luhanay blog Follow Dash Owner

Senin, 23 Desember 2013

Cerpen Yadong nc 17 Chapter 1


Tittle            : Pengantin Baru
Genre          : Romantic, Yadong nc-17
Author          : Cifcif Rakayzi
Cast            : Nicho, Rishy

Chapter 1
Jam baru menunjukan pukul enam pagi, tapi sinar matahari yang masih lembut sudah menyelinap masuk kedalam jendela kamar mereka. Mereka yang masih lelap terpejam, pengantin baru.
Tiba-tiba suara alarm jam weker berbunyi ditengah keheningan ini, membuat suasana berbeda.
“Emm ... apa itu?”, Nicho sedikit membuka matanya, merubah posisi tidurnya dan kembali menutup matanya.
Beberapa lama kemudian Rishy juga membuka matanya, melihat tangan Nicho yang berada diperutnya. Rishy juga sekilas melihat wajah Nicho yang tidur lagi, kemudian mematikan jam itu lalu kembali melihat Nicho. Memandang wajahnya, tersenyum lalu membelai lembut pipinya.
“Ternyata wajah aslimu seperti ini, tidak lebih bagus saat kau terbangun. Tapi .. memang lebih bagus seperti ini, haha ...”, Rishy lalu mendekat, memeluk Nicho dan tidur didadanya.
“Tapi ... kenapa badannya hangat sekali? Aku jadi geli dengan keadaan seperti ini!”, Rishy menjauh dari Nicho. Tapi Nicho menahan badan Rishy agar tetap dipelukannya, “Sayang ...”.
“Astaga, kau sudah bangun?”, Rishy melihat Nicho. “Aku lelah sekali!”, Nicho membuka matanya dan tersenyum. “Apa?”, Rishy membalas senyumannya dan mengusap pipinya.
“Aku masih lelah karena semalam, apa kau tidak lelah?”, Nicho mendekati Rishy. “Kau kenapa, memangnya semalam apa?”, Rishy menutup matanya dengan tangan Nicho. “Sayang, kau rupanya hebat sekali. Tapi tidak usah malu seperti itu, kau sangat cantik!”, Nicho semakin mendekati Rishy.
“Apa?”, Rishy membuka tangan Nicho. “Pagi ini kau sangat cantik, walaupun bangun tidur tapi tetap cantik. Aku akan memberimu hadiah ...”, Nicho tersenyum. “Hadiah apa?”, Rishy memegang pipi Nicho. “Morning kiss!”, Nicho tiba-tiba langsung mencium Rishy.
***
“Kau harus membereskan semuanya ya?”, Rishy mengikat rambutnya, lalu menarik selimut untuk menutupi badannya dan berdiri dihadapan Nicho. “Kenapa harus aku yang membereskan kamar ini? Aku masih lemas, masih ingin tidur!”, Nicho memelas. “Kau pikir aku tidak lelah? Setelah apa yang kau lakukan padaku semalam, aku masih sangat lelah sekarang. Bahkan kau mambuatku susah berjalan, tapi Aku akan membuat sarapan untuk kita, jadi kau harus membereskan kamar ini. Lagipula Cuma sedikit yang harus kau bereskan!”, Rishy berjalan menuju kamar mandi dengan selimutnya. “Haha ... benarkah? Tapi kau hebat sekali tadi malam, kau membuatku kalah!”, Nicho juga berdiri lalu mengambil pakaiannya yang beserakan dimana-mana untuk menutupi badannya dan mengejar Rishy. “Kenapa kau tertawa?”, Rishy memalingkan badannya dan menatap Nicho dengan tatapan evil.
“Sayang, ayolah ...”, Nicho mendekati Rishy. “Apa?”, Rishy menjauh darinya. “Lebih baik kita lanjutkan yang semalam?”, Nicho mengejar lagi Rishy. “Tidak mau! Kau sudah cukup membuatku tidak bisa berjalan, sekarang mau lagi?”, Rishy masuk kamar mandi dan menutup pintunya sebelum Nicho masuk.
“Lalu apa harus aku juga yang mencuci darah itu?”, Nicho berteriak. “Darah?”, Rishy langsung membuka pintu kamar mandinya. “Lihat, siapa yang membuat sprei nya kotor tadi malam?”, Nicho tersenyum melihat Rishy yang sudah tidak memakai selimut untuk menutupi badannya lagi.
“Astaga! Apa kau melihatnya?”, Rishy langsung berlari dan menarik sprei itu untuk menutupi noda darahnya dan tentu saja untuk menutupi badannya. “Tentusaja, terlihat jelas di sprei putih itu!”, Nicho mendekati Rishy. “Diam, jangan mendekat!”, Rishy menahan Nicho yang berjalan kearahnya dengan tangannya. “Kenapa?”, Nicho malah tersenyum melihat tingkah Rishy.
“A .. aku .. aku ..”, Rishy mememalingkan wajahnya dan tidak berani menatap mata Nicho. “Tidak usah malu, bukankah aku yang membuatnya keluar darimu semalam? Biasa saja, tidak apa-apa! Dan maaf telah mebuatmu menangis semalam, lebih baik sekarang kita mandi, badanku jadi kotor karenamu”, Nicho menarik tangan Rishy. “Hei! Kau yang membuat badanku kotor, bukan aku!”, Rishy bangun dan berlari kekamar mandi dengan sprei itu.
“Sayang, apa kau akan mandi tanpa aku?”, Nicho mengetuk pintu kamar mandinya. “Tentu saja, memangya aku harus mandi denganmu?”, Rishy berteriak. “Lalu aku bagaimana?”, Nicho terus mengetuk pintu itu. “Tunggu sampai aku beres mandi! Bereskan dulu kamarnya!” Rishy juga mengetuk pintunya dari dalam. “Tidak mau!”, Nicho terus mengetuk pintunya semakin kencang.
Setelah beberapa lama kemudian, Rishy selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Dia melihat Nicho malah duduk diam diranjang, “Hei apa yang kau lakukan? Cepat bereskan kamarnya!”, Rishy menarik tangan Nicho untuk berdiri. “Aku tidak mau!”, Nicho juga menarik tangan Rishy dan memeluknya. “Atau kamu tidak akan mendapat sarapan pagi ini”, Rishy melepaskan pelukannya, tersenyum lalu pergi. “Astaga, apa yang harus aku lakukan untuk membereskannya?”, Nicho hanya berdiri saja melihat kesekeliling kamar yang berantakan, dan juga bajunya dan baju Rishy yang berserakan dimana-mana karena semalam.
***
Beberapa lama kemudian, Nicho turun kebawah dari kamarnya dan pelan-pelan berjalan kedapur. Dia melihat Rishy yang sedang memasak, Nicho tersenyum lalu mendekatinya diam-diam. Nicho lalu memeluk lembut Rishy dari belakang, “Ahh! Apa yang kau lakukan? Mengagetkan saja!” Rishy langsung melihat kebelakangnya.
“Kau serius sekali masaknya, ikat rambutmu sampai jatuh!”, Nicho berbisik setelah mencium pipi Rishy. “Apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?”, Rishy tersenyum lalu melanjutkan memasak.
“Sudah, semuanya selesai. Aku membereskan semuanya, aku juga mencuci baju-bajumu!”, Nicho mempererat pelukannya. “Nanti sarapannya sebenatar lagi selesai. Ahh .. kenapa suamiku tampan sekali setelah mandi!”, Rishy mencium pipinya. “Sebelum mandi juga aku sangat tampan! Biar aku ikat rambutmu, kalau tidak nanti rambutmu jatuh kemakanannya dan meracuni suamimu yang tampan ini!”, Nicho melepaskan pelukannya dan mengambil ikat rambut Rishy yang jatuh, lalu mengikatnya kembali.
“Sebenarnya istriku ini lebih cantik kalau rambutnya terurai, tapi karena sedang masak jadi harus diikat!”, Nicho duduk dimeja makan melihat Rishy yang hampir beres memasak. “Nah tarrraaa ... sarapannya jadi!”, Rishy membawa makanan-makanannya kemeja makan.
“Apa rasanya akan enak?”, Nicho mengambil sendok dan menatap Rishy. “Tentu saja, ayo silahkan dicoba!”, Rishy mengambil piring Nicho dan memberikan makanannya. Nicho memakannya, dia mengeluarkan senyuman, pertanda makanannya benar enak. “Bagaimana?”, Rishy menatap Nicho. “Makanannya enak sekali, kau hebat istriku! Kehebatanmu bukan hanya diranjang ternyata!”, Nicho tertawa dan melanjutkan makannya. “Aish .... Apa yang kau katakan!”, Rishy memukul tangan Nicho.
***
Sekarang mereka hanya duduk didepan tv, “Sayang, kapan kau akan masuk kerja lagi?”.           “Masuk kerja? Kenapa begitu cepat! Kita baru saja menikah, dan aku tidak mau langsung kerja. Kenapa kau bertanya seperti itu?”, Nicho langsung menatap Rishy dengan tatapan marah nya. “Jangan marah, aku hanya bertanya saja. Kenapa marah!”, Rishy memegang tangan Nicho dan mendekat padanya. “Aku ini Presdir, terserahku mau masuk kapan saja!”, Nicho memalingkan wajahnya. “Jangan marah ...”, Rishy memegang kedua tangan Nicho. “Kalau tidak mau aku marah, cium aku ayo!”, Nicho menariknya. “Hei .. Pikiranmu selalu itu, dasar otak mesum!”, melepaskan tangan Nicho dan menjauh darinya.
“Ya sudah kalau begitu aku yang akan menciummu ..”, Nicho mendekat. “Tidak mau, aku tidak mau!”, Rishy menjauh darinya. “Ayolah, kalau begitu aku akan marah!”, Nicho memasang wajah cemberut. “Biar saja, aku tidak peduli!” “Kenapa seperti itu?”, Nicho kembali mendekati Rishy. “Ish ... Apa yang kau lakukan, sudah aku bilang tidak mau!”, Rishy mengatakan tidak mau tapi tidak menghindar. “Aish .. kalau begini caranya kapan kita mau punya Baby, kalau kau tidak mau terus?”, Nicho tertawa sambil menarik tangan Rishy. “Apa katamu?”, Rishy menatapnya kaget. Nicho menarik tangannya, sampai mereka berbaring disofa dan Rishy ada diatas Nicho.
“Ish .. Kau tidak tampan lagi!”, Rishy melepaskan tangannya dari tangan Nicho dan berusaha bangun. “Tapi kau tetap cantik, aku tetap mencintaimu!”, Nicho menarik lagi Rishy, menahannya, lalu menciumnya. Memasukkan lidahnya kemulut Rishy, dan lidahnya mulai menjelajahi mulut Rishy. Bermain lincah dengan lidangnya.
“Selamat siang sayang!”, tiba-tiba terdengar suara yang sudah tidak asing lagi bagi Rishy. Tanpa melepas ciumannya Rishy membuka mata dan meliahat kearah pintu, dan dia melihat Ibunya yang berdiri didepan pintu bersama Ayah dan kedua orang tua Nicho. Mereka semua disana, berdiri meliahat keadaan Rishy dan Nicho sekarang.
“Apa yang Ibu lakukan disini?”, Rishy langsung menghentikan ciumannya dan berdiri. Dengan kagetnya, sampai membuat Nicho juga berdiri dan melihat orang tuanya berdiri didepan pintu. “Sudah aku bilangkan, mereka pasti tidak akan selugu yang kalian pikirkan. Sekarang saja lihat mereka sedang melakukannya, haha ..”, ucap Ibu Rishy pada orang tua Nicho, membuat mereka tertawa kecuali Rishy dan Nicho yang kaget melihat mereka.
“Ah pantas dari tadi kami menekan bell tidak ada yang membuka pintu, ternyata kalian sedang bekerja. Kerja yang bagus Nich, jangan mengecewakan Rishy!”, Ayah Nicho tertawa. “Tentu saja Ayah, aku akan memberikan yang terbaik untuk Rishy”, Nicho membalas perkataan Ayahnya dan ikut tertawa sambil merangkul Rishy yang terlihat masih malu. “Ayah, Ibu, kenapa kalian bisa disini?”, Rishy melepaskan tangan Nicho dari pundaknya dan mendekati mereka.
“Kami kesini hanya untuk mengunjungi kalian, lalu bagaimana dengan malam pertamanya? Lancar?”, tanya Ibunya bercanda. “Lancar, Bu. Dan tentunya sukses! Haha ...”, Nicho mendekati Rishy. “Ikh .. Apa yang kau katakan!”, Rishy mencubit nya keras, “Awh!”.         “Tidak usah malu seperti itu!”,jawab mereka menertawakan.
“Ayo duduk dulu, mau minum apa? Kalian pasti cape kan!”, Rishy membawa mereka duduk. “Ah tidak usah, kami kan bukan tamu. Nanti kami ambil sendiri!”, jawab Ibu Nicho tersenyum. “Sebenarnya kami Cuma mau mengantarkan hadiah untuk kalian”, Ibu mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Apa itu?”, Nicho langsung ingin melihatnya. “Tiket pesawat ketempat bulan madu kalian”, Ibu memberiakn amplop tiketnya.
“Apa ini tidak merepotkan?”        “Sama sekali tidak, Rishy. Ini adalah hadiah untuk kalian, hadiah pernikahan kalian dari kami. Semoga kalian senang!”         “Ah kalian tahu saja, sengaja memilih tempat yang sedang dingin. Terimakasih banyak Ayah, Ibu!”, Nicho tersenyum. “Nanti disana kau harus bekerja keras, jangan mebuat Ayah malu!”         “Tentu saja Ayah, aku tidak akan mengecewakan kalian!”             “Ih apa yang kalian bicarakan dari tadi sebenarnya?”, Rishy menatap Nicho.
“Rishy, ini sudah Ibu siapkan pakaianmu untuk disana. Bukankah pakaianmu belum semuanya dibawa kesini kan?”, Ibu memberikan koper pada Rishy. “Terimakasih Bu, iya baru sedikit pakaian yang dibawa kesini!”, Rishy membawa pakaiannya.
“Tapi bukankah disana jadwal berangkat pesawatnya siang ini?”, Ibu melihat tiket itu lagi. “Iya siang ini, ayo cepat kalian harus segera siap-siap. Nanti ketinggalan pesawat!”          “Baiklah, kami siap-siap!”, Rishy membawa kopernya kekamar lalu disusul oleh Nicho yang juga kekamar.

tbc -



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR