Tittle : The End
Genre : Romance
Length : Oneshot
Author : Cifcif Rakayzi
Main cast : Leo | D.O | Hyein
***
Mereka masih duduk dikursi taman itu, masih saling memandang,
seperti beberapa jam yang lalu saat mereka baru datang. Dan sepertinya walaupun
sudah beberapa jam mereka seperti itu, sama sekali tidak ada rasa bosan untuk
saling memandang dan tersenyum.
“Hyein-ah, saranghae ..”
“Jeongmal?”
“Geuraeyo. Nan jeongmal saranghaeyo! Kau bagaikan sinar matahari
yang memberiku kekuatan untuk tetap kuat dan tersenyum, aku hampa jika tanpamu.
Jangan pernah tinggalkan aku untuk selamanya, ara?”
“Arasseo. Kau adalah Kyungsoo milikku, jangan pernah memberikan
senyum-mu untuk siapapun kecuali aku ..”
“Geurae, I’m your man”
Senyuman manis kembali mekar diwajah namja itu, dia membelai
lembut kepala yeoja didepannya. Dan perlahan mereka saling menempelkan
bibirnya, meluapkan rasa cinta yang menggebu dalam hati. Tidak perduli ratusan
mata yang memperhatikan mereka, rasanya dunia hanya milik berdua.
***
“Saranghae ...” ucap Lee Hyein sangat halus dan pelan hampir
tidak terdengar saat dia perlahan membuka matanya. “Irreona ...” Leo tersenyum
melihat kekasihnya itu bangun karena sentuhannya, ya .. leo mengusap kepala
Hyein.
Tapi seperti ada sesuatu yang aneh, karena Hyein kaget kalau
yang dilihatnya sekarang adalah Leo. Pria yang berbeda dengan yang dilihatnya
dalam mimpi tadi.
“Kita sudah sampai. Lihatlah, laut sudah didepanmu” ucap Leo
pelan saat memperhatikan pantai didepannya. “Geurae, aku memang suka pantai.
Kajja kita keluar ..” Hyein dengan cepat mengalihkan perhatiannya dari mimpi
tadi kembali pada pria disampingnya dan berusaha tidak terjadi apapun, termasuk
untuk tidak memikirkan mimpi itu lagi.
Mereka sudah dipantai sekarang, seperti permintaan Hyein. Dan
sepertinya tidak baik untuk lebih memikirkan mimpi itu daripada kekasihnya yang
sudah jauh-jauh membawanya kesini. Karena Hyein yang meminta Leo kepantai.
“Aku tidak begitu menyukai pantai, disini membosankan” Leo hanya
bergumam dingin saat berjalan menghampiri Hyein yang sudah berdiri ditepi
pantai merasakan hembusan angin pantai yang menyegarkan. Hyein hanya tersenyum
kecil mendengar ucapannya, dia menggandeng tangan Leo dan menyandarkan
kepalanya dipundak kekar Leo. “Kau harus mulai menyukai sesuatu, kau juga harus
menyukai alam Oppa!” sudah jadi resiko berhadapan dengan sikap dingin Leo,
karena ini pilihan Hyein saat memutuskan menjadi kekasihnya tiga bulan lalu.
“Menyukai sesuatu tanpa alasan akan terasa hambar dan sulit
dimengerti” perkataan Leo masih tetap dingin dan terlihat memaksakan diri untuk
melihat pantai, karena jika bukan permintaan Hyein maka Leo lebih memilih untuk
rapat berjam-jam dengan direktur tua daripada berdiri dipantai seperti ini. Leo
memang tipe orang yang suit dimengerti, tetapi tidak bagi Hyein. “Jeongmal?
Kalau begitu aku mau mendengar alasanmu menjadi pacarku ..” Hyein melepaskan
genggaman tangannya dari tangan Leo dan berpindah melingkarkan tangannya
dipinggang Leo, menatap kedua matanya yang sipit dan tajam.
“Alasannya, karena aku ... menyukaimu” Leo sedikit terbata saat
mengatakan hal yang memalukan menurutnya. Dia bukan pria yang mudah
mengutarakan isi hatinya dengan perkataan ataupun tulisan, dia hanya akan
memendam segala sesuatunya sendiri. Mendengar kata yang jarang atau hampir
tidak pernah Leo ucapkan lagi selain saat meminta Hyein untuk menjadi pacarnya,
Hyein tertawa dan menyembunyikan wajahnya dalam dada Leo yang bidang. “Wae?”
seakan tahu kalau Leo menatapnya tajam, Hyein mengangkat wajahnya menatap
kekasihnya itu.
“Kau menyukaiku? Coba katakan lagi, tadi aku tidak terlalu jelas
mendengarnya!” Hyein berjinjit dan mengalungkan tangannya dileher Leo yang
mendengus dan memalingkan wajahnya. “Tidak mudah untuk memilih sesuatu yang
akan kita sukai ..” Leo memandang jauh riak ombak yang ada didepannya, dan itu
seolah menjadi hiburan tersendiri saat Hyein melihat Leo yang menahan malu
karena godaannya. Walaupun kadang Hyein juga tidak mengerti perkataan Leo, tapi
Hyein tetap menyukai jika kekasihnya itu bicara. Mengingat Leo hanya bicara
seperlunya pada orang lain, butuh kesabaran lebih memang untuk menghadapi
seorang Leo.
“Kalau tidak mudah, lalu kenapa kau tiba-tiba datang dan
mengatakan kau menyukaiku dulu? Padahal kita belum teralu kenal waktu itu ..”
tapi Leo hanya diam tidak menjawab pertanyaan Hyein, dia hanya menundukkan kepalanya dan tidak
memperdulikan Hyein yang masih bergelayot (?) manja dibahunya. “Oppa, jawab
aku. Ayolah katakan, aku mau mendengar alasanmu menyukaiku. Oppa .. Leo oppa!”
akhirnya Leo perlahan mengangkat wajahnya, menatap Hyein. “aa-aku .. menyukaimu
karena aku .. karena aku mencintaimu” Leo mengusap wajahnya kasar sebelum akhirnya
dia membenamkan wajahnya dibahu Hyein, sungguh mengatakan ini sangat-sangat
memalukan baginya.
Hyein mengusap lembut kedua pipi Leo yang sedikit bersemu merah,
dia tahu kalau kekasihnya itu sekarang sedang menahan malu. Tapi Hyein sangat
senang bisa mendengar itu dari mulut Leo, itu adalah keajaiban luar biasa untuk
seorang Leo. “Oppa, tidak usah malu seperti itu jika kau memang mencintaiku.
Aku akan selalu menyayangi dan mencintaimu. Kau adalah namjachingu-ku ..” Hyein
tersenyum dengan masih mengapit wajah Leo dengan kedua tangannya. Perlahan
Hyein semakin mendekatkan wajah mereka, triit
.. triit .. tapi sayangnya kegiatan itu harus batal karena ponsel Leo yang
berdering kencang mengagetkan keduanya. “Jung sajangniem, sepertinya kau sudah
ditunggu sekretaris Choi” Hyein melepaskan Leo dan berjalan masuk kembali
kedalam mobil, karena dia sudah tahu kalau telpon dari posel Leo adalah
sekretaris Choi yang menyuruh Leo untuk segera bekerja.
“Ini bukan salahku, kau yang memaksa ikut perjalanan bisnisku
...” ucap Leo pelan yang masih bisa terdengar Hyein sebelum akhirnya Leo
mengangkat ponselnya yang terus berdering. Hyein yang mendengar itu hanya
tersenyum, ya .. ini memang keinginan Hyein untuk ikut dalam perjalanan bisnis
Presdir Jung Taekwon atau Leo kekasihnya. Dan itu berarti juga kalau Hyein
harus sudah siap menanggung resiko apapun yang terjadi, entah itu kesibukan Leo
atau di acuhkan Leo.
Dan akhirnya, mereka pergi meninggalkan pantai. Leo harus segera
berada di hotel untuk rapat kembali dengan rekan bisnisnya, dan juga
membicarakan proyek kerja sama yang sekarang ini menjadi tujuan inti
kedatangannya ke Pulau Jeju ini.
Dalam perjalanan, Hyein sesekali tersenyum kecil jika mengingat
apa yang tadi dikatakan Leo padanya. Tentang dia mencintainya. Karena menurut
Hyein, itu sangat menyenangkan.
“Apa senyumanmu itu berarti mentertawakan aku?” ucap Leo yang
masih fokus mengemudi tanpa melihat Hyein sekilaspun. “Ya! Aku tidak begitu ...
aku hanya menyukaimu, Jung Taekwon!” Hyein tersenyum melihat Leo yang masih
saja tidak melihatnya, hanya melihat jalanan didepan dan menyetir. “Jangan
memanggilku seperti itu! ... Awh ..” Hyein tiba-tiba mencubit pinggang Leo dan
membuatnya meringis kesakitan.
“Ya!” Leo menatap Hyein dengan ujung matanya yang tajam,
memberikan kesan menyeramkan kalau orang lain yang melihatnya. “Mian. Aku
sangat tidak bisa menahan tanganku, itu karena pesonamu Sajangniem ..” Hyein
tertawa, sementara Leo kembali memalingkan tatapannya pada jalanan yang padat
didepan. Dia tidak lagi menghiraukan Hyein yang terus menggodanya.
“Sekretaris Choi bilang Oppa akan menandatangani proyek kerja
sama dengan seorang teman, siapa dia?”
“Dia temanku”
“Aku tahu! Yang aku tanya siapa dia?” Hyein sedikit berteriak
karena jawaban Leo sama sekali tidak seperti harapannya. “Dia seorang pria,
tidak usah khawatir”
“Ya! Oppa lucu sekali ... Memangnya aku akan cemburu jika
temanmu itu wanita, anigodeun!” Hyein tertawa melihat senyuman tipis di ujung bibir
Leo. Sepertinya Leo bisa bercanda juga. Haha!
***
Sekarang ini sudah lebih dari tiga jam berlalu semenjak Leo dan
Hyein sampai di hotel, dan Leo masih dalam rapat bersama rekan bisnisnya.
Sementara Hyein hanya menunggu sendiri di kamar Leo, karena dia tidak ingin
menunggu di kamarnya sendiri.
“Kenapa kau disini?” akhirnya Leo datang, dia berjalan
menghampiri Hyein yang berdiri didepan jendela melihat pemandangan diluar. “Aku
menunggumu!” Hyein membantu Leo melepaskan jas nya dan duduk diujung ranjang.
“Apa kau belum ke kamarmu?” Leo mengabil segelas air di meja dan
meminumnya sambil menatap Hyein didepannya. “Aku sudah kesana, hanya saja aku
ingin menunggumu disini. Ayo jalan-jalan, aku bosan ...” Hyein menghampiri Leo
dan memelas padanya dengan manja. “Kemana?” Leo hanya menjawabnya malas.
“Kemana saja, namanya juga jalan-jalan. Ayo cepat ganti bajumu dan kita pergi!”
Hyein membuka koper dan mengambilkan Leo sebuah kaos biasa. “Aku tunggu diluar,
cepatlah!” Hyein akhirnya keluar.
Hyein terdiam, dia mematung, aliran darah di tubuhnya seolah
membeku dan membuat semua anggota tubuhnya tidak bisa bergerak (alah lebay
bingits). Kedua matanya tidak lepas menatap sebuah manik mata yang tidak asing
baginya, mata bulat yang besar dan ekspresi itu kembali.
“Hyein-ah ...” seorang namja berjalan menghampirinya.
“Oop-oppa?” Hyein masih sangat kaget bisa bertemu kembali dengannya, dia adalah
pria dalam mimpinya tadi. “Aih, sudah lama yah kita tidak bertemu, bagaimana
kabarmu?” Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya dihadapan Hyein.
“Eoh Presdir Do, kau disini?” Leo keluar dari kamar, dan membuat
Hyein semakin tidak bisa bergerak rasanya. “Ne, aku tadi akan ke kamarku” presdir
Do tersenyum menunjuk dengan telunjuknya.
Leo melihat Hyein dan menggandenganya. “Hyein-ah, ini Presdir Do
Kyungsoo. Temanku yang tadi kau tanya akan bekerja sama denganku, dan Presdir
Do, ini Lee Hyein”
“Aku sudah tahu, kita sudah saling mengenal. Kami adalah teman
lama, bukan begitu Hyein-sshi?” pria bernama Do Kyungsoo itu tersenyum lagi
melihat Hyein yang hanya diam. “Ya, aku kira juga seperti itu. Kalian satu
kampus sebelum kau lulus dulu, jadi setidaknya kalian saling mengenal ..”
“Kita semua satu kampus, sangat menyenangkan. Dan juga, sekarang
kalian sudah pacaran. Sepertinya dunia ini sangat sempit, bukan begitu
Hyein-sshi?” Kyungsoo menatap Hyein dan membuat dia sadar dari lamunannya.
Mengagetkan. “Ne? Ah benar ...” Hyein tersenyum kecil. “Dulu kami ini sangat
dekat, sampai kami bisa tidur bersama. Tapi tiba-tiba Hyein pergi meninggalkanku
begitu saja, dan sejak itu aku tidak bertemu lagi dengannya sampai akhirnya aku
lulus bersamamu. Benar-benar masa yang menyenangkan, Hyein-sshi ...”
Leo tersenyum, sebenarnya dia mengerti situasi apa yang terjadi
sekarang ini. Dia sudah mengetahuinya. “Sepertinya kalian sangat dekat,
haruskah aku mewaspadaimu sekarang?” Leo dan Kyungsoo tertawa sementara Hyein
masih saja diam dan menunduk. “Itu lucu Presdir Jung, kau harus melakukannya.
Dan sekarang sepertinya aku harus pergi, apa kalian juga akan pergi?”
“Ne, kami akan keluar sebentar. Kalau begitu sampai jumpa besok
pagi untuk rapat”
“Geuraae. Annyeonghaseyo Presdir Jung wa Hyein-sshi” akhirnya
Kyungsoo kembali berjalan dan pergi.
“Kita juga harus pergi, bukankah kau ingin jalan-jalan” Leo menggadeng
tangan Hyein dan mereka berdua juga pergi.
Tapi, jalan-jalan yang tadinya akan menyenangkan dalam pikiran
Hyein berubah. Hyein hanya banyak diam mendadak tidak seriang biasanya,
sehingga jalan-jalan mereka penuh dengan diam. Kalian bisa membayangkan sendiri
bagaimana disana, Leo yang hanya bicara ‘ya’ dan ‘tidak’ saat ditanya dan Hyein
yang menjadi pendiam.
Sebenarnya ini tidak diharapkan, itu tiba-tiba saja. Siapa yang
menyangka Hyein akan bertemu lagi dengan Do Kyungsoo, mantan pacarnya. Sebelum
dia dengan Leo, Hyein adalah pacar Kyungsoo dan hubungan mereka berakhir begitu
saja karena Hyein memutuskan untuk mengakhiri semuanya tiba-tiba.
***
Hyein membuka matanya, sepertinya dia masih berat untuk beranjak
dari ranjangnya. Semalaman tadi dia tidak tidur dan hanya menangis, membuat
kedua matanya bengkak sekarang.
Tingtong tingtong ... Suara
bell dari luar memaksa Hyein untuk bangun, dan akhirnya dia berjalan membuka
pintu.
“Oppa?” betapa terkejutnya Hyein sekarang melihat seorang namja
yang berdiri di hadapannya, sampai dia hanya tidak bisa menyembunyikan mata
elangnya menatap namja itu.
“Annyeong Hyein-ah, apa kau sudah mandi? Ini sudah siang, kenapa
kau masih memakai baju seperti itu. Heiy ... ada apa dengan matamu, apa kau
menangis?” Do Kyungsoo mendekatkan wajahnya memperhatikan mata Hyein yang
bengkak. “Apa yang kau lakukan?” Hyein sedikit berjalan menjauh dari Kyungsoo.
“Aku hanya ingin mengunjungi teman lamaku ini di pagi hari, kemarilah ..”
Kyungsoo begitu saja masuk kedalam dan duduk di sofa itu. ini terlalu
mengejutkan.
“... sse-seharusnya kau tidak lancang datang kemari ...” dengan
suara yang sedikit bergetar, Hyein memberanikan diri mendekati Kyungsoo yang
sudah duduk dan menatapnya penuh perasaan di sofa. “Apakah dengan putusnya
hubungan kita maka berakhir pula ingatan kau dan aku, dan apa itu artinya kita
tidak bisa berteman?”
“aa-anio, bukan seperti itu maksudku__”
“Hajima Hyein-ah! Aku sangat merindukanmu ... “ dan dengan
sangat tiba-tiba sekali, Kyungsoo beranjak lalu memeluk Hyein. Menimbulkan
suatu perasaan yang sangat menyakitkan untuk Hyein. Entahlah.
“Apa yang kau lakukan, lepaskan!” dalam pelukan tubuh yang tidak se-kekar tubuh
Leo, Hyein meronta berusaha untuk melepaskannya, tapi ternyata Kyungsoo lebih
kuat daripadanya. “Aku hanya merindukanmu, ini sudah hampir dua tahun kau
meninggalkan aku. Dan sebenarnya aku masih sangat marah padamu, kau tahu?”
“Dengar Oppa, hubungan kita sudah berakhir dan tidak seharusnya
kau melakukan ini padaku. Jadi cepat lepaskan tanganmu dari tubuhku!”
“Yah, itu benar. Hubungan kita sudah berakhir, dan itu semua
karena kau Chagiya ...” pelukan Kyungsoo mulai melemah dan memebuat Hyein
akhirnya lepas dari pelukan itu. “Aku mohon pergilah dari sini, Kyungsoo Oppa”
Hyein memberikan tatapan yang seolah berarti ‘pintunya sudah terbuka disana,
silahkan pergi’. Tapi Kyungsoo hanya terdiam.
“Apa kau masih ingat dulu kau selalu mengatakan kalau aku adalah
pria-mu, dan kau sangat mencintaiku, lalu kenapa tiba-tiba kau pergi mengakhiri
semuanya?”
“Mianhae Oppa, hubungan kita sudah berakhir”
“Arraseo, kau sudah bukan yeojachingu-ku lagi. Kau miliknya
sekarang. Tapi tolong katakan padaku apa salahku sampai kau pergi dariku?”
“Kau tidak salah Oppa, tidak ada yang bersalah dan di salahkan
antara kita. Ini seperti perasaan yang entah apa, membuatku untuk pergi darimu
..”
“Aku tahu ini bukan karena Leo, dan berarti itu karena aku atau
karenamu, benarkan?”
“Oppa, setahun kita bersama aku selalu mencintaimu, aku
menyayangimu, dan aku selalu ingin yang terbaik untukmu. Tapi entah kenapa aku
seperti merasa kau berubah, seperti kalau perasaanku padamu tidak berarti
untukmu. Kau hanya sibuk dengan dirimu sendiri, kau hanya melakukan apa yang
kau inginkan tanpa peduli bagaimana orang melihatmu. Padahal selama ini aku
selalu bicara padamu bagaimana seharusnya kau melakukan sesuatu, apa akibatnya
dan apa keuntungannya untukmu dan orang lain. Dan sepertinya, kau tidak lagi
mendengarkanku, kau tidak membutuhkanku lagi .. Oppa” ucapan panjang lebar
Hyein berhenti, akhirnya. Dan itu karena sebenarnya Hyein sudah tidak bisa
menahan lagi rasa tekanan dalam hatinya, dia ingin menangis.
“Aku tidak mengerti apa maksudmu? Selama ini aku selalu
mendengarkanmu, aku selalu ingin kau mengaturku. Aku tidak berubah seperti yang
kau katakan ..”
“mm-mungkin kau tidak akan merasakannya, dan hanya aku yang
merasakannya. Aku yang tahu kau berubah, Oppa!”
“Hyein-ah, dengarkan aku. Lepas dari perasaan itu, aku minta
maaf. Mungkin benar kalau aku berubah, tapi maafkan aku karena sudah membuatmu
merasa seperti itu ..”
“Ani Oppa, kau tidak perlu minta maaf padaku. Itu bukan suatu
kesalahan, aku mengerti pikiranmu, aku mengerti dirimu. Dan alasanku untuk
memilih pergi darimu adalah karena aku sudah bosan bersama denganmu__”
“Tidak perlu berbohong dan menyakiti hatimu, jebal ...”
“Aku bicara yang sebenarnya, Oppa. Aku sudah mencoba untuk tetap
bersamamu, merasa kalau kau membutuhkanku, tapi ternyata itu tidak ada gunanya
Oppa, kau benar-benar sudah berubah. Dan aku semakin yakin kalau aku sudah
bosan padamu, aku merasa lelah berdiri di sampingmu. Kau sudah semakin dewasa
dan aku yakin kau berubah untuk menentukan pilihan terbaik bagi hidupmu, aku
mengerti. Jadi lebih baik jika hubungan antara kita berakhir ...” Hyein
akhirnya tidak bisa menahan tangisannya, dan sekarang dia terduduk dan
menangis.
“Tidak Hyein-ah, kaulah pilihan untuk hidupku, aku yakin itu!”
“... hiks hiks .. Ani Oppa ..”
“Sungguh ini begitu membuatku tidak bisa berbuat apapun, aku
mencintamu Hyein-ah” Kyungsoo memalingkan wajahnya dari Hyein, dia berdiri
memandang jauh keluar jendela yang menghadap
laut itu. “Dan apa kau tahu, setelah kau pergi aku selalu berusaha untuk
meyakinkan diriku kalau ini hanya mimpi, kau akan kembali padaku. Tapi hari
demi hari kau terus menghilang dariku, setahun aku menunggumu yang tidak pernah
kembali, dan akhirnya aku sadar kalau kau benar-benar pergi dari hidupku. Aku
tidak tahu kenapa kau pergi, tapi aku juga tidak bisa menolak kepergianmu saat
itu, karena hatiku terlalu sakit mendengarnya. Aku mohon kemebalilah padaku
...” ternyata alasan Kyungsoo memalingkan wajahnya adalah karena dia sendiri
juga tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar dan membasahi kedua
pipinya.
“Oppa mianhae ...”
“Aku juga .. aak-aku sangat minta maaf padamu. Aku tidak tahu
siapa yang tersakiti disini, tapi aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Kau
bahagia denganya?”
“Aku mencintaimu Oppa”
“Apa kau juga mencintainya?”
“Maafkan aku ..”
“... Baiklah, aku mengerti. Kita sudah berakhir. Mungkin setelah
ini aku tidak akan mengganggumu lagi, kau harus bahagia. Tapi aku mohon biarkan
aku untuk tetap mencintaimu, biarkan aku untuk menyimpanmu dalam hatiku sebagai
kenangan yang terindah. Saranghae ... Hyein-ah” Kyungsoo berjalan pergi
meninggalkan Hyein. Dia akhirnya pergi.
***
Hyein berjalan perlahan, dia berusaha tersenyum semaksimal
mungkin. Anggaplah semua itu hanya mimpi buruk yang akan cepat menghilang.
“Dimana Sajangniem?” Hyein mengedarkan pandangannya keseluruh
ruangan kamar hotel Leo, tapi dia hanya menemukan Sekretaris Choi yang sedang
mencari sesuatu di meja. “Sajangniem sedang rapat, mungkin sekitar sepuluh
menit lagi selesai. Tunggulah disini, aku harus pergi” Sekretaris Choi kembali
pergi.
Hyein hanya berdiri, tidak melakukan apapun. Melihat benda ini
dan itu, lalu berjalan kesana kemari dan akhirnya duduk. Lalu berjalan lagi dan
duduk lagi dan berjalan lagi.
“Eoh kau disini ...” Leo tersenyum melihat Hyein yang sedang
berdiri didepan pintu kamarnya, dia juga tersenyum. Hyein memeluk Leo.
“Waeyo?”
“Nan molla. Sepertinya aku harus pulang, Oppa ..”
“Apa sesuatu sudah terjadi?”
“Geurae. Sesuatu telah terjadi, dan aku tidak bisa disini. Mianhae”
“Gwaenchanha. Bicaralah padaku jika kau ingin, dan aku akan
pesankan tiket pesawat penerbangan hari ini untukmu”
“Apa kau tidak apa-apa jika aku meninggalkanmu disini?”
“Ya! Pergilah saja”
Hyein tersenyum dan memukul dada Leo saat mendengar jawabannya,
itu lucu. Leo dengan begitu saja membiarkan Hyein pulang tanpa tahu ada apa dan
kenapa.
“Wae?” Leo mengeluarkan tatapan ‘gila’ nya untuk membalas
senyuman Hyein. “Anio. Aku hanya lelah, boleh aku tidur denganmu, Sajangniem?”
Hyein berkedip dan menunjuk ranjang. “Geurae. Tidurlah denganku sebelum kau
pergi ..” Leo mengangkat dan menggendong Hyein menuju ranjang, dan akhirnya
mereka berdua berbaring disana. (?)
“Kenapa kau tiba-tiba pulang?”
“Aku lelah di acuhkan dan ditinggal sendirian oleh Jung Sajangniem”
“Itu bukan alasanmu yang sebenarnya”
“Ommo! Kau tahu Oppa? Daebak. Kau benar-benar diluar dugaan ..”
“Sekretaris Choi juga tahu jika itu bohong, babo!”
“Mianhae Oppa, ada sesuatu yang sudah terjadi disini. Aku tidak
tahu harus bagaiamana, dan yang bisa aku lakukan hanya pergi dari sini. Aku
tidak suka lagi disini ...”
“Wae?” saat Leo mengalihkan tatapannya pada Hyein dalam
pelukannya, ternyata Hyein sudah memejamkan matanya. Dan akhirnya mereka
bersama tidur.
Beberapa jam kemudian,
Sekretaris Choi sudah datang, hari sudah mulai gelap karena
matahari sudah pergi sekarang. Matahari pulang.
“Sajangniem, ini tiket yang kau pesan”
“Ne, gamsahamnida. Dan kau tidak usah antarkan Hyein kebandara,
karena kita harus segera melihat lokasi proyek baru itu ...”
“Jinjja? Lalu aku pergi dengan siapa?” Hyein yang masih duduk di
ranjang beranjak dan berdiri di hadapan Leo dengan tatapan marah.
“Kebetulan sekali karena Presdir Do juga akan pulang ke Seoul
sekarang, kau bisa berangkat bersama dengannya. Eottae?”
Hyein terdiam. Bukankah dia pulang untuk menghindari namja
bermarga Do itu, lalu kenapa dia harus pulang bersama dengannya? Ini sangat
tidak menyenangkan.
“Pergi bersamanya?” Hyein kembali duduk di ranjang dan melihat
Sekretaris Choi seolah memohon bantuan.
“Kalian teman lama kan ..”
“Tidak usah, aku akan pergi sendiri saja. Kalau begitu selamat
bekerja Oppa, aku menunggumu saat kau selesai disini. Jangan lupa!” Hyein
merapikan dirinya dan bersiap, karena semua barangnya sudah disiapkan
Sekretaris Choi. Hyein tersenyum dan mencium pipi Leo cepat sebelum dia pergi
membawa kopernya dan meninggalkan mereka.
Beberapa menit setelah itu,
Hyein masih berdiri sendirian di pinggir jalan, itu masih tidak
terlalu jauh dari Hotel tadi. Karena taxi tidak kunjung lewat satu pun, Hyein
menangis. Ah ukan hanya itu alasan satu-satunya, ini semua adalah karena namja
ermarga Do itu.
Titt titt ...
suara klakson mobil itu membuat Hyein mengangkat wajahnya dan menatap mobil
yang sekarang ada di hadapannya itu. “Lee Agashi, masuklah ...” Dan itu adalah
namja itu. Menyebalkan.
Kyungsoo membuka pintu mobilnya dan tersenyum pada Hyein yang
memalingkan wajahnya dan masih berdiri diam tidak menjawab. “Kau juga akan
pulang kan? Ayolah, aku tidak akan menggigitmu ..” tapi Hyein masih mengacuhkan
namja itu. “Lee Hyein, berhenti bersikap seperti itu. Aku hanya mengajakmu, kau
juga tahu Leo yang menyuruhku. Jadi jangan jadikan suasana antara kita semakin
memburuk__”
Ponsel Hyein tiba-tiba berbunyi dan itu telpon dari Leo. “Itu
pasti dia, sekarang ayolah cepat masuk agar kita cepat berpisah lagi, jika itu
yang kau mau ..” tanpa menjawab telpon itu, akhirnya Hyein dengan sangat
terpaksa masuk kedalam mobil. Dan mereka pergi.
Seperti apa yang di katakan Kyungsoo, lebih cepat berjalan maka
mereka lebih cepat juga berpisah. Mereka hanya bersama sampai di depan airport,
setelah itu keduanya berjalan masing-masing.
***
Hyein membuka pintu dan terkejut melihat karangan bunga yang
besar di hadapannya. “Apa kau Lee Hyein?” seorang kurir yang membawa karangan
bunga itu bertanya dan mengalihkan pandangan Hyein dari bunga-bunga itu. “Ne,
apa ini sebuah hadiah?” Hyein menunjuk karangan bunga besar. “Ne, ini untuk Lee
Hyein Agashi. Tolong tanda tangan disini ..” kurir itu memberikan sebuah buku
kecil dan langsung di tandatangani Hyein. “Gamsahamnida” Hyein memberi salam
saat kurir itu pergi meninggalkannya dengan karangan bunga yang besar ini.
Hyein berjalan mengelilinginya, berharap ada selembar kertas
yang memberi tahu siapa pengirim bunga ini. “Leo Oppa tidak mungkin memberikan
ini padaku, dia tahu aku tidak suka bunga. Lalu siapa yang___ Ah itu, ini dia
...” akhirnya Hyein menemukan sebuah kartu kecil di sela-sela bunga itu.
Hyein tersenyum kecil sebelum akhirnya dia menangis karena
membaca surat itu. dia meremasnya, memasukkan kartu itu kemali kedalam karangan
bunga dan menyeret nya keluar dari halam rumahnya.
Hyein berlari masuk ke kamarnya dan menangis. Dia menangis lagi
karena namja bermarga Do itu.
Kenapa Hyein banyak menangis, emm pasti kalian tahu dan mengerti
kenapa. Tapi bukan karena author ingin membuat cerita haru yang padahal tidak
sedih sama sekali, tangisan disini hanya sebagai latar suasana saja. Author
juga tahu kalau FF ini tidak bagus dan tidak bisa di mengerti. Tapi lanjtkan
sajalah membaca ya ..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Annyeong
Chagiya,
Kau tahu tanggal berapa hari ini? Ya, memang benar sekarang tanggal 12 Januari. Tapi apa
kau ingat hari apa jika tanggal 12 Januari? Ini
adalah hari ulang tahunku, yang ke-22 Chagiya. Apa kau lupa? Atau sengaja melupakannya?
Dan apa kau tahu juga hari apa ini? Ini adalah tanggal saat kau memutuskan untuk berpisah
denganku. Kau pergi dariku, tepat sudah dua tahun lalu. Kau merindukanku?
Aku tahu kau akan marah dan bicara ‘untuk apa kau mengirim ini padaku?’ dengan kedua tangan di pinggang dan mata
yang kau besarkan agar mirip denganku. Tapi aku hanya ingin mencoba romantis
seperti namja lain pada yeojachingunya, walau kau bukan yeojachinguku. Aku juga tahu kau tidak suka bunga, tapi ayolah untuk
kali ini saja terima bunga dariku. Terserah akhirnya kau ingin buang atau
injak-injak, tapi setidaknya kau melihatnya dulu.
Chagiya, maafkan aku membuatmu kembali
melihatku dan memuat hatimu kembali sakit. Tapi sepertinya takdir ingin kita
kembali bertemu. Maafkan aku. Aku janji akan pergi darimu untuk selamanya.
Sepertinya tulisanku sudah terlalu panjang,
jadi kalau begitu aku harus mengakhirinya.
Selamat tanggal 12 Januari, Chagiya.
Saranghae”
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Padahal hanya itu yang di tulis Kyungsoo dalam kartu kecilnya, tapi
sepertinya itu berhasil membuat Hyein tidak berhenti menangis dan menatap foto
namja Do.
Hari senin ini adalah tanggal 12 Januari, tepat sekali dengan
ulang tahun Do Kyungsoo dan hari dimana Hyein resmi menyatakan putus dengannya.
Tidak terasa juga sudah setahun mereka berpisah, dan sekarang
ada rasa rindu yang Hyein rasakan. Hyein merindukan namja Do itu.
Hyein melihat pantulan tubuhnya yang sudah rapi di cermin, dia
sedikit memijat kedua matanya yang sembab sebelum akhirnya dia memakai kaca
mata hitam yang dari tadi dia pegang. Hyein pergi.
Walaupun sebenarnya dia tidak yakin dengan apa yang akan dia
lakukan sekarang ini, tapi Hyein masih menyetir mobilnya dan mempercepat laju
mobil itu agar dia cepat sampai di tempat tujuan.
Ckiiit ... Mobil Hyein berhenti setelah melihat telpon
dari Leo, dia mengangkatnya setelah menarik nafas panjang. Karena sepertinya
Leo tahu Hyein mau kemana sekarang.
-----
Hyein : Yeoboseyo ..
Leo : Mian. Aku tidak
bisa pulang sekarang, disini ada masalah dan sepertinya aku harus
disini sampai dua atau tiga hari ke depan
Hyein : Ne, gwaenchanha.
Bereskan semua pekerjaanmu agar tidak ada masalah lagi, aku
akan menunggumu disini
Leo : Saranghae.
Hyein terdiam mendengar kata yang terakhir Leo ucapkan sebelum menutup
telponnya, mendengar kata itu membuat hatinya bergetar. Mengingat sekarang
pikiran dan sebagian hati Hyein sedang tertuju pada Kyungsoo yang berhasil
membuatnya ‘kembali’.
Setelah beberapa lama terdiam, Hyein akhirnya kembali memutuskan
untuk pergi ke tempat tujuannya tadi.
Agar supaya cepat, anggaplah Hyein sudah sampai di tempat
tujuannya itu. Sebuah rumah berwarna biru-putih yang masih seperti terakhir
kali dia melihatnya, rumah itu tidak berubah. Hyein masih berdiri di samping
mobilnya, menatap rumah itu. Dan perlahan Hyein melangkahkan kakinya berjalan
menuju pintu gerbang rumah itu, tangannya membuka gerbang itu pelan sekali.
Tapi, tiba-tiba seseorang keluar dari pintu rumah itu setelah
Hyein berada di halamannya yang tidak jauh dari pintu. Mereka bertatapan,
terdiam, dan hati yang berdebar semakin kencnang.
“Hyein?”
“Oppa ....”
“kka-kau kesini untuk__” perlahan Kyungsoo berjalan mendekati
Hyein. “Geurae Oppa, aku kesini untukmu ...” Hyein juga berjalan memperpendek
jarak mereka. Sampai akhirnya sekarang jarak antara mereka hanya beberapa
lagkah lagi, Hyein membuka kaca matanya dan menunjukkan kedua matanya yang
sembab sudah kembali berurai air mata. Hyein tersenyum, dia berlari dengan
cepat dan berhenti di pelukan Kyungsoo.
“Hyein-ah ..” Kyungsoo masih tidak mengerti apa yang terjadi
sekarang, sementara Hyein terus memper-erat pelukannya. “Oppa mianhae, aku gila
karena bilang tidak mencintaimu ..” Astaga! Akhirnya kata-kata ‘keramat’ itu
terucap. Kyungsoo tersenyum dan membalas pelukan Hyein, dia sudah mengerti.
“Saranghae!”
Masalah yang membuat Leo harus pulang terlambat sepertinya
adalah takdir, karena mungkin jika dia disini dan melihat mereka, pasti akan
sangat tidak enak.
Sekarang mereka hanya duduk melihat televisi yang sedang
menyala, juga seperti lem, Hyein tidak jauh-jauh dari pelukan Kyungsoo. Mereka
sepertinya benar benar kembali bersama.
“Oppa, apa kau tahu kalau setelah aku pergi darimu aku kadang
merindukanmu. Tapi aku juga membencimu, karena semua barang-barangku
bertuliskan namamu ..”
“Jinjja?”
“Ne. Setiap barang yang aku ambil ataupun dinding yang aku
lihat, pasti ada namamu disana. Buku-buku kuliahku sepertinya tidak ada yang
bersih dari namamu, celana bertuliskan namamu, sprei dengan hiasan namamu, bahkan
dinding di kamar, di dapur, di ruang tamu, di kamar mandi, dan dinding di luar
rumahpun bertuliskan namamu. Kau membuatku gila!”
“Astaga. Sepertinya kau benar-benar mencintaiku yah Ny.Do?”
“Ya! Siapa yang kau panggil seperti itu hah?” Hyein memukul
tangan dan dada Kyungsoo, membuatnya tersenyum walau meringis kesakitan.
“Aku selalu bertanya kenapa aku menulis namamu disetiap tempat,
padahal kau ini namja yang lembut seperti yeoja”
“Ya! Apa yang kau katakan hah? Aku ini seorang namja, dan akan
tetap menjadi namja. Walaupun aku cinta kerapian dan sering memasak , tapi aku
tetap namja yang lengkap dengan junior. Kau mau lihat?”
“Hei ... jangan membuat aku kembali pergi dari sini, diamlah!”
“Berhentilah menyebutku seperti itu, aku ini seorang pria
sejati. Kalau kau terus seperti itu, aku tidak bisa menjamin kalau kau akan
selamat dariku”
“Apa maksudmu?”
“Karena kau selalu bicara kalau aku seperti wanita, tidak ada
cara lain untuk membuktikan kalau aku ini namja selain menyerangmu. Kau harus
berjaga-jaga jika suatu hari nanti aku__”
“Ya! Kalau begitu aku pergi sekarang” Hyein mendorong badan
Kyungsoo dari sampingnya dan beranjak pergi. Perkataan Kyungsoo menggila.
“Chamkkamanyo, ah ayolah jangan pergi. Mian mian, aku akan jadi namja baik ..”
dengan cepat Kyungsoo menarik dan menahan tangan Hyein. “Jangan perah pergi
lagi dariku ..” tambah Kyungsoo sebelum akhirnya mereka menghilangkan jarak
antara mereka dan menyatu. Istilah kerennya, berpatukan.
***
Tidak ada lagi air mata yang keluar dari Hyein sekarang, karena
dia selalu tertawa di samping Kyungsoo sekarang. Entahlah, walaupun tidka tahu
hubungan apa yang terjadi antara mereka ini, tapi memang ini yang sedang
terjadi disini sekarang antara mereka.
Setelah kemari kata keramat itu terucap, hari ini juga Hyein
bersiap untuk pegi dengan Kyungsoo. Dan itu dia, suara klakson sudah berbunyi
dari luar. Hyein dengan segera melangkah keluar dan membuka pintu.
“Oppa?” Tapi sayangnya kenyataan ini terjadi, yang datang adalah
Leo dan bukan Kyungsoo. “Kau tidak senang melihatku?”
“Oppa sudah pulang, sepertinya masalah disana cepat selesai ...”
“Kau tidak marah?”
“Kenapa marah?”
“Lalu kenapa kau tidak menjawabtelpon semua pesan yang aku kirim
jika kau tidak marah”
“Kenapa harus marah, aku mengerti pekerjaanmu disana. Lagipula
kau hanya telat beberapa hari kan”
“Aku telat hampir dua minggu, jadi hadiahmu sedikit rusak. Mian”
Leo menyerahkan beberapa kotak coklat pada Hyein yang sekarang sedang berfikir,
Hyein mengingat kembali waktu yang sudah berlalu.
Dua minggu? Mungkinkah selama itu, padahal rasanya baru kemarin
dia kembali dari Pulau Jeju. Asataga!
“Gwaenchanha, ini masih baik dan terlihat sangat enak. Gomawoyo
..” Hyein berusaha tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa selama ini, dia harus
sadar bahwa kenyataannya dia sudah berselingkuh dan melupakan namjachingunya
ini.
“Aku harus kembali ke kantor, jadwalku padat. Mungkin lusa aku
bisa bersamamu, aku pergi” Leo mengecup pelan pipi Hyein sebelum dia kembali
pergi dengan mobilnya.
“Annyeong Chagi ...” Dan dengan sangat tiba-tiba, Kyungsoo sudah
ada di hadapan Hyein. “Oop-oppa sejak kapan kau disini?” Hyein langsung mundur
beberapa langkah menjauh darinya.
“Apa kau tidak melihatku berjalan kesini tadi?”
“Anio. Aku tadi melamun, mian”
“Kau sudah siap, kalau begitu ayo kita pergi. Aku tidak punya
banyak waktu sekarang, nanti aku harus lembur!”
“Ne, kajja ..”
Seperti janji mereka tadi, mereka pergi untuk makan siang
bersama sekarang. Tapi sayangnya Hyein masih tidak bisa percaya kalau ini sudah
hampir dua minggu. Sepertinya Hyein baru sadar kalau dia bukan seorang yeoja
tanpa pemilik, tapi dia adalah yeoja yang sudah mempunyai namja sebagai
pemiliknya sekarang ini.
Perjalanan mereka hanya diam, Hyein tidak bicara apapun seperti
biasanya. Kyungsoo juga hanya menyetir dan sesekali melihat Hyein yang
memandang keluar kaca mobil. Sebenarnya Kyungsoo juga tahu yang terjadi, dia
ada disana tadi.
Sekarang mereka masih menunggu makanan yang mereka pesan tadi,
dan saat ini juga mereka masih tidak banyak bicara. Akhirnya, makanan mereka
datang. Dan Hyein melihat beberapa orang masuk dengan Leo yang berjalan paling
akhir, sungguh itu Leo. Rasanya Hyein berhenti bernafas dengan suasana ini.
“Kenapa kau tidak memakannya?”
“Eoh? Mworageo?” Mata Hyein baru kembali melihat Kyungsoo yang
sedang melihatnya dan bertanya, tapi Hyein tidak tahu harus apa karena Leo
melihat mereka.
“Kau lihat apa?” Rasanya waktu menjadi lambat. Kyungsoo berbalik
dan melihat ke arah tatapan Hyein, tapi dengan cepat Leo berbalik. “Apa yang
kau lihat?”
“Aanio. Aku hanya sedang berdoa, bukankah kita harus berdoa
sebelum makan?”
“Geurae, kau benar. Ayo makan”
Hyein tidak mengerti kenapa Leo berbalik dan tidak ingin
Kyungsoo melihatnya, kenapa dia tidak marah ataupun melakukan sesuatu. Tapi Leo
hanya menatap Hyein dan kembali bersama beberapa orang yang datang bersamanya.
***
Malam ini Hyein kembali ‘menggila’ karena kejadian siang tadi.
Dia memikirkan sikap Leo yang seolah tidak marah dan malah memberikannya
kesempatan, padahal bukankah seharusnya seorang namja akan marah jika melihat
yeojachingu-nya bersama pria lain. Ditambah kalau dia tahu kalau itu adalah
mantan pacarnya, tapi untungnya Hyein tidak tahu kalau Leo tahu tentang itu.
Saat jari Hyein hampir menekan layar ponselnya untuk menelpon
Leo, panggilan dari Leo sudah lebih dulu datang ke ponselnya.
-----
Leo : Yeoboseyo
Hyein : Oppa ..
Leo : Hyein-ah__
Hyein : Oppa mianhae
Leo : Gwaenchanha? Kau
jangan menangis. Aku sedang lembur jadi menelponmu, kita
bisa bertemu besok. Aku harus bicara denganmu
Hyein : Oppa apa kau marah
padaku?
Leo : Ani. Aku tidak
apa-apa, sampai besok.
-----
Leo menutup telponnya lebih dulu, sepertinya dia marah. Dan ini
adalah kesalahan Hyein yang tidak bisa mengatur perasaan hatinya.
Ponsel Hyein kembali bergetar, dan sekarang adalah panggilan
dari Kyungsoo. Hyein mengangkatnya, dan mereka terus bicara sampai akhirnya
Hyein tidur.
Langit malam sudah berubah menjadi terang, ada matahari yang
seolah tersenyum menyabut padi. Hyein bangun, dia menatap foto yang terpajang
di dinding. Disana dia tersenyum disamping Leo yang tidak ber-ekspresi. Seperti
biasa.
Hyein sudah tidka sabar, dia segera bersiap dan pergi untuk
menemui Leo dan menjelaskan semuanya. Walaupun Leo sudah menyuruh Hyein untuk
menunggunya, tapi sepertinya Hyein tidak bisa menunggu. Dia datang ke kantor.
“Keunda Agashi, Sajangniem sedang ada tamu. Tunggulah sebentar
lagi”
“Andwae! Aku tidak bisa menunggu, aku harus bicara dengannya
sekarang”
“Agashi ..” Sekretaris Choi masih mencoba menahan Hyein agar
tidak masuk dan mengganggu Leo yang sedang bersama seseorang di ruangannya.
“Apa tamunya penting?”
“Mereka sedang rapat, tapi itu adalah teman lamanya__”
“Aku harus masuk!”
“Lee Hyein Agashi!” Sekretaris Choi tidak bisa menahan Hyein
lebih lama lagi, akhirnya Hyein masuk kedalam ruangan Leo.
Leo dan Kyungsoo kaget melihat Hyein yang masuk tiba-tiba,
begitu juga Hyein yang kaget melihat mereka berdua disini. Hatinya berdebar
kencang.
“Hyein-ah?”
“Sepertinya kita lanjutkan ini lain kali, annyeonghaseyo”
Kyungsoo beranjak dan berjalan melewati Hyein yang masih berdiri, pergi
meninggalkan mereka berdua.
“Oppa ..”
“Kenapa kau kesini?”
“aa-aku .. aku ingin memberitahumu kalau sebenarnya ... aku dan
Do Kyungsoo per-nah .. kami dulu pernah bersama bukan sebagai teman, tapi
kami__”
“Hyein-ah ...” Leo beranjak dari sofa dan berjalan menghampiri
Hyein yang sekarang terdiam dan menangis. “Aku sudah tahu”
“Oppa?”
“Sebelum hubungan kita, aku sudah mengetahuinya. Kita bertiga
satu kampus dan dia temanku. Saat aku menelpon dan bilang akan pulang
terlambat, sebenarnya karena aku tahu kalau kau ingin bersamanya kembali. Aku
pulang sebelum karangan bunga itu datang”
Hyein terduduk lemas, dia tidak berkata apapun selain menangis.
“oop-oppa hiks hiks .. jeongmal mianhae. Ak-aku .. aku sudah membuatmu marah ..
Oppa miahae .. hiks hiks”
Leo perlahan dan membantu Hyein berdiri, dia memeluknya. “Aku
mencintaimu, dan aku sudah tahu semuanya. gwaenchanha, ullijima. Aku tidak
marah karena aku mengerti perasaanmu, kau mencintainya. Jika kau ingin
bersamanya, silahkan”
“Oppa, aku tidak bermaksud untuk itu. Aku hanya tidka tahu
kenapa aku jadi seperti ini dan itu berubah menjadi__”
“Dia lebih dulu daripada aku, kalian lebih lama bersama.
Kembalilah padanya ..” Perlahan Leo melepas pelukannya dan dia pergi
meninggalkan Hyein. Astaga.
***
Hyein duduk di kursi yang di berikan Kyungsoo, dia tersenyum.
Siang ini mereka makan bersama, atau mungkin ini kencan.
“Chagiya? Kau harus memakannya, bukan hanya di potong dan di
aduk-aduk ..”
“Hah mwoya?”
“Apa yang kau pikirkan?”
“Anio Oppa. Aku akan memakannya”
-----
Kyungsoo menggandeng tangan Hyein, mereka berjalan menyusuri
pantai menunggu sunset.
“ ... lalu apa menurutmu aku harus menerima investasi itu?”
“Ne, Jung Sajangniem ..”
Kyungsoo berhenti melangkah, dia terdiam.
“Hyein-ah ..”
“Emm Waeyo?” Hyein berbalik dan melihat Kyungsoo yang berjalan
menghampirinya sekarang.
“Siapa aku?”
“Apa maksudmu? Tentu saja kau adalah Presdir Do Kyungsoo,
geurae?”
Kyungsoo memeluk Hyein dan berharap itu hanya salahnya mendengar
Hyein mengucapkan itu.
-----
Sekarang Hyein duduk menyandarkan kepalanya di pundak Kyungsoo.
Mereka memandang langit yang penuh bintang malam ini, di taman yang penuh
dengan bunga.
“Kenapa kau tidak menyuruh Sekretaris Choi membelikan coklat
untukku, Leo Opp___” Hyein langsung menghentikan perkataannya saat yang di
lihatnya adalah Kyungsoo Oppa.
-----
Begitu banyak yang di bawa Hyein sekarang, sepertinya dia
membawa hampir setia makanan di super market ini. Sementara Kyungsoo hanya diam
dan membawa semuanya.
“Oppa lihat, bukankah makanan ini merk-nya LEO?” Hyein tersenyum
dan membawa sebuah snak, tapi senyuma itu langsung menghilang karena Oppa
disampingnya bukan yang dia maksud.
“Geurae, itu benar. Kau ingin membelinya juga? Kalau begitu
ambil beberapa untukku juga”
“Oppa mianhae ..”
-----
Kyungsoo dengan Hyein sedang main game sekarang, walaupun di
kantor tapi tetap bebas. Serasa milik sendiri.
“Sepuluh November, bukankah itu tanggal___” Hyein menghentikan
perkataannya dan kembali memainkan game.
“Apa, tanggal apa itu?”
“Itu tanggal peluncuran game ini, yah itu benar. Hahah aku tahu
kan”
“Berarti itu sama dengan ulang tahun Presdir Jung, kau tahu?”
“mm-mwoya? Mollayo”
-----
Kyungsoo menghentikan langkahnya, dia menatap Hyein dengan
tatapan yang menurut Hyein aneh.
“Apa kau mencintaiku?”
“Geurae”
“Hyein tatap mataku!”
“Kenapa Oppa tiba-tiba bertanya itu?”
“Apa kau benar mencintaiku? Kau bahagia denganku?”
“Oppa ... kau ini__”
“Hyein-ah, aku rasa kau berbeda. Kau berubah”
“Apa maksudmu?”
“Apa kau menyadarinya? Beberapa minggu ini, semenjak kita bersama,
kau selalu memanggiku Leo. Kau anggap aku Leo dan bicara seolah-olah aku
benar-benar Leo. Apa kau merindukannya?”
“Oppa, tidak aku mungkin salah. Mian”
“Selama ini aku selalu memperhatikanmu, dan kau memang berubah.
Sepertinya tidak ada cinta untukku di matamu, kau tidak mencintaiku tapi hanya
ingin memilikiku. Hatimu untuknya ..”
“Aku mencintaimu Oppa”
“Kau mengatakannya tanpa menatapku, dan juga walaupun kau
mengatakan itu tapi kenyataannya kau tidak benar-benar mencintaiku seperti
dulu. Saat kau bersamaku, senyummu berbeda, tatapanmu padaku berbeda, dan
hatimu juga berbeda, aku merasakannya. Apa kau mencintainya?”
“Oppa, aku memang kadang memikirkannya tapi aku ingin bersamamu
.. ak__”
“Tidak dengan hatimu, Hyein-ah. Hatimu ingin bersamanya, dan kau
memikirkannya karena kau merindukannya. Dengarlah, cinta itu harus saling
mengisi dengan hati, dua hati. Tidak bisa jika hanya satu, karena itu bukan
cinta”
“Oppa ...”
“Aku lama sekali memikirkan tentang ini, dan aku tidak bisa
membiarkanmu terus di sampingku jika kau sendiri tidak menginginkannya, kau
harus memilih. Aku dan dia bukan sesuatu yang kau bisa miliki bersama, harus
ada satu yang berdiri di sampingmu. Dan sepertinya itu bukan aku”
“Keundae Oppa ..”
“Hyein-ah, aku sudah mengerti bagaimana perasaanmu padaku dan
padanya. Cintamu untuknya, dan kau hanya menginginkan aku untuk sekedar
menemanimu. Hubungan kita yang sebenarnya sudah berakhir, jadi kembalilah
padanya. Lihat, dia menunggumu ..” Kyungsoo menunjuk seseorang yang sedang
berjalan ke arah mereka, dan itu Leo.
“Leo Oppa ..” Ucap Hyein pelan saat kembali melihat namja yang
memang dia rindukan itu.
“Gomawo, untuk semuanya” Kyungsoo mencium kening Hyein sebelum
dia pergi.
Hyein hanya terdiam, melihat Kyungsoo terus berjalan pergi
darinya. Hatinya bergetar, karena memang benar apa yang dikatakannya. Selama
ini dia selalu memikirkan Leo setelah kejadian itu, keberadaan Kyungsoo di
sampingnya tidak bisa menghentikan getaran hatinya.
Jadi apakah ini benar terjadi, Kyungsoo pergi dan Hyein kembali
pada Leo. Atau haruskah Hyein mengejar Kyungsoo, tapi hati kecilnya memang
ingin bersama Leo.
Selama ini Hyein hanya merindukan Kyungsoo, tidak benar-benar
mencintainya seperti dulu. dia benar, rasa itu, perasaan itu, hanya sekedar
rasa ingin memiliki. Bukan cinta.
“Kenapa dia pergi?” Leo melihat punggung Kyungsoo yang semakin
menjauh dan tidak terlihat lagi.
“Kenapa Oppa kesini?”
“Dia yang menyuruhku kesini, dan sekarang dia pergi. Apa ini
semua?”
“Oppa, mianhae. Aku sudah membuat semua ini kacau, tapi sekarang
aku sudah mengerti perasaanku sendiri. Dan ternyata hatiku memilihmu”
“Mwo? Tidak usah cepat memutuskan sesuatu, tenanglah ..”
“Oppa! Kau ini merusak adegan romantisnya, aish jeongmal”
“Memangnya aku harus bagaimana?”
“Sebenarnya kau ini mencintaiku atau tidak?”
“Apa?”
“Apa Oppa masih tidak tahu kenapa menyukaiku? Sudahlah ...” Hyein
berjalan pergi.
Tapi, Hyein tidak jauh melangkah karena Leo memeluknya dari
belakang sekarang. “Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Alasanku menyukaimu
karena kaulah yang selalu ada dalam mata dan pikiranku, kau yang membuat hati
dan jantungku bergetar, dan kau yang selalu membuat aku tersenyum. Jeongmal
saranghae ...”
Hyein tersenyum dan berbalik, dia memeluk Leo-nya dengan sangat
erat. Tidak ingin dia lepas lagi dari pelukannya. Sudah cukup semua perjalanan
ini.
Epilog.
Hyein terus berjalan dengan menggandeng tangan Leo,
namjachingunya. Mereka sedang melihat pameran dari produk usaha kerja sama Leo
dengan Kyungsoo sekarang, karena kerja sama mereka berhasil.
“Aigoo. Apa tangan kalian menempel hah, menjijikan sekali selalu
seperti ini setiap saat!” Kyungsoo datang dari belakang mereka dan membuat
keduanya tersenyum.
“Mollayo ..” Leo malah memasukkan kedua tangan mereka ke dalam
saku jas nya.
“Oppa, bagaimana kabarmu?”
“Verry good. Dan aku sudah tidak menjadi pria lembut yang
seperti wanita, lihatlah abs ku ini. Apa kau resmi menjadi pria sejati
sekarang?” Kyungsoo menarik dan membuka jasnya, menunjukkan enam kotak di
perutnya. Abs chocholate.
“Aahh Oppa! Benarkah ini semua, kau banyak berubah. Kau sexy dan
sangat tampan” Hyein langsung melepaskan tangan Leo dan mengusap perut
Kyungsoo.
“Jadi bukan hanya Jung yang kekar sekarang, ara?”
Leo hanya tertawa kecil mendengar Kyngsoo. “Tambah tinggi dan
sedikit berat badanmu lagi untuk menyaingi kekar seorang Leo!”
“Astaga, kau ini sombong sekali! Ah Hyein-ah, karena kita sudah
berteman jadi jangan kau lupakan aku dan hubungan kita. Kau boleh
membicarakanku kapanpun, pada siapapun, dan tentang apapun. Jung kekar ini
tidak akan cemburu ..”
“Baiklah. Dengan seperti ini, teman-temanku tidak akan marah dan
mencekik leherku karena aku menyebut nama kalian bergantian. Leo pria-ku, dan
Kyungsoo adalah teman terbaikku. Kau akan selalu menjadi Oppa untukku, aku
mencintaimu dan juga si kekar ini. Kita bertiga adalah cerita indah”
“Itu benar, tapi hentikan memegang perutnya. Bukankah aku juga
punya abs yang harus kau pegang?”
“Ya! Byuntae!”
Hyein
merapikan jas Kyungsoo dan memukul Leo dengan tenaga supernya. Mereka tertawa
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar