Tittle : Pengantin
Baru
Genre :
Romantic, Yadong nc-17
Author :
Cifcif Rakayzi
Cast :
Nicho, Rishy
Chapter 1
Jam
baru menunjukan pukul enam pagi, tapi sinar matahari yang masih lembut sudah
menyelinap masuk kedalam jendela kamar mereka. Mereka yang masih lelap
terpejam, pengantin baru.
Tiba-tiba
suara alarm jam weker berbunyi ditengah keheningan ini, membuat suasana
berbeda.
“Emm
... apa itu?”, Nicho sedikit membuka matanya, merubah posisi tidurnya dan
kembali menutup matanya.
Beberapa
lama kemudian Rishy juga membuka matanya, melihat tangan Nicho yang berada
diperutnya. Rishy juga sekilas melihat wajah Nicho yang tidur lagi, kemudian
mematikan jam itu lalu kembali melihat Nicho. Memandang wajahnya, tersenyum
lalu membelai lembut pipinya.
“Ternyata
wajah aslimu seperti ini, tidak lebih bagus saat kau terbangun. Tapi .. memang
lebih bagus seperti ini, haha ...”, Rishy lalu mendekat, memeluk Nicho dan
tidur didadanya.
“Tapi
... kenapa badannya hangat sekali? Aku jadi geli dengan keadaan seperti ini!”,
Rishy menjauh dari Nicho. Tapi Nicho menahan badan Rishy agar tetap
dipelukannya, “Sayang ...”.
“Astaga,
kau sudah bangun?”, Rishy melihat Nicho. “Aku lelah sekali!”, Nicho membuka
matanya dan tersenyum. “Apa?”, Rishy membalas senyumannya dan mengusap pipinya.
“Aku
masih lelah karena semalam, apa kau tidak lelah?”, Nicho mendekati Rishy. “Kau
kenapa, memangnya semalam apa?”, Rishy menutup matanya dengan tangan Nicho.
“Sayang, kau rupanya hebat sekali. Tapi tidak usah malu seperti itu, kau sangat
cantik!”, Nicho semakin mendekati Rishy.
“Apa?”,
Rishy membuka tangan Nicho. “Pagi ini kau sangat cantik, walaupun bangun tidur
tapi tetap cantik. Aku akan memberimu hadiah ...”, Nicho tersenyum. “Hadiah
apa?”, Rishy memegang pipi Nicho. “Morning kiss!”, Nicho tiba-tiba langsung
mencium Rishy.
***
“Kau
harus membereskan semuanya ya?”, Rishy mengikat rambutnya, lalu menarik selimut
untuk menutupi badannya dan berdiri dihadapan Nicho. “Kenapa harus aku yang
membereskan kamar ini? Aku masih lemas, masih ingin tidur!”, Nicho memelas. “Kau
pikir aku tidak lelah? Setelah apa yang kau lakukan padaku semalam, aku masih
sangat lelah sekarang. Bahkan kau mambuatku susah berjalan, tapi Aku akan membuat
sarapan untuk kita, jadi kau harus membereskan kamar ini. Lagipula Cuma sedikit
yang harus kau bereskan!”, Rishy berjalan menuju kamar mandi dengan selimutnya.
“Haha ... benarkah? Tapi kau hebat sekali tadi malam, kau membuatku kalah!”,
Nicho juga berdiri lalu mengambil pakaiannya yang beserakan dimana-mana untuk
menutupi badannya dan mengejar Rishy. “Kenapa kau tertawa?”, Rishy memalingkan
badannya dan menatap Nicho dengan tatapan evil.
“Sayang,
ayolah ...”, Nicho mendekati Rishy. “Apa?”, Rishy menjauh darinya. “Lebih baik
kita lanjutkan yang semalam?”, Nicho mengejar lagi Rishy. “Tidak mau! Kau sudah
cukup membuatku tidak bisa berjalan, sekarang mau lagi?”, Rishy masuk kamar
mandi dan menutup pintunya sebelum Nicho masuk.
“Lalu
apa harus aku juga yang mencuci darah itu?”, Nicho berteriak. “Darah?”, Rishy
langsung membuka pintu kamar mandinya. “Lihat, siapa yang membuat sprei nya
kotor tadi malam?”, Nicho tersenyum melihat Rishy yang sudah tidak memakai
selimut untuk menutupi badannya lagi.
“Astaga!
Apa kau melihatnya?”, Rishy langsung berlari dan menarik sprei itu untuk
menutupi noda darahnya dan tentu saja untuk menutupi badannya. “Tentusaja,
terlihat jelas di sprei putih itu!”, Nicho mendekati Rishy. “Diam, jangan
mendekat!”, Rishy menahan Nicho yang berjalan kearahnya dengan tangannya.
“Kenapa?”, Nicho malah tersenyum melihat tingkah Rishy.
“A
.. aku .. aku ..”, Rishy mememalingkan wajahnya dan tidak berani menatap mata
Nicho. “Tidak usah malu, bukankah aku yang membuatnya keluar darimu semalam?
Biasa saja, tidak apa-apa! Dan maaf telah mebuatmu menangis semalam, lebih baik
sekarang kita mandi, badanku jadi kotor karenamu”, Nicho menarik tangan Rishy.
“Hei! Kau yang membuat badanku kotor, bukan aku!”, Rishy bangun dan berlari
kekamar mandi dengan sprei itu.
“Sayang,
apa kau akan mandi tanpa aku?”, Nicho mengetuk pintu kamar mandinya. “Tentu
saja, memangya aku harus mandi denganmu?”, Rishy berteriak. “Lalu aku
bagaimana?”, Nicho terus mengetuk pintu itu. “Tunggu sampai aku beres mandi!
Bereskan dulu kamarnya!” Rishy juga mengetuk pintunya dari dalam. “Tidak mau!”,
Nicho terus mengetuk pintunya semakin kencang.
Setelah
beberapa lama kemudian, Rishy selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Dia
melihat Nicho malah duduk diam diranjang, “Hei apa yang kau lakukan? Cepat
bereskan kamarnya!”, Rishy menarik tangan Nicho untuk berdiri. “Aku tidak
mau!”, Nicho juga menarik tangan Rishy dan memeluknya. “Atau kamu tidak akan
mendapat sarapan pagi ini”, Rishy melepaskan pelukannya, tersenyum lalu pergi.
“Astaga, apa yang harus aku lakukan untuk membereskannya?”, Nicho hanya berdiri
saja melihat kesekeliling kamar yang berantakan, dan juga bajunya dan baju
Rishy yang berserakan dimana-mana karena semalam.
***
Beberapa
lama kemudian, Nicho turun kebawah dari kamarnya dan pelan-pelan berjalan
kedapur. Dia melihat Rishy yang sedang memasak, Nicho tersenyum lalu
mendekatinya diam-diam. Nicho lalu memeluk lembut Rishy dari belakang, “Ahh!
Apa yang kau lakukan? Mengagetkan saja!” Rishy langsung melihat kebelakangnya.
“Kau
serius sekali masaknya, ikat rambutmu sampai jatuh!”, Nicho berbisik setelah
mencium pipi Rishy. “Apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?”, Rishy tersenyum
lalu melanjutkan memasak.
“Sudah,
semuanya selesai. Aku membereskan semuanya, aku juga mencuci baju-bajumu!”,
Nicho mempererat pelukannya. “Nanti sarapannya sebenatar lagi selesai. Ahh ..
kenapa suamiku tampan sekali setelah mandi!”, Rishy mencium pipinya. “Sebelum
mandi juga aku sangat tampan! Biar aku ikat rambutmu, kalau tidak nanti
rambutmu jatuh kemakanannya dan meracuni suamimu yang tampan ini!”, Nicho
melepaskan pelukannya dan mengambil ikat rambut Rishy yang jatuh, lalu
mengikatnya kembali.
“Sebenarnya
istriku ini lebih cantik kalau rambutnya terurai, tapi karena sedang masak jadi
harus diikat!”, Nicho duduk dimeja makan melihat Rishy yang hampir beres
memasak. “Nah tarrraaa ... sarapannya jadi!”, Rishy membawa makanan-makanannya
kemeja makan.
“Apa
rasanya akan enak?”, Nicho mengambil sendok dan menatap Rishy. “Tentu saja, ayo
silahkan dicoba!”, Rishy mengambil piring Nicho dan memberikan makanannya.
Nicho memakannya, dia mengeluarkan senyuman, pertanda makanannya benar enak.
“Bagaimana?”, Rishy menatap Nicho. “Makanannya enak sekali, kau hebat istriku!
Kehebatanmu bukan hanya diranjang ternyata!”, Nicho tertawa dan melanjutkan
makannya. “Aish .... Apa yang kau katakan!”, Rishy memukul tangan Nicho.
***
Sekarang
mereka hanya duduk didepan tv, “Sayang, kapan kau akan masuk kerja lagi?”. “Masuk kerja? Kenapa begitu cepat!
Kita baru saja menikah, dan aku tidak mau langsung kerja. Kenapa kau bertanya
seperti itu?”, Nicho langsung menatap Rishy dengan tatapan marah nya. “Jangan
marah, aku hanya bertanya saja. Kenapa marah!”, Rishy memegang tangan Nicho dan
mendekat padanya. “Aku ini Presdir, terserahku mau masuk kapan saja!”, Nicho
memalingkan wajahnya. “Jangan marah ...”, Rishy memegang kedua tangan Nicho. “Kalau
tidak mau aku marah, cium aku ayo!”, Nicho menariknya. “Hei .. Pikiranmu selalu
itu, dasar otak mesum!”, melepaskan tangan Nicho dan menjauh darinya.
“Ya
sudah kalau begitu aku yang akan menciummu ..”, Nicho mendekat. “Tidak mau, aku
tidak mau!”, Rishy menjauh darinya. “Ayolah, kalau begitu aku akan marah!”,
Nicho memasang wajah cemberut. “Biar saja, aku tidak peduli!” “Kenapa seperti
itu?”, Nicho kembali mendekati Rishy. “Ish ... Apa yang kau lakukan, sudah aku
bilang tidak mau!”, Rishy mengatakan tidak mau tapi tidak menghindar. “Aish ..
kalau begini caranya kapan kita mau punya Baby, kalau kau tidak mau terus?”,
Nicho tertawa sambil menarik tangan Rishy. “Apa katamu?”, Rishy menatapnya
kaget. Nicho menarik tangannya, sampai mereka berbaring disofa dan Rishy ada
diatas Nicho.
“Ish
.. Kau tidak tampan lagi!”, Rishy melepaskan tangannya dari tangan Nicho dan
berusaha bangun. “Tapi kau tetap cantik, aku tetap mencintaimu!”, Nicho menarik
lagi Rishy, menahannya, lalu menciumnya. Memasukkan lidahnya kemulut Rishy, dan
lidahnya mulai menjelajahi mulut Rishy. Bermain lincah dengan lidangnya.
“Selamat
siang sayang!”, tiba-tiba terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi
Rishy. Tanpa melepas ciumannya Rishy membuka mata dan meliahat kearah pintu,
dan dia melihat Ibunya yang berdiri didepan pintu bersama Ayah dan kedua orang
tua Nicho. Mereka semua disana, berdiri meliahat keadaan Rishy dan Nicho
sekarang.
“Apa
yang Ibu lakukan disini?”, Rishy langsung menghentikan ciumannya dan berdiri.
Dengan kagetnya, sampai membuat Nicho juga berdiri dan melihat orang tuanya
berdiri didepan pintu. “Sudah aku bilangkan, mereka pasti tidak akan selugu
yang kalian pikirkan. Sekarang saja lihat mereka sedang melakukannya, haha ..”,
ucap Ibu Rishy pada orang tua Nicho, membuat mereka tertawa kecuali Rishy dan
Nicho yang kaget melihat mereka.
“Ah
pantas dari tadi kami menekan bell tidak ada yang membuka pintu, ternyata
kalian sedang bekerja. Kerja yang bagus Nich, jangan mengecewakan Rishy!”, Ayah
Nicho tertawa. “Tentu saja Ayah, aku akan memberikan yang terbaik untuk Rishy”,
Nicho membalas perkataan Ayahnya dan ikut tertawa sambil merangkul Rishy yang
terlihat masih malu. “Ayah, Ibu, kenapa kalian bisa disini?”, Rishy melepaskan
tangan Nicho dari pundaknya dan mendekati mereka.
“Kami
kesini hanya untuk mengunjungi kalian, lalu bagaimana dengan malam pertamanya?
Lancar?”, tanya Ibunya bercanda. “Lancar, Bu. Dan tentunya sukses! Haha ...”,
Nicho mendekati Rishy. “Ikh .. Apa yang kau katakan!”, Rishy mencubit nya
keras, “Awh!”. “Tidak usah malu
seperti itu!”,jawab mereka menertawakan.
“Ayo
duduk dulu, mau minum apa? Kalian pasti cape kan!”, Rishy membawa mereka duduk.
“Ah tidak usah, kami kan bukan tamu. Nanti kami ambil sendiri!”, jawab Ibu
Nicho tersenyum. “Sebenarnya kami Cuma mau mengantarkan hadiah untuk kalian”,
Ibu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Apa itu?”, Nicho langsung ingin
melihatnya. “Tiket pesawat ketempat bulan madu kalian”, Ibu memberiakn amplop
tiketnya.
“Apa
ini tidak merepotkan?” “Sama sekali
tidak, Rishy. Ini adalah hadiah untuk kalian, hadiah pernikahan kalian dari
kami. Semoga kalian senang!” “Ah
kalian tahu saja, sengaja memilih tempat yang sedang dingin. Terimakasih banyak
Ayah, Ibu!”, Nicho tersenyum. “Nanti disana kau harus bekerja keras, jangan
mebuat Ayah malu!” “Tentu saja Ayah,
aku tidak akan mengecewakan kalian!” “Ih apa yang kalian bicarakan dari tadi
sebenarnya?”, Rishy menatap Nicho.
“Rishy,
ini sudah Ibu siapkan pakaianmu untuk disana. Bukankah pakaianmu belum semuanya
dibawa kesini kan?”, Ibu memberikan koper pada Rishy. “Terimakasih Bu, iya baru
sedikit pakaian yang dibawa kesini!”, Rishy membawa pakaiannya.
“Tapi
bukankah disana jadwal berangkat pesawatnya siang ini?”, Ibu melihat tiket itu
lagi. “Iya siang ini, ayo cepat kalian harus segera siap-siap. Nanti ketinggalan
pesawat!” “Baiklah, kami
siap-siap!”, Rishy membawa kopernya kekamar lalu disusul oleh Nicho yang juga
kekamar.
tbc -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar