Ehm
Annyeonghaseyo
Cerita kali ini
adalah Sequel dari cerita sebelumnya, yaitu “I YaH”. Mungkin kalau kalian
pernah baca cerita itu, akan lebih mengerti dengan cerita ini.
Okelah, silahkan
membaca.
#######
Tittle : Beautiful Star
Genre : ?
Cast : Kim Jiwon // Koo Junhoe //
Kim Hanna (Jiwon’s daughter) // Lee Suhyun
“Aku mengerti bagaimana
perasaanmu sekarang, tapi kenyataannya dia adalah darah dagingmu. Maaf karena
aku tidak mengetahuinya lebih dulu dan merebutnya darimu”
#######
-_- #######
Kim Jiwon tersenyum
kecil, kedua manik matanya masih menatap foto itu, foto mereka bertiga yang
tersenyum bahagia. Dia, Hanna, dan Junhoe.
Hampir satu
tahun berlalu setelah kepergian mereka berdua, dan selama itu pula Jiwon tidak
pernah melihat salah satu dari mereka. Dia hanya mendengar suara mereka dari
telfon dan mengetahui kabar mereka dari pesan yang selalu mereka kirim.
Jiwon bukan
tidak bisa pergi ke California dan bertemu dengan mereka, hanya saja dia tidak
punya banyak keberanian untuk melakukannya. Fikirannya selalu membayangkan hal
terburuk, kalau Hanna dan Junhoe ternyata hidup bahagia dengan hubungan mereka
disana. Dan Jiwon tidak ingin kembali menghancurkan hatinya melihat itu, sudah
cukup dia tahu kalau ternyata Hanna memilih Junhoe. Jiwon selalu mencoba
melupakan itu dan mempertahankan pertemanan mereka bertiga yang sudah selama
ini terjalin.
Tapi Jiwon
tiba-tiba pergi kesana, California. Bukan karena dia sudah mempunyai banyak
keberanian, tapi karena waktu itu Hanna yang tiba-tiba menghilang. Jiwon bahkan
disana selama hampir sebulan untuk mencari Hanna bersama Junhoe, tapi Hanna
pergi seperti angin yang dengan cepat menghilang dan tak kembali.
Dan sekarang,
sembilan bulan sudah berlalu, tapi Jiwon masih belum tahu dimana wanita yang
dicintainya itu. Setelah pulang dari California, Jiwon masih tidak menyerah dan
mencari Hanna di Korea, tapi tetap saja hasilnya nihil. Hanna begitu pintar
menghilang dan bersembunyi.
Kadang Jiwon
juga berfikir kalau kepergian Hanna ada hubungannya dengan kesalahan yang mereka
lakukan waktu itu, kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi. Sampai
sekarang Jiwon masih tidak bisa melupakannya, walaupun berulang kali Hanna
mengatakan dia tidak apa-apa, tapi rasanya Jiwon tidak akan pernah bisa
memaafkan dirinya sendiri karena itu.
“Direktur Kim,
kau baik-baik saja?”
Jiwon terkejut
saat melihat Sekretaris Jung sudah berdiri dihadapannya, dia melambai-lambaikan
tangannya diwajah Jiwon.
“Ka-kapan kau
kesini?” Jiwon menyimpan foto itu disalah satu laci meja kerjanya, lalu merubah
posisi duduknya dan bersiap mendapat pekerjaan baru yang dibawa Sekretaris Jung
Chanwoo.
“Direktur Kim,
kau tidak tahu kalau aku sudah disini hampir dua menit?”
“Maafkan aku,
sepertinya aku sedang tidak baik. Jadi ... apa yang kau bawa untukku?” Jiwon
sedikit memajukan dagunya mengarah pada beberapa dokumen yang dibawa Sekretaris
Jung.
“Ini laporan
yang kau minta, aku sudah menyelesaikannya. Tapi Direktur, apa kau baik-baik
saja? Sepertinya memang kau sedang tidak baik hari ini” Sekretaris Jung
memberikan dokumen itu pada Jiwon ragu.
“Hemh,
gwaenchana. Ah keundae, sepertinya aku harus cuti seperti Yunhyeong” Jiwon
tersenyum lalu mulai membaca dokumen ditangannya.
“Direktur Song
cuti karena istrinya sakit, lalu apa alasanmu mengajukan cuti?”
“Aku juga sakit,
bukankah jika kita bekerja harus benar-benar sehat agar menghasilkan pekerjaan
yang baik?”
“Ah geuraesseo”
“Baiklah, aku
akan memeriksanya. Gomawo”
“Ne. Jika kau
membutuhkan sesuatu, hubungi saja aku” Sekretaris Jung berpamitan lalu pergi,
kembali meninggalkan Jiwon sendirian.
“Haaah ...”
Jiwon menyimpan dokumen itu dan menyandarkan kepalanya pada kursi, memejamkan
matanya. “Geurae, aku memang tidak baik-baik saja, aku lelah. Hanna-ya,
sebenarnya kau dimana? Kau membuatku sangat lelah ...” Jiwon kembali menghela
nafas. Rasanya dia hampir menyerah karena lelah mencari wanita itu.
Jiwon membuka
matanya malas, melirik ponselnya yang berdering membuyarkan lamunannya. Tangan
Jiwon bergerak meraih ponsel itu, dia melihat nama yang tidak asing tertera
dilayar ponselnya.
Jiwon : Wae?
Junhoe : Hyung, kenapa kau selalu menjawab telfonku
dengan kata itu?
Jiwon : Memangnya harus apa yang aku katakan
padamu?
Junhoe : Aish Hyung kau ini. Aku hanya ingin
mengatakan kalau aku akan pulang ...
Jiwon : Kau akan ke Korea?
Junhoe : Eoh, aku akan pulang bersama Suhyun. Siapkan
penyambutan yang meriah untukku
Jiwon : Ya! Kalau pulang yah pulang saja, jangan
merepotkan June
Junhoe : Ah geurae, kau sepertinya tidak senang jika
aku datang-
Jiwon mengernyit
menatap ponselnya, Junhoe sudah memutuskan sambungannya diseberang sana. Tidak
ada ekspresi lain diwajah Jiwon, dia masih diam seperti biasa. Bukan karena dia
tidang senang jika Koo Junhoe datang, sudah tidak ada alasan lagi untuknya
menghindari Junhoe sekarang. Hanna sudah jelas tidak bersamanya, jadi tidak
akan mungkin mereka memiliki hubungan yang dia bayangkan selama ini. lagipula
Koo Junhoe sekarang sudah terikat dengan seseorang, Lee Suhyun.
“Hanna-ya,
Junhoe akan datang, apa kau juga akan datang dan kita bertiga kembali bersama seperti
dulu? Aku sangat berharap” Jiwon menutup matanya lagi dan kembali bersandar
dikursinya.
&&&
“Jiwon-ah,
sepertinya aku melihat Hanna Jung__”
Mobil hitam itu
melaju sangat cepat, kecepatannya mungkin sudah diatas rata-rata. Sang
pengemudi yang tidak lain adalah Kim Jiwon, sama sekali tidak peduli jika dia
melanggar rambu-rambu lalu lintas dan bisa saja ditangkap polisi. Sekarang ini
dia hanya ingin cepat sampai dan mematiskan sesuatu yang membuat jantungnya
berdetak sangat kencang.
Jiwon terus
menekan pedal gas mobilnya, dia benar-benar tidak bisa memikirkan hal lain
selain ucapan Song Yunhyeong. Kalau saja dia punya pesawat jet atau sayap
dipunggungnya, mungkin itu akan lebih mudah untuknya sekarang.
Dengan kecepatan
gila seperti itu, hanya dengan waktu sebentar saja Jiwon sudah sampai disana,
di sebuah Rumah Sakit di Busan. Dan dengan cepat dia berlari masuk menelusuri
lorong-lorong Rumah Sakit dengan kakinya, dia benar-benar gila dan tidak bisa
menahan dirinya sekarang ini. Ough.
Langkah kaki itu
berhenti saat Jiwon melihat pria itu, Song Yunhyeong. Dengan cepat Jiwon
menghampirinya tanpa sedikitpun melihat wajah terkejut Yunhyeong yang tidak
percaya sekarang Jiwon dihadapannya.
“Ya! Kenapa kau
bisa ada disini? Apa kau terbang? Bagaimana bisa kau datang secepat ini dari
Seoul?”
“Yunhyeong-ah
dimana dia?”
“Jiwon-ah,
tenang dulu_”
“Ya! Dimana dia?
Cepat katakan dimana Hanna?” Jiwon berteriak dan membuat beberapa orang
disekitar mereka melihat kearahnya, tapi itu tidak penting.
“Baiklah tenang
dulu, kau harus mengatur nafasmu Jiwon-ah”
“Aku bilang
dimana dia?” kali ini Jiwon hanya bertanya dengan suara pelan, dia juga tidak
bisa berbohong kalau dia sangat lelah sekarang.
“Kukira aku
hanya salah lihat, tapi wanita itu benar-benar mirip dengan Hanna, jadi aku
bertemu dengan Dokter dan menanyakannya. Jiwon-ah, wanita itu benar-benar Hanna
Jung yang kau cari, dia adalah Hanna ...”
“Hanna-ya ...”
Jiwon hampir terjatuh dilantai jika saja Yunhyeong tidak cepat menahannya.
Rasanya Jiwon kehilangan jantungnya saat mendengar kalau dia sudah menemukan
yang dicarinya selama ini, dia menemukan Hanna.
“Dimana dia?”
Jiwon kembali menatap Yunhyeong setelah dia mendudukkannya disebuah kursi di
koridor itu.
“Keundae
Jiwon-ah, sekarang ini Hanna kritis. Dia mengandung dan bayinya mengalami
masalah, dia tidak bisa melahirkan bayinya”
Jiwon terdiam.
Dia tidak bisa mengatakan apapun sekarang, dia hanya merasa kalau dirinya
seperti tertiup angin topan dan melayang. Itu membuatnya sedikit hancur atau
mungkin benar-benar hancur. Hanna mengandung, dan pasti dia sudah menikah
dengan orang lain. Jiwon gila dengan hatinya lagi, dia sangat mencintai Hanna
tapi kenapa wanita itu selalu membuatnya hancur.
“Jiwon-ah
gwaenchana? Kim Jiwon?”
“Di-dimana dia?
Apa dia bersama suaminya?”
“Hanna ada
didalam sana, Dokter sedang memeriksanya sekarang” Yunhyeong menunjuk sebuah
pintu dari ruangan yang tepat berada didepan mereka.
Tiba-tiba
seorang pria dengan jas putih yang menandakan kalau dia adalah Dokter, keluar
dari ruangan itu bersama seorang perawat dibelakangnya.
“Dokter,
bagaimana keadaannya?” Yunhyeong yang sudah tahu Dokter itu, langsung
menghampirinya.
“Dia tidak bisa
bertahan dengan masa kritisnya, kami harus segera melakukan tindakan. Apa kau
keluarganya?”
Song Yunhyeong
tidak langsung menjawab, dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang keluarga
Hanna. Dia melirik Jiwon yang masih duduk dikursi itu, berharap ada seseorang
yang dia kenal dalam keluarga Hanna.
“Apa dia
suaminya?” Dokter dengan papan nama Kim Jinhwan itu melirik Jiwon.
“Aku bukan
suaminya ..” Jiwon berdiri dan menghampiri mereka.
“Kalau begitu,
apa kalian bisa menghubungi suami atau keluarganya? Kita harus segera melakukan
operasi, dia mungkin tidak akan bisa bertahan lebih lama dengan kondisi seperti
itu” Dokter Kim menjelaskan.
“Jiwon-ah, kau
pasti tahu dimana keluarga Hanna?”
“... orang
tuanya sudah meninggal, dia hanya sendirian”
Tapi sayangnya
jawaban Jiwon sama sekali tidak membantu, hanya semakin merusak keadaan.
“Dokter, apa
operasi itu tidak bisa dilakukan sekarang saja?” Yunhyeong kembali bertanya,
mungkin saja ada yang bisa mereka lakukan sekarang.
“Kami tidak bisa
melakukan operasi jika tidak ada persetujuan dari keluarga atau wali pasien”
“Kalau begitu,
bisakah aku saja yang menjadi walinya? Dokter, kau harus melakukan operasi itu
dan menyelamatkannya!” Jiwon memohon.
“Baiklah, itu
bisa saja. Karena pasien tidak ada keluarga, jadi kau bisa menjadi walinya
untuk sekarang. Kalau begitu silahkan ikut dengan perawat Lee” Dokter itu
menunjuk seorang perawat dibelakangnya.
&&&
Langkah Jiwon
tertahan saat mendengar seseorang memanggilnya, bibirnya sedikit tersenyum saat
melihat Koo Junhoe bersama seorang wanita setengah berlari menghampirinya.
“Hyung
eotteokhae?”
“Operasinya
lancar, dia sudah melewati masa kritisnya. Dan juga ... bayinya selamat”
“Kau sudah
melihatnya?” Junhoe melirik pintu ruangan Hanna dan mata Jiwon bergantian.
“Belum, kita
masuk bersama”
“Geurae” Junhoe
menggandeng tangan wanita disampingnya.
“Eoh apa ini
istrimu?” Jiwon tersenyum melihat wanita berambut panjang yang terlihat imut
dengan mata sipitnya.
“Ne.
Annyeonghaseyo, aku Lee Suhyung” wanita itu tersenyum, membuat kedua matanya
semakin tidak terlihat karena pipi chubby-nya.
“Ah kau cantik
sekali”
“Gamsahamnida”
Suhyun tersenyum malu.
“Ya Hyung!
Jangan menggodanya, apa kau tidak melihat Junhoe kecil bersamanya?” Junhoe
menunjuk perut Suhyun yang belum terlalu besar tapi sudah kelihatan kalau dia
sedang hamil.
“Aku tahu, aku
tidak menggodanya” Jiwon tersenyum lalu kembali melangkah, membuka pintu itu
dan mereka masuk.
Wanita yang
terbaring diranjang itu sedikit menggerakkan tubuhnya, melirik kearah mereka
yang datang. Sekilas terlihat bibirnya tersenyum, lalu mata wanita itu kembali
melirik seorang bayi kecil disampingnya.
“Noona ...”
suara Junhoe pelan membuat Hanna kembali melirik mereka.
“Aku senang kita
bisa bertemu lagi, Junhoe dan Jiwon Oppa ...” ucap Hanna pelan, dia masih
sangat lemah sekarang. Dokter bilang kondisinya masih tidak terlalu baik.
“Noona baik-baik
saja?”
“Eoh.
Suhyun-sshi, kau juga datang?” mata Hanna beralih pada Suhyun.
“Ne Eonnie, aku
datang” Suhyun tersenyum.
Hanna dan Suhyun
memang sudah saling mengenal saat di California, tapi tidak terlalu akrab
karena saat itu Junhoe masih mendekati Suhyun. Dan Hanna tiba-tiba menghilang.
“Kau sedang
hamil? Eoh aku ketinggalan pernikahan kalian” Hanna tersenyum, mencoba membuat
dirinya baik-baik saja. Seolah dirinya yang menghilang tidak pernah terjadi.
Jiwon menghela
nafas, dia memalingkan tatapannya dari Hanna. Menurutnya, usaha untuk membuat dirinya
terlihat baik-baik saja tidak berhasil, itu sangat buruk. Jiwon jelas-jelas
melihat kalau Hanna tidak menyukai keberadaan Suhyun disamping Junhoe, tapi
hanya Jiwon yang menyadari itu.
“Jiwon Oppa ...”
Tatapan Jiwon
kembali membentur tatapan Hanna, melihat wanita itu tersenyum manis padanya.
Seperti dulu, senyuman manisnya masih tidak berubah. Dan Jiwon masih tidak bisa
berhenti menyukai itu.
“Oppa, kita
sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarmu?”
“Gwaenchana”
Jiwon menjawab singkat, lalu kembali merapatkan bibirnya.
Sebenarnya Jiwon
tidak ingin seperti ini. Rasanya dia ingin sekali memeluk wanita itu, berteriak
padanya kenapa dia menghilang dan membuatnya gila. Tapi itu tidak bisa dia
lakukan, Jiwon tidak bisa mengatakan apapun jika melihat Hanna terbaring lemah
dengan selang oksigen yang masih menghias terpasang dihidungnya.
Tiba-tiba
seorang perawat masuk dan mengambil bayinya. “Nona Jung, kami akan menjaga
bayimu. Dan maaf, pasien masih harus banyak istirahat, kami mohon
pengertiannya” perawat itu tersenyum pada mereka lalu pergi dengan bayinya.
“Baiklah Noona,
kami harus pergi. Noona istirahat dengan baik”
“Annyeonghaseyo”
Suhyun tersenyum lalu berjalan mengikuti Junhoe keluar.
“Aku ada diluar
jika kau butuh sesuatu” Jiwon juga akhirnya pergi meninggalkan Hanna sendirian
disana, dia harus banyak istirahat untuk memulihkan tenaganya.
“Hyung, kau tahu
dimana suaminya?” Junhoe menatap Jiwon yang baru keluar.
“Ani, aku masih
belum menemukan siapapun darinya”
“Lalu bagaimana
dengan Hanna Noona? Kita tiba-tiba menemukannya saat dia seperti ini, apa Noona
benar-benar sendirian Hyung?”
“Mollasseo”
Jiwon duduk disamping Suhyun, fikirannya juga tidak lepas dengan Hanna.
Walaupun sekarang dia sudah menemukannya, tapi tetap saja ini sulit dimengerti
karena Hanna melahirkan tanpa ditemani suaminya atau siapapun.
“Maaf, apa Anda
Kim Jiwon? Wali Pasien Jung?” seorang perawat yang berbeda datang menghampiri
mereka.
“Ne, aku Kim
Jiwon”
“Apa Anda sudah
bisa menghubungi keluarga dari Nona Jung? Terutama suaminya. Ada beberapa
berkas yang harus diisi, dan itu harus dengan keluarganya”
“Ne. Saya akan
terus berusaha menghubungi suaminya”
“Ne,
gamsahamnida”
“Gamsahamnida”
Jiwon membungkuk memberi salam perawat itu.
“Hyung,
sepertinya kau harus lebih cepat mencari suaminya. Atau kau tanyakan padanya”
Jiwon tidak
menjawab, dia hanya menghela nafasnya lagi. Mungkin ini tidak apa-apa, tapi
bagi Jiwon ini rasanya sulit dimengerti. Dia bertemu dengan wanita yang
dicintainya, yang selama ini dia cari, dan tiba-tiba dia harus mencari
suaminya. Ini sedikit menyakitkan untuknya.
Jiwon lalu
beranjak dari kursinya, berjalan kembali masuk kedalam ruangan Hanna. Sedikit
ragu memang, tapi dia tetap harus menanyakan ini.
“Hanna ...”
Jiwon berusaha mengeluarkan suaranya sepelan mungkin, dia tidak ingin membuat
Hanna terganggu. Jika saja dia tidak harus menanyakan ini, mungkin dia juga
tidak akan membangunkan Hanna.
“Oppa ...” Hanna
membuka matanya dan tersenyum melihat Jiwon berdiri disampingnya.
“Maaf
mengganggumu, tapi aku harus bertanya padamu”
“Mmh .. mwo?”
Hanna mengangguk pelan.
Jiwon menahan
ucapannya, dia masih ingin menatap Hanna yang sangat dia rindukan. Lalu kedua
mata Jiwon tertuju pada sedikit warna merah gelap yang terlihat diselimut
Hanna.
“Hanna-ya, kau
baik-baik saja?”
“Eoh, ini hanya
sedikit darah dari perbannya Oppa, jangan khawatir” Hanna mengerti dengan
tatapan Jiwon pada selimutnya, dia hanya tersenyum.
“Geurae” Jiwon
mengangguk dan memalingkan tatapannya kelantai.
“Oppa, apa yang
ingin kau tanyakan?”
Jiwon sekilas
tersenyum menatap Hanna, mencoba membuat dirinya terlihat baik-baik saja, lagi.
“Hanna-ya, apa
kau tahu dimana suamimu?”
Hanna tidak
langsung menjawab, dia terdiam. Tatapan matanya beralih dari mata Jiwon,
seperti membayangkan seseorang yang dia fikirkan.
“Oppa, sebenarnya
aku tidak pernah menikah ...”
“Mwo?”
“Oppa, kau tahu
kalau aku hanya menyukainya ... Aku sangat mencintainya Oppa, hanya dia”
Jiwon terdiam.
Fikiran-rikirannya langsung dipenuhi banyak dugaan yang datang begitu saja.
Hanna tidak menjawabnya dengan jelas, perkataannya itu membuat Jiwon tidak
mengerti.
“Jiwon Oppa,
maaf aku tidak bisa bersamamu karena aku sa-ngat .. mmen-cintainya_”
Jiwon langsung
mendekat dan memperhatikan Hanna yang terlihat kesakitan, tanpa sadar bercak
merah diselimut itu semakin bertambah.
“Hanna-ya
gwaenchana?”
“...Op-ppa ...”
Hanna sedikit mengerang, dia seperti menahan nafasnya atau mungkin sulit untuk
bernafas.
“Hanna tunggu
sebentar, aku akan panggil Dokter_”
“Oppa jangan
per-gi...”
Hanna menahan
Jiwon dengan tangannya, membuat Jiwon kembali mendekat dan menggenggam tangan
Hanna yang dingin.
“Hanna ...”
“O-op-ppa ..
bayi i-tu an- ... anak ...”
Genggaman tangan
Hanna melonggar, dia memang tidak menutup matanya, tapi dia sepertinya sangat
kesakitan sampai tidak bisa melanjutkan perkataannya.
&&&
Tangisan
bayi itu masih tidak bisa berhenti, dia seolah mengerti, atau mungkin juga dia
sangat sedih karena sekarang dia sendirian. Ibunya sudah pergi meninggalkannya.
Dokter
tidak bisa menyelamatkan Hanna karena pendarahannya yang terlalu banyak, Hanna
terlalu lemah untuk membuat dirinya sendiri bertahan dan melewati semua itu.
Sekarang
Jiwon masih berdiri disana, didepan jendela, walaupun matanya menatap keluar,
tapi sebenarnya itu hanya tatapan kosong. Jiwon tidak bisa menangis lagi, lagi
pula sesuatu tidak akan terjadi dan merubah keadaan jika dia menangis. Hanna
tidak akan bisa membuka matanya lagi.
Sementara
Junhoe dan Suhyun masih berusaha menenangkan bayi itu, bayi perempuan yang
cantik sama seperti Ibunya. Karena tidak ada siapapun, maka bayi Hanna menjadi
tanggung jawab Kim Jiwon yang waktu itu menjadi walinya.
“Hyung,
apa yang harus kita lakukan? Bayi ini harus bersama Ayahnya”
“Aku
bisa mengurusnya sampai Oppa menemukan Ayahnya” Suhyun menambahkan.
“Sebenarnya
...” Jiwon tiba-tiba berbalik dan menatap Junhoe dalam. “Hanna memang tidak
mengatakan siapa suaminya, karena dia bilang tidak pernah menikah”
“Mwo?”
Junhoe dan Suhyun terkejut. Bagaimana bisa Hanna mengandung tanpa menikah dan
memiliki suami?
“Tapi
dia bicara seolah menunjukkan siapa Ayah bayi itu ...”
“Lalu
siapa dia?”
Jiwon
terdiam. Dia sudah berulang kali memikirkan ini, memikirkan dirinya dan Junhoe.
Dari ucapan Hanna sebelum meninggal, Jiwon berfikir jika ada kemungkinan kalau
Ayah bayi itu adalah Koo Junhoe, atau dia.
“Junhoe-ya
.. apa kau_”
“Anakmu.
Bayi itu adalah anakmu, Hyung” Junhoe memotong ucapan Jiwon.
“Ani,
dia tidak mungkin anakku, jadi pasti itu adalah anakmu”
“Hyung,
percayalah kalau itu anakmu. Dari dulu aku selalu mencoba mengatakannya padamu,
tapi kau tidak pernah mau mendengarkanku. Hyung, aku dan Hanna Noona tidak ada
apapun selain hanya Noona yang menyukaiku ...”
Koo
Junhoe juga tahu kalau Hanna dan Jiwon pernah tidur bersama, dan karena itu,
bayi itu pasti adalah anak Jiwon. Tidak ada yang pernah terjadi padanya dan
Hanna, Junhoe tidak memiliki perasaan yang sama padanya.
Malam
itu, saat Jiwon mengatakan perasaannya dan berakhir dengan dia yang melihat
Hanna berciuman dengan Junhoe, sebenarnya Junhoe juga mengakhiri kisah cinta
antara mereka bertiga. Junhoe tentu saja mengatakan kalau dia tidak menyukai
Hanna lebih dari sekedar teman, dan dia meminta untuk terus mempertahankan
pertemanan mereka bertiga. Tapi sayangnya Jiwon tidak mau tahu tentang itu.
“Hyung,
tidak ada apapun yang terjadi antara kami, percayalah. Saat di California, aku
dan Hanna Noona hanya bertemu sebagai teman seperti biasa. Tidak ada yang
terjadi. Bahkan Noona tiba-tiba menghilang disana”
“Tapi
Junhoe-ya, Hanna bilang kalau dia hanya menyukaimu_”
“Aku
mengerti Hyung, tapi percayalah kalau aku tidak pernah melakukan apapun dengan
Noona. Jadi sudah jelas kalau dia adalah anakmu, Hyung”
Tatapan
Jiwon beralih pada bayi kecil dipangkuan Suhyun, bayi yang masih menangis kecil
itu. Jiwon ingin pecaya dengan semua yang dikatakan Junhoe, tapi bisakah dia
meneguhkah hatinya untuk mempercayai semua itu sekarang? Jiwon perlu waktu
untuk itu.
Sementara
Junhoe dan Jiwon masih diam dan saling menuduh, Suhyun hanya diam melihat
mereka seperti itu, saling tuduh sebagai ayah bayi yang sedang menangis
dipangkuannya. Suhyun berusaha menenangkan hatinya. Saat Jiwon mengatakan kalau
kemungkinan bayi itu anak Junhoe atau Jiwon, Suhyun menutup mata. Suhyun sama
sekali tidak berniat ikut campur dalam masalah ini, dia sendiri sedang
mengandung anak Junhoe sekarang, dan tentu saja Suhyun harus melindungi
bayinya. Sangat jahat memang, tapi ke-egoisan selalu menguasai hati.
“Hyung,
Hanna Noona bukan orang yang buruk jika kau fikir dia mengandung anak karena
melakukan hal lain, jadi mungkin bayi itu memang anakmu Hyung”
“Aku
tidak pernah berfikir Hanna akan pergi dan meninggalkan dia diantara kita.
Junhoe-ya, kita mungkin harus melakukan tes DNA_”
“Hyung
percayalah, sekarang aku sudah memiliku Suhyun dan tidak mungkin jika aku
berbohong seperti ini. Aku mohon Hyung percayalah padaku, kami tidak pernah
melakukan apapun” rasanya Junhoe ingin sekali menampar Jiwon dan menyadarkannya
lebih keras. Dia tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna, jadi bagaimana
bisa bayi itu adalah anaknya, kecuali jika keajaiban tiba-tiba terjadi.
“Geurae
...” Jiwon menggendong bayi itu, menatap kedua mata kecilnya yang masih belum
biasa terbuka lama. “Aku akan percaya kalau dia adalah anakku”
“Tentu
saja Hyung”
Tanpa
sadar senyuman bahagia langsung mengembang diwajah Junhoe, dan juga Suhyun.
Masalah ini sudah selesai sekarang.
“Namamu
Hanna, Kim Hanna” Jiwon tersenyum memeluk bayi cantik itu yang entah kenapa
berhenti menangis sejak dipangkuan Jiwon.
&&&
Jiwon
membuka mata, terpaksa memang. Suara kecil yang begitu nyaring melebihi jam waker
yang dia punya tiba-tiba menggema di-seisi kamarnya.
“Appa
ireona!”
Jiwon
menyingkap selimutnya dan tersenyum melihat gadis kecil yang berlari
menghampirinya, Kim Hanna. Gadis kecil berambut panjang itu merangkak naik
keranjang Jiwon dan duduk diperutnya, menepuk-nepuk perut abs Ayahnya.
“Appa
tidak akan bekerja hari ini?”
“Hanna-ya,
tentu saja Appa harus bekerja hari ini. Waeyo?”
“Ani,
aku hanya ingin bersama Appa” Hanna kecil memanyunkan bibirnya, berlaga manja
dipelukan Ayahnya itu.
“Hanna-ya,
kau harus sekolah, Appa akan mengantarmu. Dan saat kau pulang, kita akan
membeli eskrim” Jiwon memainkan rambut panjang Hanna.
“Emh
boleh saja, tapi Appa tidak lupa kan kalau kita akan mengunjungi Eomma?”
“Geurae,
besok kita akan pergi kesana. Jadi sekarang kau harus mandi dan sekolah, Appa
akan membuat sarapan untukmu” Jiwon menggendong Hanna, membawanya ke kamar
mandi.
Sekarang
sudah hampir enam tahun berlalu sejak kepergian Hanna Jung, dan selama itu
Jiwon hidup bahagia sebagai Ayah Kim Hanna. Jiwon membesarkannya sejak bayi
sendirian, walaupun juga Suhyun dan Junhoe sering membantu.
Lalu
Kim Hanna, bayi kecil itu sudah menjadi gadis kecil yang cantik sekarang. Dia
bahkan mungkin tumbuh menjadi lebih mandiri dan dewasa dibanding anak lain
seusianya. Hanya tinggal berdua dengan Jiwon membuat Hanna harus bisa mengerti
dan mengurus dirinya sendiri, membantu meringankan pekerjaan Jiwon yang juga
sibuk dengan kantornya.
Terkadang
Jiwon merasa Hanna tidak seharusnya hidup seperti ini, dia menjadi sangat
kesepian ditengah anak seusianya masih bermain bersama Ibunya. Tapi Jiwon
selalu mengatakan kalau Hanna akan selalu bersama Ibunya dimanapun, dia tidak
akan membiarkannya sendirian.
“Appa,
sedang apa? Ooh nunmul ... Appa menangis?” Hanna menengadah menatap Jiwon yang
terdiam didepan kompornya.
“Mwo?”
Jiwon tersadar dari lamunannya dan lanngsung menghapus beberapa titik air
dimatanya, tersenyum pada Hanna. “Anio, Appa tidak menangis”
“Lalu
Appa kenapa?”
“Appa
hanya kepanasan, memasak bawang memang selalu membuat mata perih. Eoh lihatlah
anak Appa yang cantik, sudah siap sekolah?” Jiwon mematikan kompornya dan
memperhatikan Hanna yang sudah siap dengan tasnya, anak itu sudah bisa
melakukan apapun sendiri.
“Ne,
aku cantik seperti Eomma”
“Geurae,
kalau begitu cepat kita sarapan, Appa membuatkan telur gulung untukmu” Jiwon
mengangkat Hanna dan mendudukkannya disalah satu kursi lalu menyiapkan beberapa
masakan yang sudah dia buat tadi.
“Appa,
aku merindukan Junhoe Samcheon”
“Geurae,
kita akan mengunjunginya besok, sekarang kau makan dulu sarapanmu”
“Aku
juga merindukan Junsu, kami sudah lama tidak bermain bersama”
“Iya
iya, kau akan bertemu dengannya besok. Cepat sekarang kau makan sarapanmu, Appa
akan mandi dulu dan kita pergi bersama”
“Ne.
Appa jangan lupa menggosok belakang telingamu dan menyikat gigi dengan benar”
Hanna sedikit berteriak mengiringi Jiwon yang berlari menuju kamar mandi
setelah menyiapkan sarapan Hanna.
&&&
“Direktur
Kim? Direktur Kim?”
“Wae?”
Jiwon menyimpan beberapa lembar kertas yang sedang dia baca, matanya beralih
menatap seorang pria yang sekarang sudah berada dihadapannya membawa setumpuk
pekerjaan, lagi.
“Hyung,
kau sudah dengar kalau Presdir Kim memintaku menyerahkan pekerjaan ini padamu?”
Koo Junhoe tersenyum dan menyimpan setumpuk dokumen yang dia bawa dimeja Jiwon.
“Sejak
awal dia menjadi Presdir, aku tidak pernah menyukainya” Jiwon membuka beberapa
lembar dokumen itu.
“Waeyo?
Apa karena Hyung tidak mendapat promosi atau kenaikan gaji?”
“Anio,
aku hanya tidak suka pada tatapan matanya, benar-benar angkuh”
“Presdir
Kim Hanbin memang seperti itu, tapi jika kau sudah mengenalnya mungkin kau akan
menyukainya. Dia juga kadang bisa menjadi sangat humoris” Junhoe sedikit
tertawa dan merebahkan tubuhnya di sofa.
“Geurae.
Kau mau minum apa?” Jiwon beranjak dan membuka kulkas kecil disudut ruangannya,
memilah beberapa minuman kaleng yang tersedia disana.
“Apa
saja. Eoh Hyung, bagaimana kabar Hanna? Dia sudah lama tidak kerumahku, Junsu
selalu menanyakannya”
“Dia
baik-baik saja, mungkin besok kita akan kerumahmu setelah Hanna mengunjungi
Ibunya” Jiwon duduk disamping Junhoe dan memberikan minumannya.
“Apa
Hanna tidak pernah merindukan Ibunya?”
“Kurasa
walaupun dia mengerti, tetap saja ada saatnya dia sengat merindukan sosok
seorang Ibu. Dia kadang pulang menanis karena teman-teman sekolahnya dijemput
Ibunya, aah .. aku merasa sangat kasihan padanya”
“Hyung,
apa kau tidak berencana untuk menikah?”
“Ani”
“Apa
selamanya kau tidak akan menikah? Hyung, mungkin jika kau menikah maka Hanna
bisa mendapatkan seorang Ibu”
“Junhoe-ya,
aku tidak ingin menyakiti orang lebih banyak” Jiwon meneguk minumannya.
“Apa
maksudmu?”
“Aku
melakukan kesalahan, dan aku tidak bisa memaafkan diriku sampai kapanpun. Aku
sudah membuat Hanna menderita karena kesalahanku, dia mengandung dan berjuang
sendirian, aku tidak pernah bisa melupakan semua itu. Jadi sekarang aku hanya
ingin hidup bersama anakku dan menjaganya, aku tidak akan pernah bisa menebus
kesalahanku pada mereka ...”
“Geurae,
aku hanya menyarankan” Junhoe ikut meneguk minumannya.
“Lalu,
bagaimana Suhyun?”
“Ah
Hyung, aku tidak tahu. Suhyun menjadi sangat sensitif belakangan ini, dia
kadang memarahiku tanpa alasan, benar-benar membuatku pusing. Kurasa kali ini
bayinya perempuan” ekspresi Junhoe berubah saat kembali mengingat bagaimana Suhyun
yang berubah saat kehamilan keduanya.
“Sepertinya
kau benar-benar pusing. Woah lihat wajahmu, apa kau selalu begadang?” Jiwon
tertawa melihat mata panda Junhoe.
“Hyung,
aku berharap kau menikah dan merasakan repotnya menjadi suami saat istrimu
hamil. Aku yakin semua abs mu itu akan menghilang ...” mereka tertawa, dan
aberhenti tba-tiba karena orang yang tadi mereka bicarakan tiba-tiba masuk,
Presdir Kim Hanbin.
&&&
Tangan
kescil Hanna menyimpan seikat bunga krisan yang dibawanya diatas sebuah batu
nisan, lalu Hanna memejamkan matanya dan seolah bercerita kecil dalam hatinya.
Jiwon
hanya berdiri di belakang, melihat Hanna yang masih memejamkan matanya. Jiwon
selalu memberikan waktu untuknya, dia juga mengerti bagaimana perasaan Hanna.
“Appa,
apakah Eomma akan baik-baik saja disana?” Hanna menghampiri Jiwon dan memegang
sebelah tangannya, menatap matanya Ayahnya menunggu jawaban.
“Geurae,
Eomma akan selalu baik-baik saja disana. Eomma selalu melihatmu, menjagamu, dan
berharap kau menjadi anak yang sangat baik untuknya”
“Ne,
aku akan belajar dengan baik dan membuat Eomma dan Appa bangga”
“Appa
sangat menyayangimu” Jiwon menggendong Hanna dan memeluknya erat. Dia sangat
bersyukur bisa menjaga Hanna dan hidup bersamanya.
“Appa turunkan
aku, aku tidak bisa bernafas” Hanna meronta dalam pelukan Jiwon.
“Appa tidak akan
melepaskanmu Hanna-ya ...” Jiwon malah semakin mengeratkan pelukannya, membuat
gadis kecil itu semakin meronta-ronta.
Mereka sangat
menyayangi satu sama lain. Hanna adalah bintang yang bersinar sangat cantik,
bersinar memberi kehangatan. Jiwon mungkin gila jika dia tidak bertemu dengan
Hanna (anaknya) karena patah hati, tapi sekarang dia akan terus berusaha
menjadi Ibu dan Ayah yang baik untuk Hanna.
Jiwon berjalan
menuju mobilnya dengan membawa tas berisi cake yang baru saja dia beli bersama
Hanna, setelah ini mereka akan mengunjungi Junhoe, Hanna sudah tidak sabar
bertemu teman yang seperti saudaranya, Koo Junsu.
“Hanna-ya jangan
berlari, hati-hati” Jiwon tersenyum melihat Haanna yang berlarian mengelilingi
mobil mereka.
“Oh Appa lihat
anak itu ... aku akan kesana” Hanna berlari.
“Hanna mau
kemana?”
BRAAAK ...
“Tidak tidak ...
HANNA!!!”
&&&
Jiwon langsung
menghampiri seorang pria yang keluar dari ruang UGD itu, pria ber-jas putih
yang tidak lain adalah Dokter yang menangani Hanna.
“Bagaimana
Dokter?” Jiwon tidak bisa menahan kepanikannya memikirkan bagaimana keadaan
Hanna sekarang.
“Dia kehilangan
banyak darah, tapi kami kehabisan darah yang golongannya sama dengan pasien.
Apa keluarganya bisa membantu mendonorkan darah? Dia harus segera mendapatkan
tambahan darah, kondisinya kritis”
“Dokter, aku
Ayahnya, ambil darahku ...”
“Tapi sebelumnya
kau harus melakukan pemeriksaan, apa golongan darahmu juga A?”
Jiwon terdiam,
sedikit melangkah mundur. “Apa dia
memiliki golongan darah Ibunya? Karena golongan darahku O” batin Jiwon
dengan beberapa fikiran lain yang tiba-tiba muncul.
“Jiwon Hyung?”
sebuah suara berat yang sudah sangat dikenal terdengar. Koo Junhoe berlari
kearahnya dengan Suhyun dan Junsu yang mengikuti dari belakang. “Bagaimana
keadaan Hanna? Hyung gwaenchanayo?”
“Hanna- dia ...”
“Dokter,
bagaimana keadaan Hanna?” Junhoe beralih melempar pertanyaannya pada Dokter
karena dia mengerti mungkin Jiwon masih tidak baik sekarang.
“Pasien harus
segera mendapatkan donor darah, golongan darahnya A”
“Golongan
darahku A” Suhyun langsung menjawab cepat.
“Tapi kami tidak
bisa mengambil darah dari Ibu hamil” Dokter itu menolak karena melihat keadaan
Suhyun sekarang.
“Dokter,
golongan darahku juga A, jadi ambil darahku ...” Junhoe menambahkan.
“Baiklah, tapi
kau harus melakukan pemeriksaan sebelumnya. Silahkan ikut aku” Dokter itu
menuju pintu dengan diikuti Junhoe.
Sementara itu,
Jiwon masih sibuk dengan dugaan dan bayang-bayang yang ada dalam fikirannya.
Walaupun hatinya menolak, tapi fikirannya tidak mau berhenti memikirkan hal
terburuk yang dia bayangkan.
Tanpa sadar,
Jiwon langsung berlari masuk kedalam ruangan itu mengejar Dokter tadi. Fikiran
gilanya mendorong Jiwon melakukan sesuatu.
&&&
Jiwon membuka
pintu dan masuk, tersenyum dan berjalan menghampiri Hanna yang masih terbaring
diranjangnya. Kepala Hanna masih dibalut perban setelah operasi kecil, dan juga
beberapa luka lainnya masih terlihat jelas disebagian wajah Hanna dan
tangannya.
“Hanna-ya, kau
sudah bangun?”
“Ne. Appa, Junsu
memberiku buku ini ...” Hanna tersenyum lebar menunjukkan sebuah buku cerita
ditangannya, dia senang mendapatkan itu.
“Geurae. Kau
bisa membacanya jika kau bosan disini”
“Jiwon Samcheon,
apakah Hanna sakit karena dia berlarian dan tidak hati-hati?” Junsu berjalan
menghampiri Jiwon meminta jawaban.
“Ne, Hanna
berlari dijalan raya. Junsu tidak boleh nakal seperti itu, kau harus selalu
mendengarkan Appa dan Eomma-mu ne?”
“Ne” Junsu
mengangguk mengerti. Dia sekarang takut untuk akan seperti Hanna jika dia nakal
dan tidak mendengarkan Eomma dan Appanya.
“Junsu-ya,
kenapa kau hanya sendirian? Kau datang bersama siapa kesini?”
“Aku tadi
bersama Eomma, tapi dia pergi keluar sebentar untuk membeli sesuatu”
“Iya baiklah.
Sekarang apa kalian mau makan pudding?” Jiwon tersenyum menunjukkan sekantong
pudding yang dibawanya, membuat Hanna dan Junsu langsung berteriak meminta.
Pintu terbuka,
Suhyun sudah kembali dengan beberapa tas kecil berisi makanan ditangannya.
“Oppa, wasseo? Kenapa tadi kau meninggalkan Hanna sendirian?” Suhyun
menghampiri mereka.
“Tadi dia tidur,
aku hanya membeli makanan untuknya”
“Saat aku
datang, Hanna bilang dia lapar, jadi aku pergi membelikan makanan untuknya.
Oppa membiarkannya sampai kelaparan ..”
Jiwon hanya
tersenyum mendengar omelan Suhyun, tapi sedetik kemudian senyumannya
menghilang. Karena masih belum ada bukti, Jiwon terus gila dengan fikirannya
tentang kemungkinan lain yang sebenarnya.
“Suhyun-ah, kau
tidak datang bersama Junhoe?”
“Ani, dia sibuk
dengan pekerjaannya. Sudah dua hari ini dia lembur, dan itu karena dia
mengambil pekerjaanmu Oppa”
“Ah mian, karena
aku harus menjaga Hanna, aku jadi tidak bisa bekerja”
“Sudahlah tidak
apa-apa, Hanna lebih membutuhkanmu”
“Emh Suhyun-ah,
bisakah aku titip Hanna padamu sebentar? Aku harus mengurus administrasi RS
Hanna”
“Geurae,
pergilah. Aku akan menjaganya, Hanna juga senang bermain dengan Junsu”
“Eoh, gomawo”
Jiwon pergi meninggalkan mereka.
Tadi saat Jiwon
keluar memberi makanan itu, Dokter bilang kalau hasilnya sudah keluar. Dan itu
berarti semua pertanyaan Jiwon selama ini akan terjawab sekarang.
Jiwon keluar
dengan membawa sebuah amplop, dia sengaja tidak membukanya saat diruang Dokter
tadi, dia harus menyiapkan dirinya sebelum membuka itu.
Perlahan tangan
Jiwon membuka itu, mengambil selembar kertas yang terlipat didalamnya. Membuka
itu, melihat dan membacanya.
Jiwon terdiam.
Ekspresinya sama sekali tidak menunjukkan apapun, atau entah dia sengaja
menahannya. Kedua mata Jiwon di penihi tatapan tajam. Jawabannya sudah dia
ketahui sekarang.
&&&
Junhoe sedikit
mengernyit melihat seseorang yang datang keruangannya, sekarang matanya menatap
pria yang berjalan menghampirinya.
“Hyung, kenapa
kau datang kesini? Bukankah kau harus menjaga Hanna?”
“Junhoe-ya,
benarkah kau tidak menyukai Hanna?”
“Mwo?” Junhoe
tidak mengerti dengan pertanyaan tiba-tiba Jiwon. Junhoe juga tidak mengerti
Hanna siapa yang dimaksud Jiwon dalam pertanyaan itu.
“Aku tanya apa
kau benar-benar tidak menyukai Hanna sedikitpun?” Jiwon mengulangi perkataannya
dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.
Mendengar Jiwon
mengulangi pertanyaanya lagi, Junhoe sekarang tahu Hanna siapa yang Jiwon
maksudkan. Tapi kenapa tiba-tiba dia bertanya tentang ini setelah sekian lama
mereka menyelesaikan masalah ini.
“Hyung, sebenarnya
ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini?”
“Koo Junhoe, aku
hanya ingin jawabanmu”
“Hyung, aku
tidak tahu apa yang terjadi padamu karena tiba-tiba menanyakan ini lagi padaku.
Tapi Hyung, sudah berapa kali aku jelaskan padamu kalau aku hanya menganggap
Hanna Noona seperti temanku, kakakku, aku sama sekali tidak memiliki perasaan
lebih dari itu”
“Jeongmal?”
“Hyung,
sebenarnya ada apa denganmu?” Junhoe beranjak dari kursinya, meninggalkan
pekerjaan yang sedang dia kerjakan dan meyakinkan Jiwon.
“Lalu, apa kau
juga tidak pernah melakukan apapun dengannya? Apa kalian tidak pernah tidur
bersama?”
“Hyung, sungguh
aku tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna Noona. Bagaimana bisa kami tidur
bersama? Hyung percayalah kalau aku tidak menyukai Hanna Noona seperti yang kau
bayangkan”
Jiwon tersenyum
hambar. Dia sudah tahu kenyataannya, tapi dia tidak tahu apakah harus percaya
dengan semua perkataan Jiwon atau tidak.
“Junhoe-ya, kau
adalah teman yang sangat berarti bagiku. Tapi sekarang aku tidak tahu harus
bagaimana karena ternyata Hanna adalah anakmu ...”
Teriakkan Jiwon
sontak membuat Junhoe diam seribu bahasa, mereka hanya bertatapan. Junhoe harus
mencerna ulang perkataan Jiwon padanya.
“Hanna adalah
anak kandungmu”
“A-andwae Hyung!
Hanna adalah anakmu, bu-bukan anakku ...”
“Iya, aku sudah
mempercayainya selama hampir enam tahun ini. Tapi tiba-tiba ini datang dan
membuatku tidak bisa lagi percaya perkataanmu, Junhoe-ya” Jiwon memberikan
kertas yang dibawanya, hasil tes DNA Koo Junhoe dan Kim Hanna.
Junhoe membaca
hasil tes itu serius, bahkan sampai dia ulang beberapa kali. Junhoe hanya ingin
meyakinkan matanya bahwa yang tertulis disini benar atau salah.
“Hyung, ini
tidak mungkin. Hanna bukan anakku_”
“Lalu aku harus
bagaimana? Hasil tes ini tidak mungkin salah, Hanna bukan anakku seperti yang
kau katakan Junhoe-ya, dia adalah anak kandungmu” nada bicara Jiwon tidak lagi
setinggi tadi, dia sudah tidak bisa menolak kenyataannya.
“Keundae Hyung,
aku tidak pernah melakukan apapun dengan Hanna Noona, jadi bagaimana bisa kalau
Hanna adalah anak kandungku?”
“Jun, ini sudah
kenyataannya, apapun yang kau katakan tetap tidak bisa merubah fakta kalau
Hanna bukan anakmu”
“Hyung aku mohon
percayalah, ini pasti terjadi kesalahan dengan hasil tesnya. Hanna tidak
mungkin anakku, dia anakmu”
“Tidak, Hanna
bukan anakku. Dan sekarang, aku akan menyerahkannya padamu, kau Ayahnya” Jiwon
kemudian pergi meninggalkan Junhoe yang masih tidak percaya dengan hasil tes
dan kenyataan itu.
“Ini tidak
mungkin”
Junhoe tidak
pernah melakukan apapun dengan Hanna, dia dan Hanna hanya juga tidak sering
bertemu di California, mereka hanya sesekali bertemu dan minum kopi. Sejak
Junhoe menolak Hanna, hubungan mereka tidak lagi sebaik dulu, kecuali jika
bersama Jiwon.
Junhoe
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, kertas ditangannya menunjukkan kalau
dia adalah ayah kandung Hanna, tapi hatinya tidak bisa percaya itu karena semua
ingatannya tidak pernah menngingat kalau dia dan Hanna pernah melakukan
sesuatu.
&&&
“Yeobo wasseo?”
Suhyun tersenyum menghampiri Junhoe yang baru datang. “Waeyo? Apa terjadi
sesuatu dengan pekerjaanmu?” Suhyun kembali bicara sat melihat raut muka
suaminya tidak bisa dimengerti.
Tidak ada
jawaban, Junhoe tidak ada sepatah katapun yang Junhoe ucapkan dari bibirnya.
Dia benar-benar gila karena kenyataan ini. Bahkan Junhoe hanya berjalan begitu
saja melewati Junsu yang memintanya bermain bersama. Junhoe hanya ingin sendiri
dan menenangkan fikirannya sekarang.
“Yeobo, kau
baik-baik saja?” Suhyun perlahan membuka pintu kamarnya dan menghampiri Junhoe
yang duduk diujung ranjang. Suhyun merasa ada yang terjadi dengan suaminya
sampai membuatnya seperti ini.
“Suhyun-ah ...”
“Emh wae? Apa
kau ada masalah?” perlahan Suhyun duduk disamping Junhoe dan memegang
tangannya, berusaha dengan lembut membuatnya bicara apa yang terjadi.
“Ceritakan saja padaku, aku akan mendengarkanmu”
“Aku- ini tidak
mungkin ... ak-aku tidak tahu kenapa ...”
“Wae?”
“Suhyun-ah
mianhae ...” Junhoe tiba-tiba memeluk Suhyun dan menangis dipundaknya. “Ak-aku
tidak tahu bagaimana ... mianhae Suhyun-ah ...”
“Gwaenchana,
semua akan baik-baik saja. Memangnya apa yang terjadi?”
Junhoe kembali
diam, sengaja menahan tangisannya. Dia tidak bisa menatap mata Suhyun sekarang,
perasaan bersalah menekannya jika dia melihat Suhyun. Dan juga fakta kalau
Hanna adalah anak kandungnya masih terasa menusuk-nusuk hatinya.
Junhoe
melepaskan pelukannya, masih tidak bisa menatap mata Suhyun. Junhoe hanya
menunduk dan sebisa mungkin menutup rapat bibirnya, tentu saja agar dia tidak
mengatakan apapun pada Suhyun tentang ini.
“Suhyun-ah,
mianhae .. karena ternyata Hanna ..... adalah anakku_”
Suhyun terdiam,
manik matanya membulat, tidak menerima apa yang dikatakan Junhoe padanya.
Hatinya seperti terkena tombak api. Panas. Jika bisa, rasanya dia ingin
menjerit sampai pita suaranya hancur. Bayangan tentang masa lalu yang sudah dia
lupakan, kembali muncul dalam matanya.
“Mianhae
Suhyun-ah, aku tidak tahu kenapa ini bisa terjadi. Tapi, Jiwon Hyung melakukan
tes DNA dan ... aku adalah Ayah biologis Hanna”
Air mata jatuh
tidak bisa tertahan, hati Suhyun hancur. Bukan hanya karena Hanna ternyata anak
kandung Junhoe, tapi juga karena sesuatu yang dia sembunyikan.
“Suhyun-ah_”
“Mianhae ...”
Junhoe langsung
menatap Suhyun saat dia memotong ucapannya. Suhyun tiba-tiba minta maaf
padanya, disaat seharusnya Junhoe yang terus mengatakan itu pada istrinya. Ini
mungkin masalah yang tidak akan diampuni oleh istri manapun jika terjadi pada
suaminya.
“Su-Suhyun
ka-kau?”
“Mianhae,
jeongmal mianhae. Aku sudah menjadi sangat jahat karena terus diam, dan
sekarang semuanya sudah terbuka ...”
“Apa yang kau
katakan? Suhyun-ah kenapa kau bicara sesuatu yang tidak aku mengerti?”
“Ju-Junhoe-ya,
se-sebenarnya aku menyembunyikan sesuatu darimu ... sejak kita belum menikah.
Maafkan aku melakukan ini, tapi saat Hanna lahir, aku tidak mau membantu Jiwon
Oppa meyakinkan kalau Hanna adalah anakmu_”
“Lee Suhyun?”
Junhoe langsung memotong penjelasan Hanna. Junhoe benar-benar tidak mengerti
apa maksud semua ini, apa yang dikatakanSuhyun padanya.
“Mianhae ... aku
ingin kau menjadi milikku dan hanya menjadi ayah dari bayi yang aku kandung,
mianhae ...” Suhyun tertunduk lemas. Dia sudah mengatakan kebenaran yang dia
sembunyikan.
“Suhyun-ah,
aa-apa yang kau katakan?”
“Sebenarnya
waktu itu di California, saat kau mengajakku dan Hanna Eonnie minum, kalian
berakhir di hotel tanpa aku. Kau dan Hanna Eonnie melakukannya_”
“Ya! Lee Suhyun
apa yang sedang kau bicarakan ini?”
“Saat itu aku
pergi dan kalian berdua meninggalkanku, kau mabuk berat dan Hanna Eonnie tidak
tahu dimana apartemenmu, lalu paginya dengan GPS aku menemukan kalian di hotel.
Junhoe-ya percayalah kalau Hanna adalah benar anakmu, dia anak kandungmu. Kau
mungkin menyangkal itu karena tidak ingat apa yang sudah terjadi anatara kau
dan Hanna Eonnie_”
“Tapi saat aku
terbangun, aku hanya melihatmu disana, bagaimana mungkin jika aku_”
“Hanna Eonni
langsung pergi saat aku datang, dia pergi tanpa mengatakan apapun, dan kau
masih tidur. Mianhae, jeongmal mianhae karena saat itu aku sengaja menunggu
bangun dan tidak mengatakan apapun tentang Hanna Eonnie”
Junhoe terdiam.
Terlalu banyak yang terjadi padanya, kebenaran ini dan itu yang tiba-tiba harus
dia percaya. Ini terlalu sulit. Junhoe butuh waktu untuk ini semua.
“Hanna Noona
tidak pernah mengatakan apapun padaku”
“Dia sangat
menyukaimu_”
“Tapi bagaimana
bisa dia tidak mengatakan apapun padaku?” Junhoe berteriak. “Dia menghilang
begitu saja ...”
“Hanna Eonnie
menghilang satu bulan setelah kejadian itu, dan mungkin kau tidak tahu kalau
Hanna Eonnie pergi setelah kau memberi tahunya kalau kita berpacaran.. Dia sangat
menyukaimu ...”
“Lalu bagaimana
bisa Hanna Noona mengandung anakku? Bukankah Jiwon Hyung juga_”
“Hanna Eonnie
tidak hamil karena Jiwon Oppa” Suhyun memotong ucapan Junhoe. “Saat itu kalian
sudah hampir tiga bulan di California, dan jika Hanna Eonnie hamil karena Jiwon
Oppa, mungkin saja dia tidak akan terlihat baik-baik saja”
“Ja-jadi Hanna
... benar-benar anakku?”
“Aku tidak tahu
harus bicara apa lagi padamu selain maaf, aku memang sangat jahat. Kau tidak
harus memaafkanku karena sudah membuat kalian seperti ini, maafkan aku ...”
Suhyun kembali menangis.
Beberapa lama
hanya diam melihat Suhyun menangis, Junhoe akhirnya memeluk Suhyun. Mencoba
menenangkan istri yang sangat dicintainya. Junhoe juga tidak tahu apakah
hatinya hancur atau tidak, Suhyun tiba-tiba mengatakan ini padanya, tapi
walaupun ini terdengar sangat jahat, Junhoe tidak bisa melupakan kalau dia
sangat mencintai Lee Suhyun.
&&&
Kim Jiwon dan
Koo Junhoe masih beridiri melihat Hanna yang tertidur, mereka sudah
menyelesaikan masalah ini sebaik mungkin, walaupun tentu saja tidak akan
menjadi sangat baik untuk semua orang.
“Aku akan
membawa baju-bajunya besok”
“Ehm, aku dan
Suhyun akan menjemputnya besok”
“Aku juga sudah
bicara padanya, walaupun dia masih tidak mengerti tapi aku sudah mengatakan
kalau kau adalah Ayah kandungnya. Hanya mungkin saja dia belum terbiasa
memanggilmu Appa ...”
“Tidak apa-apa,
aku mengerti. Ini pasti sangat sulit untuknya, aku tidak akan memaksanya menerimaku
secepat itu”
Mereka berdua
kembali terdiam.
“Haah ...
akhirnya ini terjadi juga, kenyataan yang selalu aku bayangkan” Jiwon tersenyum
kecil, hambar. Dia sudah mencoba menerima semuanya, membuat hatinya baik-baik
saja.
“Hyung mianhae
...”
“Aniya, kau
tidak harus minta maaf. Ini semua sudah terjadi”
“Aku tidak tahu
harus bagaimana padamu_”
“Aku mengerti
bagaimana perasaanmu sekarang, tapi kenyataannya dia adalah darah dagingmu.
Maaf karena aku tidak mengetahuinya lebih dulu dan merebutnya darimu”
“Tidak Hyung,
kau tidak merebutnya dariku, tapi kau sudah mencintainya sangat baik disaat aku
tidak ada untuknya. Jeongmal gomawo Hyung”
“Ya Junhoe-ya!
Apa setelah ini kau tidak akan melarangku menemuinya?”
“Tentu saja, kau
selalu bisa bertemu dengannya kapanpun. Hyung, kau juga Ayahnya” Junhoe
tersenyum.
Baiklah, pada
akhirnya masalah selesai. Junhoe menjelaskan semuanya yang terjadi pada Jiwon,
semua yang di sembunyikan Suhyun. Dan Junhoe tidak menceraikan Suhyun seperti
keinginannya, mereka saling mencintai, dan Junhoe memilih untuk memaafkan
istrinya. Semua ini sudah terjadi, tidak akan ada yang berubah jika Junhoe
berpisah dengan Suhyun, hanya ada mereka yang saling merindukan nantinya.
Tentang Kim
Hanna, Junhoe sebagai ayah kandungnya tentu saja harus melakukan tugasnya
sebagai seorang ayah yang sebenarnya.
Mulai sekarang Hanna akan tinggal bersama Junhoe dan menjadi bagian keluarga
mereka.
Sementara Jiwon,
dia tidak bisa melakukan apapun. Walaupun sebenarnya hatinya selalu ingin Hanna
menjadi anaknya, tapi dia tidak bisa melarang Junhoe mengambil anak kandungnya.
Lagi pula Jiwon percaya kalau semua akan baik-baik saja, Junhoe tidak
melarangnya bertemu dengan Hanna.
Mungkin memang
ini menyedihkan, atau tidak sama sekali. Tapi inilah yang terjadi. Masalah datang
membawa air mata, kemudian angin datang menghembuskan masalah itu dan membawa
senyuman.
-TamaT-
Epiloug-
Beberapa bulan
sudah berlalu sejak kepergian Hanna, tapi Jiwon sama sekali tidak bisa
membohongi dirinya kalau dia merindukan gadis kecil itu. Jiwon bahkan tidak
membereskan barang-barang Hanna yang tidak dibawa kerumah Junhoe, dia menyimpan
itu.
Jiwon tersenyum
kecil melihat fotonya bersama Hanna. Sekarang hari-harinya tidak lagi semeriah
saat bersama Hanna, Jiwon hanya mengurus dirinya sendiri. Walaupun dia bisa
bertemu dengan Hanna setiap hari, tapi rasanya itu tidak bisa menyembuhkan
kerinduan Jiwon pada Hanna yang selalu membuatnya tersenyum. Ini sudah berbeda
sekarang.
Jiwon lalu
tersadar dari lamunannya, suara bell pintu yang terus berbunyi memintanya
cepat-cepat membuka pintu. Jiwon berjalan menuju pintu dan membukanya.
“Appa ... Jiwon
Appa annyeong”
Jiwon tidak bisa
menahan senyumannya saat melihat Hanna didepan matanya. Jiwon langsung menarik
Hanna kedalam pelukannya, menggendongnya, melepas kerinduannya.
“Hanna-ya,
kenapa kau disini?”
“Appa
bogoshippeo”
“Jinjja?”
“Ehm. Aku akan
bersama Appa ...”
Tatapan Jiwon
lalu beralih pada Junhoe, meminta sedikit penjelasan kenapa mereka tiba-tiba
datang padanya se-petang ini.
“Hanna selalu
membicarakanmu, mungkin dia sangat merindukanmu Hyung” Junhoe memberi
penjelasan yang diminta Jiwon.
“Appa, aku akan
tinggal bersama Appa lagi. Appa merindukanku?”
“Geurae, Appa
sangat merindukanmu. Keundae Hanna-ya, kenapa tinggal bersama Appa? Lalu Junhoe
Appa bagaimana?”
“Junhoe Appa
sudah mengizinkanku tinggal disini, benarkan Appa?” Hanna melirik Junhoe.
“Geurae. Ah
hyung, apa kau tidak keberatan jika aku membolehkan Hanna memilih dimana dia
ingin tinggal?” Junhoe tersenyum dan menunjukan koper yang dia bawa.
“Eoh tentu saja,
Appa senang jika uri Hanna tinggal disini”
“Keundae, apa
kalian akan terus bicara seperti ini? Oppa, kau tidak membiarkan kami masuk?”
Suhyun bersuara.
“Ah iya aku
lupa, masuklah” Jiwon baru menyadari kalau mereka masih di depan pintu.
“Samcheon, apa
kau punya makanan?” Junsu berlari menuju dapur dan membuka kulkas.
“Ah mian
Junsu-ya, Samcheon tidak punya makanan”
“Ya Hyung!
Bagaimana bisa kau hidup jika tanpa makanan? Junsu-ya, tunggu sebentar yah,
Appa akan membeli makanan untukmu” Junhoe menyimpan koper yang dibawanya lalu
lalu kembali memakai sepatunya.
“Hanna-ya, duduk
disini, Appa akan mengambil_”
“Oppa ... aakh
Jiwon Oppa jebal ...”
Jiwon tiba-tiba
dikagetkan dengan teriakan Suhyun yang langsung mencengkram tangannya. Jiwon
juga melihat air yang tiba-tiba keluar dari Suhyun.
“Sepertinya air
ketubanku pecah, aku akan melahirkan”
“Mwo?” Jiwon
panik dengan ini yang begitu mendadak. Bukankah tadi Suhyun baik-baik saja,
lalu kenapa dia tiba-tiba akan melahirkan?
“Suhyun-ah kau
akan melahirkan sekarang?” Junhoe yang hendak membuka pintu, mengurungkan
niatnya saat mendengar jeritan Suhyun. Kembali berlari dan menghampiri Suhyun.
“Ya Junhoe! Apa
yang harus kita lakukan sekarang?”
“Hyung bagaimana
ini, aku tidak tahu ...” mereka berdua panik tidak karuan.
“Ya! Cepat
hubungi ambulan atau bawa aku ke rumah sakit! Palli palli! Aah bayinya akan
keluar ...”
“Ya! Bagaimana
ini? Junhoe dan Jiwon panik, sementara Hanna dan Junsu hanya melihat diam dan
tenang.
-fin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar