Koo Junhoe !!
YA! Kenapa virus aneh
ini menyerangku disaat musim hujan datang? Dan entah kenapa aku tidak bisa
menahan diri dari pesona seorang namja yang lahir 27 hari lebih dulu dariku?
Woah jinjja jeongmal, aku benar-benar demam gara-gara seorang Koo Junhoe.
Aku membaca FF dengan
cast Koo Junhoe, dan pada akhirnya aku berakhir dengan perasaan menggila. Baper
gituh. Parahnya, itu bisa berlangsung sampai semalaman. Aku tidak bisa berhenti
tersenyum disetiap detiknya, sungguh aku tidak bisa menahannya. Entah mungkin
kalian tidak begitu percaya dan menganggap ini lebay, tapi hanya itulah yang
aku rasakan.
Baiklah, lupakan semua
itu. Lupakan juga June, walaupun mungkin butuh waktu lama dan namja lain untuk
pengalih perhatian. Kita baca cerita gila ini. Sinosijak.
Tittle : You
Genre : Marriage life, Romance
Length : Oneshot
Author : Cifa Rakay
Cast : Koo Junhoe // Han Yoonji //
Kim Jinhwan // Kim Jiwon // Kim Donghyuk
“Seperti kita bermain sebuah
permainan, semakin sering kita memainkannya dan semakin kita menyukainya, maka
rasa bosan akan datang lebih cepat. Begitu juga dengan cinta, semakin kita
menyukai seseorang maka semakin besar kemungkinan suatu saat kita akan
kehilangan rasa suka terhadapnya. Cinta juga bisa menjadi bosan. Karena setiap
hembusan angin yang berhembus membawa
banyak perubahan”
####### -_- #######
Koo Junhoe menoleh
kearah pintu yang baru saja terbuka, dia tersenyum kecil melihat siapa yang
datang. Tapi meski ada senyuman, dia sama sekali tidak berniat untuk menyambut
atau mengatakan apapun padanya, Jonhoe masih tidak mau beranjak dari
kegiatannya memasak ramyeon.
Sementara itu, seorang
wanita yang sudah hampir satu minggu tidak menginjakkan kakinya di rumah ini,
juga sepertinya tidak berniat menyapa pria yang dia tinggalkan seminggu ini.
Pada akhirnya, seperti
biasa. Benar-benar sepi dan tidak ada senyuman. Walaupun kadang hubungan mereka
menjadi sangat hangat, tapi tetap saja hubungan mereka sulit dimengerti, bahkan
oleh keduanya.
Wanita itu berjalan
perlahan menuju kamarnya. Dia memang sangat lelah, seluruh tubuhnya terasa kaku
dan sedikit ngilu. Seminggu tidur dengan pekerjaan yang menumpuk benar-benar
membuatnya lelah, lagipula siapa yang bisa tidur nyenyak di rumah sakit.
Praankk
Suara benda jatuh
bersamaan dengan erangan pelan Koo Junhoe membuat wanita itu kembali beranjak
dari tempat tidurnya, dia berlari menuju dapur dan melihat apa yang terjadi.
“...eoh Han Yoonji?”
Koo Junhoe melirik wanita itu yang sekarang sudah berdiri disampingnya.
“Apa yang terjadi?” Han
Yoonji, wanita itu masih bertanya walaupun dia sudah tahu kalau Junhoe
menumpahkan panci ramyeonnya.
“Bukan apa-apa, aku
hanya menjatuhkannya”
“Apa kau terluka?” Han
Yoonji masih berdiri disana tanpa merubah ekspresinya melihat Junhoe.
“Eoh ...” Junhoe
mengangguk dan tersenyum menatap Yoonji.
Dan entah kenapa,
senyuman Junhoe membuat lidah Yoonji kelu untuk kembali bertanya “Dimana yang sakit? Apa lukanya parah?”
. Hatinya hanya sedikit bergetar, tapi
jantungnya berdetak sangat cepat setelah melihat senyuman itu. Yoonji merasa dia
benar-benar istri yang mengecewakan, bahkan dia membiarkan suaminya hanya makan
ramyeon untuk makan malamnya. Dan sekarang, Yoonji hanya berdiri diam melihat
suaminya mengatakan kalau dia terluka.
“... eo-eodi?” Yoonji
hanya sedikit melangkah mendekati Junhoe.
“Yoonji-ya ...” Junhoe
berdiri dan mendekat padanya, hanya berdiri dihadapannya.
Bibir Yoonji kembali
merapat, dia bahkan baru menyadari kalau wajah Junhoe penuh dengan luka lebam.
Pelipis mata kanannya bengkak, warna hijau ke-unguan terlihat dibeberapa titik
diwajahnya, dan luka basah yang pasti masih sangat perih di ujung bibirnya.
Apa yang terjadi?
Kenapa Yoonji baru menyadari itu walaupun dari beberapa detik lalu Junhoe
tersenyum menatapnya, sekarang dia benar-benar merasa tidak berguna sebagai
istri. Dia tidak bisa mengurus suaminya sendiri, mengetahui apa yang terjadi
pada suaminya saja dia tidak tahu. Payah,
batinnya.
“Gwaenchana, tidak usah
melihatku seperti itu” Junhoe melangkah mundur dan mengambil panci yang tadi
dia jatuhkan, membersihkan ramyeon yang sekarang berserakan dilantai.
“Apa yang terjadi
padamu Jun_” ucapan Yoonji terhenti saat dia melihat Junhoe mengambil panci itu
dengan tangan yang dihiasi perban. Sebenarnya apa yang terjadi pada suaminya
sampai dia seperti itu.
“Mwoya?” Junhoe kembali
berbalik dan melihat Yoonji.
“Kenapa kau seperti
ini? Apa yang terjadi padamu? Apa kau berkelahi?”
“Tidak apa-apa, aku
baik-baik saja. Kau tidak usah memikirkannya, tidurlah ... bukankah kau pulang
untuk tidur?” Junhoe sekilas tersenyum sebelum dia kembali membersihkan sisa
ramyeon di lantai itu.
Yoonji masih tidak
beranjak dari sana, dia hanya menghembuskan nafas pelan melihat sekelilingnya.
Rumah ini berantakan. Pasti Junhoe hanya makan dan tidur tanpa membersihkan
rumahnya, dia bukan tipe orang yang peduli kebersihan lingkungan. Banyak sampah bungkus ramyeon
berserakan dimeja, piring kotor yang menumpuk, dan pastinya lantai yang sangat
berdebu.
“Wae?” Junhoe mengikuti
arah pandangan Yoonji, dia tersenyum malu dan memijat tengkuknya menyadari
Yoonji sedang mengamati rumah ini. “Aah mian, aku tidak bisa membereskannya.
Aku juga sibuk dengan pekerjaanku, jadi aku_”
“Apa kau hanya makan
ramyeon?” Yoonji memotong penjelasan Junhoe dan berjalan kembali kehadapannya.
“Ani, aku kadang makan
diluar bersama teman”
“Lalu apa yang terjadi
padamu?”
“Sudah kubilang, ini
tidak apa-apa, tidak usah kau fikirkan. Gwaenchana ...” Junhoe kembali
tersenyum untuk menutupi keadaannya. Yah pasti dia berbohong, dengan luka
seperti itu tidak mungkin kalau dia baik-baik saja, setidaknya pasti ngilu dan
nyeri dia rasakan dilukanya.
“Apa kau sudah
mengobati lukamu?”
“Eoh, aku juga sudah
membeli obat. Sudahlah jangan menatapku seperti itu, aku baik-baik saja
Yoonji-ya”
“Baiklah” Yoonji
berbalik dan hendak melangkah saat Junhoe menahan sebelah tangannya. Yoonji
akhirnya kembali berbalik menatap Junhoe.
“Gomawo”
“Wae?”
“Kau sudah pulang dan
menanyakan kabarku, gomawo ...” Junhoe mengecup kening Yoonji sekilas sebelum
dia pergi meninggalkan Yoonji yang kembali terpaku, terjebak dengan hatinya
sendiri.
Sekarang, Yoonji
merasakan hatinya benar-benar bergetar. Dia sampai tidak bisa menahan air mata
yang tiba-tiba keluar dari matanya, hatinya sesak. Suami istri apa yang seperti
ini, hanya menyembunyikan perasaannya masing-masing. Ouh astaga. Bahkan usia
pernikahan mereka belum genap satu bulan.
Yoonji menghapus air
mata di pipinya, kembali berjalan mendekati Junhoe. “Apa kau mau aku masakan
sesuatu untukmu? Ramyeonnya tumpah, kau juga belum makan”
Junhoe menahan
langkahnya, masih berdiri ditempat yang sama, dia hanya berbalik dan tersenyum,
mengangguk pelan sebagai jawaban untuk pertanyaan Yoonji.
### -_- ###
“Yoonji-ya,
bagaimana kalau kita bertemu besok? Sekarang aku harus kembali rapat dengan
yang lain, aku tidak bisa bicara banyak denganmu, pekerjaanku sangat banyak ..”
“Geurae, kita bicarakan
besok saja. Maaf sudah mengganggumu, annyeong” Lep- Yoonji memutuskan sambungan
telfon mereka, mengakhiri pembicaraannya dengan seorang pria di seberang sana.
Yoonji kembali menghembuskan
nafas gusarnya, dia mengusap titik air mata dipipinya lalu menjatuhkan dirinya
diatas ranjang. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, dan tetap
saja dia tidak bisa berhenti menangis.
Melihat Junhoe seperti
itu benar-benar membuatnya merasa bersalah. Walaupun jelas sekali kalau Junhoe
terluka seperti itu bukan salahnya, tapi sebagai istri, bagaimana dia bisa
tidak tahu apa yang terjadi pada suaminya.
Yoonji membuka matanya,
kembali menghapus air mata dikedua pipinya. Dia berjalan keluar dari kamarnya
dan membuka pintu kamar disebelahnya, melihat Junhoe yang terbaring
diranjangnya.
“Wae?” Junhoe merubah
posisinya menjadi duduk, dia menatap Yoonji yang terus berjalan menghampirinya.
“Kau bahkan tidak
menelfon dan memberi tahuku kalau kau terluka seperti ini, apa yang terjadi
padamu?”
“Seminggu ini kau juga
tidak memberiku pesan atau menelfonku, jadi mungkin aku juga harus seperti itu
padamu. Lagi pula aku tidak mau mengganggu pekerjaanmu”
“Keundae Jun_”
“Yoonji nan jeongmal
gwaenchana!”
Yoonji kembali
merapatkan bibirnya mendengar kata itu lagi dari Junhoe, dia tidak tahu harus
bertanya apa lagi untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Junhoe, atau
dengan siapa dia berkelahi sampai seperti ini. Junhoe menyembunyikannya dengan
baik.
“Yoonji .. Han Yoonji
.. apa kau tidak mau kembali ke kamarmu?”
Suara Junhoe menyatukan
Yoonji dengan kesadarannya lagi. Yoonji berjalan dan mendudukkan dirinya
disamping Junhoe begitu saja, membuat pria itu menatapnya dengan pertanyaan.
“Aku tidak tahu, aku
juga tidak peduli jika kau menolak, tapi sepertinya aku harus tidur denganmu
malam ini” tanpa senyuman Yoonji menarik selimut dan menyelimuti setengah
tubuhnya seperti Junhoe.
“Jinjja?” Junhoe
tersenyum tanpa melepas tatapannya dari Yoonji.
“Hemh”
“Keundae wae?”
Yoonji tidak langsung
menjawab, dia mendalamkan tatapannya dimata Junhoe. Mencoba memberi tahu kalau
dia sungguh merasa bersalah membiarkan suaminya seperti ini, terluka dan
sendirian tanpanya.
“Kau sedang sakit ...”
“Hanya itu?”
Yoonji kembali tidak
menjawab dan hanya terus menatap Junhoe.
“Wae? Ada apa, kenapa
menatapku seperti itu?”
“... mianhae June”
karena tidak berhasil mengatakan itu hanya dengan tatapannya, akhirnya Yoonji
memberanikan diri mengatakan itu secara langsung dari bibirnya. Yoonji memeluk
Junhoe yang menatapnya tidak mengerti, tapi beberapa detik mereka diam dengan
seperti itu, Junhoe membalas pelukan itu. Merapatkan tubuh mereka.
“Maaf untuk apa?”
“Mianhae ...”
“Jangan menangis, aku
tidak apa-apa. Setidaknya walaupun ini terus terjadi padaku, tapi kau sudah
menjadi milikku. Kau sudah menjadi milikku, Han Yoonji” Junhoe memberi
penekanan diakhir kalimatnya, mengingatkan lagi kalau sekarang mereka sudah
benar-benar terikat.
Yoonji menarik nafas
dalam, menyesap wangi tubuh suaminya, mencoba menenangkan dirinya dan berhenti
menangis. Pelukan hangat Junhoe selalu memberi ketenangan untuknya, walau hanya
beberapa kali dia merasakannya.
### -_- ###
Matahari sudah
bersinar, walaupun masih belum terlalu bersinar terang, tapi itu cukup untuk
mengejutkan mereka yang masih terlelap.
Yoonji perlahan memutar
bola matanya, melihat pria yang terpejam dengan damai disampingnya. Sedikit
senyuman terukir dibibir Yoonji, ini adalah kali kedua dia terbangun disamping
suaminya. Hanya saat malam pernikahannya dan sekarang.
Tangan Yoonji bergerak
menyisir poni Junhoe yang menutupi keningnya, membelai kedua matanya, dan
mengusap pipi chubby yang dulu pernah sangat dia sukai.
Dulu? Han Yoonji memang
menyukai Koo Junhoe, bahkan mungkin sempat tergila-gila padanya. Tapi entah
kenapa setelah Junhoe memutuskan untuk menikah dengannya, perasaan itu seperti
menghilang. Atau mungkin perasaan itu hanya terkubur dalam dihatinya dan
terhalang benteng yang tebal, atau entahlah mungkin Yoonji hanya ingin
menyembunyikannya sekarang.
Jari Yoonji berhenti
tepat dibibir itu, bibir yang tidak terlalu tebal tapi dia ingat kalau rasanya
sangat manis. Yoonji kembali tersenyum mengingat sentuhan bibir manis itu.
Tidak, tidak ada yang
terjadi. Yoonji tidak ingin terjadi sesuatu, dia beranjak dan mengikat
rambutnya sebelum pergi dari kamar itu.
Beberapa lama sudah
berlalu. Entah berapa waktu yang berlalu tadi, sekarang Yoonji sudah rapi
dengan bajunya dan selesai menyiapkan sarapan untuk mereka. Yoonji kembali ke
kamar Junhoe, melihat pria itu masih saja damai dengan tidurnya.
“Junhoe ... Junhoe
irreona ... Ya June!”
“Hemm ...” hanya
gumaman kecil yang terdengar menjawab panggilan Yoonji.
“June, kau tidak akan
bangun?” Yoonji berdiri disamping ranjang menatap Junhoe yang mengusap-usap
wajahnya.
“Wae?” Junhoe akhirnya
bangun, walaupun dia masih duduk dan memejamkan matanya lagi.
“Buka matamu”
“Jam ... jam berapa
sekar- aakh ...” Junhoe menarik selimutnya, menyembunyikan sebelah tangannya
yang dibalut perban.
“Wae?”
“Anio” Junhoe langsung
bisa kembali menguasai dirinya dengan cepat.
“Tapi,
jelas-jelas kalau dia menahan sakit kenapa masih bicara tidak-tidak. Apa luka
ditangan Junhoe benar-benar parah? Atau itu sangat menyakitkan?” Yoonji
hanya terus bicara dalam benaknya, dia tahu Junhoe tidak akan menjawab jika dia
bertanya lagi.
“Geurae, aku sudah
menyiapkan sarapan” Yoonji pergi meninggalkan Junhoe di kamar itu, dia kembali
menyiapkan sesuatu di meja makan.
Junhoe keluar sudah
dengan kemeja rapi, walaupun dasinya belum terikat dan masih menggantung
dilehernya. Dia menarik kursi dan duduk dihadapan Yoonji, menatap beberapa
makanan yang tersaji dihadapannya.
“Wae?”
“Ani. Aku hanya sudah
lama tidak makan masakanmu ...” Junhoe tersenyum lalu mengambil sendok dengan
tangan kirinya.
Yoonji hanya diam
melihat itu, jika dia bertanyapun maka jawaban Junhoe akan tetap sama, “Aku baik-baik saja”. Lagipula Yoonji
mengerti kenapa Junhoe makan dengan tangan kirinya, tangan kanannya yang masih
dibalut perban pasti masih sakit sampai dia tidak bisa menggunakannya untuk
mengikat dasi dan menyuap makanan.
Sarapan pagi ini
berlalu seperti sarapan mereka biasanya, yang terdengar hanya benturan alat
makan mereka. Tidak ada pembicaraan berarti ataupun ringan antara mereka, hanya
diam yang mereka pilih.
“Kau tidak bekerja?”
Junhoe sekilas melirik Yoonji yang merapikan bantal sofa lalu kembali fokus
pada sebelah tangannya yang berusaha memasukkan laptop kedalam tasnya.
“Aku sudah minta libur,
aku sudah bekerja lembur selama seminggu, dan itu melelahkan”
“Geurae, istirahatlah”
“Sebelum itu aku harus
membersihkan ulahmu, lihatlah rumah ini sangat kacau ...”
“Geurae, mianhae ...”
Junhoe beranjak dari sofa dan tersenyum, walaupun dibalik senyuman itu dia
sangat merasa kesal karena laptop itu masih tidak bisa masuk kedalam tasnya.
“Apa sebaiknya kau juga
tidak bekerja, kufikir lukamu itu masih sangat sakit” Yoonji menghampirinya dan
memasukan laptop itu kedalam tasnya, lalu mendekat dan menatap sekilas manik
Junhoe sebelum dia mengikatkan dasinya.
“Banyak pekerjaan di kantorku,
aku harus bekerja”
“Hemh baiklah, kau
memang selalu seperti itu”
Tubuh Junhoe sedikit
menegang saat hembusan nafas Yoonji terasa dilehernya, seperti ada sesuatu yang
menggelitik punggungnya dengan udara panas. Yoonji berada sangat dekat
dengannya, dia sesekali berjinjit merapikan kerah belakang kemeja Junhoe,
membuat mereka sangat dengat untuk bisa merasakan hembusan nafas masing-masing.
Yoonji langsung
mengangkat wajahnya menatap tepat kedua mata Junhoe, sedikit terkejut saat Junhoe
menarik pinggangnya setelah dia selesai
mengikat dasi itu. Junhoe membuat tubuh mereka merapat, dan tentu saja
memberikan sensasi aneh entah untuk keduanya atau hanya salah satu diantara
mereka.
“... a-pa?”
“Memang aku seperti
apa?”
“Mwo?”
“Kau bilang aku selalu seperti
itu, dan aku tanya seperti apa aku memangnya? Seperti apa aku dimatamu, Han
Yoonji?”
“... ka-kau selalu me_”
Junhoe tahu kalau dia
sudah membuat Yoonji bingung dengan pertanyaannya, dan Yoonji pasti tidak bisa
menjawab. Jadi karena itu Junhoe menghentikan Yoonji dengan menempelkan
bibirnya tepat diatas bibir Yoonji.
Yoonji masih membuka
matanya, masih mencoba berfikir apa yang terjadi sekarang, menahan jantungnya
yang tiba-tiba berdetak lebih cepat daripada saat berlari. Tapi kehangatan
Junhoe sekarang membuatnya tidak bisa menolak, dia perlahan memejamkan matanya
dan sedikit membuka bibirnya, menyuruh Junhoe untuk memimpin permainan mereka
sekarang. Tangan Yoonji yang diam didada Junhoe hanya bergerak perlahan
mengusap leher dan rambut Junhoe, tidak menolak jika Junhoe terus merapatkan
tubuh mereka dan memperdalam ciumannya.
### -_- ###
Yoonji tersenyum
melihat orang yang sudah dia tunggu beberapa menit lalu akhirnya datang juga,
pria yang bicara dengannya di telfon tadi malam.
“Ah mian, kau lama menungguku?”
pria berjas itu tersenyum dan memperlihatkan lesung pipinya, sangat manis. Dia
duduk dihadapan Yoonji.
“Eoh, aku menunggumu
dari tadi. Apa kau benar-benar sibuk?” Yoonji membalas senyuman manis pria yang
sebentar lagi akan menjadi keluarganya.
“Pekerjaanku
akhir-akhir ini tidak pernah selesai, bahkan aku selalu lembur tapi semua itu
masih tidak pernah selesai. Ini melelahkan ...”
Yoonji berdecak melihat
ekspresi pria itu yang meyakinkan kalau pekerjaannya benar-benar melelahkan,
tapi itu mungkin tidak se-melelahkan dalam fikirannya.
“Geurae, arasseo.
Minumlah, aku sengaja pesan untukmu” Yoonji sedikit memajukan dagunya menunjuk
segelas jus dingin dihadapannya.
“Tentu saja kau harus
mentraktirku minum, kau mendadak minta bertemu dengan orang sibuk sepertiku
jadi harus memperlakukanku dengan baik” pria itu tersenyum dan menyesap jus
dingin itu.
“Donghyuk-ah, apa kau
tahu Junhoe berkelahi dengan siapa?”
“..ohok- mh ... mwo?”
pria yang dipanggil Donghyuk itu hampir saja menyemburkan minuman didalam mulutnya.
“Mworageo?”
“Ada apa denganmu,
kenapa terkejut begitu. Kau pasti tahu kenapa Junhoe terluka seperti itu, jadi
kau juga pasti tahu dia berkelahi dengan siapa”
“Ya! Junhoe hanya
terluka karena kecelakaan ...” Donghyuk mengusap pipinya yang sedikit basah
karena batuk tadi.
“Jangan bohong, katakan
saja dengan siapa” Yoonji mengganti posisi duduknya, lebih condong kedepan dan
menatap Donghyuk mengintrogasi.
“Ya! Han Yoonji ... “
“Hey, sebentar lagi aku
akan menjadi kakak iparmu tapi kau malah memanggil namaku seperti itu,
benar-benar tidak sopan” Yoonji berdecak meledek Donghyuk.
“Ah geurae, aku lupa
itu. Tapi walaupun aku ingat, tetap saja rasanya aku tidak bisa lupa kalau kau
lebih muda tiga bulan dariku Yoonji-ya. Apa aku harus memanggilmu Noona?”
“Aish. Baiklah terserah
kau saja” Yoonji memalingkan pandangannya dan ikut menyesap jus miliknya.
“Keundae ... kenapa
tiba-tiba kau menanyakan itu padaku?”
“Mau seperti apa aku
bertanya pada Junhoe, dia tidak akan pernah mengatakan apapun padaku. Jadi kau
yang harus mengatakannya padaku, palli Kim Donghyuk!”
“Ya! Memangnya kau
benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada suamimu sendiri hah? Istri macam
apa kau ini, bertanya tentang suamimu pada orang lain”
“Ya Kim Donghyuk!”
Yoonji menyerang pria bermarga Kim itu dengan tatapan lasernya. Pria ini
benar-benar banyak bicara.
“Aish geurae geurae,
kau menakutkan. Koo Junhoe berkelahi dengan Jinhwan Hyung”
“Mwo?” kedua mata
Yoonji membulat mendengar itu. “Jinjja? Kenapa Junhoe berkelahi dengan Jinhwan
Oppa?”
“Apa lagi, tentu saja
itu karenamu. Mereka memperebutkanmu, memangnya apa lagi yang bisa membuat
mereka berkelahi sampai seperti itu?”
Yoonji terdiam. Junhoe
dan Jinhwan berkelahi karena dirinya, apa yang sebenarnya mereka lakukan.
Kenapa mereka berdua masih terus seperti itu.
“Ya! Kau ini pura-pura
tidak tahu atau bagaimana, kenapa menanyakan ini padaku padahal mereka
berkelahi di rumah sakit tempatmu bekerja”
“Mwo?” dan itu menambah
pukulan untuk Yoonji. Apa saja yang dia lakukan sampai benar-benar tidak tahu yang
terjadi dengan suaminya.
“Apa Jinhwan Hyung
tidak mengatakan apapun padamu? Kurasa dia juga terluka seperti Junhoe, mungkin
saja dia lebih parah karena Junhoe benar-benar marah padanya”
“Donghyuk-ah, apa kau
juga tahu apa yang mereka masalahkan?”
“Sudah kubilang itu
karenamu, mereka masih memperebutkanmu. Apa kau juga pura-pura tidak tahu kalau
Jinhwan Hyung masih menyukaimu?”
“Kapan mereka
berkelahi?”
“Kemarin, kau juga
tidak tahu itu? Aish jinjja. Ya Han Yoonji! Sebenarnya apa saja yang kau
lakukan sampai tidak tahu apapun, woah aku jadi kesal melihatmu” Donghyuk
kembali menyesap jusnya untuk sedikit meredakan emosi.
“Gomawo Donghyuk-ah,
jalgayo” Yoonji mengambil tasnya dan dengan cepat meninggalkan kafe itu begitu
saja.
“Ya! Beginikah kau
memperlakukan calon adik iparmu?” Donghyuk hanya bisa melihat Yoonji yang
dengan cepat menghilang dari pandangannya.
### -_- ###
Pintu rumah itu
terbuka, memperlihatkan seorang pelayan yang dengan sopan tersenyum pada Yoonji
yang sudah beberapa lama berdiri dibalik pintu itu.
“Maaf sudah membuatmu
menuggu lama” ucap pelayan itu seraya membungkuk.
“Tidak apa-apa. Apa aku
bisa bertemu dengan Kim Jinhwan?”
“Tuan sedikit sakit,
tapi aku bisa memberitahunya kalau kau datang. Silahkan masuk” pelayan itu
kembali masuk bersama Yoonji.
Sebenarnya, Han Yoonji
tidak tahu apakah ini benar atau tidak, tapi mungkin ini sudah seharusnya.
Sesuatu yang hilang memang bisa saja kembali, tapi itu tidak akan sama seperti
sebelum menghilang.
Yoonji menoleh dan
beranjak dari sofa saat mendengar langkah kaki, Kim Jinhwan berjalan
menghampirinya. Yoonji tersenyum.
Seperti yang Donghyuk
katakan, luka Jinhwan memang lebih banyak dan sedikit lebih parah dari Junhoe,
tapi entah kenapa saat melihat pria itu tersenyum padanya, Yoonji merasa kalau
Jinhwan adalah hanya tersangka yang membuat suaminya terluka.
“Yoonji-ya, kenapa kau
kesini?” Jinhwan menyeret sebelah kakinya untuk berjalan, wajahnya masih penuh
dengan perban dibeberapa titik.
“Aku sengaja datang
untuk menjengukmu, Oppa. Kau tiba-tiba menghilang dan tidak bekerja, kenapa
tidak beri tahu aku jika Oppa sakit?”
“Mian, ada sedikit
kecelakaan”
Mereka terdiam, hanya
duduk dan entah kenapa menjadi canggung seperti ini. Atau mungkin karena
Jinhwan sudah tahu kalau Yoonji datang untuk bertanya tentang Junhoe.
“Oppa, boleh aku
bertanya?” Yoonji kembali membuka pembicaraan.
“Hem. Mwoe?”
“Aku sudah tahu kau
berkelahi dengan Junhoe_”
“Yoonji-ya, kau tahu
kalau aku ingin bersamamu?” tapi Jinhwan memotong begitu saja, rasanya dia
tidak tahan dengan ini.
“Oppa, aku mohon
hentikan. Jangan seperti ini ...”
“Mwo? Kau tidak suka
jika aku seperti ini? Tapi bukankah kau menyukaiku dan ingin aku_”
“Geumanhae Oppa” Yoonji
menatap Jinhwan penuh harap. Baginya, ini sudah selesai, jauh sebelum Jinhwan
menyadari itu.
“Wae?”
“Aku sudah menikah
Oppa, sekarang aku sudah bersamanya, jadi aku mohon berhentilah seperti ini”
“Jadi itu karena
Junhoe?”
“Ani ..” Yoonji
menggeleng pelan, merubah tatapannya menjadi penuh penjelasan pada Jinhwan.
“Ini bukan karena Junhoe, tapi ini karena kau, Oppa. Ini karena Oppa yang
membuatku mengakhirinya, aku tidak menyukaimu lagi, aku sudah lelah_”
“Han Yoonji jebal,
mianhae. Aku tahu ini terlalu lama untukmu, tapi maaf karena baru menyadarinya
setelah sekian lama. Maaf karena membuatmu merasakannya sendiri, aku mohon
biarkan aku bersamamu dan membuatmu kembali menyukaiku ...”
“Andwae, itu tidak
bisa. Oppa, kau mungkin tidak mengerti kalau aku sangat menyukaimu sampai
membuatku hampir gila, aku selalu memikirkanmu dan berharap kau bisa melihatku,
aku benar-benar menyukaimu. Tapi, sampai selama itu, Oppa masih tidak melihat
kearahku, Oppa hanya mengabaikanku_”
“Yoonji-ya mianhae ...”
“Maaf Oppa, aku
terlanjur membuang semua perasaan itu. Aku tidak bisa menahannya terlalu lama,
tidak bisa jika aku hanya terus sendirian, kau membuatku memilih untuk membuang
semua perasaan itu Oppa. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba kau jadi seperti ini?
Kau bersikap seolah sangat mencintaiku, waeyo Oppa?”
“Tapi aku benar-benar
mencintaimu Han Yoonji!”
“Anio Oppa, itu bukan
cinta, itu hanya perasaan ingin memiliki. Bukankah kau seperti ini karena tahu
perasaanku? Bahkan dulu kau tidak pernah mau melihatku. Jadi berhentilah Oppa,
jangan terus seperti ini”
Jinhwan terdiam, dia
memalingkan pandangannya dari tatapan Yoonji. Perkataan Yoonji memang ada
benarnya, tapi dia merasa tidak semuanya benar seperti itu, sekarang dia
benar-benar menyukai Han Yoonji. Dan ternyata perasaan itu sudah terlambat.
“Kau mencintainya?”
Yoonji tidak menjawab,
dia rasa Jinhwan sudah tahu jawabannya. Ini hanya pertanyaan untuk mengalihkan
perasaan ditolaknya, jadi setidaknya Jinhwan bisa menyalahkan Junhoe.
“Geurae, kau
mencintainya” Jinhwan tersenyum hambar.
“Oppa, aku menyukai Koo
Junhoe tidak seperti aku menyukaimu, aku hanya senang melihatnya. Tapi, Junhoe
terus tersenyum padaku, dia selalu melihatku, dan dia mengatakan kalau dia
menyukaiku ...”
“Hajima”
“Junhoe berubah menjadi
dingin padaku saat tahu kalau aku menyukaimu, walaupun saat itu tidak ada yang
tahu kalau sebenarnya hatiku sudah melupakanmu. Tapi tiba-tiba Oppa datang dan
mengatakan kalau Oppa menyukaiku, membuat Junhoe datang dan menikahiku”
“Hajima Yoonji-ya”
“Awalnya aku kira
alasan Junhoe menikah denganku adalah karena Oppa, tapi ternyata aku tahu kalau
dia benar-benar mencintaiku. Junhoe sangat mencintaiku_”
“Ya! Aku bilang
hentikan! Berhentilah Han Yoonji ...”
“Maafkan aku Oppa, tapi
sepertinya kita harus berakhir seperti ini. Aku memang tidak menyukai Junhoe
seperti dulu aku menyukaimu, tapi aku mencintainya, aku mencintai suamiku. Jadi
aku mohon berhenti sampai disini. Oppa pasti akan bertemu dengan wanita yang
lebih baik dariku, yang tidak akan lelah mencintaimu selamanya. Mianhae ...”
Yoonji beranjak dan pergi meninggalkan Jinhwan.
### -_- ###
Han Yoonji berjalan
masuk, memakai sandal rumah dan membawa belanjaannya masuk kedalam. Dia sedikit
mengernyitkan alis melihat jas dan tas Junhoe di sofa.
“Eoh wasseo?”
Yoonji langsung menoleh
kearah suara berat yang sangat dia kenal, siapa lagi jika bukan Koo Junhoe.
Yoonji sedikit menarik bibirnya untuk tersenyum.
“Apa kau baru pulang?”
Junhoe hanya mengangguk
menjawab pertanyaannya, dia masih berusaha melepaskan ikatan dasinya dengan
sebelah tangan.
“Kau dari mana?”
“Aku belanja, disini
sudah tidak ada makanan. Tunggu sebentar, biar aku lepaskan dasimu” Yoonji
berjalan ke dapur dan menyimpan belanjaanya, lalu dengan cepat kembali dan
berdiri dihadapan Junhoe.
“Wae?” Junhoe hanya
berkedip dan sedikit menjauh saat Yoonji berdiri dihadapannya.
“Gwaenchana?”
“Tentu saja, aku tidak
apa-apa. Kau kenapa?”
“Kau sudah makan?”
Yoonji perlahan melepaskan ikatan dasi Junhoe, menatapnya, dan sedikit
tersenyum.
“Eoh, aku tadi makan
bersama teman di kantor. Apa tadi kau hanya belanja?”
“Aku juga bertemu calon
adik iparku, kami bicara sebentar tadi”
“Ah geurae, sebentar
lagi Donghyuk akan menikah dengan adikmu. Aish kenapa harus dia yang menjadi
adik iparku, bahkan dia dua bulan lebih tua dariku. Sepertinya waktu itu aku
lebih baik mengenalkan Han Yoonchi pada Chanwoo ...”
“Ania, biarkan saja
Yoonchi memilih pria-nya sendiri”
“Aah mungkin ini akan
menjadi tidak enak nanti, aku akan bertemu Donghyuk di kantor dan menjadi kakak
iparnya di rumah_”
“June ...” Yoonji
tiba-tiba mengusap pipi Junhoe, membuatnya berhenti bicara dan memasang tatapan
aneh.
“Wae?” Junhoe kembali
menguasai dirinya.
“Aku akan menyiapkan
air hangat untukmu, kau mandilah” Yoonji melangkah mundur dan pergi begitu
saja.
Sementara Junhoe masih
berdiri disana, dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Yoonji sampai berubah
seperti itu. Menurutnya dia jadi sedikit .. perhatian, dan hangat. Ini memang
menyenangkan, tapi pasti ada sesuatu yang terjadi padanya.
Rambut Junhoe masih
basah, dia sekarang berusaha melilitkan perban baru untuk tangan kanannya. Dan
rasanya dia kesal karena ini tidak berjalan dengan baik jika hanya menggunakan
satu tangan.
“Aisshh ...” Junhoe
meringis dan melirik pintu kamarnya yang terbuka dan menunjukkan Yoonji yang
berjalan menghampirinya. “Wae?” Junhoe menatap Yoonji.
“Biar aku bantu” Yoonji
dengan cepat duduk disamping Junhoe dan melilitkan perban baru ditangannya.
Baru sekarang dia bisa melihat luka yang Junhoe sembunyikan dibalik perbannya,
dan itu sedikit mengerikan. Yoonji tidak mengerti bagaimana Jinhwan dan Junhoe
berkelahi, apa mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong atau bagaimana,
luka-luka mereka terlalu banyak jika hanya berkelahi dengan tangan kosong.
“Yoonji, ada apa
denganmu?”
“Wae? Memangnya aku
kenapa?”
“Lupakan” Junhoe
memalingkan tatapannya dari Yoonji yang masih melilitkan perban ditangannya.
“June, aku sudah tahu
dengan siapa kau berkelahi”
“Lalu?”
“Kenapa kalian
berkelahi? Tidak adakah cara lain yang bisa kalian lakukan selain menyakiti
diri sendiri seperti ini?”
“Ya! Jika kau tahu
dengan siapa aku berkelahi, seharusnya kau juga tahu kenapa aku melakukannya.
Alasan kami berkelahi adalah kau, dan jika itu tentangmu maka sudah tidak ada
lagi yang bisa kami lakukan selain menghilangkan salah satu dari kami”
Yoonji mengikat perban
itu dan memotongnya. Entah kenapa perkataan Junhoe terdengar menyakitkan
untuknya, membuatnya semakin merasa bersalah karena sudah menyebabkan kekacauan
seperti ini. Dia juga tidak bisa melindungi Junhoe ataupun mereka berdua.
Tapi lepas dari semua
itu, sebenarnya ini bukan kesalahan Yoonji. Saat dia menikah dengan Junhoe, dia
sudah mengakhiri semuanya dengan Jinhwan, sesuatu yang bahkan tidak pernah
mereka mulai.
Dan disisi lain, Yoonji
semakin tahu kalau Junhoe benar-benar mencintainya. Ada perasaan lega
mengetahuinya, Junhoe tidak menikahinya karena Kim Jinhwan, tapi karena dia
mencintainya.
“June ...”
“Wae?”
“Jangan seperti ini,
berkelahi tidak ada gunanya dan hanya mem_”
“Lalu aku harus
bagaimana? Kau tidak tahu bagaimana perasaanku, bahkan aku juga tidak tahu
seperti apa perasaanmu padaku selama ini. Entah kau menyukaiku atau membenciku,
aku sama sekali tidak tahu apa yang kau rasakan padaku, aku tidak tahu kenapa
kau mau menikah denganku, dan aku tidak tahu bagaimana perasaanmu pada Jinhwan
Hyung. Kau membuatku gila Han Yoonji!” Junhoe melepaskan tangan Yoonji dan
beranjak. Dia berjalan beberapa langkah dan bersandar di dinding, mengusap
wajahnya kasar.
“Aku selalu tidak bisa
menahan diriku saat Jinhwan Hyung mengatakan akan merebutmu dariku, aku tidak
bisa membiarkannya berfikir bisa merebutmu, aku tidak ingin itu benar-benar
terjadi. Aku memang tidak tahu perasaanmu padaku, tapi sekarang kau sudah
menjadi milikku dan aku ingin mempertahankanmu sebagai milikku, selamanya ...”
Sebenarnya, Han Yoonji
juga mengerti perasaan itu. Junhoe hanya tidak tahu siapa yang ada dalam hati
Yoonji sekarang.
Yoonji tidak bisa
menahan air matanya lebih lama, dan karena itu dia sedikit berlari menghambur
kedalam pelukan Junhoe. Menyembunyikan diri dibalik dadanya, Yoonji memeluk
Junhoe sangat erat.
“Han Yoonji, apa kau
... a-apa kau menyukaiku? Apa yang sebenarnya kau rasakan padaku selama ini?
Apa kau membenciku?”
“Pabo ... pabo ...”
Yoonji melepaskan pelukannya dan memukul dada Junhoe pelan, dia menghapus air
matanya dan menatap Junhoe. “Apa kau fikir aku mau menikah dengan orang yang
aku benci? Kau fikir aku seperti itu? June, jika aku membencimu lalu untuk apa
aku mau menikah denganmu?”
Junhoe terdiam, dia
masih mencerna semua yang Yoonji katakan padanya. Apakah semua itu benar? Jika
memang benar, berarti selama ini perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.
“Tapi bagaimana dengan
Jinhwan Hyung, bukankah kau menyukainya?”
“Eoh, aku memang
menyukainya. Keundae June, apa kau tahu kalau perasaan suka itu bisa bosan dan
menghilang?”
“Apa maksudmu?”
“Perasaanku pada
Jinhwan Oppa sudah menghilang jauh sebelum kau datang dan tersenyum padaku,
tapi kau berubah saat tahu aku menyukainya dan membuatku tidak bisa lepas dari
Jinhwan Oppa. Aku menyukaimu June”
“Han Yoonji ...”
“June, aku menyukaimu
... bukan Kim Jinhwan”
Junhoe masih saja diam
dengan itu, entah otaknya tidak mengerti atau dia sedikit lola, tapi sikapnya
itu membuat Yoonji salah tingkah sekarang. Yoonji baru saja mengungkapkan perasaannya
dan Junhoe hanya diam, ini benar-benar membuat Yoonji tidak bisa menyembunyikan
rasa malunya. Yoonji menutup wajahnya dan menghadap dinding, dia harus
menghindari tatapan Junhoe sekarang.
“Yoonji-ya, kau adalah
milikku ... kau mengerti?”
Yoonji hanya mengangguk
pelan, suara Junhoe yang dibisikkan tepat ditelinganya sangat lembut dan hampir
terdengar seperti desahan, membuat Yoonji menegang untuk sesaat.
“Kau akan selamanya
milikku, aku akan melakukan apapun untuk mempertahankanmu. Tidak peduli jika
kau benar-benar membanciku, aku akan terus bersamamu ...”
Junhoe perlahan
mendekat, dan dengan cepat sudah mempertemukan bibir mereka. Dia mengurung
Yoonji dengan kedua tangannya di dinding itu, sepertinya Junhoe sungguh-sungguh
dengan perkataannya itu.
Tapi Yoonji mendorong
dada Junhoe pelan, melepaskan tempelan bibir mereka, membuat Junhoe kembali
membuka matanya dan hanya menatap Yoonji.
“Wae?”
“June ...”
“Kau baru saja
mengatakan kalau kau menyukaiku, apa kau tidak ingin menci_”
Yoonji mengapit pipi
Junhoe dengan kedua tangannya, berjinjit dan memotong perkataannya dengan
langsung menempelkan kembali bibir mereka.
“Kalau begitu, jangan
berhenti mencintaiku dan terus genggam tanganku disampingmu. Aku akan menjadi
milikmu, hanya untukmu”
Junhoe tersenyum. Sama
sekali dia tidak pernah menduga hal seperti ini akan terjadi, pengakuan
mengejutkan yang membuat jantungnya berdebar kencang.
### -_- ###
Han Yoonji tersenyum,
membuka matanya perlahan, melepaskan tangan Junhoe yang baru saja melingkar
dipinggangnya.
“Bangunlah, aku harus
bekerja ...”
Tapi tangan panjang itu
malah kembali melingkar dan semakin erat memeluk tubuh Yoonji. Junhoe
merapatkan tubuh mereka, memeluknya erat dari belakang.
“June lepaskan”
“Aku membuatmu bangun?”
Junhoe berbisik pelan.
“Emh. Sejak kapan kau
bangun? Apa kau juga melakukan sesuatu padaku tadi?”
“Bisakah hari ini kau
tidak bekerja lagi?”
“Tidak bisa, aku harus
mengurus semua pasienku, mereka sangat membutuhkanku”
“Aku juga
membutuhkanmu”
“Tapi mereka
membutuhkanku untuk bertahan hidup, jadi aku harus menolong mereka sekuat
tenaga. Dan untukmu, mulai sekarang aku berjanji akan selalu ada untukmu”
“Jeongmal?”
“Yakseok. Jadi sekarang
lepaskan aku, kau juga harus bekerja”
“Geurae
...” Junhoe melepaskan pelukannya.
Yoonji bangun dan
merapikan rambut panjangnya untuk di ikat, tapi dia kembali berbaring karena
Junhoe menariknya. Junhoe menahan Yoonji dengan tubuhnya.
“June!”
“Aku boleh bertanya?”
Junhoe tersenyum setelah mengecup sekilas bibir Yoonji.
“Mwo?”
“Apa kau mencintaiku?
Dan kenapa kau selalu dingin padaku? Kau tidak pernah memperhatikanku, kita
hanya menjadi hangat saat suasana tidak terduga. Kau membenciku?”
“Aku sama sekali tidak
membencimu, aku hanya tidak tahu bagaimana aku harus bersikap padamu. Aku tidak
tahu bagaimana perasaanmu padaku, apa kau mencintaiku?”
“Eoh, saranghae” Junhoe
menghentikan pembicaraan itu dengan bibirnya, dia kembali menempelkan bibir
mereka. Morning kiss.
-Fin-
Bagus bangett!!
BalasHapussukaaakkkkk awww
BalasHapus