luhanay blog Follow Dash Owner

Minggu, 11 Januari 2015

They Have A Baby

Author : cifcif Rakayzi
Tittle : They Have A Baby
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Cast :
- Jisoo "TAHITI"
- Insoo "MYNAME"
- Lee Hyein (oc)


Haha! Annyeonghaseyo ...
Walaupun cifcif sekarang banyak PR + tugas + hafalan, tapi gak tahu kenapa fikiran cifcif malah ngelantur kemana-mana. Virus yadong malah masuk dan merusak jaringan otak. Aduh parah.
Terus, sekarang cifcif Rakayzi punya FF yang masih GJ + aneh juga, tapi gak papa dong kalaou dibaca sama chingudeul?
**
        Pesta semakin ramai sekarang, walaupun jarum jam terus bergerak pindah dari angka satu ke angka yang lain tapi anak-anak itu malah semakin ‘menggila’ menikmati getaran musik yang keras dan membuat mereka terus berdansa.
Bahkan mereka tidak hanya berdansa gila-gilaan, sebagian diantara mereka sudah terduduk tak sadarkan diri karena minuman beralkohol yang mereka teguk. Seperti dua orang di ujung meja sana, Insoo dan Jisoo.
“Astaga! Apa yang harus aku lakukan sekarang, mereka sudah tidak bisa bangun. Hei kalian ...”
Seorang teman mereka terus mengoyang-goyangkan badan mereka, berharap mereka bisa sadar dan pergi dari sana sebelum tidak bisa bangun lagi dan merepotkan pemilik rumah yang mengadakan pesta.
“Ya! Dimana Lee Hyein?”
“Entahlah, dia tadi menerima telfon dan buru-buru pergi. Mungkin dia sudah pulang dari tadi, waeyo?”
“Lalu bagaimana dengan mereka, apa yang harus aku lakukan pada mereka? rumah mereka saja aku tidak tahu!”
“Hyein meninggalkan teman-teman nya yang mabuk berat disini, dan kau yang harus mengurus mereka ... haha itu sangat lucu haha...”
“Shit! Diam jangan mentertawaiku brengsek!” seseorang itu menendang meja dan membuat satu botol minuman pecah jatuh kebawah.
“Hei Bung, jangan seperti itu. Cepat urus mereka sebelum salah satu dari mereka muntah disini, kurasa mereka menghabiskan 4 botol soju ini!”
“Kalau begitu harus kubawa mereka kemana?”
“YoonJae-aah, ini kan rumah mu ... lalu kenapa tidak kau biarkan mereka tidur disalah satu kamar mu hah?”
“Andwaeyo! Haruskah aku tidur dengan pria mabuk?”
“Ish kau ini, memangnya kau tidak pernah mabuk?”
“Hei Yak! Insoo-aah ireona ... palliwa!” dia terus berusaha membangunkan Insoo dan Jisoo.
“Hah emmh ... mwoya?”
Dan akhirnya Insoo membuka matanya.
“Bangunlah, kau harus pulang sekarang. Bawa sekalian Jisoo-aah ne?”
“Hah? Emmmh ... geurae. Jisoo-aah, kajja kita pulang ...”
Dengan langkah yang sempoyongan akhirnya Insoo berjalan menuju mobilnya, sementara Jisoo digendong oleh Yoonjae masuk kemobil.
“Kalian pulanglah, hati-hati dijalan!”
“Ne, annyeong Yoonjae-aah ...”
Insoo mengemudi mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Yoonjae yang masih sangat ramai dengan musik karena pesta ulang tahunnya belum selesai.
“Yah Yoonjae-aah, apa tidak apa-apa kita membiarkan mereka pergi seperti itu?”
“Gwaencanha, mereka akan baik-baik saja. Jika beruntung.. hahah..”
“Aish Yak! Dasar kau, kemari kau Yoonjae!”
Mereka berlari saling mengejar masuk kembali kedalam rumah dan melanjutkan pestanya.
        Sementara Insoo yang mabuk menyetir tidak jelas arah, dia bahkan menyetir dijalan yang berlawanan arah dengan mobilnya. Membuat sedikit keributan sampai akhirnya dia berhenti dipinggir jalan dengan seorang polisi.
“Seharusnya Anda tidak menyetir saat mabuk seperti ini”
“Oeh? Geurae, Ahjussi kau benar. Lalu apa aku dipenjara sekarang?”
“Dimana rumahmu? Apa wanita dibelakang adalah istrimu?”
Dengan mata sayunya Insoo membalikan badannya, melihat Jisoo yang masih tertidur pulas dibelakang. “Wanita? Oh ne, kami akan segera menikah beberapa bulan lagi. kau tahu Ahjussi, aku dan dia sudah lama sekali pacaran. Dia bahkan sudah menciumku ... haha .. “
“Lalu rumah kalian dimana?”
“Ne?”  Insoo membulatkan mata sayunya menatap Ahjusshi polisi itu.
“Mungkin aku harus mengantar kalian pulang”
“Rumah? Apa aku mempunyai rumah? Mollayo Ahjussi, haruskah aku membeli sebuah rumah sekarang?”
“Aigoo! Percuma saja aku bertanya pada orang mabuk, biar aku lihat SIM mu. Aku memang benar-benar harus menganatar kalian pulang!”
Akhirnya polisi itu menggeledah mobil Insoo mencari SIM atau tanda pengenal lainnya, untuk mengantar mereka pulang.
**
        Sinar matahari sedikit demi sedikit menyelinap masuk kedalam kamar, menyilaukan mata-mata yang masih tertutup rapat itu.
“Aaaaaaaaaaakh!” teriakan Jisoo langsung menggelegar diruangan itu.
“Apa yang sudah terjadi? Kenapa aku dan .. dan .. In .. Insoo? Yak! Kang Insoo ireona ..”
“Aish .. kenapa harus berteriak sekencang itu?”
Akhirnya Insoo bangun dan menggaruk rambutnya, mulai membuka matanya perlahan. Dan,
“Aaaaaaakh! Jisoo-aah?”
“Dasar kau bajingan! Apa yang sudah kau lakukan padaku?”
“Ji Jisoo-aah, kenapa kita ... Apa yang terjadi?”
“Kenapa kau malah bertanya padaku, aku yang harusnya bertanya itu padamu. Jawab aku Kang Insoo, apa yang sudah kau lakukan padaku?”
Jisoo-aah ak aku benar benar tidak ingat apa yang terjadi semalam, mianhae tapi sungguh aku tid_”
“Yak! Kau bajingan Kang Insoo, kenapa kau tega melakukan ini padaku? Apa kau gila? Aku membencimu, dan mulai sekarang aku tidak mau lagi bertemu denganmu!”
Dengan air mata yang berlinang, Jisoo menutupi badannya dengan selimut dan memunguti pakaiannya yang sudah berserakan dilantai.
“Jisoo-aah, aku tidak tahu harus berkata apa padamu, tapi sungguh aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam, bisakah kau dengarkan aku dulu?”
“Aku membencimu! Aku membencimu Kang Insoo .. aku membencimu!”
Jisoo pergi meninggalkan Insoo yang masih kebingungan dengan apa yang sudah terjadi, dan bagaimana bisa mereka tidur bersama tanpa pakaian seperti ini.
**
        Perlahan Insoo berjalan mendekati tunangannya yang sedang duduk membaca buku dibangku taman sepi itu.
“Annyeong Chagiya ...”
“Oppa, kau mengagetkanku!”
Lee Hyein sedikit memutarkan badannya kebelakang, melihat namja yang memeluknya tiba-tiba dari belakang itu.
“Kenapa kau sendirian?”
“Ne, Jisoo-aah tidak masuk hari ini. Dia sakit”
Jisoo? Mendengar nama itu langsung membuat Insoo melepaskan pelukannya, berfikir tentang yang sudah terjadi semalam padanya dan Jisoo. Ia hanya berdiri mematung dengan detak jantung yang sangat cepat karena sumpah dia sangat kaget mendengar nama Jisoo yang sedikit terlupakan olehnya walaupun tadi pagi dia bangun dengan Jisoo diranjangnya.
“Oppa, waeyo?” Hyein menepuk pelan tangan Insoo yang wajahnya langsung berubah pucat sekarang.
“Chagi, apa Jisoo-aah sakit?”
“Geurae. Dia menelfonku tadi pagi dan berkata dia sakit, dan memang sepertinya begitu karena kudengar suaranya memang aneh tadi”
“Semalam .. chagiya, apa yang terjadi semalam?”
“Mwoya?”
“Maksudku apa saja yang terjadi dipesta ulang tahun Yoonjae-aah semalam?”
“Oppa, apa soju semalam sudah membuatmu hilang ingatan?”
“Soju?” Insoo membulatkan matanya mendengar minuman beralkohol itu, pikirannya mulai melayang kemana-mana saat menyatukan nama Jisoo dan soju dalam otaknya. Ia langsung beralih posisi dan duduk disebelah Hyein sekarang.
“Astaga Oppa, kau benar-benar aneh. Bukankah semalam kau dan Jisoo-aah bertaruh minum soju sebanyak mungkin?”
“Jinjjayo? Aku dan Jisoo-aah bertaruh minum soju? Wae?”
“Mollayo, aku semalam pulang duluan. Sudah aku bilang, Eomma mendadak sakit dan aku harus pulang. Aku juga menitipkan Jisoo-aah padamu, tapi tadi dia bilang semalam dia pulang bersama Yoonjae-aah”
“Astaga!” Insoo mengusap wajahnya kasar, mengacak rambutnya frustasi mendengar penjelasan Hyein. Rasanya ingin sekali dia menarik semua rambut yang ada dikepalanya, karena mungkin dengan begitu sedikitnya dia bisa mengingat apa yang sudah terjadi semalam padanya dan Jisoo.
“Oppa, kau aneh sekali. Ada apa?” Hyein yang mulai menyadari kalau tingkah tunangannya itu sangat aneh mengelus bahunya lembut, berusaha sedikit menenangkannya agar dia bisa tahu kenapa Insoo seperti ini.
“Chagiya aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya aku masih pusing dengan soju yang semalam. Kepalaku sangat sakit!”
“Tenangkanlah dirimu sebentar, kau sepertinya menghabiskan banyak soju semalam. Apa perlu kita periksa kedokter?”
“Anio, nan gwaenchana”
“Kalau begitu pulanglah, dan istirahat dirumah ne? Padahal aku tadinya ingin mengajakmu menjenguk Jisoo-aah sekarang, kendae sepertinya Oppa harus istirahat ..”
“Gomawo Chagiya”
“Oppa, Ahjusshi sudah datang. Apa kau mau pulang bersama denganku?”
Hyein tersenyum pada seorang Ahjusshi yang barusaja keluar dari mobil hitamnya, dia supir Hyein.
“Ani, aku membawa mobil. Pulanglah..”
“Geurae, bye Oppa. Saranghae!” Hyein mencium pipi Insoo pelan lalu masuk kedalam mobil hitamnya lalu pergi meninggalkan Insoo yang masih duduk diam dibangku taman itu.
**
        Jisoo sudah berulang kali merubah posisi tidurnya dari tadi, tapi dia hanya membalikan badannya kesana kemari dan sama sekali tidak bisa memejamkan matanya. Itu karena pikirannya masih memikirkan kejadian tadi pagi, yaitu bagaimana bisa dia tidur satu ranjang dengan tunangan sahabatnya sendiri, Kang Insoo.
“Aku benar-benar gila .. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Tuhan tolong bantulah aku untuk meengingatnya ..”
Karena benar-benar tidak tahan dengan hal-hal aneh yang muncul dalam pikirannya, Jisoo memasukkan headset kedalam telinganya, memutar sebuah lagu yang selalu Ia dengarkan sebelum tidur. Berharap dia bisa tidur dan menenangkan pikirannya agar kembali jernih dan bisa berfikir tentang apa yang sudah terjadi semalam.
Jisoo memejamkan kedua matanya yang sudah membengkak dan sedikit menghitap seperti mata panda karena seharian ini dia tidak bisa berhenti menangis, mencoba meresapi alunan musik jazz yang mengalir masuk kedalam telinganya.
“Aku dan Insoo Oppa akan segera menikah, mungkin beberapa bulan lagi kami menikah”
Mendengar perkataan yang keluar dari mulut Hyein membuat Jisoo langsung terdiam, mematung, dan masih berusaha mencerna maksud perkataan itu. “Menikah? Mereka akan segera menikah?” gumamnya sangat pelan, kalah dari alunan musik yang menggema disini.
Dan sekarang dia sudah bisa memahami maksud perkataan Hyein, tapi itu membuat hatinya bagaikan tertusuk duri yang sangat tajam dari samurai inuyasha.
Ditengah keramaian seperti ini mana mungkin dia pergi meninggalkan teman-temannya, akan terjadi kesalah pahaman jika itu terjadi. Dan untuk mengalihkan perhatiannya, Jisoo meneguk segelas soju sekaligus, membuat beberapa teman dimeja itu bertepuk tangan. Mengingat Jisoo tidak bisa minum, mereka semua tertawa. “Ya! Jisoo-aah, kenapa kau seperti itu?”
“Wae? Apa aku tidak boleh minum?”
“Anio, biasanya kau tidak mau jika kami suruh minum. Tapi kenapa sekarang kau meminumnya sekali tegukkan?”
“Aku juga bisa minum seperti kalian! Ayo berika lagi padaku ..”
“Jisoo-aah, apa benar kau akan minum?” Hyein menatap tajam sahabatnya itu.
“Geurae, palli berikan aku soju lagi!”
“Jisoo-aah, apa kau mau bertaruh minum denganku?” Insoo menuangkan soju kedalam gelas yang diangkat Jisoo.
“Baiklah, akan aku buktikan kalau aku juga bisa seperti kalian .. aku bisa minum!” Jisoo kembali meneguk soju dari dalam gelasnya cepat dan menuangkannya kembali.
“Oppa, kau juga tidak bisa minum. Hajima!”
“Chagiya, aku bisa minum!”
“Keundae Oppa ...” tatapan Hyein beralih pada ponselnya yang bergetar, dan dengan cepat dia mengangkat telpon yang masuk keponselnya itu. “Mian, aku harus menjawab telpon dulu” dan Hyein meninggalkan mereka.
“Sudahlah Insoo, kau kan lelaki ... jangan dengarkan pacarmu, minumlah. Kecuali jika kau menyerah melawan seorang wanita .. haha!” sebuah suara dari ujung meja membuat Insoo yakin untuk meneguk soju langsung dari botolnya dan benar-benar bertaruh dengan Jisoo.
“Oppa, Eomma sakit dan aku harus segera kesana. Jangan minum terlalu banyak ne? Dan nanti antar Jisoo-aah pulang, jangan lupa!” saat kembali setelah menerima telpon, Hyein langsung buru-buru mengambil tasnya dan pergi meninggalkan mereka. Bahkan teriakkannya pada Insoo tidak pasti terdengar atau tidak karena Insoo sudah mabuk dan menghabiskan dua botol soju.
Insoo berjalan miring kekiri dan kekanan, berusaha membenarkan jalannya yang sempoyongan karena masih berada dalam pengaruh alkohol. Dengan kekuatan yang masih Ia miliki, Insoo menggandeng Jisoo masuk kedalam kamarnya. Akhirnya. Mereka sampai dirumah Insoo setelah polisi tadi mengantar mereka pulang dengan selamat.
“Heiy .. ige mwoya?” Jisoo membuka matanya dan menatap Insoo yang berdiri dihadapannya, membuka sepatunya.
“Jisoo-aah, padahal musim panas sudah berakhir tapi kenapa aku masih kepanasan malam hari seperti ini?”
“Itu karena bajumu yang tebal, lepaskan jaketmu bodoh ..” jawab Jisoo tidak jelas melihat Insoo yang mengaruk-garuk lehernya tidak sabar.
“Haha! Kau pintar sekali Jisoo-aah .. tapi bagaimana melepaskan jaket ini? Aku seperti terpenjara dalam benda aneh yang membalut tubuhku”
“Itu bukan benda aneh, namanya jaket. Cih.. dasar namja babo! Biar aku lepaskan, ini mudah sekali ... ada resletingnya disini ..” Jisoo bangun dan berdiri dihadapan Insoo yang menatap aneh jaket hitamnya itu. Dengan sisa kesadaran yang masih ada, Jisoo perlahan menarik resleting jaket Insoo lalu melepaskannya. “Mudahkan?” Jisoo tersenyum menatap Insoo yang heran bagaimana jaket itu bisa lepas dari badannya. Memang pengaruh alkohol sangat buruk untuk tubuh.
“Wehey .. kau hebat sekali! Gomawo ..” Insoo langsung memeluk Jisoo. Dan beberapa detik kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Jisoo yang berwarna pink muda dan memang sedikit menggoda namja mabuk sepertinya itu.
Perlahan kedua bibir yang saling diam tanpa pergerakan itu mulai melumat satu sama lain, saling mengulum, dan saling menghisap pelan. Mulai beralih pada permainan lidah yang menjelajahi mulut masing-masing, dan menjadikan ciuman itu terasa sangat penuh nafsu dan gairah. Membuat keduanya ingin merasakan sensasi yang lebih dari sekedar permainan lidah dan saling melumat bibir.
Insoo menaruh tangannya dipinggang Jisoo, semakin merapatkan badan mereka sampai benar-benar menempel sekarang. Tangannya mulai menggerayam menjelajah tubuh Jisoo yang terbalut mini dress bunga-bunga kuning cantik, mencari dimana resleting dress itu berada.
Ciuman itu bagaikan sihir yang memebuat mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan sekarang, yang ada hanya nafsu penuh hasrat yang menggebu menyesaki pikiran mereka. Dan tanpa disadari, mereka sudah melakukan itu lebih dari lima menit yang lalu. Dan juga mreka sudah tidak menyadari kalau mereka berciuman diranjang tanpa mengenakan sehelai pakaianpun sekarang. Astaga.
        Jisoo langsung membuka matanya, duduk dan mengatur nafasnya yang terengah-engah karena mimpi yang barusaja terjadi. “Benar .. itu yang terjadi semalam .. aku dan Insoo Oppa mel melakukan itu ..” Jisoo kembali berbaring, menenggelamkan wajahnya diantara bantal-bantal empuknya. Membolak-balikkan badannya tidak jelas, berteriak dan diakhiri dengan tangisan. Dia kembali menangis sekarang.
        Disisi lain,
Insoo membuka matanya dengan cepat. Melihat sekelilingnya panik dan mengacak rambutnya, lalu dia bangun dari sofa yang barusaja dia jadikan tempat tidur dan berjalan mendekati jendela. Memandang jauh kejalanan yang dipenuhi kendaraan berlalu-lalang.
Dan Bugh!
Insoo memukul jendela itu, membuat kacanya pecah dan tangan kirinya berdarah karena goresan pecahan kaca-kaca itu. “Astaga Ya Tuhan! Aku dan Jisoo melakukannya semalam ... yaah .. kami melakukan itu ..” Insoo tersadar dengan apa yang sudah terjadi padanya semalam karena mimpi yang barusaja dia dapat saat tidur disofa.
**
        Dengan cepat mobil BMW California biru itu melaju, berjalan zigzag menyalip beberapa kendaraan lain dijalanan yang cukup ramai malam itu. Berharap bisa dengan cepat sampai ditempat tujuan, Insoo semakin menancap gas mobilnya.
Tidak ada hal lain yang ada dalam pikirannya saat ini selain Jisoo dan Jisoo. Apa yang harus dia lakukan pada teman kecilnya itu? Mengingat apa yang sudah dilakukannya tadi malam, Insoo kembali mempercepat laju mobilnya.
Ting tong ting tong ...
Beberapa kali Insoo memencet bell apartement Jisoo, tapi masih belum ada jawaban darinya. Walaupun apartement itu sepi seperti tidka berpenghuni, tapi dia yakin kalau Jisoo berada didalam.
“Jisoo-aah, bukalah! Aku harus bicara padamu, jebal .. bukalah pintunya” Insoo terus memencet bell apartement Jisoo, karena mengetuk pintu berpasword itu sudah tidak ada gunanya.
Sementara alasan pintu itu tidak terbuka adalah karena bukan tidak berpenghuni, melainkan Jisoo hanya terduduk menangis dibawah layar monitor pintu apartementnya. Rasanya dia tidak punya kekuatan untuk berdiri dan membukakan pintu itu walau sebenarnya dalam hatinya, dia juga ingin bicara pada namja yang terus menekan bell apartementnya itu.
“Baiklah Jisoo-aah, jika kau ingin aku bicara disini dan didengar orang-orang maka aku akan bicara sekarang ..”
“Masuklah dan cepat bicara apa yang kau inginkan!”
Dan akhirnya Jisoo membuka pintu itu, tanpa melihat Insoo sedikit tersenyum lega karena dia membuka pintunya itu berjalan masuk kedalam dan duduk disofa.
“Jisoo-aah, mengenai .. kejadian itu aku sudah .. ingat tadi malam ..” Insoo menyeret kata-katanya, karena sumpah dia sangat gugup sekarang. Dia tidak tahu harus bagaimana membicarakan hal itu pada Jisoo, karena ini adalah hal yang sangat memalukan menurutnya.
“Nado. Aku sudah mengingatnya .. dan Oppa, mianhaeyo!”
“Andwae! Aku yang seharusnya minta maaf padamu, semalam aku yang mengajakmu minum .. padahal aku tahu kau dan aku tidka bisa minum. Jisoo-aah jeongmal mianhaeyo ..”
“Kita sudah salah dengan ini .. aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Hyein-aah jika tahu hal ini_”
“Emmh Jisoo-aah, bisakah kita tidak memberitahu Hyein-aah?” Insoo sedikit maju mendekati Jisoo yang menundukan kepalanya.
“Geurae, Oppa dan Hyein-aah akan segera menikah .. aku juga tidak bisa menyakiti perasaan Hyein-aah, sahabatku. Jadi Oppa, aku sudah memikirkan mengenai hal ini ..”
“Jisoo-aah_”
“Aku harap Oppa anggap kejadian malam itu adalah mimpi buruk yang harus segera Oppa lupakan, aku akan melupakannya. Dan aku mohon jangan sampai Hyein-aah tahu hal ini, Oppa?”
“Jisoo-aah bukan itu maksudku! Aku tidak mungkin membiarkanmu hidup sendiri setelah aku menidur_”
“Oppa! Aku mohon dengan sangat, bisakah Oppa melakukannya?”
“Keundae Jisoo-aah .. ak aku seharusnya ber_”
“Aku rasa sudah tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, sekarang pergilah Oppa. Aku capek!” dan setelah beberapa kali Jisoo memotong perkataan Insoo, akhirnya dia beranjak pergi meninggalkan Insoo setelah membukakan pintu yang mengisyaratkan untuk Insoo agar cepat pergi dari tempat ini. Karena sumpah, bicara seperti itu bagaikan memasukkan diri kita kedalam penggilingan berduri yang bisa meremukkan seluruh tubuh kita dalam sekali hentakkan.
Tangisan Jisoo kembali pecah setelah tertahan dari tadi, suara pintu tertutup semakin membuatnya menangis kencang. Insoo sudah pergi? “Sebenarnya aku tidak mau seperti ini Oppa!” gumam Jisoo disela tangisnya.
Saat ini tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengeluarkan air mata yang sangat menyesakan matanya, bicara seolah ‘aku tidak apa-apa’ pada Insoo sangat membuat jiwanya terguncang. Bagaimana tidak? Insoo sudah menidurinya dan harus menikah dengan Hyein, sahabatnya.
Tapi meminta Insoo untuk bertanggung jawab juga tidak mungkin. Jisoo tidak sejahat itu untuk menghancurkan hati sahabatnya, ditambah Hyein sudah mengatakan akan menikah.
Hyein akan menikah dengan Insoo, namja yang sudah sejak kecil menjadi teman Jisoo. Satu-satunya namja yang sangat dekat dengannya, dan juga adalah namja yang selama belasan tahun ini dia pendam sebagai kekasih khayalan dalam hatinya. Yah .. Jisoo memang menyukai Insoo sejak kecil, jauh sebelum Hyein mengenal Insoo. Tapi karena Hyein lebih dulu mengatakan menyukai Insoo, maka Jisoo hanya bisa memendam perasaannya pada teman kecilnya itu.
**
        Insoo berlari menghampiri Hyein yang berjalan di koridor kampus menuju perpustakaan, hari ini juga Hyein sendirian .. tidak ada Jisoo yang biasanya selalu menpel padanya setiap hari.
“Hyein-aah ...”
“Ah annyeong Oppa, bogoshippeoyo”
“Nado. Em apa Jisoo-aah tidak masuk lagi hari ini?” Insoo menjawab Hyein dengan cepat dan tanpa eksprsi apapun selain berharap penuh tentang Jisoo.
“Dia bilang dua hari libur kemarin dia gunakan untuk liburan”
“Liburan?”
“Ne, jadi mungkin dia masih liburan karena hari ini dia juga tidak masuk”
“Apa dia berkata dimana tempatnya padamu?”
“Ani. Wae?”
“Ah aku hanya bertanya. Ada sedikit urusan dengannya ..” Insoo memalingkan wajahnya kearah lain, berusaha agar tidak mendapat pertanyaan lagi ‘kenapa’ tentangnya dan Jisoo belakangan hari ini.
“Ouh Oppa .. tanganmu? Apa yang terjadi?” Hyein langsung menarik tangan Insoo yang masih digulung kain kasa dan sedikit perban.
“Aku jatuh”
“Andwae. Masa jatuh lukanya seperti ini? Apa kau berkelahi?”
“Anio. Aku hanya jatuh beberapa hari yang lalu, sudahlah tidak apa-apa .. sebentar lagi sembuh!” Insoo dengan cepat menarik tangannya dan sedikit mundur dari hadapan Hyein yang memanyunkan bibirnya.
“Oppa, ada apa sebenarnya? Akhir-akhir ini kau sedikit berbeda, kau selalu saja sibuk sendiri tidak jelas. Apa kau ada masalah?”
“Kenapa kau bertanya seperti itu padaku?”
“Wajar aku bertanya, aku calon istrimu. Tidak bisakah kau berbagi masalah denganku .. Oppa?”
“Chagiya, mian. Akhir-akhir ini aku sibuk dengan tugas .. tugas akhir kuliahku. Yah aku sibuk sekali ..”
“Baiklah Oppa, kau harus bekerja keras untuk ujian kelulusan. Arrasseo, aku tidak akan banyak menggangumu mulai sekarang”
“Gomawo. Aku harus pergi sekarang!” setelah membenarkan posisi tasnya, Insoo berbalik dan tanpa basa-basi pergi meninggalkan Hyein yang masih berdiri  melihatnya.
“Oppa!” Hyein berteriak membuat Insoo menghentikan langkahnya dan dengan cepat berbalik. “Wae_?” Hyein berlari dan langsung memeluk Insoo, memeluknya sangat erat. “Aku hanya merindukanmu” Chu~ Hyein mencium bibir Insoo cepat lalu berlari masuk kedalam perpustakaan meninggalkan Insoo yang masih berdiri diam.
“Apa kau masih akan sebaik itu padaku jika tahu aku sudah mengkhianatimu, Chagiya?” batin Insoo. Karena entah kenapa kata yang barusaja diucapkan Hyein padanya seperti menusuk hatinya, membuatnya merasa sangat sangat bersalah dengan kesalahan yag sudah diperbuatnya.
Beberapa detik kemudian Insoo kembali tersadar dari lamunannya dan kembali pada tujuannya datang kekampus, yaitu untuk mencari Jisoo yang sudah tiga hari menghilang dan tidak bisa dihubungi. Nomor ponselnya tidak aktif, tidak masuk kuliah, dan juga tidak ada di apartementnya.
“Apa Jisoo menghilang karena aku?” Insoo tidak berhenti memikirkan hal-hal aneh dalam pikirannya, membuat hatinya semakin tidak bisa berfikir jernih untuk benar-benar mencari Jisoo. Dalam pikiranya dia hanya ingin melakukan sesuatu untuk bertaggung jawab padanya, karena dia laki-laki. Tidak bisa membiarkan seorang wanita begitu saja setelah ditidurinya, kecuali jika dia laki-laki gila. Tapi tidak! Insoo tidak gila.
        Dan ternyata, waktu begitu cepat berlalu. Karena sekarang sudah seminggu sejak kejadian itu Insoo masih belum menemukan Jisoo. Walaupun dia sudah mencari kemana-mana, bahkan sampai mencari kerumah orang tuanyapun Jisoo masih tidak ada. Dia sudah frustasi dengan masalah ini, membuatnya hampir mengatakan yag terjadi pada Hyein jika tidak ingat permintaan Jisoo padanya.
“Annyeong Oppa ..” Hyein mencium pipi Insoo dan memeluknya dari belakang, membuatnya langsung menoleh kebelakang.
“Jisoo-aah?” Insoo langsung membulatkan matanya saat melihat seorang yeoja yang berdiri disamping Hyein, yaa .. itu benar Jisoo.
“Annyeong Oppa” Jisoo tersenyum hambar menyapa Insoo yang masih terkejut dengan kedatangannya.
“Jisoo-aah, duduklah .. aku akan memesan makanan dulu!” Hyein menarik kursi untuk Jisoo dan pergi untuk memesan makanan, meniggalkan mereka berdua.
“Jisoo-aah, kemana saja kau selama ini?”
“Aku sibuk dengan urusanku sendiri”
“Aku mencarimu kemana-mana, kenapa kau menghilang dariku begitu saja? Apa kau tidak tahu aku sangat mengkhawatirkanmu?”
“Oppa, aku mohon bersikaplah seperti biasa padaku!”
“Jisoo-aah aku hanya mengkhawatirkanmu saja”
“Nado Jisoo-aah, kemana saja kau seminggu ini menghilang tanpa kabar?” tiba-tiba Hyein sudah ada disamping Insoo, membuatnya menarik badannya dan kembali bersandar pada kursi.
“Jeongmal mianhaeyo ..”
“Seharusnya kau bicara padaku, apa yag terjadi? Apa kau ada masalah?”
“Anio. Aku hanya harus mengurus sesuatu beberapa hari ini!”
“Baiklah, aku maafkan. Tapi ingat, hanya kali ini. Jangan ulangi lagi, dan jika kau menghilang lagi nanti .. maka aku tidak akan mau menjadi temanmu lagi. Arrachi?”
“Arrasseo ..” Jisoo tersenyum menatap Hyein, yang sebenarnya dia hanya menghindari tatapan mata Insoo.
“Oppa, kenapa kau belum pulang?”
“Tadinya aku akan pulang .. haya makan sebentar disini”
“Kalau begitu, bisakah kau antarkan kami pulang?”
“Geuraeyo ..”
“Emmh ani, sepertinya aku harus pulang duluan. Appa mengajakku pergi sekarang, annyeong” Jisoo langsung mengambil tas dan pergi meninggalkan mereka berdua.
“Oppa, dia jadi aneh setelah liburan. Apa kau juga berfikir seperti itu?”
“Anio. Menurutku biasa saja ... Chagiya, aku harus ke toilet sebentar. Tuggu aku dimobil, ini kuncinya ne?”
“Geurae, palliwa!”
Insoo langsung berlari, yang sebenarnya mengejar Jisoo. Dan akhirnya dia melihat Jisoo yang berjalan menunduk.
“Jisoo-aah!” tapi setelah teriakkan Insoo, Jisoo malah mempercepat langkah kakinya. Mengabaikan teriakan Insoo yang terus memanggil namaya. “Dengarkan aku sebentar Jisoo-aah jebal ..” Insoo menarik tagan Jisoo dan menghatikan langkahnya. Menarik badannya dan membuat mereka saling berhadapa sekarang, tapi Jisoo tetap memalingkan wajahnya dari Insoo.
“Kau tidak bisa terus seperti ini, karena dengan bersikap seperti ini justru membuatku semakin tidak bisa melupakannya. Kau bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa tapi kau menghindariku, dan itu malah sepertinya terjadi apa-apa. Jisoo-aah jebal .. jagan seperti ini padaku, aku bisa melakukan apapun padamu sebagai bentuk tanggung jawabku. Aku akan bertaggung jawab padamu!”
“Oppa hajima! Kita tidak harus lagi membicarakan hal ini”
“Tapi kau yang bersikap seolah-olah masih banyak yang harus kita bicarakan Jisoo-aah ..”
“Tidak perlu melakukan apapun padaku”
“Tidak bisa, aku akan bertanggung jawab padamu. Bagaimanapun caranya!”
“Oppa!” Jisoo melepaskan tangan Insoo yang menahan tangannya, kembali berjalan meninggalkannya.
“Jisoo-aah aku mohon, biarkan aku melakukan sesuatu untukmu agar bisa menebus kesalahanku ..” Insoo kembali menarik Jisoo, dan sekarang lebih dekat. “Baiklah, Oppa hanya perlu merahasiakan hal ini dan melupakannya” Jisoo medorong tubuh Insoo pelan, lalu berlari pergi.
Yaah .. pergi memang lebih baik rasanya, dibading harus terus berada dihadapannya. Walaupun seminggu kebelakang Jisoo menghilang adalah untuk menata ulang perasaannya terhadap Insoo, tapi rasanya semua itu sia-sia karena setelah kembali berhadapan dengannya malah membuat hatinya semakin hancur dan gila.
        Dan sejak pembicaraan itu, hubungan antara mereka kini memang biasa saja. Tapi benar-benar biasa, bahkan hampir tidak seperti biasanya karena sangat biasanya. Hubungan mereka berdua menjadi dingin, tidak seperti teman yang sudah belasan tahun kenal. Sangat sangat canggung.
Setiap kali mereka bertemu, mereka berdua hanya memasang senyum hambar dan akan berlalu meninggalkan satu sama lain. Dan itu juga membuat hubungan Jisoo berbeda dengan Hyein, dia sedikit menjauhi Hyein karena Insoo. Tidak lagi menempel pada Hyein setiap hari, tapi hanya diwaktu-waktu tertentu. Banyak sekali perubahan antara mereka.
**
        Hyein mengusap-usap punggung Jisoo lembut, berharap bisa membuatnya sedikit tenang karena dari tadi dia terus muntah. “Jisoo-aah gwaenchana?”
“Ne, gwaenchana”
“Apa kau tidak sebaiknya kedokter?”
“Anio. Aku tidak mau pergi kedokter, aku tidak suka dokter”
“Kalau begitu pulanglah, aku akan mengantarmu ne?”
“Geurae ..”
Tapi Bugh!
Setelah beberapa langkah mereka keluar dari kamar mandi, Jisoo jatuh begitusaja kelantai. Membuat Hyein panik dan tidak tahu harus bagaimana.
        Jisoo perlahan membuka matanya, melihat sekelilingnya aneh. “Kau dirumah sakit sekarang, tadi kau pingsan”
“Gomawo sudah membawaku kesini ..” Jisoo memaksakan tersenyum dalam keadaannya yang sangat lemas, bahkan untuk tersenyum juga itu membutuhkan tenaga yang besar.
“Sebenarnya Oppa yang membawamu kesini tadi ..” Hyein melirik Insoo yang tertidur di sofa di sudut ruangan, membuat Jisoo juga mengalihkan matanya pada namja yang tidur pulas di sofa itu.
“Aku pasti merepotkan ..”
“Andwaeyo. Keundae, kau kenapa?”
“Aku hanya capek, beberapa hari ini aku terlalu sibuk dengan pernikahan sahabatku, ditambah dengan pentas seni itu dan tidak memperhatikan kesehatanku”
“Kau memang selalu seperti itu, selalu saja marah padaku karena tidak menjaga kesehatan tapi kesehatanmu sendiri tidak kau perdulikan. Ini pernikahanku tapi malah kau yang sibuk, aku benar-benar merepotkanmu. Kau mem_” Hyein menghentikan perkataannya saat ponsel yang digenggamnya berbunyi. “Mianhae, aku keluar sebentar”
“Geurae ..” Hyein berlari keluar sambil setengah berbisik mengangkat telpon masuk keponselnya.
Jisoo hanya memandang Insoo, melihatya tidur cukup menyenangkan baginya. Mengingat saat kecil mereka sering tidur bersama, masa yang menyenangkan, sebelum kehadiran Hyein ditengah-tengah mereka.
“Annyeonghaseyo Jisoo-sshi ..” tiba-tiba seorang dokter bersama suster masuk kedalam, membuat Jisoo berhenti memandang namja yang sudah membuatnya gila dua bulan terakhir ini.
“Waktunya sekarang kami memeriksa keadaamu, kau sudah baikkan?”
“Ne, rasanya sudah lebih baik”
“Ouh kau sudah bangun?” Insoo langsung menghampiri ranjang Jisoo saat dia bangun, dengan tampang linglungnya dia menatap Jisoo yang memalingkan wajahnya. “Biar kami periksa keadaan pasien, Anda bisa menuggu diluar?” untungnya suster itu cepat berkata seperti itu, membuat Jisoo tertolong karena tidak perlu menjawab pertayaan Insoo. “Eoh ne, annyeonhaseyo” Insoo berjalan meninggalkan ruangannya.
“Oppa, kau sudah bangun?” Hyein mendekati Insoo yang keluar dan menutup pintu.
“Geurae ..” Insoo megangguk pelan sambil mengusap-usap mataya yang masih sedikit memerah.
“Lalu kenapa kau keluar?”
“Aku akan kekamar mandi sebentar, didalam Jisoo-aah sedang diperiksa dokter”
“Eoh? Aku akan bertanya keadaannya ..” Hyein berjalan mendekati pintu kamar, tapi langkahnya berhenti saat tidak sengaja mendengar perkataan dokter dari dalam.
Hyein terdiam mematung. Mendengar perkataan Dokter sangat membuatnya kaget dan tidak bisa berkata apapun, pikirannya terus berfikir dengan keras kembali mencerna yang didengarnya, memastikan kalau itu hanya salah dengar atau itu mimpi.
“Maaf, Anda ingin menjenguk pasien?”
Hyein sedikit terkejut saat tiba-tiba suster membuka pintunya dan keluar bersama dokter dari dalam ruangan Jisoo.
“Oh ne, aku temannya. Bagaimana keadaannya?”
“Dia baik-baik saja, hanya kecapean karena mungkin beberapa hari terakhir ini dia tidak menjaga kesehatannya dengan baik. Kalau begitu kami permisi ..”
 “Baik, silahkan. Gamsahamnida” Hyein sedikit membungkukkan badannya membalas salam mereka lalu masuk perlahan kedalam. “Kenapa perkataannya beda sekali dengan yang dikatakan pada Jisoo, apa mereka menyembunyikan ini semua?” gumam Hyein yang berjalan mendekati Jisoo kembali.
“Jisoo-aah, apa yang dikatakan dokter itu padamu?"
“Dokter hanya mengatakan kalau aku kelelahan, dan bisa pulang besok”
“Eoh jinjjayo?”
“Geurae. Emh Hyein-aah, sebaiknya kau dan Oppa pulang. Kalian harus istirahat. Gomawo sudah menemaniku disini, aku akan baik-baik saja”
“Memangnya kau tidak apa-apa?”
“Gwaenchana, kalian pulanglah”
“Geurae, kalau begitu kami pulang dulu. Kau harus cepat sembuh” Hyein mengusap tangan Jisoo sebelum akhirnya dia pergi meninggalkannya sendiri. Walaupun dalam hatinya ada tanda tanya besar mengenai apa yang tdak sengaja didengarnya tadi, tapi Hyein berusaha mempercayai Jisoo kalau dia tidak apa-apa.
        Dan sekarang Jisoo harus kembali disibukkan dengan pentas seni yang akan diselenggarakan universitasnya menjelang graduasi, walaupun dia baru saja keluar dari rumah sakit tapi Jisoo tetap benar-benar hebat dengan mengurus pekkerjaannya itu.
Ditambah dengan persiapan pernikahan Hyein dan Insoo yang tinggal satu hari lagi, sangat menguras tenaga dan pikiran Jisoo. Disisi lain hatinya sangat tidak menginginkan pernikahn ini terjadi karena mau bagaimanapun Insoo adalah namja yang sudah tidur dengannya.
        Jisoo melihat ponselnya yang menyala lalu pamit pergi dari kerumunan keluarga Hyein, mencari tempat yang sedikit tenang untuk menjawab panggilan masuk ke ponselnya.
“... ne, aku akan segera pulang. Annyeong” Jisoo menutup ponselnya lalu berjalan dan, “Jisoo-aah!” Insoo menarik tangan Jisoo dan menahannya diantara dinding dan kedua tangannya.
“Oppa, apa yang kau lakukan? Lepaskan!”
“Mian Jisoo-aah, tapi kalau aku tidak seperti ini kau mungkin akan lari menghindariku. Aku hanya ingin bertanya padamu ..”
“Cepatlah katakan apa maumu, aku buru-buru!” Jisoo berusaha memalingkan pandangannya dari tatapan Insoo didepannya, berusaha membuat dirinya tenang dalam posisi ini.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Ne, aku baik. Kalau kau hanya ingin bertanya itu maka aku sudah menjawabnya, sekarang lepaskan aku ..” Jisoo mendorong dada Insoo menjauh darinya lalu berjalan meninggalkannya.
“Jisoo-aah bisakah kau dengarkan aku dulu?” Insoo berjalan mengejar Jisoo yang memepercepat langkahnya. “Jisoo-aah dengarkan aku!” Insoo berteriak pada Jisoo dan kembali menarik tangannya, membuat Jisoo akhirnya kembali berhadapan dengannya.
“Selama ini aku selalu menuruti kemauanmu, menjauh darimu dan bersikap seolah-olah tidak pernah terjadi apapun antara kita. Tapi kenapa kau terus memperlakukan aku seperti ini? Selalu berlari dariku bahkan jika aku hanya ingin bicara padamu, sebenarnya ada apa denganmu?”
“Oppa, sudah aku bilang ini akan lebih baik untuk kita”
“Keundae Jisoo-aah, aku sudah mengenalmu dari kecil. Aku sudah terbiasa melakukan apapun denganmu, dan aku .. aku tidak bisa terus kau perlakukan seperti ini. Dan sebentar lagi aku akan menikah, haruskah aku memberitahu Hyein kalau kita sudah tidur bersama?”
“Oppa! Aku mohon jangan pernah katakan itu pada Hyein, jebal .. Aku tidak ingin dia merasa kalau kita sudah mengkhianatinya”
“Tapi aku juga tidak bisa merahasiakan ini semua padanya, dia calon istriku!”
“Aku mohon Oppa, aku mohon. Lupakan hal itu, karena ..”
“karena apa?”
“Setelah kalian menikah .. aku akan pergi melanjutkan sekolahku di China. Aku tidak akan mengganggu kehidupan kalian lagi, jadi Oppa harus melupakan itu dan membahagiakan Hyein”
“Benarkah yang kau katakan?”
“Geurae, setelah hari pernikahan kalian, aku akan pergi”
“Jisoo-aah keundae aku .. aku_”
“Oppa, aku mohon mengertilah!” Jisoo melepaskan genggaman Insoo yang sudah tidak lagi menggenggam tangannya sekuat tadi, dia meninggalkan Insoo yang masih terdiam.
Bugh bugh!
Suara seperti seseorang yang menabrak sesuatu dari balik pintu membuat Insoo berjalan untuk melihatnya, “Ah ternyata Ahjusshi ..” dan ternyata itu hanya paman yang sedang mengangkut beberapa barang untuk persiapan pesta pernikahannya satu hari lagi.
**
        Semua orang sangat sibuk. Sibuk mempersiapkan pernikahan Hyein dan Insoo besok, tidak terkecuali Hyein dan Insoo yang tidak kalah sibuknya mempersiapkan segala sesuatu untuk besok agar pernikahan mereka bisa menjadi sangat sempurna.
“Oppa, bagaimana perasaanmu?” Hyein mempererat pelukannya pada Insoo yang dibalas dengan usapan lembut dirambutnya. “Aku sangat tegang, sampai aku tidak bisa berfikir dengan benar”
“Jinjja? Memangnya apa saja yang kau pikirkan?
“Banyak sekali.”
“Oppa, apa aku boleh bertanya satu hal padamu? Tapi Oppa harus menjawabnya dengan sangat jujur ..”
“Mwoya?”
“Berjanjilah akan menjawabnya dengan jujur?”
“Geure, yaksokhae!”
“Apa kau mencintaiku sekarang?” Hyein mengangkat wajahnya agar bisa menatap Insoo yang tiba-tiba diam. “Tentu saja aku mencintaimu ..”
“Benarkah kau mencintaiku dari hatimu?”
“Kenapa kau tiba-tiba bicara seperti itu?”
“Oppa, besok kita akan menikah. Tidak bolehkah aku mengetahui perasaan calon suamiku sendiri?”
“Aku sangat mencintaimu!”
“Kalau begitu beritahu aku semua rahasiamu?”
“mm mwo?”
“Aku akan memberitahu semua rahasiaku dan Oppa beritahu aku rahasiamu, ne?”
“aa aku tidak punya rahasia!” Insoo memalingkan matanya dari tatapan Hyein dan sedikit melepas pelukannya.
“Baiklah. Kalau rahasiaku .. Emh oppa, sebenarnya aku sudah berjanji dengan Jisoo-aah untuk pergi melanjutkan sekolah ke china. Tapi karena kita akan menikah, jadi hanya Jisoo-aah yang pergi ke china ..” Hyein melepaskan pelukannya dan menatap wajah Insoo. “Oppa tidak kaget?”
“apa?”
“Aku pikir Oppa akan kaget mendengar rahasiaku, tapi ternyata Oppa tidak bereaksi apapun. Payah!”
“Mwo? Kau bilang aku payah?”
“geurae. Oppa payah”
“eey siapa yang payah?”
“Kalau begitu buktikan padaku kalau Oppa tidak sepayah pikiranku, cium aku!”
“mm mwoya? Jangan seperti itu ..”
“Wae? Shieroyo?”
“Ini sudah malam, tidurlah. Besok akan melelahkan!” Insoo berjalan menjauhi Hyein.
“Oppa, apa kau tidak mencintaiku?”
“Anio. Aku mencintaimu ..”
“Lalu kenapa kau tidka mau menciumku? Ciuman terakhir kita sudah sekitar tiga bulan yang lalu, apa Oppa tidka menyukaiku?”
“Bukan begitu, hanya saja .. aku_”
“Baiklah Oppa, aku sudah tahu!” Hyein menghapus air mata diujung matanya dan mendekati Insoo.
“Chagiya, aku hanya ..”
“Oppa, sebenarnya aku sudah mengetahui semuanya. Kau dan Jisoo-aah”
“Apa yang kau bicarakan?”
“Saat kau bicara dengannya kemarin, aku mendengar semuanya. Sekarang aku sudah tahu Oppa ..”
“.. eu chagiya mianhae, aku dan Jisoo tidak seperti yang kau bayangkan. Kami hanya tidak sengaja melakukan itu, percayalah padaku!”
“Aku percaya padamu”
“Chagiya, aku dan Jisoo tidak ber_”
“oppa. Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?”
“mana mungkin aku mengatakan hal ini padamu disaat kita akan menikah?”
“Justru karena kita akan menikah, seharusnya kau mengatakannya padaku. Jangan sampai aku mendengarnya secara tidk sengaja seperti ini, dengan begini kau sudah menghancurkan hatiku!”
“Mianhae Chagiya, sebenarnya aku akan mengatakannya padamu .. tapi Jisoo melarangku untuk mengatakannya. Dia tidak ingin membuatmu sakit hati, jadi selama ini kita hanya menyembunyikannya ...”
“Geurae, dan memebuat aku seperti orang bodoh yang tidka tahu apapun tentang masalah ini. Kau jahata sekali Oppa!”
“Chagiya .. aku mi_”
“Lalu apa oppa juga akan merahasiakan hal ini dari keluargamu, keluargaku, dan keluarga Jisoo setelah pernikahan kita? Berpura-pura tidak pernah terjadi apapun antara kalian?”
“Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya .. aku ..”
“Kau sudah melakukannya dengan Jisoo-aah, lalu kau akan menikah denganku begitu saja tanpa berbuat apapun untuknya? Terbuat dari apa hatimu Oppa? Apa Oppa tidak pernah memikirkan bagaimana perasaan Jisoo-aah selama ini pada ku? Pasti dia sangat membenciku ..”
“tidak tidak .. dia sangat mencintaimu, dia bahkan rela menyembunyikan ini hanya untuk melindungi perasaanmu”
“yah, dia baik sekali dan aku sangat jahat. Aku jahat sekali sudah menghancurkan hidupnya dengan menikahimu!”
“chagiya ..”
“Apa Oppa mencintainya?”
“Apa yang kau katakan, bagaimana mungkin aku mencintainya?”
“Itu sangat mungkin. Oppa dan Jisoo-aah sudah berteman dari kecil, dan mungkin sebelum kehadiranku diantara kalian, kalian saling mencintai kan? Benarkan?”
“Anio. Aku dan Jisoo tidak seperti itu!”
“Benarkah? Tapi kenapa perasaanku mengatakan lain? Aku merasa seperti itu karena sepertinya Oppa tidak benar-benar mencintaiku”
“Aku sangat mencintaimu!”
“Itu hanya perkataanmu saja, tapi hatimu? Apa hatimu juga mencintaiku? Ayo jawab aku dengan jujur!”
“aku .. aku mencintaimu”
“Katakan itu dengan menatap mataku!”
“Chagiya, aku sudah bilang aku mencintaimu. Itu berarti aku mencintaimu! Apa kau tidak percaya padaku?”
“Ne, aku tidak percaya padamu! Bagaimana mungkin aku bisa percaya pada namja yanag sudah menyembunyikan hal segila ini pada calon istrinya? Lalu apa Oppa juga menyembunyikan kehamilan jisoo?”
“Jisoo hamil?”
“Oppa tidak tahu?”
“Apa yang kau baru saja katakan benar? Jisoo-aah hamil?”
“Astaga! Kau bahkan tidak tahu yeoja yang sudah kau tiduri sedang mengandung anakmu? Oppa benar-benar michi namja. Oppa seperti manusia berhati setan, bagaimana mungkin kau bisa hidup tenang tanpa memikirkan yeoja yang kau cintai yang sedang mengandung anak mu begitu saja tanpa melakukan apapun untuk kehidupannya, dan malah menikah denganku? ”
“Aku .. ti tidak mencintai Jisoo!”
“Jinjja? Lalu siapa yeoja yang kau cintai kalau bukan aku dan Jisoo? Jangan berbohong lagi Oppa, aku sudah tahu semuanya. aku juga tidak bodoh untuk tahu kalau kau menyukai Jisoo dari dulu, kita sudah belasan tahun bersama. Kau mencintai Jisoo? Jawab aku!”
“Baiklah .. Kau benar, aku mencintai Jisoo .. tapi aku men_”
“Oppa mencintaiku? Tidak. Kurasa itu bukan cinta, kau hanya menganggapku sebagai seorang adik. Oppa tidak menganggapku sebagai ‘wanita’ seperti Oppa menganggap Jisoo. Jadi sekarang lakukan sesuatu pada anakmu!”
“Tapi aku sungguh tidak tahu kalau jisoo hamil, chagiya aku_”
“Hajima Oppa! Aku tidak mau mendengar apapun darimu lagi, aku juga tidak mau bertemu dengan namja yang benar-benar jahat sepertimu!” Hyein menghapus air mata yang dari tadi sudah membasahai pipinya dan berlari meninggalkan Insoo.
        Inso membuka pintu kamar Jisoo dengan paksa, memaksa masuk kekamarnya. “Apa yang kau lakukan?”
“Apa kau benar hamil?”
“mm mwo? Ap apa yang kau katakan itu?” perlahan Jisoo berjalan mundur menghindari Insoo yang terus melangkah semakin mendekatinya.
“Jisoo-aah aku bertanya padamu, jawab aku dengan jujur. Apa kau hamil?”
“Oppa, kau harus pergi dari kamaru sekarang, sebelum ada seseorang yang melihat kita berdua!”
“Jawab aku! Apa kau hamil karena aku?” Insoo berteriak, membuat Jisoo tidak bisa menahan air mata yang sudah diujung matanya. “Apa kau hamil Jisoo-aah?” Insoo mengulangi pertanyaan yang belum dijawab Jisoo. “.. gg geuhhrae hiks .. geurae hiks hiks .. aku hamil”
“Kenapa kau tidak mengatakannya padaku dari dulu?”
“.. hiks .. aku tidak mungkin mengatakan ini padamu, kau dan Hyein akan menikah. Aku tidak bisa mengatakannya .. hiks hiks” Jisoo menangis terduduk dibawah Insoo yang hanya mengacak rambutnya dan mengusap kasar wajahnya frustasi.
“Mianhae oppa .. hiks hiks .. mianhae .. hiks hiks ..”
“Tidak. Bukan kau yang salah, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku sudah melakukannya padamu dan tidak bertanggung jawab. Jeongmal mianhaeyo”
“Dari mana Oppa tahu aku hamil?”
“Hyein. Hyein sudah mengetahui semuanya sekarang”
“..apa? Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaiamana ini .. ?”
“Aku tidak tahu. Hyein menangis dan marah padaku, dia bilang tidak ingin bertemu lagi denganku!”
“ini semua salahku. Seharusnya aku pergi dari dulu, Hyein tidak akan tahu jika aku pergi dari dulu. Hiks hiks .. mianhae oppa ..”
“Sudahlah jangan menangis. Aku akan mengurus semua ini, aku akan bicara pada Hyein dan orangtuanya”
“tapi pernikahan kalian besok!”
“Tenanglah, aku akan mengurusnya! Percayalah ..” Insoo memeluk Jisoo yang masih terisak menangis dilantai.
        Dan benar-benar sangat kumplit. Semuanya terjadi begitu saja malam ini, menghancurkan semuanya. menghancurkan mereka bertiga.
        Tapi ternyata malam ini sangat cepat. Terlalu singkat untuk menyelesaikan masalah mereka, karena sekarang pagi sudah datang. Dan sekarang saatnya pernikahan Hyein-Insoo harus terjadi, itu tidak mungkin dibatalkan karena akan sangat merepotkan dan memalukan.
Jadi karena semua itu, sekarang Hyein sedang berjalan melangkah diatas altar dalam gandengan Abeonim. Tersenyum, berjalan menuju Insoo yang juga tersenyum diujung altar sana. Walaupun senyuman keduanya jelas adalah senyum keterpaksaan, meningat masalah mereka yang belum selesai.
Dan upacara pernikahanpun dimulai, Hyein dan Insoo akan mengucapkan janji setia.  “Dan sebelum kedua mempelai mengucapkan janji setia mereka, Saya akan bertanya apakah ada yang keberatan dengan pernikahan ini?”
“Saya!” tiba-tiba Hyein mengacungkan tangannya, membuat semua orang kaget termasuk Insoo.
“Apa yang kau lakukan? Kita tidak bisa membatalkan pernikahan ini!” bisik Eommoniem sambil berjalan menghampiri Hyein.
“Anio Eomma. Aku keberatan dengan pernikahan ini! Maafkan aku”
“Hyein-aah!” Eomma menyubit tangan Hyein dan berbisik.
“Appa, Eomma, mianhaeyo. Aku harus melakukan ini. Aku tidak ingin menikah dengan Insoo Oppa, aku tidak mencintainya. Tapi bukan berarti pernikahan ini batal, karena aku hanya akan menggantikan pengantin wanitanya saja. Seharusnya yang berdiri disamping Insoo Oppa adalah Kau Jisoo-aah, kau!” Hyein tersenyum dan menunjuk Jisoo yang berdiri dibelakangnya.
“Hyein-aah ...” Jisoo hanya menatap Hyein tidak percaya atas apa yang baru saja dikatakannya itu.
“Geurae, kemarilah dan ucapkan janji setianya. Gantikan aku!”
“Hyein-aah apa yang kau lakukan? Kam kami tidak mm mungkin untuk men_”
“Oppa, diamlah. Aku tidak ingin bicara lagi dengan pembohong sepertimu, kau menyebalkan! Sudah jelas kalian saling mencintai, jadi kenapa tidak mau menikah?”
“Hyein-aah aku .. aku dan Opaa tidak mungkin un_”
“Jisoo-aah, kau adalah sahabat terbaikku. Aku tidak ingin menjadi teman yang jahat untuk menghancurkan hidupmu, aku terlalu baik untuk itu. Kau mencintai Oppa kan? Jadi menikahlah ..” Hyein melepaskan cincin dari tangannya dan memberikannya pada Insoo. “Apa yang kalian tunggu? Oppa cepat pasangkan cincin ini pada Jisoo, jangan membuat mereka menunggu terlalu lama” Hyein melirik undangan yang sedang ramai berbisik-bisik itu.
“chagiya, gomawo. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, kendae gomawoyo!”
“Jangan panggil aku chagiya lagi! chagiyamu sudah milik Jisoo sekarang”
“Geurae ... jeongmal gomawo” Insoo tersenyum melirik Hyein lalu menatap Jisoo yang masih terus sibuk menyeka air matanya.
“Hyein-aah, aku tidak bisa melakukan ini! Bagaimana dengankau?”
“Jisoo-aah, gwaenchana. Semalam aku sudah berulang kali memikirkannya, dan kurasa ini adalah yang terbaik untuk kita semua. Sudah kubilang, aku terlalu baik untuk menyakitimu ..”
“ ... lau bagaimana denganmu?”
“Aku? Aku akan menepati janji kita dulu. Besok aku akan pergi melanjutkan sekolah kita ke china, aku akan memulai hidup baru disana. Jangan pikirkan aku, nan gwaenchana!”
“Hyein-aah, aku tidak tahu harus bagaimana padamu. Kau terlalu baik padaku, jeongmal gomawoyo ..” Jisoo memeluk Hyein dan menumpahkan semua tangisan bahagianya.
“Ullijima. Cepatlah bacakan janji setianya, aku menunggu!” Hyein melepaskan pelukan Jisoo, menghapus air matanya dan perlahan berjalan mundur dan menyisakan mereka berdua berdiri di altar.
        Semua undangan bertepuk tangan. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menangis melihat kejadian ini, termasuk orangtua Hyein dan Jisoo yang tidak menyangka anak-anaknya sudah benar-benar dewasa sekarang.
Dan pernikahan itu pun tidak batal. Malah menjadi pernikahan yang sangat istimewa karena pernikahan yang terjadi karena suatu masalah. Tapi karena masalah itu, semua orang berakhir bahagia.

Epiloug.
        Jisoo mengusap lembut rambut Insoo yang sekarang memejamkan mata dan mengatur nafas didadanya. Hela nafas Jisoo yang membuat dadanya naik turun tidak membuat Insoo merubah posisinya, ia masih tidur didada Jisoo dengan asyiknya.
“Chagiya ... Apa bayi kita sudah bergerak didalam sana?”
“Oppa kau ini bodoh sekali, mana mungkin seperti itu. Kandunganku baru dua bulan Oppa!”
“Eoh jinjjayo? Aku sampai melupakan hal itu .. tapi apa baru saja kau berkata bodoh padaku?”
“Geurae, waeyo?”
“Ish! Tidak sopan sekali kau pada suamimu, kalau begitu kau harus diberi hukuman!” Insoo bangun dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir Jisoo. Menciumnya mesra.
“Saranghae ..” ucap Insoo disela-sela ciumanya, dan sekarang dia pindah menciumi leher jenjang Jisoo. “Oppa, sejak kapan kau mencintaiku?” Jisoo mendorong Insoo menjau darinya.
“Mollayo! Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku rasa dari dulu. Dan aku juga tidak tahu kalau kau menyukaiku dari dulu ..” Insoo tersenyum menggoda Jisoo, membuat pipinya memerah.
“Ish aku tidak mencintaimu! Siapa yang bilang?”
“Jangan berbohong! Sudahlah .. kau sudah ketahuan sekarang ..” Insoo menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh mereka. selimut yang menjadi satu-satunya kain yang menutupi tubuh mereka sekarang.
**
        Bugh!
Hyein rasanya sudah menabrak sesuatu, atau mungkin seseorang. “I’m Sorry ..” Hyein mengagkat wajahnya dan melihat seorang pria yang sekarang sedang terseyum padanya.
“Gwaenchana ..”
“Eoh, kau bukan orang China?”
“Ani. Aku pendatang baru, sama seperti mu”
“Eoh jinjjayo?” Hyein membulatkan matanya melihat pria dihadapannya itu sekarang, yang tidak berhenti tersenyum padanya. Membuat Hyein merasa sedikit aneh.
“Aku tidak apa-apa, tadi aku yang menabrakumu. Mianhae. Dan sebagai permintaan maafku, apa kau mau minum koffe bersamaku? Aku yang bayar, tenang saja!”
“Geurae, kalau begitu kajja”
Dan akhirnya Hyein pergi menerima permiantaam maaf namja yang tidak berhenti menebar senyum itu.
** TamaT.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR