Author: Cifcif
Rakayzi
Tittle: J ||
Genre: ? || Length: Ficlet || Rate: PG-15
Main cast: Koo
Junhoe, Lee Hyein
Aku berhenti berlari,
melanjutkan langkahku perlahan. Entah kenapa, senyuman selalu muncul saat aku
melihatnya, gadis berambut panjang itu. Aku masih berjalan perlahan,
menghampirinya yang duduk di ayunan itu, seperti biasanya dia saat tidak
terlalu baik.
Lihatlah, dia bahkan
tidak memakai jaket sama sekali. Apa dia sengaja membuat tubuhnya kedinginan di
malam musim gugur ini? Dia masih saja tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri.
“Ya! Kenapa sendirian
disini?”
Aku melepas mantelku
dan memakaikan itu di tubuhnya, sedikit memeluknya dari belakang. Dia terkejut,
tapi sedetik kemudian, dia melempar senyuman manisnya padaku. Senyuman yang
selalu aku sukai.
“Jun? Kenapa ada
disini?”
“Aku hanya lewat, dan
menemukan gadis yang sendirian disini,”
Dia tersenyum lagi.
Tapi sepertinya kali ini, ada sedikit kesedihan dalam senyumannya. Aku sudah
terlalu lama mengenalnya, dan aku tahu arti dari semua ekspresinya.
“Bukankah, aku memang
selalu sendirian?”
Jawabnya pelan, seolah
masih ragu untuk mengatakan itu. Dia masih memasang senyumannya, hanya menunduk
dan memainkan jarinya.
“Ya! Jadi selama ini
kau sama sekali tidak menganggap pacarmu huh?”
“Bukan begitu, kau
sangat berarti untukku Jun. Kau selalu ada disampingku, dan aku sangat terbantu
karena itu. Gomawo,”
“Kurasa itu sudah
tugasku,”
Aku merapatkan mantel
itu di tubuhnya, lalu duduk di ayunan sebelahnya. Sebenarnya aku bukan
kebetulan lewat, aku hanya sengaja datang kesini untuknya. Dia tadi menelfonku,
tapi hanya mengatakan kalau dia salah menekan nomor. Dan sayangnya, aku tahu
kalau dia membutuhkanku tapi tidak ingin mengangguku. Dasar Lee Hyein.
“Ini sudah malam,
kenapa tidak tidur?”
“Aku tidak bisa tidur,”
“Jadi kau sendirian
disini? Memangnya kau tidak punya tempat lain di rumahmu? Sendirian disini
malam-malam berbahaya untukmu, bagaimana jika ada pria yang menculikmu?”
“Hanya kau pria yang
mau menculikku,”
Aku tersenyum saat dia
tertawa pelan. Rasanya aku sudah lama tidak melihatnya tertawa, dan itu
menyenangkan saat aku bisa membuatnya tertawa.
“Hyein-ah, gwaenchana?”
Aku meliriknya, dia
hanya membawa pandangannya menatap langit malam dengan sedikit bintang. Dia
merapatkan mantelnya, menghela nafas pelan sebelum kembali menarik senyuma di
bibirnya.
“Junho-ya, kau tahu
kalau aku suka malam?”
“Tidak, kenapa?”
“Karena saat malam
datang, aku tidak sendirian lagi di ruma. Keluargaku pulang saat malam datang,
dan aku menyukainya. Aku suka saat mereka di rumah, rasanya aku tidak ingin
tidur dan hanya menikmati malam ini dengan senyuman. Tapi sayangnya aku tidak
bisa selalu seperti itu,”
“Seperti apa?”
“Tersenyum. Aku tidak
bisa selalu tersenyum, mataku selalu saja berair,”
“Tidak apa-apa,
bukankah setiap orang memiliki berbagai ekspresi? Jadi kau bisa tersenyum dan
kau juga bisa mengeluarkan air itu dari matamu,”
Dia terdiam, kedua
matanya masih menatap langit itu. Aku mengerti kalau dia kesepian, dia hanya
merindukan orang tuanya.
“Aku selalu senang saat
mereka pulang, walaupun sebenarnya tidak perbedaan dengan aku sendirian. Aku
tidak bisa bicara dengan mereka. Meskipun mereka bersamaku, tapi mereka tetap
sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Aku hanya bisa melihat mereka bicara dengan
pekerjaannya, dan tidak bicara padaku. Jun, apa semuanya akan baik-baik saja
hanya dengan makan?”
Dia menatapku, dan aku
baru sadar kalau dia menangis. Tatapannya seperti menahan kekesalan dan
kesedihan.
“Emh... makan memang
penting,”
Oh babo. Sungguh aku
tidak tahu harus menjawab apa. Walaupun tahu, tapi aku tetap tidak bisa
mengerti perasaannya dengan baik.
“Mereka hanya
menanyakan ‘apa aku sudah makan?’, setiap hari hanya seperti itu. Aku rasa
mereka berfikir semuanya akan baik-baik saja hanya dengan makan, dan aku tidak
suka makan. Aku hanya ingin mendengar mereka menanyakan pertanyaan lain padaku,
aku hanya ingin bicara lebih panjang dengan mereka. Junhoe-ya, apa itu sangat
sulit?”
“Hyein-ah, mungkin
mereka sebenarnya juga ingin bicara lebih panjang padamu, tapi mereka tidak
bisa,”
“Kenapa?”
“Mereka hanya ada saat
malam, dan malam adalah waktunya untuk istirahat. Jadi mereka tidak ingin
menganggu istirahatmu, mereka ingin kau tidur dengan baik Heyin-ah,”
“Benarkah? Mereka tidak
pernah menanyakan kabarku, bahkan mereka selalu tidak ada saat aku pulang
sekolah. Appa selalu bilang akan datang saat kelulusanku, tapi itu pasti
berakhir dengan aku yang menunggunya. Appa selalu mebatalkan itu. Aku hanya
ingin meminta sedikit waktu bersamanya, hanya sedikit. Tapi sepertinya itu
terlalu sulit,”
“Bukan begitu, mereka
hanya__”
“Jun, aku tidak
apa-apa”
Dia tersenyum
menatapku. Aku juga tahu kalau dia berbohong, walaupun dia menghapus air
matanya.
“Aku tidak apa-apa.
Walaupun aku tidak bicara dengan mereka, dan hanya bisa melihat mereka, tapi
setidaknya aku masih memiliki mereka. Aku masih tidak tahu bagaimana perasaanku
pada Eomma, tapi aku tidak bisa berbohong kalau aku sangat merindukan sosok
Eomma. Aku selalu berharap kalau dia tersenyum padaku dan menanyakan kabarku,
seperti Eomma-ku dulu. Mungkin sepertinya, aku perlahan bisa menerimanya.”
Hyein masih tidak bisa
melupakan kepergian Ibunya, dan dia sudah harus menerima penggantinya. Aku tahu
itu sulit, tapi dia harus menerimanya. Dia harus menerima kalau Ayahnya sudah
memberikan pengganti untuk Ibunya. Tidak apa-apa jika perlahan, yang penting
dia bisa menerima itu.
Setiap hari waktu
bertambah, dan dia semakin dewasa. Aku percaya kalau semakin dia dewasa,
semakin banyak fikiran yang dia dapatkan. Dia pasti bisa mengerti keputusan
Ayahnya, dan mulai menata perasaannya untuk menerima baik-buruk pengganti
Ibunya.
“Aku memang suka saat
malam datang, tapi sepertinya aku lelah. Mungkin aku tidak perlu membuat diriku
buruk, aku tidak akan mengharapkan sesuatu yang berlebihan lagi. Aku hanya akan
bersyukur masih bisa bersama mereka,”
“Itu bagus. Setidaknya
mereka masih bersama denganmu, dan kau juga masih memiliki si tampan Koo
Junhoe.”
“Iya, terima kasih
karena selalu ada untukku”
“Aku akan selalu
bersamamu. Aku tidak akan pernah lari dari sisimu, aku akan terus menggenggam
tanganmu. Dan kau tidak boleh menangis lagi.”
Dia terdiam, kembali
melemparkan tatapannya pada langit gelap itu. Dia menangis. Dia memang tidak
pernah mendengar permintaanku untuk tidak memangis.
“Jun, aku tidak tahu
kenapa, aku merindukan Eomma tapi tidak bisa melihatnya. Aku juga merindukan
Appa yang setiap hari aku lihat, tapi bahkan aku tidak bisa mengatakan padanya
kalau aku merindukannya. Aku hanya merindukan mereka, apa aku salah?”
“Tidak, kau sama sekali
tidak salah. Mereka juga sangat merindukanmu, tapi mereka harus tetap bekerja.
Dan itu juga untukmu,”
“Aku mengerti, aku
hanya terlalu egois dengan memikirkan diriku sendiri. Aku selalu tidak ingin
mengerti mereka, aku hanya ingin mereka mengerti aku. Terlalu egois”
“Bukan begitu, kau hanya
merindukan mereka,”
“... hiks maafkan
aku...”
Aku beranjak, berdiri
dihadapannya dan menariknya kedalam pelukanku. Isakannya semakin kencang, dan
aku semakin mengeratkan pelukanku.
“Ini bukan salahmu, kau
hanya sangat merindukanmu. Jangan menangis. Semuanya pasti akan baik-baik saja,
mereka masih bersamamu, dan aku juga bersamamu. Kau tidak sendirian,”
“... Jun ...”
“Iya, aku akan selalu
bersamamu, kau tidak akan kesepian bersamaku. Semuanya akan baik-baik saja,
tidak apa-apa,”
“Jun-ah, aku hanya...”
“Aku mengerti, tidak
apa-apa. Kalau begitu menangislah, kau mungkin akan lebih baik setelah
mengeluarkan air matamu. Tidak apa-apa, aku akan bersamamu.”
Aku memang tidak
terlalu tahu rasanya, tapi setidaknya aku mengerti. Dan aku berharap dia bisa
tetap baik-baik saja, walaupun menangis.
Ini bukan kesalahannya
jika dia hanya ingin mendapat perhatian, dia hanya kesepian dan merindukan
mereka. Mungkin dia benar, kalau mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi
tidak ada sesuatu yang terjadi tanpa memiliki arti. Tuhan tidak menulis cerita
tanpa rencana. Dan selalu ada kebahagiaan disetiap cerita.
Aku percaya kalau Hyein
akan mengerti. Dia akan baik-baik saja. Aku akan selalu ada untuknya. Berdiri
disampingnya, menggenggam tangannya dan memeluknya erat. Aku tidak akan
meninggalkannya. Aku tidak akan membuatnya kesepian, berfikir kalau dia
sendirian.
Aku mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar