang”
“Aku harus pergi kemana?”
“Kemana saja terserah kau, yang penting tidak
menggangguku. Mengerti?”
“Aissh baiklah ... Aku akan mencari makan, jadi kau
juga cari makan sendiri yah Ahjusshi” Haejin tersenyum sambil mengikat
rambutnya dan beranjak, pergi meninggalkan Jackson yang kembali kedalam selimut
dan tidur.
Haejin membuka pintu dan berjalan keluar, disini
sangat indah dan menyenangkan.. “Selamat pagi Nona. Silahkan, sarapan sudah
siap ...” seorang pelayan wanita dengan ramah menghampiri Haejin.
“Sarapan?” Haejin hanya menatap pelayan itu, dia
tidak tahu kalau di villa ini juga ada pelayan. Haejin fikir, hanya ada dia dan
Jackson disana.
“Ne, semuanya sudah kami siapkan. Apa Tuan masih
dikamar?”
“Iya, Ahjus- maksudku iya suamiku masih di kamar,
dan sepertinya dia tidak akan sarapan bersama. Jadi hanya aku ..”
“Baiklah saya mengerti, mari silahkan” pelayan itu
mengantar Haejin menuju meja makan yang sudah dihiasi dengan banyak makanan di
taman samping balkon villa.
Dan karena Jackson masih tidak mau diganggu dalam
dunia mimpinya, jadi hanya Haejin yang menikmati semua makanan ini. Sendirian.
Dan, menyenangkan.
“Bukan aku tidak mau berbagi, tapi dia sendiri yang
bilang tidak mau diganggu. Jadi mana bisa aku membuang semua makanan ini begitu
saja, dan aku yang harus menghabiskan semuanya. Semuanya! Haha ..”
Sementara waktu terus berjalan, Haejin sudah
menghabiskan semua sarapannya. Dia sudah berlari, mandi, menonton televisi,
berkeliling, memainkan ponselnya, makan lagi, berenang, mandi lagi, dan
sekarang dia bosan. Sendiri menonton televisi lagi.
“Hey Ahjusshi .... apa kau tidak akan bangun? Aku
bosan sendirian, disini aku harus kemana. Bangunlah hey Ahjusshi .. Ahjusshi!”
Haejin berbaring di sofa dan berteriak-teriak, berharap Jackson bangun dan
membuat keadaan tidak terlalu membosankan.
Tapi Jackson masih tidak bergeming dalam tidurnya,
bahkan bergerak saja tidak. Dia itu selain punya penyakit yadong, juga punya
penyakit tidur. Tidak bisa bangun pagi, dan tidak bisa tidur sebentar. Dia juga
bisa tidur 12 jam sehari.
“Ah membosankan. Aku tidak tahu ini dimana dan aku
juga tidak bisa menyetir mobil ... ah”
“Ya! Memangnya mobil siapa yang kau maksudkan itu?”
Haejin bangun dan berbalik melihat pemilik suara
itu, Jackson Wang sudah bangun. Tapi, ouh benar-benar pemandangan yang tidak
bagus. Sekarang Jackson duduk diranjang dengan rambut yang berantakkan kesana
kemari, dia menggaruk-garuk badannya tidak jelas dan kedua matanya merah.
“Ya ampun Ahjusshi, kau ini berantakkan sekali. Apa
kau selalu tidur selama ini?”
“Anio. Aku hanya tidur sebentar, Eomma selalu
memukulku untuk bangun ..”
“Aku tidak tahu kau ini sebenarnya manusia atau beruang?
Tapi kalau beruang sudah jelas dia hibernasi, lalu kau ... apa kau ini”
“Hey Ny.Wang, jangan coba-coba menghina Presdir
Wang”
“Presdir apa, kau juga belum menjadi presdir” Haejin
tersenyum meledek dan berjalan menghampiri Jackson yang masih ‘berantakkan’
seperti itu.
“Tapi setidaknya, pria tampan yang sedang duduk di
hadapanmu ini adalah seorang calon presdir ...”
“Geurae geurae, terserah kau saja. Aku tidak
peduli!”
“Lalu untuk apa kau berteriak dari tadi? Apa kau
tidak tahu bagaimana suaramu itu hah, mengerikkan. Lama-lama telingaku bisa
hancur jika mendengar suaramu terus”
“Hey Ahjusshi, lihat jam berapa ini?”
“Mwo? Memangnya jam berapa sekarang, apa jam
delapan?”
“Astaga, jam delapan kau bilang? Lihat ini ...
sekarang sudah jam dua siang, wah bahkan hampir jam tiga. Kau tidur lama
sekali, mungkin kau tidur seharian. Dasar beruang!” Haejin menunjukkan jam
tangannya kehadapan Jackson, dan hanya mendapat reaksi yang biasa. Benar-benar
biasa, bahkan mungkin tanpa reaksi.
“Lalu kenapa memangnya kalau jam dua? Ah aku lapar
sekali ... apa ada makanan disini?”
“Eopseo. Sarapan dan makan siang sudah aku makan
semuanya .. itu salahmu”
“Kalau begitu carikan aku makanan”
“Mwo? Aku tidak tahu ini dimana, dan aku harus
mencari kemana? Kenapa tidak kau minta saja pada pelayan disini ..”
“Yasudah, kita cari makanan diluar bersama.
Sebentar, aku mandi dulu ...” Jackson menarik selimutnya dan pergi ke kamar
mandi.
“Ough astaga. Ahjusshi itu aneh sekali, aku jadi
ragu, apa aku menikahi orang yang benar atau malah sebaliknya?” Haejin kembali
berbaring di sofa dan menonton televisi lagi.
Jackson yang memakai handuk mendekati Haejin dan
menendang sofa pelan. “Hei tunggu diluar, aku mau pakai baju”
“Kenapa mandimu cepat sekali?”
“Memangnya aku berang-berang? Sudah cepat tunggu
diluar”
“Kenapa aku harus keluar? Kau bisa memakai baju di
kamar mandi”
“Sudah kau keluar saja cepat, aku mau kau keluar Ny.
Wang!”
“Ah berhentilah memanggilku Ny.Wang ... aku tidak
tua untuk dipanggil nyonya!”
“Kalau begitu cepat keluar!”
“Geurae, aku keluar. Menyebalkan!” Haejin mendorong
Jackson dan pergi keluar.
Beberapa lama kemudian, Jackson datang dan masuk
kedalam mobil yang di dalamnya sudah ada Haejin yang duduk cemberut.
“Jangan seperti itu Ny.Wang, kau sangat jelek!”
Jackson menghidupkan mesin mobil dan menancap gas.
“Kita mau kemana?”
“Kemana saja, yang penting kita dapat makanan dan
minuman ..” Jackson tersenyum menatap Haejin, tapi ujung pandangannya jatuh
ketempat lain. “Itu ... kulitmu bagus” Jackson mengusap paha Haejin cepat dan
kembali tersenyum, memalingkan muka. Penyakitnya kambuh lagi.
“Ya! Apa yang kau lakukan, dasar byuntae!!” Haejin
langsung memukul tangan Jackson dan menekuk kakinya.
“Ny.Wang dengar, saat seorang wanita memakai pakaian
yang pendek dan memperlihatkan bagian tubuhnya, maka itu berarti bagian tubuh
yang terbuka itu milik umum untuk dipertontonkan. Jadi kau tidak harus marah
kalau seorang pria melihatnya, bukankah itu resiko mu karena memilih pakaian
seperti itu ...”
“Hei apa maksudmu itu, cepat berhenti .. aku mau
turun Ahjusshi byuntae!”
“Kau mau turun kemana?”
“Aku takut hanya berdua dengan seorang byuntae
sepertimu”
“Jangan turun, sudah aku minta maaf. Aku tidak akan
begitu lagi ...”
“Jeongmal?”
“Geurae. Diamlah, kita akan mencari makan ...”
Jackson kembali tersenyum melihat Haejin yang marah dan jadi waspada dengan
semua pergerakkan Jackson.
Yah, yang dikatakan Jackson itu sebenarnya adalah
benar. Tapi kebanyakan wanita tidak menyadarinya, dan akan menyalahkan pria
jika ada sesuatu yang terjadi pada mereka.
Tapi memang Shin Haeji selalu seperti itu,
kebiasaannya memakai jeans se-paha dan kaos. Sebenarnya dia itu gadis yang
sedikit tomboy, karena itu waktu pernikahan kemarin dia sangat tersiksa dengan
high heels dan gaun panjang. Dia hanya menyukai hal-hal yang simple dan mudah.
“Bagaimana kalau kita makan pasta saja? Disini pasta
dan ice cream nya sangat enak, kau pasti suka ...” tanpa sadar, mereka sudah
sampai didepan sebuah restaurant kecil tapi terlihat bagus.
“Kau tahu tempat ini?”
“Ya, aku pernah beberapa kali kesini. Ayo turunlah
...” Mereka berdua keluar dari mobil dan masuk kedalam restaurant.
Mereka makan bersama, bicara ini itu dan bertengkar
lagi. Tapi siang menjelang sore ini, mereka menjadi akrab dan terlihat seperti
pasangan lainnya. Mereka jalan-jalan, tertawa, membeli ini dan itu, dan terus
tertawa bersama. Sampai akhirnya tidak terasa malam sudah menyelimuti, dan
mereka harus pulang kembali ke villa.
“Ahjusshi, terima kasih untuk makanan dan semua yang
aku beli ini ..” Haejin tersenyum sambil melihat lagi beberapa baju dan barang
lain yang dia beli tadi.
“Ne. Tapi kau harus membayarnya lain hari ..”
“Molla, aku tidak janji. Tapi jika aku punya uang,
akan aku traktir makan ice cream di kedai kesuakkanku nanti”
“Baiklah, aku akan memintanya nanti”
“Keundae Ahjusshi ... kapan kita pulang?”
“Besok pagi kita pulang, aku harus bekerja”
“Geurae, aku juga tidak bisa meninggalkan sekolahku.
Ujian sudah semakin dekat ..”
“Bagus, belajarlah dengan rajin Ny.Wang. Kalau kau
lulus, aku akan memasukkanmu ke universitas bagus”
“Mwo? Apa kau serius?”
“Kau tentu harus kuliah. Menjadi istri seorang
presdir JJ Group itu tidak mudah, kau harus pintar dan berbakat. Tapi dilihat
dari tingkahmu, aku tidak yakin kau pintar dan punya bakat”
“Hei jangan menghina! Aku ini selalu jadi juara
kelas ..”
“Jinjja? Apa kau membayar gurumu?”
“Aku ini pintar, menjadi juara sangat mudah untukku.
Seharusnya yang diragukkan itu kau Ahjusshi, apa kau cukup pintar untuk menjadi
presdir?”
“Ya Ny.Wang! Aku juga tidak bodoh” Jackson menjitak
kepala Haejin dan membuatnya meringis kesakitan.
“Ya! Berhenti memanggilku Ny.Wang”
“Baiklah aku lupa, hei tapi kau juga harus berhenti
memanggilku Ahjusshi”
“Iyah baiklah, aku lihat bagaimana kau saja!”
“Ini, kau bereskan semua ini nanti. Aku mau tidur”
Jackson melempar topi dan sebuah kaos tanpa lengan yang dibelinya tadi.
“Aigoo. Kau mau tidur lagi? Bukankah kau sudah tidur
seharian, dan sekarang kau akan tidur lagi. Benar-benar kau ini seorang beruang
..”
“Ini sudah malam, dan Tuhan menciptakan malam itu
untuk manusia tidur. Kau tidak tahu itu Shin Haejin?”
“Iya iya terserah kau saja!”
“Keundae ... Jika kau mau tidur denganku lagi,
silahkan saja” Jackson tersenyum penuh makna yang tidak Haejin mengerti sebelum
dia melompat kedalam gulungan selimut dan bantal empuk lalu dia tidur seperti
kehilangan nyawa.
“Aku tidak akan tidur denganmu lagi, dasar byuntae!”
***
Dari tadi, Eomma hanya tersenyum melihat Haejin dan
Jackson yang sedang makan bergantian. Membuat Haejin jadi salah tingkah terus
diperhatikan seperti itu.
“Kenapa Eommonie melihatku seperti itu?”
“Haejin-ah, karena Jackson memanggilku Eomma, jadi
kau juga harus memanggilku Eomma mulai sekarang. Karena kau sudah menjadi
anakku sekarang, ara?”
“Ne Eomma”
“Mmh manis sekali uri-Haejin. Kalau saja kau tidak
sekolah, pasti kalian tidak akan pulang secepat ini ..”
“Haejin harus sekolah untuk ujiannya, Eomma” Jackson
bicara dengan makanan yang memenuhi mulutnya.
“Lalu bagaimana dengan malam pertamanya? Apa kalian
bersenang-senang disana?”
Mendengar itu, Haejin hampir saja tersedak kalau dia
tidak meneguk minumannya dengan pelan. Itu pertanyaan apa, memalukan sekali.
“Kenapa Eomma tanya itu?” Jackson hanya menjawab
pertanyaan Eomma dengan pertanyaan lagi, dia itu polos sekali. Tidak ada
ekspresi.
“Eomma hanya ingin tahu. Apa kalian melakukannya?”
“Melakukan apa?”
“Jangan pura-pura, ‘itu’ apa kalian tidak mengerti ‘itu’ ??”
“Yah, kami tidur bersama”
Dan kali ini jawaban Jackson yang membuat Haejin
tersedak, hampir saja dia memuntahkan makanan dimulutnya. Dengan cepat Eomma
memberinya minum dan mengelus pundaknya.
“Benarkah? Apa Haejin tidak apa-apa?”
“Dia hanya berteriak ..”
Astaga Jackson. Haejin menginjak kaki Jackson dengan
sangat keras. Ini tidak seperti yang Eomma bayangkan, mereka tidak melakukan
apapun.
“Eomma, kami tidak melakukan apapun”
“Ah kau malu yah Haejin?”
“Keundae Eomma, kami hanya tidur bersama dan tidak
melakukan apapun. Sungguh”
“Tidak apa-apa kalau kalian melakukan apa-apa, tapi
.. apa kau pakai pengaman Jack?”
“Seingatku tidak, itu terjadi begitu saja”
“Eomma, sungguh itu bukan apa-apa. Kami tidak
melakukan apapun”
“Tidak apa-apa Haejin-ah, kalian sudah menikah. Tapi
bagaimana kalau Haejin hamil?”
“Hamil?” Haejin dan Jackson bicara bersamaan dengan
nada yang setengah berteriak.
“Ah mungkin itu tidak apa-apa, ujian hanya tinggal
sekitar satu bulan bulan lagi. Jadi sekolah tidak akan tahu kalau Haejin hamil,
perutmu tidak akan terlihat hamil sampai empat bulan. Jadi silahkan kalian
terus berusaha, fighting!”
“Ya ampun Eomma, apa yang kau bicarakan. Berhentilah
bicara tentang itu, aku sedang makan. Kau membuatku mual ..”
“Mual? Apa ini gejala awalnya ..”
“Astaga Eomma, Haejin tidak akan hamil secepat itu.
Dan juga, aku tidak melakukan apapun padanya. Jadi berhentilah bicara hal itu”
“Aigoo kau ini. Kalau begitu ayo lanjutkan makanmu,
kau harus makan banyak agar bertenaga nanti. Kau juga, Jack!” Eomma tersenyum
melihat wajah mereka yang kemerahan menahan malu, terutama Haejin yang tidak
mengerti kenapa Jackson memberi tanggapan seolah sudah terjadi sesuatu antara
mereka.
Sekarang, Jackson dan Haejin hanya duduk berdua di
sofa kamar Jackson. Keduanya diam. Sampai Haejin membuka pembicaraan.
“Kenapa tadi kau bicara seperti itu pada Eomma,
seolah kita sudah ...”
“Sudahlah jangan pikirkan itu, Eomma ingin cepat
punya bayi jadi jangan hiraukan dia. Kau ini masih anak-anak, aku tidak akan
membuatmu hamil ..”
“Baiklah, aku percaya padamu”
“Tapi aku belum selesai, dengarkan dengan baik. Aku
tidak akan membuatmu hamil secepat itu, jadi mungkin kau akan hamil nanti ...
haha”
“Ahjusshi! Kau ini benar-benar menakutkan” Haejin
langsung memukul Jackson dengan bantal dan benda yang ada disekitarnya.
“Sudah jangan memukul, aku tidak bercanda ..”
“Jadi .. maksudmu, itu serius?”
“Kita ini sudah menikah, lalu apa kita akan terus
hidup seperti ini selamanya. Pernikahan setidaknya dihiasi dengan anak-anak
kan?”
“Molla molla! Aku tidak peduli ..”
“Hei jangan marah, aku bercanda. Kali ini sungguh,
aku hanya bercanda”
“Kalau begitu kau yang tidur di sofa!”
“Yah baiklah, tapi apa tidak apa-apa?”
“Maksudmu?”
“Eomma selalu datang kesini malam-malam, jadi
mungkin dia akan marah jika melihatku tidur di sofa”
“Benarkah? Lalu kita harus bagaimana?”
Sebenarnya Jackson ingin sekali mengeluarkan tawa
yang Ia tahan. Reaksi Haejin sangat peka jika itu berhubungan dengan Eomma.
“Sudahlah, kita tidur bersama saja. Aku tidak akan
melakukan apapun padamu, bukankah kemarin juga aku sangat baik padamu ..”
“Baiklah. Tapi ingat Ahjusshi, kau harus berjanji
padaku tidak akan melakukan apapun!”
“Geurae, aku berjanji. Kita hanya akan tidur
bersama, tapi jika keadaan berubah ataupun ada bahaya, aku tidak yakin janjiku
itu masih kuat ..”
“Apa, aku tidak mengerti”
“Sudahlah, itu hanya aku yang mengerti. Dan oh yah,
Eomma juga bilang kalau kau harus memanggilku Oppa, aku lebih tua darimu. Jadi
berhentilah memanggilku Ahjusshi”
“Apa Eomma juga menyuruhmu seperti itu?”
“Ne, dia memaksamu”
“Jinjja? Ne, baiklah kalau itu perintah Eomma. Lalu
kau berhentilah memanggilku Ny.Wang”
“Tentu saja, kalau Eomma tahu dia pasti marah.
Karena Eomma sudah menyuruhku memanggilmu Chagiya mulai sekarang ..”
“Mwo? Chagiya? Aish kenapa itu terdengar menjijikan
jika keluar dari mulutmu ..”
“Hei itu perintah Eomma!”
“Kalau bukan karena Eomma ..”
“Ya Haejin-sshi, kenapa Eomma berpengaruh sekali
padamu? Kau jadi melakukan apapun jika karena Eomma”
“Karena Eomma sangat baik, dia terlalu baik. Aku
tidak ingin membuatnya kecewa”
“Yah baiklah anak Eomma, sekarang tidurlah. Besok
kau harus sekolah ...”
“Geurae. Tapi ingat, kau sudah berjanji padaku!”
“Iya aku ingat, sudah tidurlah. Keundae Chagiya,
untuk percobaan .. coba kau panggil aku Oppa sekarang” Jackson tersenyum evil.
“Mwo?”
“Palli .. sebelum Eomma kesini”
“Baiklah baiklah .. arasseo, Oppa” dengan pipi yang
memerah, Haejin naik ke ranjang dan bersembunyi dibawah selimut. Ini memalukan
menurutnya.
Sementara itu, Jackson hanya tersenyum puas.
Sepertinya dia itu sudah meyukai Haejin. Semua yang dikatakannya tadi, itu
semua bohong. Eomma tidak pernah menyuruhnya apapun. Dan itu semua hanya
ada-ada Jackson saja, yang sekarang sepertinya sudah kemasukan setan gila. Atau
mungkin ini karena efek dari penyakit yadongnya itu? Hanya Jackson yang tahu.
Sekarang pagi sudah datang, matahari datang, dan
Eomma juga datang, membangunkan mereka berdua yang terlihat lucu tidur bersama.
“Hei kalian ayo cepat bangun ...”
“mmh Eomma?” mendengar suara Eomma yang cukup keras,
membuat Haejin langsung bangun dan membuka mata. Dia sedikit merapikan
rambutnya dan menepuk Jackson.
“Annyeong Haejin-ah, ayo bangun dan kita sarapan
bersama”
“Ne, Eomma”
“Kau juga Jack, ireona palli”
“Biar aku yang membangunkan Oppa, Eomma ..”
“Emmh astaga Eomma? Karena kita sudah menikah, jadi
mulai sekarang kau tidak boleh masuk begitu saja kekamarku ...” Jackson membuka
matanya tapi masih tetap berbaring dan malah menarik selimutnya.
“Ah iya, aku lupa”
“Bagaimana kalau nanti Eomma kesini dan kami sedang
...”
“Geurae, Eomma mengerti. Nanti aku tidak akan masuk
lagi ke kamarmu, Eomma lupa kalau kalian sudah besar sekarang. Kelau begitu
cepat kalian bersiap dan kita sarapan bersama”
“Ne, Eomma”
Akhirnya Eomma pergi kembali meninggalkan mereka
berdua. Haejin langsung beranjak dan ke kamar mandi sementara Jackson kembali
menutup matanya.
Haejin selesai bersiap dan sudah sangat rapi untuk
berangkat sekolah, sementara Jackson yang selalu bersemangat untuk dipromosikan
menjadi presdir itu masih berkutat dengan dasi dan kemejanya.
“Oppa ayolah ...”
“Sudah kau turun saja duluan, aku menyusul nanti”
“Apa kau tidak bisa memakai dasi?”
“Aku bisa jika hanya memakai dasi, tapi aku tidak
bisa mengikatnya. Cepatlah kau sarapan, nanti biar Eomma yang mengikatnya”
“Aigoo. Mengikat dasi saja kau tidak bisa, apa
selama ini hanya Eomma yang melakukannya untukmu?”
“Geurae”
“Kenapa kau payah sekali. Ayo kemarilah, aku
pasangkan ...” Haejin mendekat dan menarik dasi itu dari tangan Jakson, lalu
dengan cekatan memasangkannya. Haejin merapikan kemeja Jackson, memakaikan nya
jas dan selesai.
“Kau hebat juga ... Kajja!” Jackson tersnyum lalu
menarik tas gendong Haejin dan membuatnya tertarik juga, mereka turun kebawah
untuk sarapan. Disana, dimeja makan Eomma sudah menunggu dengan makanan yang sudah tersaji.
“Jack, kau mengikat dasimu sendiri?” Eomma langsung
berkomentar dengan apa yang dilihatnya, sebuah pemandangan yang baru kali ini
terjadi. Biasanya Jackson akan merengek dan datang pada Eomma dengan dasinya,
tapi kali ini dia datang dengan dasi yang sudah terpasang dan sangat rapi.
“Anio. Chagiya yang memasangkannya ..” Jackson
tersenyum lalu duduk dan memakan sarapannya.
“Wah kau hebat sekali Haejin-ah. Kau ini benar-benar
istri yang baik, dan juga sepertinya kau bisa membawa Jackson pada kehidupan
yang lebih baik”
“Eomma, memangnya aku tidak baik?”
“Eoh gamsahamnida Eomma ..” sementara Jackson marah,
Haejin hanya tersenyum medengar pujian Eomma.
“Ayo duduklah Haejin-ah” Eomma menarik kursi
disampingnya untuk Haejin duduk, memberikan sebuah piring dan menyajikan
makanan untuknya. “Nanti setelah sarapan, kalian berangkat bersama. Kau antar
Haejin sampai sekolahnya yah Jack?”
“Walau itu akan lama dan sedikit menyebalkan
untukku, tapi aku akan melakukannya”
“Jack, kau tidak boleh seperti itu. Haejin itu
istrimu”
“Aku tahu Eomma, Haejin ini istriku. Dan aku akan
mengantarnya ke sekolah, benarkan Chagiya?” Jackson tersenyum memaksa menatap
Haejin yang juga membalas senyuman itu dengan terpaksa.
Sarapan itu selesai dan mereka pergi. Jackson
mengemudikan mobilnya dengan cepat agar mereka juga bisa cepat sampai
disekolah, pagi ini Jackson harus meeting dengan team nya di kantor.
“Chagiya, kau baik-baik disekolah ne. Belajar dengan
benar dan tunggu aku saat pulang, aku akan menjemputmu”
“Mwo?”
“Kalau ada apa-apa, tekan saja nomor satu di
ponselmu”
“Apa kau melakukan sesuatu dengan ponselku?” Haejin
langsung mengeluarkan ponsel dari tasnya dan memeriksanya.
“Anio. Aku hanya menyimpan nomorku dalam panggilan
cepat, ingat nomor satu”
“Aish kau menyebalkan!”
“Terima kasih. Sekarang turunlah, kita sudah sampai
...”
Haejin melepas sabuk pengaman, membawa tasnya lalu
keluar dari mobil dengan wajah kesal. Dia tidak tahu kapan Jackson mendapatkan
ponselnya itu.
“Ya Chagiya! Apa kau tidak akan memberikan ciuman
padaku?” Jackson membuka kaca mobilnya dan sedikit berteriak.
“Shirreo!” tapi Haeji terus berjalan tanpa
menghiraukan Jackson.
“Baiklah, mungkin sebentar lagi Eomma akan marah
padamu ..”
Mendengar itu, dengan cepat Haejin langsung berbalik
dan kembali. Dia berdiri didepan pintu mobil dan menatap Jackson kesal.
“Kau menyebalkan!”
Chu- Haejin mencium pipi Jackson lalu kembali
berlari masuk ke gerbang sekolahnya. Dan lagi, usaha Jackson dengan melibatkan
Eomma berhasil membuat Haejin melakukan perintahnya. Dasar Jackson.
***
Daaaaan, akhirnya waktu terus berjalan. Kehidupan
mereka juga terus berjalan. Ini sudah hampir satu bulan berlalu.
Jackson Wang sudah menjadi Presdir JJ Group dengan
resmi, membuatnya semakin sibuk dengan pekerjaan. Sementara ujian Haejin juga
semakin dekat, mengharuskannya untuk terus belajar dan menyita waktunya
drastis.
Tapi, lepas dari itu semua, mereka ...
Setiap hari Jackson dan Haejin menjalani hidupnya
seperti suami istri lainnya, dan itu karena Eomma. Jackson terus saja
melibatkan Eomma dalam setiap kebohongannya, membuat Haejin perlahan terbiasa
dengan semua perintah Jackson untuk hidup sebagai suami istri seperti pasangan
yang lainnya. Hanya bedanya, jika dihadapan Eomma mereka baik dan mesra. Tapi
jika sudah tidak ada Eomma, Haejin dan Jackson kembali pada sikapnya
masing-masing yang selalu ingin menang sendiri dan tidak berhenti bertengkar.
Walau pertengkaran itu membawa warna tersendiri pada perasaan mereka.
Haejin dan Jackson tidur bersama, makan bersama, Haejin
selalu memakaikan dasi untuk Jackson, berangkat sekolah dan bekerja bersama,
pulang sekolah dan bekerja juga bersama
jika tidak ada kegiatan lain, Haejin terus mencium pipi Jackson setiap
kali berangkat sekolah, Jackson selalu memanggil Haejin Chagiya dan Haejin
memanggil Jackson Oppa, mereka kadang bermain bersama, bahkan mereka kadang
pergi jalan-jalan bersama, dan mereka selalu bersama. Itu sudah membuat mereka
terbiasa sekarang. Jackson juga kadang semakin aneh dan yadong, membuat Haejin
juga semakin jahat tapi tetap menuruti Jackson.
Mereka berdua sudah tidak asing lagi, perlahan tahu
dan mengenal pasangannya dengan baik. Haejin juga tahu kalau Jackson itu payah,
dia tidak bisa memakai baju di kamar mandi dan harus di ruangan yang luas.
Pengetahuan Haejin tentang berbagai kebiasaan aneh Jackson mulai bertambah.
Begitu juga dengan Jackson, dia mengerti kalau Haejin adalah seorang gadis
tomboy yang bisa berubah menjadi manis dan feminim dalam satu waktu.
Walau semua itu awalnya hanya karena Eomma, tapi
sepertinya itu berubah, dan tidak lagi karena Eomma. Haejin dan Jackson
melakukannya karena mereka, mereka berdua.
Mereka sepertinya sudah benar-benar menjadi suami
istri sekarang.
***
Hari ini Haejin pulang sekolah sendiri, Jackson
harus lembur dikantornya karena kesibukannya mengurus perusahaan yang semakin
maju sekarang. Dugaan Haejin kalau Jackson tidak cocok jadi seorang presdir
ternyata salah, karena nyatanya, perusahaan lebih maju 1,5% setelah Jackson
menjadi Presdir. Sebuah kenaikan yang drastis untuk seorang pendatang baru yang
belum satu tahun menjabat.
Jam dinding yang terus berdetak sudah menunjukkan
pukul dua belas lebih. Haejin sudah menutup matanya diantara buku-buku di
mejanya, dia sudah terlalu lelah untuk terus belajar sampai larut.
Perlahan pintu kamar terbuka, Jackson masuk dengan
mata yang sudah mengantuk dan lelah yang menekan pundaknya. Beberapa hari ini
dia sudah bekerja keras. Melihat Haejin tidur dimeja dengan buku-bukunya,
Jackson tersenyum kecil. Semangat Haejin untuk menghadapi ujian kelulusan memang
harus di acungi dua jempol menurutnya.
“Chagiya, kau harus tidur diranjang agar lehermu
tidak sakit ...” perlahan Jackson mengangkat Haejin dan memindahkannya ke
ranjang. Setelah itu Jackson membuka jas dan mengganti bajunya dengan kaos
biasa, lalu berbaring di samping Haejin yang ternyata bangun.
“Oppa, kau pulang larut sekali ..”
“Geurae, pekerjaanku banyak sekali”
“Kau sudah bekerja keras, apa kau lelah?” Haejin
berbalik dan berbaring menghadap Jackson yang sekarang memandanginya.
“Kau juga sudah belajar dengan keras, jadi jangan
terlalu memaksakan diri”
“Ne” Haejin tersenyum kecil dan mengangguk.
“Ujianmu tiga hari lagi, dan aku yakin kau pasti
akan berhasil”
“Gomawo, Oppa. Sekarang kau tidurlah, besok harus
bekerja lagi ..”
“Chagiya, apa aku boleh minta sesuatu?”
“Apa itu?”
“Aku akan tidur setelah menintanya darimu, kau
diamlah ...”
Dan Jackson mendekat, mendaratkan bibirnya diatas
bibir Haejin. Ini tiba-tiba sekali. Dan ini ke-tiga kalinya Jackson mencium
Haejin setelah yang dua itu terjadi di acara pernikahan mereka dulu.
Kedua mata sayu Haejin langsung terbuka dan
membulat, debaran jantungnya naik menjadi sangat cepat. Tubuhnya sedikit
menegang menerima sentuhan bibir Jackson dan sekarang tangan Jackson yang
mengusap pipinya sangat lembut. Haejin masih kaget untuk menerima ini. Tapi kelembutan
yang Jackson berikan padanya berhasil meluluhkan ketegangan ini perlahan-lahan,
dan akhirnya Haejin memilih untuk menutup matanya, membalas permainan Jackson
pada bibirnya.
Dalam ciuman itu, mereka saling mengulum, menghisap,
dan merasakan bibir keduanya. Ciuman yang lembut itu perlahan terus meningkat
dan berubah menjadi ciuman yang bergairah dan penuh nafsu. Jackson membalikkan
posisi mereka dan menindih Haejin yang sekarang sudah menikmati permainan ini.
Setelah sekitar satu menit lebih berlalu, Haejin
mendorong tubuh Jackson dan melepaskan ciumannya. Jackson hanya menatap Haejin
dengan posisi yang belum berubah.
“Oppa, jangan terlalu memaksa. Kau membuatku
kehabisan nafas ...” suara Haejin begitu lembut dan pelan, mungkin tidak akan
terdengar jika Jackson tidak sangat dekat dengannya.
“Mian ..” Jackson tersenyum malu. Dia melepaskan
pelukannya pada Haejin dan kembali berbaring disamping Haejin, menarik selimut
dan menyelimuti mereka berdua. “Aku sudah memintanya, jadi aku akan tidur sekarang.
Gomawo”
“Oppa ...”
“mmh wae?”
“Naega ...”
“Sudahlah cepat tidur, jangan memikirkannya lagi.
Kita bisa melanjutkan itu lain kali ...”
“Ya!” Haejin memukul keras tangan Jackson yang
menarik tangannya.
“Sekarang cepat tidur Shin Haejin ..” Jackson mengusap
wajah Haejin dan menutupi mata Haejin dengan kedua tangannya. “Tidurlah”
Jackson mencium pipi Haejin cepat lalu berbalik membelakangi Haejin. Dan
setelah itu, mereka tidur.
Hanya sebentar mereka memejamkan mata, dan pagi
sudah datang. Mengharuskan mereka berdua cepat bangun dan kembali melakukan
aktivitas seperti biasanya, kegiatan yang akan menguras semua tenaga dan
fikiran mereka lagi.
Teett .. teett
.. teeett
Jackson terus menekan klakson mobilnya, dia juga
berteriak memanggil Haejin yang masih belum keluar juga. Jika tidak segera
berangkat, Haejin akan terlambat. Dan jika Haejin terlambat, maka juga akan
membuat Jackson terlambat.
“Ya Shin Haejin! Palli palli ... Haejin-ah .. Ya
Chagiya!”
“Berhenti berteriak!” Haejin akhirnya keluar dan
masuk kedalam mobil, mereka langsung pergi.
“Kau ini lama sekali, apa yang kau lakukan?”
“Tadi Eomma membicarakan itu lagi ...”
“Mwo?”
“Eomma bertanya apakah aku sudah hamil”
“Sudah jangan di pikirkan, kau belajar saja, ujianmu
didepan mata. Nanti juga Eomma akan melupakan itu kalau sudah lelah”
“Keundae Oppa, sepertinya Eomma sangat menginginkan
bayi ...” tanpa melihat Jackson, Haejin mengeluarkan yang dia pikirkan.
Eomma selalu bertanya dan membicarakan hal itu,
terus saja. Dan itu, dipikirkan tidak dipikirkan, tetap membuat Haejin merasa
kalau dia membuat Eomma kecewa karena sebenarnya dia dan Jackson tidak seperti
yang Eomma bayangkan. Itu menjadi beban pikiran tersendiri untuk Haejin.
“Apa kau juga ingin bayi?” Jackson menatap Haejin
penuh harap dengan jawaban yang akan keluar darinya.
“Geurae. Sebagai seorang wanita, tentu saja aku
ingin mempunyai anak dan menjadi ibu. Tapi Oppa, untuk sekarang mengingat kau
dan aku yang__”
“Arasseo Chagiya, kau juga bahkan belum dua puluh
tahun ..”
“Lalu bagaimana dengan Eomma?”
“Biarkan saja Eomma, nanti dia juga akan mengerti.
Kau itu harus kuliah dulu, dan masih banyak yang harus kau raih didepan. Jangan
terlalu memikirkan perkataan Eomma”
“Baiklah, aku mengerti”
“Chagiya, nanti aku harus lembur lagi. Aku menyuruh
Pak.Choi untuk menjemputmu sekolah, kau pulang jam berapa?”
“Tidak usah Oppa, aku nanti ada tambahan pelajaran
jadi akan pulang malam. Aku bisa pulang sendiri nanti ..”
“Kalau begitu, kau telfon saja aku nanti, kita
pulang bersama”
“Kau tidak akan pulang larut lagi memangnya?”
“Molla. Tapi kau bisa menjemput dan kembali ke
kantor”
“Itu merepotkan. Sudah aku pulang sendiri saja, dan
jangan datang menjemputku jika aku tidak menelfon atau memberimu SMS. Arasseo?”
“Yah baiklah ..” Jackson menghentikan mobilnya dan
tersenyum menatap Haejin, mereka sudah sampai.
“Baiklah, aku pergi. Annyeong” Haejin mengambil tas
nya, mencium pipi Jackson dan pergi. Begitu juga Jackson, dia pergi setelah
melambai pada Haejin. Manis sekali.
***
Hari sudah malam, tapi sampai sekarang, jam sepuluh
ini, Haejin masih belum pulang. Nomornya tidak bisa dihubungi, dan Eomma juga
sudah mengirim pelayan untuk menjemput ke sekolahnya, tapi semuanya sudah
pulang. Haejin tidak ada di sekolah dan sekarang tidak tahu dimana.
Eomma sangat khawatir, ditambah Jackson yang tidak
mengangkat telfonnya. Tidak biasanya Haejin menghilang tanpa kabar seperti ini.
Jackson kembali ke ruangannya, dia melihat posel
yang terus bergetar.
Jackson :
Wae Eomma?”
Eomma :
Ya! Dari mana saja kau ini, kenapa baru menjawab sekarang?”
Jackson :
Tadi aku ada pekerjaan, memangnya kenapa?”
Eomma :
Haejin, dia belum pulang. Eomma sudah coba telfon tapi tidak aktif ..”
Jackson :
Mwo? Apa Eomma sudah menjemput ke sekolahnya?
Eomma :
Semua murid disekolahnya sudah pulang. Eomma tidak tahu harus kemana
lagi mencari Haejin, apa kau tahu dimana dia?
Jackson :
Eomma tenanglah, biar aku yang mencarinya
Dengan cepat Jackson mematikan ponselnya dan berlari
keluar. Dia melaju dengan mobilnya sangat cepat, menyusuri jalanan. Sementara
dia terus menghubungi Haejin, matanya juga dengan teliti melihat setiap orang
yang berjalan di pinggir jalan. Jackson sangat khawatir.
Jackson terus mencari. Dia pergi ke sekolah, kerumah
teman-teman Haejin yang dikenalnya, ke shauna, ke mall, Jackson sudah mencari
kemana-mana, tapi Haejin masih belum ditemukan.
Jackson tidak tahu kemana lagi dia harus pergi mencari Haejin, dia sudah
hampir putus asa. Ini sudah lebih dari dua jam dia kesana-kemari mencari Haejin.
Sekarang, Jackson hanya duduk di mobilnya. Dia terus
memikirkan Haejin, tempat apa lagi yang harus dia datangi. Akhirnya dia melaju
pelan dengan mobilnya, menyusuri jalan yang mungkin sudah dia lewati tadi.
Didepan, Jackson melihat seorang gadis dengan
seragam sekolah yang berjalan sendirian. Dengan cepat Jackson menghentikan
mobilnya dan keluar, berlari menghampiri gadis itu.
“Haejin?”
“Oppa ....”
Ternyata itu adalah benar Haejin. Jackson langsung
memeluk Haejin erat, tidak mau kalau Haejin sampai menghilang lagi.
Pelukan itu terasa sangat nyaman untuk Haejin,
Jackson bisa membuatnya nyaman setelah sesuatu yang terjadi padanya tadi.
“Kau menangis?” Jackson melepaskan pelukannya dan
melihat Haejin yang tertunduk dengan sedikit isakkan yang terdengar pelan. “Ya!
Kau ini kemana saja, kenapa tidak pulang? Kau tahu, Eomma sangat
mengkhawatirkanmu. Apa yang kau lakukan?”
“... mi-mianhae Oppa ..”
“Ya Chagiya, apa kau benar menangis? Apa yang
terjadi padamu?”
“Oppa ..” tapi Haejin tidak menjawab apapun, dia
hanya kembali memeluk Jackson. Dan sekarang baru terdengar kalau Haejin
benar-benar menangis.
“Gwaenchanha, kau bersamaku sekarang. Tidak apa-apa
..” Jackson balas memeluk Haejin, dia mengusap kepala Haejin lembut. Membiarkan
Haejin tetap menagis di pelukannya, mungkin dengan begitu Haejin akan tenang.
-
Flashback –
“Shin Haejin, kau bisa keluar sebentar? Ada yang
ingin bertemu denganmu diluar ..” Seonsaengniem datang dan menghampiri Haejin
yang masih sibuk dengan buku pelajarannya.
“Nugu Saem?”
“Aku tidak tahu, keluarlah untuk menemui mereka”
“Ne, gamsahamnida Saem” dan dengan rasa penasaran,
Haejin akhirnya keluar dari kelasnya. Dia melihat dua orang pria yang
sepertinya memakai seragam polisi berdiri di koridor tidak jauh dari kelasnya.
“Annyeonghaseyo”
“Annyeonghaseyo. Apa kau Shin Haejin?”
“Benar, aku Shin Haejin. Tapi apa yang bisa aku
bantu untuk kalian?”
“Kau masih ingat Shin Woohyun?”
Shin Woohyun. Mendengar nama yang diucapkan polisi
itu membuat Haejin langsung terdiam, rasanya jantung Haejin seperti berhenti
berdetak karena nama itu bagaikan panah yang menusuk jantungnya kencang sekali.
Sudah hampir delapan tahun sejak Haejin mendengar
nama itu, dan selama itu Haejin berusaha untuk menghilangkan pria pemilik nama
itu dari hidupnya. Pria yang sudah pergi meninggalkannya, membuat hidupnya hancur.
Karena pria itu, selama delapan tahun ini Haejin hanya hidup sendiri dan
bekerja keras menghidupi dirinya sendiri.
Dan sekarang, nama itu kembali terdengar di kedua
telinganya. Mengingatkan Haejin dengan semua yang sudah terjadi dulu,
menghidupkan kembali kebencian yang sudah dia kubur dalam hatinya.
“Nona, apa kau ingat Shin Woohyun?”
“Hei Nona tolong jawab kami ..”
Kedua polisi itu mengulang pertanyaannya, karena
Haejin masih diam mematung dan tidak menjawab apapun. Yang ada hanya sebuah
cairan bening yang tiba-tiba jatuh dari kedua matanya.
“Bagaimana, apa kau tidak mengenal Shin Woohyun?”
“Aku mengenalnya”
“Lalu apa kau benar anak dari Shin Woohyun?”
“Kenapa kalian menanyakan dia padaku?”
“Kami hanya mendapat perintah untuk memintamu datang
menemuinya”
“Apa? Menemuinya? Kenapa aku harus datang
menemuinya?”
“Shin Woohyun lusa akan menjalani eksekusi mati, dan
permintaan terakhirnya adalah bertemu denganmu. Apa kau mau ikut kami
menemuinya?”
“Eksekusi mati? Ap-apa yang terjadi padanya ..
ke-kenapa dia di eksekusi mati?”
“Kami tidak bisa menjelaskannya disini Nona. Kalau
kau mau ikut, nanti kami akan coba
jelaskan padamu dalam perjalanan”
“Baiklah ..”
Akhirnya Haejin iktu dengan dua polisi itu, bertemu
dengan Shin Woohyun, Ayah yang sudah meninggalkannya dua tahun setelah kematian
Ibunya dulu.
Saat Haejin tepat ulang tahun yang ke-9, Ibunya
meninggal karena penyakit jantung yang sudah lama menyiksa hidupnya.
Meninggalkan Haejin berdua dengan Ayahnya yang seorang pemabuk dan raja judi.
Sejak saat itu, Haejin harus hidup mengurus Ayahnya yang kasar dan selalu
memukulnya jika dia tidak mau mencuci ataupun memasak. Haejin kecil harus hidup
keras menjadi seorang wanita, walaupun dia masih kecil tapi dia sudah harus
mengurus rumah dan sekolahnya.
Haejin harus kembali ditinggalkan orang tuanya
setelah Ayahnya pergi begitu saja meninggalkannya sendiri tanpa kabar. Haejin
sudah mencari Ayahnya kemanapun, tapi dia hanya mendapat kesedihan. Mau
bagaimanapun, Shin Woohyun tetap Ayahnya.
Sejak saat itu, Haejin hidup sendirian. Bekerja
untuk menghidupi dirinya sendiri dan terus sekolah. Tidak ada orang tua yang
mengiringi-nya tumbuh dan berkembang sampai menjadi seorang gadis tomboy yang
selalu menjadi juara kelas di sekolahnya.
Haejin selalu berusaha untuk melupakan Ayah yang
sudah meninggalkannya sendirian, tapi itu rasanya membutuhkan waktu seumur
hidup. Walau Haejin tidak selalu memikirkan Ayahnya, tapi ingatan tentang
Ayahnya tidak bisa dia lupakan begitu saja. Semakin dia mengingat Ayahnya, maka
semakin rasa benci yang dia rasakan. Dan Haejin terus berusaha mengubur Ayahnya
dalam kebencian di hatinya.
Dan sekarang, Haejin akan kembali bertemu dengan
Shin Woohyun. Ayah yang sangat ingin Ia lupakan.
“Ahjusshi, apa yang terjadi apa Shin Woohyun?”
“Dia dipenjara atas kasus pembunuhan berencana,
perampokkan, dan juga terbukti sebagai pengguna dan pengedar obat terlarang.
Shin Woohyun mendapat hukuman mati, dan setelah dia dipenjara sekitar setahun
yang lalu, akhirnya lusa dia akan menjalani eksekusi matinya”
“Benarkah ..”
“Kau tidak apa-apa, Nona?”
“Tidak, aku baik-baik saja”
“Ini untukmu, minumlah ..” seorang dari polisi itu
memberikan sebotol susu dan tissue pada Haejin. Mungkin mereka juga mengerti
apa yang sekarang dirasakan Haejin. Mau bagaimanapun, dan apapun yang terjadi,
melupakan seorang Ayah tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Setelah beberapa lama akhirnya mereka sampai. Walau
rasanya sangat berat untuk melangkah, tapi Haejin tetap melangkahkan kakinya
berjalan mengikuti polisi itu yang
membawanya ke sebuah ruangan.
“Ayahmu ada di dalam, masuklah. Kami akan menunggu
diluar ..” dia membukakan pintu dan menyuruh Haejin masuk.
Haejin menarik nafas dalam, dia mengumpulkan semua
kekuatan yang dia punya untuk bertemu dan melihat Ayahnya sekarang. Haejin
melangkah pelan memasuki ruangan itu.
“Haejin ... Haejin-ah .. apa kau benar Haejin
anakku?”
Tiba-tiba seorang pria dengan tubuh yang kurus,
sangat kurus bahkan, berlari menghampiri Haejin. Dia berdiri dihadapan Haejin
dan menatapnya seolah tidak percaya, matanya yang sayu berubah menjadi
kemerahan dan menahan air mata yang sudah terlihat di ujung kedua matanya itu.
“Haejin-ah, Appa sangat merindukkanmu. Bagaimana
kabarmu sekarang, apa kau hidup dengan baik? Apa kau bahagia Haejin-ah?”
Pria itu mencoba tersenyum membalas tatapan Haejin,
dia dengan teliti memperhatikan Haejin. Sepertinya, dia ingin sekali memeluk
Haejin, tapi karena Haejin yang diam kaku, akhirnya pria itu hanya bisa menahan
langkah kakinya untuk mendekati Haejin.
“Haejin-ah, aku tahu kau pasti sangat membenciku.
Maafkan aku. Dulu aku sudah pergi meninggalkanmu, Appa minta maaf. Itu adalah
kesalahan terbesarku sudah meninggalkanmu, kau pasti menderita harus hidup
sendirian ...”
Haejin masih diam. Dia tidak percaya kalau yang
berdiri dihadapannya itu adalah Shin Woohyun, Ayahnya. Pria ini berbeda 1800
dengan Shin Woohyun delapan tahun yang lalu. Sekarang, dia bahkan sangat
kurus. Wajahnya tirus dan tidak terawat, rambutnya panjang dan juga berkumis
tipis. Haejin masih perlu banyak waktu untuk meyakinkan dirinya kalau itu
benar-benar Ayahnya.
“Aku tidak memaksamu untuk memaafkanku, kau pasti
sangat kesakitan dan menderita. Maafkan aku. Kau sudah mau menemuiku saja sudah
membuatku bahagia, Haejin-ah. Aku .. aku sebenarnya akan menjalani eksekusi
mati besok lusa, dan mungkin .. i-ini terakhir kalinya aku melihatmu. Kau
terlihat sehat, kau juga sangat cantik, mirip sekali dengan Ibumu. Kau
bahagia?”
“Hentikan!”
“Haejin-ah ... maafkan aku. Aku mengerti
pertanyaanku ini sangat jahat, aku tahu kau pasti sangat menderita. Kau sangat
membenciku. Maafkan aku Haejin-ah ... maaf”
“Aku bilang hentikan! Apa kau tidak punya kata lain
selain maaf?”
“Apapun yang aku lakukan, pasti tidak akan bisa
menyembuhkan sakit hatimu. Tapi, tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain minta
maaf padamu. Haejin-ah, kau tidak usah memaafkan Appa-mu ini, aku sudah terlalu
jahat padamu. Bahkan aku ini tidak pantas kau panggil Appa ...”
Shin Woohyun tidak bisa lagi menahan air mata yang
sudah sangat membuat hatinya sesak, dia menangis. Bahkan sekarang dia berlutut
dibawah Haejin.
“Kau benar, aku tidak usah memaafkan pria gila
sepertimu. Dan sepertinya aku sudah salah datang kesini ...” Haejin berlari
keluar dari ruangan itu, meninggalkan Shin Woohyun yang menangis sendirian
disana. Haejin pergi, berlari sangat cepat. Walaupun dia tidak tahu harus
kemana.
-
Flashback end –
Jackson kembali memeluk Haejin yang masih menangis
menceritakan semua itu. Sepertinya, ini sangat membuatnya sedih dan sakit hati.
Haejin tidak berhenti menangis.
“Chagiya, sudah jangan menangis lagi. Nanti matamu
akan bengkak ...”
“Mianhae Oppa, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku
membencinya!”
“Ssst .. hajima Haejin-ah, sudah cukup. Jangan
menagis lagi”
“Oppa ..” Haejin semakin erat memeluk Jackson.
“Hey sudahlah, ulljima. Ayo minumlah, sudah jangan
menangis ..”
Perlahan Haejin memepaskan pelukannya, mengambil
sebotol air yang diberikan Jackson padanya. Sekarang mereka hanya duduk di
kursi belakang mobil, dan sepertinya Haejin sudah berhenti menangis.
“Ulljima. Hari ini kau sudah membuat Eomma khawatir,
dia itu mencarimu kemana-mana”
“Eomma pasti sangat khawatir ..”
“Geurae. Tentu saja dia khawatir, kau menghilang
sampai malam seperti ini. Sekarang kita pulang yah?”
“Baiklah ..”
“Kau disini saja. Ini, minum dan makan ini ..” Jackson
memberikan roti yang dibelinya tadi, lalu mencium pipi Haejin. Jackson pindah
ke depan dan menghidupkan mobil, mereka pergi.
“Gomawo Oppa ..”
“Ne. Keundae, bukankah dulu kau bilang Ayahmu sudah
tidak ada?”
“Aku hanya bilang dia tidak ada, bukan berarti dia
sudah meninggal, Oppa!”
“Ah benar juga ..”
Setidaknya, Jackson sudah membuat Haejin berhenti
menangis sekarang. Dan mengembalikan sedikit senyuman di wajahnya.
***
“Haejin ... kau dari mana saja? Eomma sangat cemas
memikirkanmu, apa kau baik-baik saja?” Eomma langsung berlari memeluk Haejin
saat mereka masuk ke rumah.
“Maafkan aku Eomma ..”
“Sebenarnya apa yang terjadi, kemana kau pergi
sampai selarut ini?”
“Haejin hanya ada sedikit masalah dengan temannya,
Eomma. Sudah tidak apa-apa”
“Aku sudah membuat Eomma khawatir, maafkan aku
Eomma”
“Sudah tidak apa-apa, selama kau baik-baik saja,
Eomma mengerti. Tapi jangan lakukan ini lagi, ara?”
“Ne Eomma”
“Sekarang ayo istirahatlah, kau pasti lelah”
“Baik” Haejin tersenyum dan pergi ke kamarnya
disusul dengan Jackson yang juga masuk ke kamar.
Setelah mereka berdua mandi dan berganti baju,
Haejin berbaring dan kembali diam dalam pelukan Jackson.
“Oppa ...”
“Wae?”
“Apa aku salah?”
“Anio, kau tidak salah. Aku mengerti bagaimana
perasaanmu, kau pasti berfikir kenapa ini semua terjadi padamu”
“Apa aku benar membenci orang itu?”
“Haejin-ah, dulu saat Appa-ku meninggal, aku sangat
sedih. Setiap hari aku menangis didepan foto Appa, terus berteriak kenapa Appa
harus pergi meninggalkanku. Dan aku berfikir kalau Appa meninggal karena Eomma
yang menyuruh dokter melepas semua alat bantu Appa ..”
“Apa Ayahmu sakit?”
“Iya, dia hidup dengan kanker yang jahat. Dia
mengidap kanker paru-paru, dan kanker itu terus berkembang sampai akhirnya
stadium akhir. Membuat Appa tidak bisa lagi melakukan apapun, dokter dan semua
obat-obatan tidak bisa lagi menolongnya”
“Berapa lama dia seperti itu?”
“Appa koma saat aku masih tujuh tahun. Saat itu aku
masih kecil, masih tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang aku fikir
hanya Eomma yang membunuh Appa. Dan fikiran itu membuatku gila, aku membenci
Eomma. Sejak saat itu aku hidup dalam perasaan penuh kebencian dan selalu
melakukan hal-hal gila. Aku terus menangis dan tidak bisa menerima kepergian
Appa. Sampai akhirnya seiring waktu berjalan dan aku semakin dewasa, aku baru
mengerti apa yang terjadi sebenarnya ...”
“Kau membenci Eomma?”
“Yah, itu sebelum aku mengerti kalau yang sebenarnya
Eomma lakukan adalah untuk kebaikan Appa. Saat itu Appa sudah koma hampir satu
tahun, tidak ada kemajuan. Dan dokter bilang bahwa harapan untuknya sembuh
hanya 5%. Eomma sangat mencintai Appa, dia tidak ingin Appa terus menderita
seperti itu, dan akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan Appa pergi dengan
tenang. Eomma menyuruh dokter mencabut semua alat bantu yang selama ini menahan
kepergian Appa dan membuatnya menderita. Aku dulu tidak tahu kalau sebenarnya,
Eomma sangat tidak mau kehilangan Appa. Eomma selalu menangis sendirian di
kamarnya ..”
“Lalu bagaimana Oppa bisa kembali dengan Eomma?”
“Aku sudah besar dan mengerti semuanya, semua
ke-salah fahaman ini. Aku sangat mencintai Appa, aku juga mencintai Eomma. Dan
aku fikir kalau aku tidak mau kehilangan orang tuaku lagi. Aku berubah,
meninggalkan aku yang dulu dan kembali tersenyum. Aku minta maaf pada Eomma dan
menyimpan Appa dengan baik dalam hatiku, aku yakin Appa pasti sangat
menyayangiku selamanya. Chagiya, kau tahu?”
“Apa?”
“Sejak saat itu, aku mengerti. Aku sudah mengerti
kalau setiap orang sudah mempunyai takdir yang dibuat dengan sebaik-baiknya oleh
Tuhan, dan itu pasti akan berakhir bahagia. Walaupun selama ini hanya ada
kesedihan, tapi suatu hari kesedihan itu akan berakhir dengan kebahagiaan ..”
“Benarkah?”
“Ya tentu saja. Setiap orang pasti mempunyai jalan
sendiri, dan banyak sekali alasan untuk membuatnya melakukan sesuatu. Begitu
juga mereka yang memilih jalan menjadi penjahat. Mereka pasti banyak menahan
sakit hati dan tangisan untuk menjalaninya, bahkan mereka sebenarnya tidak
ingin ini terjadi dan lebih memilih untuk mati daripada melihat orang yang
mereka cintai menangis. Mereka sangat mencintai keluarga dan teman-temannya,
dan rasa cinta yang terlalu dalam yang akhirnya membuat mereka menjadi seperti
itu ..”
“Apa maksudmu Ayahku juga mencintaiku?”
“Geurae. Ayahmu pasti sangat mencintaimu, kau itu
anaknya. Hanya terkadang, manusia itu lemah jika menghadapi keputus asa-an.
Mereka tidak mau berfikir panjang atau bahkan terus berjuang untuk menghapus
rasa putus asa itu, dan akhirnya mereka tidak sadar telah memilih jalan yang
salah. Ayahmu pasti sebenarnya tidak ingin meninggalkanmu sendiri, dia hanya
terbawa angin yang gelap. Aku yakin, sekarang dia sudah sadar dengan
kesalahannya. Dia pasti sudah berubah, apa kau melihatnya masih sama dengan
yang dulu?”
“Yah, dia memang tidak seperti dulu. Dia berubah
...”
“Tuhan saja akan memaafkan semua kesalahan umatnya,
kesalahan yang besar sekalipun. Lalu bagaimana denganmu? Apa kau akan memaafkan
Ayah yang setidaknya sudah membesarkanmu walau hanya sebentar, Ayah yang sangat
mencintaimu. Mau sampai kapanpun, kau tidak bisa merubah cerita kalau kau
adalah anak dari Ayahmu. Kau mengerti Chagiya?”
Tidak ada jawaban dari Haejin, dia hanya bersembunyi
dalam pelukan Jackson. Sepertinya Haejin menangis lagi. Jackson juga tidak bisa
melakukan apapun, dia hanya memeluk Haejin.
***
Hari ini sangat cerah, bahkan walaupun masih pagi,
tapi sang raja siang sudah bersinar terang menemani semuanya memulai hari.
Dan hari ini adalah hari ujian kelulusan serempak
untuk semua kelas tiga SMA, termasuk Haejin yang masih terlihat murung tidak
mau bicara setelah kejadian dua hari yang lalu.
Hari ini juga hari terakhir bagi Shin Woohyun untuk
melihat dunia, sebelum tepat siang nanti dia menghembuskan nafas terakhirnya.
Eomma dan Jackson tersenyum memberikan semangat
untuk Haejin, mereka hari ini mengantar Haejin sampai melewati gerbang sekolah.
Berharap semoga Haejin berhasil dan lulus dengan hasil yang menggembirakan.
“Haejin-ah, jangan pikirkan apapun. Kau hanya harus
konsentrasi saja pada ujiannya, jangan terlalu tegang. Tidak usah memikirkan
hasil nanti, yang penting kau sudah berusaha se maksimal mungkin, kau
mengerti?”
“Ne, Eomma. Gomawo ..”
“Kalau begitu bersemangatlah. Azza azza fighting!”
“Chagiya tersenyumlah, jangan memaksakan diri”
“Geurae Oppa ..”
“Baiklah sudah cukup, uri-Haejin pasti berhasil. Ayo
cepat masuk, nanti kau ketinggalan ..”
“Baik. Aku masuk dulu ..” Haejin akhirnya masuk
kedalam dan bersiap untuk memulai ujiannya.
Suasana ramai dari para keluarga dan teman yang
datang untuk menyemangati mereka yang akan menjalani ujian memang menjadi
penyemangat tersendiri untuk para peserta ujian.
Tapi suasana ramai itu berbeda sekali dengan suasana
tenang didalam ruang ujian, semua peserta ujian sangat fokus mengerjakan
soal-soal dihadapannya.
Sementara Shin Haejin hanya diam, dia memandangi
soal-soal itu kosong. Entah apa yang dia fikirkan sekarang, yang jelas dia
hanya diam. Dan waktu terus berjalan, hampir 100 menit berlalu dari 120 menit
waktu yang di sediakan, tapi kertas jawaban Haejin masih kosong.
Sampai akhirnya Haejin menarik nafas panjang dan
berhenti diam, dia mulai mengerjakan soal-soal itu dengan 20 menit waktu yang
tersisa. Haejin mengejar waktu dan berusaha mengerjakan semua itu dengan
kemampuan yang dia miliki.
“Waktunya habis, silahkan kumpulkan jawaban kalian
di meja” Seonsaengniem tersenyum, mengakhiri ujian yang untuk sebagian orang
menegangkan dan menakutkan. Waktu sudah habis dan ujian selesai.
Haejin pergi, dengan cepat dia berlari keluar.
Bahkan dia juga tidak menghiraukan Eomma dan Jackson yang menunggunya di luar.
Haejin terus berlari secepat yang dia bisa.
Akhirnya, Haejin sampai disebuah tempat yang
membuatnya bertemu dengan Shin Woohyun, Ayahnya. Yah, Haejin pergi ke penjara
untuk menemui Ayahnya.
“Maaf Nona, kau tidak bisa masuk”
“Tapi aku mohon biarkan aku masuk, aku ingin bertemu
dengan Ayahku!”
“Tidak bisa”
“Aku mohon, sebentar saja biarkan aku bertemu dengan
Ayahku”
Haejin terus berusaha masuk dan sesekali memanggil
Ayahnya, tapi polisi penjaga tetap menahannya dan tidak membiarkannya masuk.
Walau Haejin menangis, dia tetap berusaha untuk masuk dan bertemu dengan Shin
Woohyun untuk terakhir kalinya, sebelum eksekusi mati itu dimulai.
“Ada apa ini, siapa gadis ini?” seorang polisi
datang menghampiri mereka.
“Pak, dia anak dari Shin Woohyun. Dari tadi dia
terus berusaha untuk masuk”
“Benarkah? Shin Woohyun sebentar lagi akan ...”
“Ajusshi tolong biarkan aku bertemu dengan Ayahku,
ada sesuatu yang harus aku katakan padanya. Aku mohon biarkan aku bertemu
dengannya untuk yang terakhir, aku mohon ..”
“Tapi Nak, sebentar lagi Ayahmu akan ...”
“Aku tahu, jadi aku mohon biarkan aku untuk bicara
padanya sebentar saja. Aku mohon biarakan aku masuh ...”
Karena polisi itu juga manusia, mereka punya
perasaan dan hati. Mereka juga mempunyai keluarga yang sangat mereka cintai.
Akhirnya dengan berbagai pertimbangan dan meminta izin, mereka membiarkan
Haejin untuk masuk dan bertemu dengan Ayahnya.
“Tapi Nak, ingat waktumu hanya sepuluh menit.
Masuklah ..”
“Terima kasih banyak, itu waktu yang cukup untukku”
Haejin membuka pintu dan masuk ke dalam sebuah ruangan.
Didalam ruangan itu terlihat seseorang yang memakai
pakaian putih dan berdiri menghadap dinding, dia sendirian. Haejin perlahan
berjalan mendekatinya.
“Apa sudah waktunya?” Shin Woohyun berbalik dan sangat
kaget kalau yang dikiranya polisi ternyata adalah .. “Shin Haejin?”
“Appa ..” Haejin langsung memeluknya sangat erat,
dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menangis. Dia tidak bisa membohongi
hatinya kalau dia sangat merindukan Ayahnya.
“Ap-apa yang kau lakukan disini?”
“Appa mianhae. Aku sangat mencintaimu Appa ...
mianhae”
“Haejin-ah ..”
“Appa, aku tidak peduli apa yang sudah kau lakukan
dulu. Aku akan melupakan kalau kau sudah meninggalkanku dulu. Kau tetap Ayahku,
dan bagaimanapun aku berusaha, tetap aku tidak bisa melupakanmu. Aku hanya
ingin memelukmu, aku sangat merindukanmu ..”
“Haejin-ah mianhae ...”
Mereka saling memeluk dan meluapkan kerinduan yang
selama ini sudah membuat mereka sakit hati karena menahannya, air mata mereka
adalah air mata kebahagiaan.
“Appa, hiduplah dengan tenang disana ..”
“Haejin-ah Appa mianhae”
“Sudahlah jangan mengatakan itu lagi, aku sudah
memaafkan Appa”
“Selama ini aku tidak pernah membayangkan kalau kau
akan memaafkanku, aku sangat menyayangimu Haejin-ah”
“Aku juga Appa ..”
“Geurae, aku akan hidup dengan tenang disana, terima
kasih sudah memaafkanku”
“Kau akan bertemu Eomma, jadi katakan padanya kalau
aku sangat mencintai Eomma dan Appa selamanya”
“Baik, aku akan mengatakan padanya. Aku juga harus
meminta maaf padanya ..”
“Aku akan hidup bahagia disini, aku sudah menikah
Appa ..”
“Benarkah? Tapi bukankah kau baru saja ujian, oh iya
lalu bagaimana ujianmu?”
“Ujianku sangat baik, aku yakin pasti menjadi juara.
Jangan khawatir Appa, aku ini pintar. Dan maaf karena sudah menikah tanpamu ..”
“Gwaenchanha, Appa akan bahagia jika kau bahagia”
“Suamiku itu sangat baik, dia juga sepertinya
mencintaiku”
“Semoga kalian bahagia selamanya ... dan jangan
lupakan Appa wa Eomma ne?”
“Tentu saja. Aku akan selalu tersenyum untuk kalian.
Terima kasih sudah menjadi orang tuaku Appa, dan Eomma”
“Appa yang harusnya berterima kasih sudah memiliki
anak sebaikmu ..”
“Maaf, waktu kalian sudah habis” seorang polisi
datang memberitahu sesuatu yang membuat mereka harus berpisah.
“Baiklah Appa, jangan menangis. Kau harus tersenyum
jika bertemu Eomma nanti”
“Geurae. Appa sangat mencintaimu, Haejin-ah ..”
Perlahan genggaman tangan mereka lepas dan menjauh,
waktu mereka habis dan harus berpisah. Tapi tidak apa-apa, mereka sudah kembali
menjadi keluarga yang bahagia. Dan perpisahan itu berakhir dengan tangisan
bahagia.
Haejin keluar dari tempat itu, dia menghapus air
matanya. “Haejin-ah ..” tiba-tiba sebuah pelukan datang menyambut Haejin, dan
itu adalah Jackson. “Gwaenchanha? Jangan menangis lagi ..”
Haejin melepaskan pelukannya dan mendorong Jackson.
“Aku tidak akan menangis lagi, semuanya sudah berakhir” Haejin tersenyum.
“Apa maksudmu?”
“Seperti yang kau katakan, takdir itu akan berkahir
bahagia. Walaupun selama ini hanya ada kesedihan, tapi suatu saat kesedihan itu
pasti berakhir bahagia ..”
“Kau pintar sekali Chagiya ...” Jackson memeluk
Haejin dan mereka berdua tersenyum.
“Ya! Apa yang kalian berdua lakukan, Haejin-ah
kenapa kau pergi begitu saja meninggalkan kami?” sampai Eomma datang dan
memarahi keduanya.
“Mianhae Eomma, tadi aku harus menyelesaikan
sesuatu. Tapi itu sudah selesai sekarang”
“Kau bahkan tidak memberi tahu bagaimana ujianmu?”
“Ujianku sangat baik Eomma, aku akan menjadi
juaranya”
“Benarkah, wah uri-Haejin pintar sekali. Kalau
begitu kita harus merayakannya, ayo kita semua makan sesuatu ..”
“Bagaimana kalau daging panggang?”
“Tentu, baiklah. Apa saja yang kau inginkan. Tapi,
hey Jack, bagaimana kau tahu kalau Haejin ada disini?”
“Itu hanya insting suami Eomma ... haha”
“Insting suami? Apa maksudmu Oppa ..” Haejin
mencubit Jackson disini dan disana, setelah itu mereka tertawa dan pergi
merayakan akhir yang bahagia ini.
***
Eomma harus pergi ke luar kota karena urusan
pekerjaan, sebagai Komisaris JJ Group tentu selalu ada pekerjaan yang tidak
bisa ditinggalkan. Dan itu berarti hanya akan ada Haejin dan Jackson berdua
dirumah untuk dua hari ini.
“Chukkaeyo Chagiya! Kudengar kau lulus dengan nilai
terbesar?” Jackson baru pulang, dan dia membawa bunga dengan banyak hadiah
lain.
“Kemana saja Oppa dari tadi? Kelulusannya tadi pagi,
dan kau malah tidak datang”
“Apa kau marah?”
“Ani ..”
“Lalu kenapa kau seperti ini?”
“Seperti apa?”
“Aku minta maaf Chagiya, tadi ada pekerjaan yang
tidak bisa aku tinggalkan”
“Eomma saja tadi menunda keberangkatannya dan datang
kesana, tapi kau ..”
“Aku sudah minta maaf, sudahlah kau marah juga tidak
apa-apa. Aku makan sendiri saja hadiah ini ..”
“Ya! Mana boleh begitu, hadiah tetap hadiah. Kemari
..” Haejin mengambil bunga dan semua hadiah yang Jackson bawa untuknya. Haejin
tetap Haejin. “Baiklah, aku maafkan”
“Gomawo Chagiya, kemarilah ..” Jackson memeluk
Haejin. Dan mereka berdua akhirnya berpesta, mereka bernyanyi dan makan banyak makanan.
Dan sekarang, mereka berdua sepertinya sudah lelah
setelah bernyanyi dan menari tidak jelas dari tadi. Haejin hanya diam bersandar
dipelukan Jackson dan menonton televisi.
“Oppa ...”
“Wae?”
“Aku sudah memikirkan perkataan Eomma”
“Yang mana?”
“Tentang bayi itu. Aku sudah memikirkannya ...”
“Ah itu lagi, sudah kubilang kau jangan
memikirkannya. Kau baru lulus, jadi nikmatilah kelulusanmu dan jangan pikirkan
Eomma”
“Tapi Oppa, aku sudah memikirkannya sangat lama”
“Jadi apa maksudmu?”
“Oppa, boleh aku bertanya?” Haejin bangun dan
menatap Jackson serius. “Apa kau menyukaiku?”
“Mwo? Ap-apa yang kau katakan itu ...”
“Jawab saja dengan jujur Oppa”
“Mana mungkin aku ... Hey kau ini ada-ada saja,
sudah tidurlah”
“Oppa! Jawab, apa kau menyukaiku?”
“Untuk apa menjawabnya ...”
“Karena aku sepertinya menyukaimu, Oppa. Aku sudah
memikirkan ini, dan aku yakin dengan hatiku kalau aku menyukaimu ..”
“Mwo?”
“Lalu apa kau menyukaiku?”
“Haejin-ah yang benar saja ... situasi apa ini ..”
Jackson hanya memijat tengkuknya, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dengan
Haejin yang tersenyum dan berharap sebuah jawaban di hadapannya, membuat
Jackson semakin gugup dan tidak tahu menjawab apa.
“Apa Oppa tidak menyukaiku?”
“Anio .. bukan se-seperti itu”
“Jadi apa?”
“Haejin-ah ... se-sebenarnya .. aku- Saat aku mabuk
dan bertemu denganmu, besoknya setelah aku sadar, aku mulai menyukaimu ...”
Jackson memalingkan pandangannya. “Ough memalukan ..” dia berguman sendiri.
“Jeongmal?”
“Geurae, aku menyukaimu .. Haejin-ah”
“Ah sudah aku duga, ternyata benar firasatku”
“Kka-kau tahu?”
“Tidak, ini hanya semacam insting istri”
“Mwo?”
“... haha .. aku bercanda Oppa! Tapi memang benar
ketahuan kalau kau menyukaiku, kau ini payah sekali”
“Ya! Apa maksudmu?”
“Maksudku ...” Haejin mengalungkan kedua lengannya
dileher Jackson dan memeluknya. “Maksudku adalah aku juga sangat menyukaimu,
Yobeo ...”
Jackson tersenyum dan membalas pelukan Haejin. Dia
tidak berfikir kalau hari ini akan terjadi juga, dia fikir dia tidak akan
pernah mengungkapkan perasaannya pada Haejin.
“Oppa, jadi bagaimana menurutmu?”
“Apa?”
“Bayi itu. Apa yang kau fikirkan?”
“Keundae ...”
“Aku sudah banyak berfikir Oppa, walau aku belum dua
puluh tahun tapi sepertinya hatiku sudah yakin. Aku tidak ingin membuat Eomma
terus menunggu dan pada akhirnya kecewa, bukankah Oppa bilang kalau pernikahan
itu setidaknya harus dihiasi dengan anak-anak?”
“Haejin-ah, apa yang kau katakan ini?”
“Sekarang aku sudah tahu kalau Oppa menyukaiku, jadi
tidak ada alasan lagi bagiku untuk menolakmu ...”
“Lalu bagaimana dengan kuliahmu Ny. Wang?”
“Tidak masalah, bukankah banyak yang kuliah dan
punya bayi? Mungkin itu akan menyenangkan”
“Andwae!” Jackson langsung melepaskan pelukan mereka
dan menatap Haejin. “Yang menyenangkan itu bukan punya bayi, tapi saat kau
membuat bayi ...” Jackson tersenyum evil dan menjatuhkan Haejin diatas sofa,
menindihnya dan semakin mendekat.
“Oppa ...”
“Baiklah, kalau begitu kita harus berusaha agar
tidak membuat Eomma kecewa. Dan sekarang adalah waktu yang tepat, Eomma tidak
ada jadi hanya ada kau dan aku disini ...”
Jackson menjatuhkan bibirnya pada bibir Haejin,
menciumnya mesra dan lembut. Perlahan, permainan itu semakin naik dan menuntun
mereka untuk bersatu dalam sebuah gerakan penuh cinta. Saat ingat kalau mereka
sekarang masih di sofa, tanpa melepaskan pagutan bibir mereka, Jackson
menggendong Haejin untuk melanjutkannya di ranjang. Tempat yang lebih luas
untuk memulai permainan baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar