Tittle : I YaH (I, You, and Him)
Genre : Romance
Main cast : Kim Jiwon // Koo Junhoe // Hanna Jung
“Aku memberi tahumu
kalau aku menyukainya, aku juga memberi tahumu kalau aku ingin bersamanya, tapi
aku tidak ingin memberi tahumu kalau aku patah hati karena dia memilihmu”
#######
-_- #######
Kim Jiwon
tersenyum kecil melihat pria yang dia lihat dari celah kecil pintu yang dia
buka, pria di dalam itu tidak merubah ekspresinya dan kembali memalingkan
pandangannya pada dokumen-dokumen tebal yang dari tadi dia baca.
“Ya! Seharusnya
kau tersenyum walaupun itu kecil, kau tidak suka jika aku datang eoh?” Jiwon
membuka pintu itu dan langsung duduk disofa ruangan Direktur Koo itu.
“Hyung, kau
sudah mendengar beritanya?” pria itu membuang nafas gusar dan menutup dokumen
ditangannya, berjalan menghampiri pria bergigi kelinci yang dua tahun lebih tua
darinya.
“Hem, Direktur
Song yang memberi tahuku”
“Aku tidak
pernah suka dengan ini. Kenapa orang itu selalu melakukan pemindahan kerja
seenaknya, aish menyebalkan” Direktur bernama lengkap Koo Junhoe itu mengusap
wajahnya kasar, menyandarkan tubuhnya disofa yang dia duduki. Berita tentang
pemindahannya ke cabang perusahaan di California benar-benar membuat semangat
kerjanya hilang dalam sekejap.
“Arasseo. Kalau
begitu, apa kau mau aku gantikan pergi kesana, Direktur Koo?” Jiwon sedikit
menggodanya dengan senyuman yang memperlihatkan kedua gigi kelincinya.
“Geurae, kalau
saja itu bisa kau lakukan ... pasti aku akan sangat berterima kasih padamu,
Direktur Kim Jiwon” Koo Junhoe hanya membalas itu dengan senyuman hambarnya.
“Tidak perlu
begitu, lagi pula di California banyak wanita cantik yang mungkin bisa membawa
semangat kerjamu lagi ... haha”
“Hyung, kau tahu
aku tidak suka tempat asing, dan aah ... aku tidak tahu harus bagaimana disana.
Ini benar-benar menyebalkan!”
“Ya! Kau bukan
anak kecil, jangan seperti ini. Kau hanya perlu bekerja disana dan
bersenang-senang, apa itu sangat sulit?”
“Geunyang, it’s
only hard for me” Junhoe memejamkan kedua matanya dan menarik nafas dalam,
berusaha sebaik mungkin menerima tugas dari atasannya ini.
“Ya Junhoe-ya kau
tahu apa yang terjadi? Aku dan Hanna ...”
“Mm .. wae?
Kalian berdua kenapa?” Junhoe kembali membuka matanya malas, merubah posisi
duduknya dan menatap Jiwon yang menjadi sangat antusias jika menyangkut Hanna.
“Malam ini, aku
dan Hanna akan pergi. Emh dan mungkin juga ini adalah waktu yang tepat untukku
mengatakannya”
“Kau akan
benar-benar mengatakannya, Hyung? Apa kau sudah tahu bagaimana perasaannya
padamu?”
“Ya! Aku tidak
peduli bagaimana perasaannya padaku, apapun yang terjadi aku akan tetap
mengatakannya. Kenapa aku merasa kau merendahkanku Jun? Apa jangan-jangan kau
merasa kalau Hanna menyukaimu?”
“Anio Hyung, aku
hanya bicara. Tidak perlu marah ...” senyuman langsung terlihat diwajah Junhoe
saat dia melihat poker face Jiwon. Pria itu akan benar-benar sensitif jika
menyangkut wanita bernama Hanna, fikirnya.
“Kenapa kau
tertawa? Ya! Walaupun Hanna selalu baik dan tersenyum padamu, tapi jangan
pernah berfikir kalau dia menyukaiu, ara?”
“Geurae, arasseo
Hyung” Junhoe tidak bisa menyembunyikan senyumannya jika sudah melihat Jiwon
seperti ini.
“June, kufikir
malam ini adalah waktu yang tepat. Aku harus mengatakannya sebelum dia pergi,
setidaknya walaupun dia menolak ... dia suda tahu bagaimana perasaanku padanya,
dan itu pasti akan membuatnya tidak bisa melupakanku” ucap Jiwon percaya diri.
“Woah daebak.
Hyung, kepercayaan dirimu besar sekali, kau bahkan tidak takut kalau dia
menolakmu. Keundae, kapan Hanna Noona akan pergi?”
“Dia bilang
sekitar seminggu lagi, atau mungkin Jun .. dia tidak akan pergi karena akan
menerima cintaku”
“Ya!” Junhoe
melempar bantal disampingnya tepat kewajah Jiwon, dan karena itu dia tidak bisa
berhenti tertawa. Benar-benar percaya diri sekali pria itu.
&&&
Hanna Jung
tersenyum lagi, untuk ke-sekian kalinya dia mengembangkan senyuman manis
diantara pipi chubby-nya. Dan itu tanpa sadar membuat Kim Jiwon berusaha kerasa
menahan detak jantungnya yang tidak beraturan.
Mereka masih
duduk di salah satu meja restoran mewah bergaya Itali, menikmati hidangan
penutupnya malam ini.
“Hanna-ya, apa
kau benar akan pergi?” tiba-tiba bibir Jiwon mengatakan itu, bahkan walaupun
dia tahu jawabannya. Tapi entahlah, sekarang ini dia sedang kesulitan
mengendalikan dirinya sendiri.
“Eoh. Wae? Oppa
tidak ingin aku pergi?”
Lagi-lagi senyum
gadis itu membuat Jiwon semakin gila dengan fikirannya, dia sampai melupakan
semua kata-kata yang sudah dia rancang untuk mengatakan perasaannya. Ini
pertama kalinya Jiwon merasa gugup di depan Hanna.
“Anio, aku hanya
bertanya lagi. Siapa tahu kau tidak jadi kesana dan tetap disini” Jiwon meneguk
minumannya, sedikit menghilangkan perasaan gila di dadanya.
“Wae? Kenapa aku
harus tetap disini?”
“Hanna-ya,
disana kau akan sendirian, tidak ada yang akan menjagamu seperti aku disini.
Dan juga kau mungkin tidak punya teman seperti aku dan Junhoe”
“Ya! Aku bukan
anak kecil lagi, aku bisa menjaga diriku sendiri Oppa”
“Junhoe juga
akan pergi, aah .. kalian berdua akan pergi meninggalkanku”
Hanna sedikit
terdiam, dia meneguk minumannya. “Oppa, kau juga sudah tahu?”
“Apa kau tahu
lebih dulu dari aku?”
“Hem .. tapi
bukan aku yang lebih dulu mengetahuinya, kau saja yang terlalu lama
mengetahuinya Oppa. Kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu”
“Ya! Kenapa bisa
kalian berdua pergi meninggalkanku sendirian disini, aish jinjja. Bahkan kalian
berdua juga sama-sama pergi ke California”
“Oppa, kau
bilang sendirian? Apa kau tidak menganggap teman-teman dan keluargamu eoh?”
“Bukan itu
maksudmu, keundae Hannya-ya ... ada- .. ada yang ingin aku katakan padamu”
“Mwonde?” Hanna
meneguk lagi minumanya dan melemparkan senyumannya menunguu Jiwon menyelesaikan
perkataannya.
Walaupun tadi
Jiwon benar-benar sangat percaya diri, tapi ternyata berada di hadapan Hanna
seperti ini tidak semudah yang dia bayangkan. Titik-titik kecil keringat dingin
semakin bertambah di punggungnya, tapi Jiwon harus mengatakannya sebelum
terlambat. Bukankah dia bilang tidak peduli dengan jawaban Hanna nantinya, yang
penting dia mengutarakan perasaannya.
“Wae? Apa yang
ingin Oppa katakan padaku, apa kau ingin bertanya kapan aku pergi lagi?” Hanna
mulai tidak sabar dengan Jiwon yang hanya menatapnya.
Jiwon menelan
ludahnya yang tidak tahu kenapa terasa sangat berat, detak jantung yang sangat
kencang ternyata membuat lidahnya kelu.
“Oppa?”
“Hanna-ya ...”
“Wae? Katakan
saja, aku akan mendengarkannya dengan baik. Tapi tetap aku tidak akan
membatalkan kepergianku, kau tahu itu Oppa”
“Hanna-ya ...
se-sebenarnya aku ... aish bagaimana mengatakannya” Jiwon mendengus dan hendak
mengacak rambutnya kalau saja dia tidak ingat tataan rambutnya yang dia buat
sebagus mungkin malam ini.
“Ah jinjja Oppa,
kau membuatku mengantuk. Katakan saja kau mau apa?”
“Hanna Jung ...
sebenarnya aku menyukaimu. A-aku .. aku sangat menyukaimu”
“Tentu saja kau
menyukaiku” Hanna tersenyum mendengar hanya tentang itu yang ingin Jiwon
katakan sampai membuatnya berkeringat seperti sekarang.
“Aku benar-benar
menyukaimu Hanna-ya, sungguh. Kau mungkin tidak tahu kalau aku sudah menyukaimu
sejak kita pertama kali bertemu, sejak itu aku tidak bisa menahan hatiku.
Awalnya aku terus berfikir dan mendengarkan hatiku lagi untuk memastikannya,
tapi hatiku memang benar-benar menyukaimu. Aku menyukaimu Hanna-ya ...”
Hanna diam,
tatapan matanya masih tidak lepas dari tatapan Jiwon. Kali ini Jiwon
benar-benar mengatakannya, dia mengatakan kalau dia benar-benar menyukai Hanna
dari hatinya, Hanna bisa melihat itu dari mata Jiwon.
Tapi sayangnya
pengakuan itu membuat Hanna tidak bisa berbuat apa-apa, dia tidak tahu harus
bagaimana. Di sisi lain, hatinya sakit mendengar kalau sahabat yang hampir dua
tahun selalu bersamanya ternyata menyukainya lebih dari seorang teman. Dan di
sisi lain juga, dia tidak bisa menerima itu.
“Oppa mianhae
...” tiba-tiba kata itu terdengar sangat pelan dari bibir Hanna, memecah
keheningan yang terjadi beberapa detik antara mereka.
Jiwon seolah
terhempas angin topan, begitu dingin dan melayang. Jantungnya seperti dihantam
truk besar, berat dan menyakitkan.
“Ouh
apa ini, kenapa rasanya malah sangat menyakitkan seperti ini? Aku fikir rasanya
tidaka seperti ini. Bahkan aku sudah siap dengan semua jawaban yang akan
dikatakan Hanna, tapi sekarang .. kenapa aku merasa kalau aku sangat tidak
ingin dia mengatakan apapun untuk menjawabku. Dan dia berkata maaf, apa itu
artinya dia menolakku?” Jiwon masih berusaha
keras mencerna perkataan Hanna, meyakinkan dirinya kalau Hanna memiliki arti
lain dibalik kata yang baru saja dia ucapkan.
“Jiwon Oppa
mianhae. Aku .. tidak bisa mengatakan ‘Ya’ padamu, aku sudah mempunyai orang
lain dalam hatiku. Mianhae Oppa, jeongmal mianhae ...”
“Ani, anio ...
aku mengerti. Kau tidak harus memaksakan dirimu untuk menjawab ‘Ya’ padaku”
Jiwon berusaha tersenyum, membuat dirinya terlihat baik-baik saja. Walaupun
hatinya sakit karena tidak ada arti lain dibalik ‘maaf’ itu, Hanna menolaknya.
“Oppa_”
“Ya! Sekarang
aku sudah lega memberi tahumu tentang ini. Aku tidak akan peduli dengan
penolakkanmu padaku, yang penting aku sudah memberi tahumu kalau kau adalah
bintang yang bersinar sangat cantik dihatiku. Ya Hanna! Apa kita masih
menjadi teman?” Jiwon terus tersenyum,
membuat dirinya seperti biasa dan seolah tidak terjadi apa-apa antara mereka.
Rasanya dia sangat malu dan sedikit sakit.
“Geurae Oppa,
tentu saja kita akan menjadi teman selamanya” Hanna tersenyum, dia juga tidak
bisa menahan air matanya untuk tidak keluar, dia tidak bisa membuat dirinya
terlihat baik-baik saja seperti Jiwon.
“Hey kenapa
menangis? Sudah kubilang kalau aku tidak peduli dengan penolakanmu, lupakan
perkataanku tadi ...”
“Oppa mianhae”
“Tidak usah
minta maaf, aku baik-baik saja. Kau sudah mempunyai seseorang dihatimu, jadi
bahagialah dengannya. Kita akan tetap berteman, seperti katamu. Ouh aku tidak
tahu kenapa jadi malu seperti ini, tapi ... terima kasih sudah mendengar
perasaanku”
“Jeongmal
mianhae Oppa ... mianhae”
“Hanna-ya,
jangan minta maaf lagi karena ini bukan salahmu, tapi ini salahku karena
menyukaimu dalam pertemanan kita”
Hanna menunduk,
menutup wajahnya dan menyembunyikan dirinya yang belum bisa berhenti menangis.
Kenapa harus terjadi seperti ini.
“Oppa,
kenapa kau harus menyukaiku? Aku menganggapmu sebagai kakak yang sangat baik
untukku, kalau saja kau tahu siapa yang aku sukai” batin
Hanna.
“Hanna, jangan
menangis, kau membuatku sangat malu. Mungkin kita memang sudah harus hidup
sebagai teman, itu yang terbaik” Jiwon tersenyum.
&&&
Junhoe
menghembuskan nafasnya, dia baru selesai dengan pekerjaannya. Ini sudah hampir
jam sebelas malam. Dia kemabali menutup pintu mobilnya dan merogoh saku
celananya, mengambil ponselnya yang bergetar.
“June,
bisakah kau kemari? Aku sepertinya tidak bisa merasakan diriku sendiri .. haha
YA! Cepat datang kesini Koo Junhoe, aku di tempat biasa_”
Junhoe berdecak
kesal, seseorang yang menelfonnya di seberang sana bicara dan berteriak begitu
saja, bahkan tidak memberinya kesempatan untuk mengatakan ‘Halo’.
“Aish jinjja.
Kenapa orang mabuk selalu berteriak? Keundae, bukankah dia pergi dengan Hanna
Noona? Tapi kenapa dia mabuk dan malah menelfonku? Apa mereka bertengkar?”
Junhoe memasukkan
ponselnya kembali kedalam saku celananya, membuka pintu mobilnya dan melesat
cepat dengan mobilnya.
Koo Junhoe
mengurangi kecepatan mobilnya, matanya tertuju pada seorang gadis yang berdiri
disamping mobilnya. Merasa mengenal gadis itu, Junhoe memundurkan mobilnya dan
menghampiri gadis itu.
“Hanna Noona?”
Junhoe keluar dari mobilnya dan sedikit berlari menghampiri gadis yang ternyata
memang dia kenal.
“Junhoe-ya?”
“Ada apa?
Mobilmu mogok? Wae, kenapa Noona menangis?”
Hanna hanya
menundukkan wajahnya. Walaupun hanya diterangi lampu jalan yang tidak terlalu
terang, tapi ternyata Junhoe masih bisa melihat air matanya dengan jelas.
“Noona?” Junhoe
mengusap pundak Hanna lembut. “Tidak apa-apa, kau sudah bersamaku sekarang,
jangan takut. Aku akan menelfon mobil derek untuk mob_”
“Koo Junhoe ...”
Hanna menurunkan tangannya yang menutupi wajahnya yang penuh air mata, dia
menatap Junhoe ragu.
“Wae?”
“Aku ... a-aku
takut”
“Gwaenchana, aku
bersamamu. Jangan menangis lagi” Junhoe merangkul gadis berambut hitam panjang
yang satu tahun lebih tua darinya, mengusap kepalanya lembut berharap bisa
sedikit menenangkannya.
“Junhoe-ya ...”
“Noona, kenapa
kau sendirian disini? Bukankah kau pergi bersama Jiwon Hyung? Apa kalian berdua
bertengkar lagi, apa Jiwon Hyung meninggalkanmu?”
Memendam
perasaan memang bisa menjadi sangat menyakitkan. Hanna merasa serba salah
sekarang, dia tidak tahu harus bagaimana. Jika dia tetap diam, maka itu akan
membuatnya tidak bisa berhenti menangis karena merasa bersalah dan mencintai.
Tapi jika dia mengatakannya, dia juga tidak tahu bagaimana cara untuk
mengatakannya. Mereka adalah sahabat yang sudah bersama hampir dua tahun.
“Ani”
“Lalu kenapa kau
disini dan menangis?”
“Junhoe-ya, aku
menyukaimu_”
Kemudian hening.
Mereka terdiam. Kedua mata Junhoe masih berkedip-kedip, membantu otaknya
mencerna apa yang baru saja Hanna katakan.
“Noona, apa kau
mabuk?”
“Ani, aku tidak
mabuk. Aku benar-benar menyukaimu Koo Junhoe, aku sudah menyukaimu sejak kita
bertemu. Kau selalu membuatku gila karena aku tidak bisa mengatakan perasaanku
yang sebenarnya padamu, aku benar-benar menyukaimu ...” Hanna mengatakannya
dengan sangat jelas, dengan mata yang tidak lepas dari tatapan Junhoe.
“Keu-keundae
Noona ... apa yang kau katakan, bukankah kau dan Jiwon Hyung_”
“Aku tidak
menyukainya Jun, aku tidak menyukai Kim Jiwon karena aku sangat menyukaimu, Koo
Junhoe!”
“Noona, aku_”
Terbawa perasaan
memang tidak bisa ditebak, bahkan untuk mengendalikan diri saja tidak bisa. Dan
itu yang terjadi pada Hanna sekarang. Dia begitu saja memotong perkataan Junhoe
dengan bibirnya, Hanna membungkam Junhoe dengan ciumannya.
Tanpa sadar,
dibalik kaca mobil yang sedikit gelap, sepasang mata tanpa sengaja melihat itu.
Melihat sesuatu yang mungkin bisa membuat kedua matanya sakit, atau hatinya,
atau sesuatu dalam dirinya. Itu tidak seharusnya dilihat, tapi terkadang
kenyataan memang menyakitkan.
&&&
Matahari
bersinar sangat terang, hari ini memang cerah dan mungkin menyenangkan untuk
sebagian orang.
Seperti biasa,
saat masuk waktu makan siang, orang-orang akan memenuhi meja-meja di kafetaria
kantor itu. Begitu juga dengan Koo Junhoe dan Kim Jiwon, mereka sekarang sudah
siap dengan makan siangnya.
“June, jadi kau
sudah memutuskan untuk menerima pekerjaan itu?” Jiwon memasukkan sesendok penuh
nasi kedalam mulutnya.
“Sebenarnya aku
tidak menerimanya, tapi aku melakukannya karena aku tidak bisa menolaknya. Aku
belum siap jadi pengangguran” jawab Junhoe santai dan mulai menyantap makanan
miliknya.
“Kapan kau
berangkat?”
“Seminggu lagi,
aku membuatnya sedikit lama”
“Seminggu? Hanna
juga pergi seminggu lagi ...” Jiwon sedikit menahan sumpit yang akan membawa
makanan kedalam mulutnya. “Woah jinjja, aku akan benar-benar sendirian
sekarang, kalian berdua pergi meninggalkanku. Apa mungkin kalian sengaja merencanakan
ini dibelakangku? Ya! Mana bisa begitu ..” Jiwon tersenyum hambar dan kembali
melahap makanannya.
Junhoe terdiam,
tangannya kembali menyimpan sendok yang sudah berisi nasi itu. Dia menarik
nafas dalam, memberanikan diri menatap Jiwon.
“Hyung ...”
“Wae?”
“Hanna Noona ...
dia se-sebenarnya_”
“Kenapa
dengannya? Kau ternyata menyukainya?”
Walaupun Jiwon
tersenyum dan membuatya hanya seperti candaan, tapi entah kenapa itu terasa
seperti pedang tajam ditelinga Junhoe. Dia tidak tahu harus bagaimana, tapi
yang jelas Junhoe harus mengatakan yang sebenarnya pada Jiwon.
“Hyung aku tidak
tahu bagaimana mengatakan ini, tapi kau harus tahu kalau aku_”
“Junhoe-ya, semalam
aku sudah mengatakannya padamu, aku di tolak. Jadi untuk sekarang jangan bicarakan dia padaku”
“Keundae Hyung,
kau mungkin melihatnya semalam dan aku benar-benar_”
“Junhoe hajima!”
“Hyung, kau
mungkin salah faham. Dengarkan aku dulu kalau aku_”
“Ya Koo Junhoe!
Hajima, jebal” Jiwon menyimpan sumpitnya dan menatap Junhoe, memberi tahunya
kalau dia benar-benar tidak mau membahas masalah ini sekarang. Jiwon sudah
berusaha menutup mata atas apa yang terjadi pada mereka.
“Aku tahu kau
sangat menyukai Hanna Noona, jadi aku mohon dengarkan aku kalau_”
“Ya! Aku sudah
bilang hentikan, tolong hentikan Junhoe-ya. Ini tidak berjalan seperti yang aku
bayangkan, semua ini begitu tiba-tiba. Jadi aku mohon padamu jangan bicarakan
tentang ini lagi, lupakan kalau aku tahu apa yang terjadi”
“Hyung ...”
“Junhoe-ya, kau
adalah temanku, dan aku ingin kita tetap menjadi teman apapun yang terjadi. Aku
hanya ingin melupakan masalah ini dan kita kembali berteman seperti dulu, kita
bertiga, aku, kau, dan Hanna. Mulai sekarang aku tidak akan peduli dengan
hubungan kalian berdua dibelakangku, aku akan menutup mata untuknya. Tapi aku
mohon, bisakah kita kembali seperti dulu? Apa kau masih ingin menjadi temanku?”
Sayangnya,
tatapan Jiwon sangat menekan hatinya. Junhoe sekarang tidak punya kekuatan
untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi antara dia dan Hanna, Jiwon memohon
padanya dan Junhoe tentu saja memilih temannya.
“Mianhae Hyung”
“Jangan minta
maaf, ini bukan sebuah kesalahan”
Terkadang cinta
sangat tidak tetap jika hadir dalam sebuah pertemanan seperti ini, karena cinta
itu bisa menghancurkan semuanya, membuat air mata jatuh tidak tertahan.
&&&
Kim Jiwon, Koo
Junhoe, dan Hanna Jung. Mereka memilih untuk melupakan apa yang sudah terjadi,
menutup kedua mata dan telinga dari semua yang sudah mereka lalui. Mereka
bertiga adalah teman, dan tentu saja mereka akan memilih pertemanan mereka
walau apapun yang terjadi.
Dan beberapa
hari sudah berlalu, benar-benar tidak terasa kalau hari begitu cepat berganti.
Juga dengan seiring itu, mereka bertiga sudah bisa kembali seperti dulu, mereka
yang berteman dan bahagia.
Kim Jiwon tetap
memilih tersenyum dan berdiri didepan Junhoe dan Hanna, dia sama sekali tidak
ingin tahu dan peduli apa yang terjadi antara mereka. Sudah cukup hanya sampai
itu yang ingin Jiwon ketahu tentang mereka, dan jika dia lebih banyak tahu maka
mungkin hatinya tidak akan bisa bertahan.
Malam ini adalah
malam terakhir untuk mereka bertiga menghabiskan waktu bersama, besok siang
Junhoe dan Hanna akan pergi dan meninggalkan Jiwon. Dan untuk mengiringi itu,
mereka bertiga membuat pesta perpisahan, ah walaupun ini bukan perpisahan
selamanya.
Ronde pertama
mereka lalui dengan makan daging panggang dan soju, dan selanjutnya ronde kedua
mereka habiskan dengan bernyanyi ria ditempat karoke.
Koo Junhoe sudah
terbaring di soda melihat Hanna dan Jiwon yang masih bernyanyi tidak karuan,
mereka bertiga sudah kehilangan kesadarannya sejak ronde pertama tadi, dan
memaksakan ronde kedua sampai sepertinya menghabiskan semua kesadarannya.
“Direktur
bangunlah, Direktur .. Direktur apa kau bisa mendengarku?” seorang pelayan
datang dan membawa salah satu dari mereka pulang, tapi sayangnya dia
meninggalkan dua sisanya begitu saja.
&&&
Jiwon membuka
matanya perlahan, telinganya terusik dengan suara ponsel yang terus berbunyi
didekatnya. Jiwon mendudukkan dirinya dan menyandar di kepala ranjang, memijat
kepalanya yang terasa sangat berat.
“Ah jinjja, aku
pusing sekali. Berapa banyak aku minum semalam dan aah .. perutku mual” Jiwon
mengusap wajahnya beberapa kali, lalu mengambil ponselnya dan kedua matanya
membulat saat melihat kalau ini sudah jam sepuluh.
Kedua mata sipit
Jiwon juga semakin membulat saat menyadari kalau dia berada disebuah Motel
dengan tidak ada sehelai bajupun ditubuhnya.
Jiwon memutar
matanya melihat sekeliling, bajunya yang berserakan dilantai dan tanda-tanda
kalau dia tidak tidur sendiri tadi malam. Sekilas ingatan semalam melintas
dimatanya, kalau semalam dia bersama Hanna. Dan mereka tidak sengaja melakukan
sesuatu.
Jiwon kembali
mengambil ponselnya dan menolak panggilan yang dari tadi masuk padanya, dia
menyingkirkan nama Direktur Song dan mencari Hanna dilayar ponselnya. Sekarang
hanya wanita itu yang ada dalam fikirnya, Hanna Jung.
Tapi sayangnya,
dia bangun terlalu siang. Jiwon terlambat, Hanna sudah ada dalam pesawat.
-TamaT-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar