Tittle : They Have A Baby
Genre : Romance
Length : Oneshoot
Cast :
- Jisoo "TAHITI"
- Insoo "MYNAME"
- Lee Hyein (oc)
Haha!
Annyeonghaseyo ...
Walaupun
cifcif sekarang banyak PR + tugas + hafalan, tapi gak tahu kenapa fikiran
cifcif malah ngelantur kemana-mana. Virus yadong malah masuk dan merusak
jaringan otak. Aduh parah.
Terus,
sekarang cifcif Rakayzi punya FF yang masih GJ + aneh juga, tapi gak papa dong
kalaou dibaca sama chingudeul?
**
Pesta semakin ramai sekarang, walaupun
jarum jam terus bergerak pindah dari angka satu ke angka yang lain tapi
anak-anak itu malah semakin ‘menggila’ menikmati getaran musik yang keras dan
membuat mereka terus berdansa.
Bahkan
mereka tidak hanya berdansa gila-gilaan, sebagian diantara mereka sudah
terduduk tak sadarkan diri karena minuman beralkohol yang mereka teguk. Seperti
dua orang di ujung meja sana, Insoo dan Jisoo.
“Astaga!
Apa yang harus aku lakukan sekarang, mereka sudah tidak bisa bangun. Hei kalian
...”
Seorang
teman mereka terus mengoyang-goyangkan badan mereka, berharap mereka bisa sadar
dan pergi dari sana sebelum tidak bisa bangun lagi dan merepotkan pemilik rumah
yang mengadakan pesta.
“Ya!
Dimana Lee Hyein?”
“Entahlah,
dia tadi menerima telfon dan buru-buru pergi. Mungkin dia sudah pulang dari
tadi, waeyo?”
“Lalu
bagaimana dengan mereka, apa yang harus aku lakukan pada mereka? rumah mereka
saja aku tidak tahu!”
“Hyein
meninggalkan teman-teman nya yang mabuk berat disini, dan kau yang harus
mengurus mereka ... haha itu sangat lucu haha...”
“Shit!
Diam jangan mentertawaiku brengsek!” seseorang itu menendang meja dan membuat
satu botol minuman pecah jatuh kebawah.
“Hei
Bung, jangan seperti itu. Cepat urus mereka sebelum salah satu dari mereka
muntah disini, kurasa mereka menghabiskan 4 botol soju ini!”
“Kalau
begitu harus kubawa mereka kemana?”
“YoonJae-aah,
ini kan rumah mu ... lalu kenapa tidak kau biarkan mereka tidur disalah satu
kamar mu hah?”
“Andwaeyo!
Haruskah aku tidur dengan pria mabuk?”
“Ish
kau ini, memangnya kau tidak pernah mabuk?”
“Hei
Yak! Insoo-aah ireona ... palliwa!” dia terus berusaha membangunkan Insoo dan
Jisoo.
“Hah
emmh ... mwoya?”
Dan
akhirnya Insoo membuka matanya.
“Bangunlah,
kau harus pulang sekarang. Bawa sekalian Jisoo-aah ne?”
“Hah?
Emmmh ... geurae. Jisoo-aah, kajja kita pulang ...”
Dengan
langkah yang sempoyongan akhirnya Insoo berjalan menuju mobilnya, sementara
Jisoo digendong oleh Yoonjae masuk kemobil.
“Kalian
pulanglah, hati-hati dijalan!”
“Ne,
annyeong Yoonjae-aah ...”
Insoo
mengemudi mobilnya dan pergi meninggalkan rumah Yoonjae yang masih sangat ramai
dengan musik karena pesta ulang tahunnya belum selesai.
“Yah
Yoonjae-aah, apa tidak apa-apa kita membiarkan mereka pergi seperti itu?”
“Gwaencanha,
mereka akan baik-baik saja. Jika beruntung.. hahah..”
“Aish
Yak! Dasar kau, kemari kau Yoonjae!”
Mereka
berlari saling mengejar masuk kembali kedalam rumah dan melanjutkan pestanya.
Sementara Insoo yang mabuk menyetir
tidak jelas arah, dia bahkan menyetir dijalan yang berlawanan arah dengan
mobilnya. Membuat sedikit keributan sampai akhirnya dia berhenti dipinggir
jalan dengan seorang polisi.
“Seharusnya
Anda tidak menyetir saat mabuk seperti ini”
“Oeh?
Geurae, Ahjussi kau benar. Lalu apa aku dipenjara sekarang?”
“Dimana
rumahmu? Apa wanita dibelakang adalah istrimu?”
Dengan
mata sayunya Insoo membalikan badannya, melihat Jisoo yang masih tertidur pulas
dibelakang. “Wanita? Oh ne, kami akan segera menikah beberapa bulan lagi. kau
tahu Ahjussi, aku dan dia sudah lama sekali pacaran. Dia bahkan sudah menciumku
... haha .. “
“Lalu
rumah kalian dimana?”
“Ne?”
Insoo membulatkan mata sayunya menatap
Ahjusshi polisi itu.
“Mungkin
aku harus mengantar kalian pulang”
“Rumah?
Apa aku mempunyai rumah? Mollayo Ahjussi, haruskah aku membeli sebuah rumah
sekarang?”
“Aigoo!
Percuma saja aku bertanya pada orang mabuk, biar aku lihat SIM mu. Aku memang
benar-benar harus menganatar kalian pulang!”
Akhirnya
polisi itu menggeledah mobil Insoo mencari SIM atau tanda pengenal lainnya,
untuk mengantar mereka pulang.
**
Sinar matahari sedikit demi sedikit
menyelinap masuk kedalam kamar, menyilaukan mata-mata yang masih tertutup rapat
itu.
“Aaaaaaaaaaakh!”
teriakan Jisoo langsung menggelegar diruangan itu.
“Apa
yang sudah terjadi? Kenapa aku dan .. dan .. In .. Insoo? Yak! Kang Insoo
ireona ..”
“Aish
.. kenapa harus berteriak sekencang itu?”
Akhirnya
Insoo bangun dan menggaruk rambutnya, mulai membuka matanya perlahan. Dan,
“Aaaaaaakh!
Jisoo-aah?”
“Dasar
kau bajingan! Apa yang sudah kau lakukan padaku?”
“Ji
Jisoo-aah, kenapa kita ... Apa yang terjadi?”
“Kenapa
kau malah bertanya padaku, aku yang harusnya bertanya itu padamu. Jawab aku
Kang Insoo, apa yang sudah kau lakukan padaku?”
Jisoo-aah
ak aku benar benar tidak ingat apa yang terjadi semalam, mianhae tapi sungguh
aku tid_”
“Yak!
Kau bajingan Kang Insoo, kenapa kau tega melakukan ini padaku? Apa kau gila?
Aku membencimu, dan mulai sekarang aku tidak mau lagi bertemu denganmu!”
Dengan
air mata yang berlinang, Jisoo menutupi badannya dengan selimut dan memunguti
pakaiannya yang sudah berserakan dilantai.
“Jisoo-aah,
aku tidak tahu harus berkata apa padamu, tapi sungguh aku tidak tahu apa yang
sudah aku lakukan. Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam, bisakah kau
dengarkan aku dulu?”
“Aku
membencimu! Aku membencimu Kang Insoo .. aku membencimu!”
Jisoo
pergi meninggalkan Insoo yang masih kebingungan dengan apa yang sudah terjadi,
dan bagaimana bisa mereka tidur bersama tanpa pakaian seperti ini.
**
Perlahan Insoo berjalan mendekati
tunangannya yang sedang duduk membaca buku dibangku taman sepi itu.
“Annyeong
Chagiya ...”
“Oppa,
kau mengagetkanku!”
Lee
Hyein sedikit memutarkan badannya kebelakang, melihat namja yang memeluknya
tiba-tiba dari belakang itu.
“Kenapa
kau sendirian?”
“Ne,
Jisoo-aah tidak masuk hari ini. Dia sakit”
Jisoo?
Mendengar nama itu langsung membuat Insoo melepaskan pelukannya, berfikir
tentang yang sudah terjadi semalam padanya dan Jisoo. Ia hanya berdiri mematung
dengan detak jantung yang sangat cepat karena sumpah dia sangat kaget mendengar
nama Jisoo yang sedikit terlupakan olehnya walaupun tadi pagi dia bangun dengan
Jisoo diranjangnya.
“Oppa,
waeyo?” Hyein menepuk pelan tangan Insoo yang wajahnya langsung berubah pucat
sekarang.
“Chagi,
apa Jisoo-aah sakit?”
“Geurae.
Dia menelfonku tadi pagi dan berkata dia sakit, dan memang sepertinya begitu
karena kudengar suaranya memang aneh tadi”
“Semalam
.. chagiya, apa yang terjadi semalam?”
“Mwoya?”
“Maksudku
apa saja yang terjadi dipesta ulang tahun Yoonjae-aah semalam?”
“Oppa,
apa soju semalam sudah membuatmu hilang ingatan?”
“Soju?”
Insoo membulatkan matanya mendengar minuman beralkohol itu, pikirannya mulai
melayang kemana-mana saat menyatukan nama Jisoo dan soju dalam otaknya. Ia
langsung beralih posisi dan duduk disebelah Hyein sekarang.
“Astaga
Oppa, kau benar-benar aneh. Bukankah semalam kau dan Jisoo-aah bertaruh minum
soju sebanyak mungkin?”
“Jinjjayo?
Aku dan Jisoo-aah bertaruh minum soju? Wae?”
“Mollayo,
aku semalam pulang duluan. Sudah aku bilang, Eomma mendadak sakit dan aku harus
pulang. Aku juga menitipkan Jisoo-aah padamu, tapi tadi dia bilang semalam dia
pulang bersama Yoonjae-aah”
“Astaga!”
Insoo mengusap wajahnya kasar, mengacak rambutnya frustasi mendengar penjelasan
Hyein. Rasanya ingin sekali dia menarik semua rambut yang ada dikepalanya,
karena mungkin dengan begitu sedikitnya dia bisa mengingat apa yang sudah
terjadi semalam padanya dan Jisoo.
“Oppa,
kau aneh sekali. Ada apa?” Hyein yang mulai menyadari kalau tingkah tunangannya
itu sangat aneh mengelus bahunya lembut, berusaha sedikit menenangkannya agar
dia bisa tahu kenapa Insoo seperti ini.
“Chagiya
aku tidak tahu kenapa, tapi sepertinya aku masih pusing dengan soju yang
semalam. Kepalaku sangat sakit!”
“Tenangkanlah
dirimu sebentar, kau sepertinya menghabiskan banyak soju semalam. Apa perlu
kita periksa kedokter?”
“Anio,
nan gwaenchana”
“Kalau
begitu pulanglah, dan istirahat dirumah ne? Padahal aku tadinya ingin
mengajakmu menjenguk Jisoo-aah sekarang, kendae sepertinya Oppa harus istirahat
..”
“Gomawo
Chagiya”
“Oppa,
Ahjusshi sudah datang. Apa kau mau pulang bersama denganku?”
Hyein
tersenyum pada seorang Ahjusshi yang barusaja keluar dari mobil hitamnya, dia
supir Hyein.
“Ani,
aku membawa mobil. Pulanglah..”
“Geurae,
bye Oppa. Saranghae!” Hyein mencium pipi Insoo pelan lalu masuk kedalam mobil
hitamnya lalu pergi meninggalkan Insoo yang masih duduk diam dibangku taman
itu.
**
Jisoo sudah berulang kali merubah posisi
tidurnya dari tadi, tapi dia hanya membalikan badannya kesana kemari dan sama
sekali tidak bisa memejamkan matanya. Itu karena pikirannya masih memikirkan
kejadian tadi pagi, yaitu bagaimana bisa dia tidur satu ranjang dengan tunangan
sahabatnya sendiri, Kang Insoo.
“Aku
benar-benar gila .. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Tuhan tolong bantulah
aku untuk meengingatnya ..”
Karena
benar-benar tidak tahan dengan hal-hal aneh yang muncul dalam pikirannya, Jisoo
memasukkan headset kedalam telinganya, memutar sebuah lagu yang selalu Ia
dengarkan sebelum tidur. Berharap dia bisa tidur dan menenangkan pikirannya
agar kembali jernih dan bisa berfikir tentang apa yang sudah terjadi semalam.
Jisoo
memejamkan kedua matanya yang sudah membengkak dan sedikit menghitap seperti
mata panda karena seharian ini dia tidak bisa berhenti menangis, mencoba
meresapi alunan musik jazz yang mengalir masuk kedalam telinganya.
“Aku dan Insoo Oppa akan segera
menikah, mungkin beberapa bulan lagi kami menikah”
Mendengar perkataan yang keluar dari
mulut Hyein membuat Jisoo langsung terdiam, mematung, dan masih berusaha
mencerna maksud perkataan itu. “Menikah? Mereka akan segera menikah?” gumamnya
sangat pelan, kalah dari alunan musik yang menggema disini.
Dan sekarang dia sudah bisa memahami
maksud perkataan Hyein, tapi itu membuat hatinya bagaikan tertusuk duri yang
sangat tajam dari samurai inuyasha.
Ditengah keramaian seperti ini mana
mungkin dia pergi meninggalkan teman-temannya, akan terjadi kesalah pahaman
jika itu terjadi. Dan untuk mengalihkan perhatiannya, Jisoo meneguk segelas
soju sekaligus, membuat beberapa teman dimeja itu bertepuk tangan. Mengingat
Jisoo tidak bisa minum, mereka semua tertawa. “Ya! Jisoo-aah, kenapa kau
seperti itu?”
“Wae? Apa aku tidak boleh minum?”
“Anio, biasanya kau tidak mau jika
kami suruh minum. Tapi kenapa sekarang kau meminumnya sekali tegukkan?”
“Aku juga bisa minum seperti kalian!
Ayo berika lagi padaku ..”
“Jisoo-aah, apa benar kau akan minum?”
Hyein menatap tajam sahabatnya itu.
“Geurae, palli berikan aku soju lagi!”
“Jisoo-aah, apa kau mau bertaruh minum
denganku?” Insoo menuangkan soju kedalam gelas yang diangkat Jisoo.
“Baiklah, akan aku buktikan kalau aku
juga bisa seperti kalian .. aku bisa minum!” Jisoo kembali meneguk soju dari
dalam gelasnya cepat dan menuangkannya kembali.
“Oppa, kau juga tidak bisa minum.
Hajima!”
“Chagiya, aku bisa minum!”
“Keundae Oppa ...” tatapan Hyein
beralih pada ponselnya yang bergetar, dan dengan cepat dia mengangkat telpon
yang masuk keponselnya itu. “Mian, aku harus menjawab telpon dulu” dan Hyein
meninggalkan mereka.
“Sudahlah Insoo, kau kan lelaki ...
jangan dengarkan pacarmu, minumlah. Kecuali jika kau menyerah melawan seorang
wanita .. haha!” sebuah suara dari ujung meja membuat Insoo yakin untuk meneguk
soju langsung dari botolnya dan benar-benar bertaruh dengan Jisoo.
“Oppa, Eomma sakit dan aku harus
segera kesana. Jangan minum terlalu banyak ne? Dan nanti antar Jisoo-aah
pulang, jangan lupa!” saat kembali setelah menerima telpon, Hyein langsung
buru-buru mengambil tasnya dan pergi meninggalkan mereka. Bahkan teriakkannya
pada Insoo tidak pasti terdengar atau tidak karena Insoo sudah mabuk dan
menghabiskan dua botol soju.
Insoo berjalan miring
kekiri dan kekanan, berusaha membenarkan jalannya yang sempoyongan karena masih
berada dalam pengaruh alkohol. Dengan kekuatan yang masih Ia miliki, Insoo
menggandeng Jisoo masuk kedalam kamarnya. Akhirnya. Mereka sampai dirumah Insoo
setelah polisi tadi mengantar mereka pulang dengan selamat.
“Heiy .. ige mwoya?” Jisoo membuka
matanya dan menatap Insoo yang berdiri dihadapannya, membuka sepatunya.
“Jisoo-aah, padahal musim panas sudah
berakhir tapi kenapa aku masih kepanasan malam hari seperti ini?”
“Itu karena bajumu yang tebal,
lepaskan jaketmu bodoh ..” jawab Jisoo tidak jelas melihat Insoo yang
mengaruk-garuk lehernya tidak sabar.
“Haha! Kau pintar sekali Jisoo-aah ..
tapi bagaimana melepaskan jaket ini? Aku seperti terpenjara dalam benda aneh
yang membalut tubuhku”
“Itu bukan benda aneh, namanya jaket.
Cih.. dasar namja babo! Biar aku lepaskan, ini mudah sekali ... ada
resletingnya disini ..” Jisoo bangun dan berdiri dihadapan Insoo yang menatap
aneh jaket hitamnya itu. Dengan sisa kesadaran yang masih ada, Jisoo perlahan
menarik resleting jaket Insoo lalu melepaskannya. “Mudahkan?” Jisoo tersenyum
menatap Insoo yang heran bagaimana jaket itu bisa lepas dari badannya. Memang
pengaruh alkohol sangat buruk untuk tubuh.
“Wehey .. kau hebat sekali! Gomawo ..”
Insoo langsung memeluk Jisoo. Dan beberapa detik kemudian menempelkan bibirnya
pada bibir Jisoo yang berwarna pink muda dan memang sedikit menggoda namja
mabuk sepertinya itu.
Perlahan kedua bibir yang saling diam
tanpa pergerakan itu mulai melumat satu sama lain, saling mengulum, dan saling
menghisap pelan. Mulai beralih pada permainan lidah yang menjelajahi mulut
masing-masing, dan menjadikan ciuman itu terasa sangat penuh nafsu dan gairah.
Membuat keduanya ingin merasakan sensasi yang lebih dari sekedar permainan
lidah dan saling melumat bibir.
Insoo menaruh tangannya dipinggang
Jisoo, semakin merapatkan badan mereka sampai benar-benar menempel sekarang.
Tangannya mulai menggerayam menjelajah tubuh Jisoo yang terbalut mini dress
bunga-bunga kuning cantik, mencari dimana resleting dress itu berada.
Ciuman itu bagaikan sihir yang
memebuat mereka tidak sadar dengan apa yang mereka lakukan sekarang, yang ada
hanya nafsu penuh hasrat yang menggebu menyesaki pikiran mereka. Dan tanpa
disadari, mereka sudah melakukan itu lebih dari lima menit yang lalu. Dan juga
mreka sudah tidak menyadari kalau mereka berciuman diranjang tanpa mengenakan
sehelai pakaianpun sekarang. Astaga.
Jisoo langsung membuka matanya, duduk
dan mengatur nafasnya yang terengah-engah karena mimpi yang barusaja terjadi.
“Benar .. itu yang terjadi semalam .. aku dan Insoo Oppa mel melakukan itu ..”
Jisoo kembali berbaring, menenggelamkan wajahnya diantara bantal-bantal
empuknya. Membolak-balikkan badannya tidak jelas, berteriak dan diakhiri dengan
tangisan. Dia kembali menangis sekarang.
Disisi lain,
Insoo
membuka matanya dengan cepat. Melihat sekelilingnya panik dan mengacak
rambutnya, lalu dia bangun dari sofa yang barusaja dia jadikan tempat tidur dan
berjalan mendekati jendela. Memandang jauh kejalanan yang dipenuhi kendaraan
berlalu-lalang.
Dan
Bugh!
Insoo
memukul jendela itu, membuat kacanya pecah dan tangan kirinya berdarah karena
goresan pecahan kaca-kaca itu. “Astaga Ya Tuhan! Aku dan Jisoo melakukannya
semalam ... yaah .. kami melakukan itu ..” Insoo tersadar dengan apa yang sudah
terjadi padanya semalam karena mimpi yang barusaja dia dapat saat tidur disofa.
**
Dengan cepat mobil BMW California biru
itu melaju, berjalan zigzag menyalip beberapa kendaraan lain dijalanan yang
cukup ramai malam itu. Berharap bisa dengan cepat sampai ditempat tujuan, Insoo
semakin menancap gas mobilnya.
Tidak
ada hal lain yang ada dalam pikirannya saat ini selain Jisoo dan Jisoo. Apa
yang harus dia lakukan pada teman kecilnya itu? Mengingat apa yang sudah
dilakukannya tadi malam, Insoo kembali mempercepat laju mobilnya.
Ting
tong ting tong ...
Beberapa
kali Insoo memencet bell apartement Jisoo, tapi masih belum ada jawaban
darinya. Walaupun apartement itu sepi seperti tidka berpenghuni, tapi dia yakin
kalau Jisoo berada didalam.
“Jisoo-aah,
bukalah! Aku harus bicara padamu, jebal .. bukalah pintunya” Insoo terus
memencet bell apartement Jisoo, karena mengetuk pintu berpasword itu sudah
tidak ada gunanya.
Sementara
alasan pintu itu tidak terbuka adalah karena bukan tidak berpenghuni, melainkan
Jisoo hanya terduduk menangis dibawah layar monitor pintu apartementnya.
Rasanya dia tidak punya kekuatan untuk berdiri dan membukakan pintu itu walau
sebenarnya dalam hatinya, dia juga ingin bicara pada namja yang terus menekan
bell apartementnya itu.
“Baiklah
Jisoo-aah, jika kau ingin aku bicara disini dan didengar orang-orang maka aku
akan bicara sekarang ..”
“Masuklah
dan cepat bicara apa yang kau inginkan!”
Dan
akhirnya Jisoo membuka pintu itu, tanpa melihat Insoo sedikit tersenyum lega
karena dia membuka pintunya itu berjalan masuk kedalam dan duduk disofa.
“Jisoo-aah,
mengenai .. kejadian itu aku sudah .. ingat tadi malam ..” Insoo menyeret
kata-katanya, karena sumpah dia sangat gugup sekarang. Dia tidak tahu harus
bagaimana membicarakan hal itu pada Jisoo, karena ini adalah hal yang sangat
memalukan menurutnya.
“Nado.
Aku sudah mengingatnya .. dan Oppa, mianhaeyo!”
“Andwae!
Aku yang seharusnya minta maaf padamu, semalam aku yang mengajakmu minum ..
padahal aku tahu kau dan aku tidka bisa minum. Jisoo-aah jeongmal mianhaeyo ..”
“Kita
sudah salah dengan ini .. aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan
Hyein-aah jika tahu hal ini_”
“Emmh
Jisoo-aah, bisakah kita tidak memberitahu Hyein-aah?” Insoo sedikit maju
mendekati Jisoo yang menundukan kepalanya.
“Geurae,
Oppa dan Hyein-aah akan segera menikah .. aku juga tidak bisa menyakiti
perasaan Hyein-aah, sahabatku. Jadi Oppa, aku sudah memikirkan mengenai hal ini
..”
“Jisoo-aah_”
“Aku
harap Oppa anggap kejadian malam itu adalah mimpi buruk yang harus segera Oppa
lupakan, aku akan melupakannya. Dan aku mohon jangan sampai Hyein-aah tahu hal
ini, Oppa?”
“Jisoo-aah
bukan itu maksudku! Aku tidak mungkin membiarkanmu hidup sendiri setelah aku
menidur_”
“Oppa!
Aku mohon dengan sangat, bisakah Oppa melakukannya?”
“Keundae
Jisoo-aah .. ak aku seharusnya ber_”
“Aku
rasa sudah tidak ada yang harus kita bicarakan lagi, sekarang pergilah Oppa.
Aku capek!” dan setelah beberapa kali Jisoo memotong perkataan Insoo, akhirnya
dia beranjak pergi meninggalkan Insoo setelah membukakan pintu yang
mengisyaratkan untuk Insoo agar cepat pergi dari tempat ini. Karena sumpah,
bicara seperti itu bagaikan memasukkan diri kita kedalam penggilingan berduri
yang bisa meremukkan seluruh tubuh kita dalam sekali hentakkan.
Tangisan
Jisoo kembali pecah setelah tertahan dari tadi, suara pintu tertutup semakin
membuatnya menangis kencang. Insoo sudah pergi? “Sebenarnya aku tidak mau
seperti ini Oppa!” gumam Jisoo disela tangisnya.
Saat
ini tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengeluarkan air mata yang sangat
menyesakan matanya, bicara seolah ‘aku tidak apa-apa’ pada Insoo sangat membuat
jiwanya terguncang. Bagaimana tidak? Insoo sudah menidurinya dan harus menikah
dengan Hyein, sahabatnya.
Tapi
meminta Insoo untuk bertanggung jawab juga tidak mungkin. Jisoo tidak sejahat
itu untuk menghancurkan hati sahabatnya, ditambah Hyein sudah mengatakan akan
menikah.
Hyein
akan menikah dengan Insoo, namja yang sudah sejak kecil menjadi teman Jisoo.
Satu-satunya namja yang sangat dekat dengannya, dan juga adalah namja yang
selama belasan tahun ini dia pendam sebagai kekasih khayalan dalam hatinya. Yah
.. Jisoo memang menyukai Insoo sejak kecil, jauh sebelum Hyein mengenal Insoo.
Tapi karena Hyein lebih dulu mengatakan menyukai Insoo, maka Jisoo hanya bisa
memendam perasaannya pada teman kecilnya itu.
**
Insoo berlari menghampiri Hyein yang
berjalan di koridor kampus menuju perpustakaan, hari ini juga Hyein sendirian
.. tidak ada Jisoo yang biasanya selalu menpel padanya setiap hari.
“Hyein-aah
...”
“Ah
annyeong Oppa, bogoshippeoyo”
“Nado.
Em apa Jisoo-aah tidak masuk lagi hari ini?” Insoo menjawab Hyein dengan cepat
dan tanpa eksprsi apapun selain berharap penuh tentang Jisoo.
“Dia
bilang dua hari libur kemarin dia gunakan untuk liburan”
“Liburan?”
“Ne,
jadi mungkin dia masih liburan karena hari ini dia juga tidak masuk”
“Apa
dia berkata dimana tempatnya padamu?”
“Ani.
Wae?”
“Ah
aku hanya bertanya. Ada sedikit urusan dengannya ..” Insoo memalingkan wajahnya
kearah lain, berusaha agar tidak mendapat pertanyaan lagi ‘kenapa’ tentangnya
dan Jisoo belakangan hari ini.
“Ouh
Oppa .. tanganmu? Apa yang terjadi?” Hyein langsung menarik tangan Insoo yang
masih digulung kain kasa dan sedikit perban.
“Aku
jatuh”
“Andwae.
Masa jatuh lukanya seperti ini? Apa kau berkelahi?”
“Anio.
Aku hanya jatuh beberapa hari yang lalu, sudahlah tidak apa-apa .. sebentar
lagi sembuh!” Insoo dengan cepat menarik tangannya dan sedikit mundur dari
hadapan Hyein yang memanyunkan bibirnya.
“Oppa,
ada apa sebenarnya? Akhir-akhir ini kau sedikit berbeda, kau selalu saja sibuk
sendiri tidak jelas. Apa kau ada masalah?”
“Kenapa
kau bertanya seperti itu padaku?”
“Wajar
aku bertanya, aku calon istrimu. Tidak bisakah kau berbagi masalah denganku ..
Oppa?”
“Chagiya,
mian. Akhir-akhir ini aku sibuk dengan tugas .. tugas akhir kuliahku. Yah aku
sibuk sekali ..”
“Baiklah
Oppa, kau harus bekerja keras untuk ujian kelulusan. Arrasseo, aku tidak akan
banyak menggangumu mulai sekarang”
“Gomawo.
Aku harus pergi sekarang!” setelah membenarkan posisi tasnya, Insoo berbalik
dan tanpa basa-basi pergi meninggalkan Hyein yang masih berdiri melihatnya.
“Oppa!”
Hyein berteriak membuat Insoo menghentikan langkahnya dan dengan cepat
berbalik. “Wae_?” Hyein berlari dan langsung memeluk Insoo, memeluknya sangat
erat. “Aku hanya merindukanmu” Chu~ Hyein mencium bibir Insoo cepat lalu
berlari masuk kedalam perpustakaan meninggalkan Insoo yang masih berdiri diam.
“Apa
kau masih akan sebaik itu padaku jika tahu aku sudah mengkhianatimu, Chagiya?”
batin Insoo. Karena entah kenapa kata yang barusaja diucapkan Hyein padanya
seperti menusuk hatinya, membuatnya merasa sangat sangat bersalah dengan
kesalahan yag sudah diperbuatnya.
Beberapa
detik kemudian Insoo kembali tersadar dari lamunannya dan kembali pada
tujuannya datang kekampus, yaitu untuk mencari Jisoo yang sudah tiga hari
menghilang dan tidak bisa dihubungi. Nomor ponselnya tidak aktif, tidak masuk
kuliah, dan juga tidak ada di apartementnya.
“Apa
Jisoo menghilang karena aku?” Insoo tidak berhenti memikirkan hal-hal aneh
dalam pikirannya, membuat hatinya semakin tidak bisa berfikir jernih untuk
benar-benar mencari Jisoo. Dalam pikiranya dia hanya ingin melakukan sesuatu
untuk bertaggung jawab padanya, karena dia laki-laki. Tidak bisa membiarkan
seorang wanita begitu saja setelah ditidurinya, kecuali jika dia laki-laki
gila. Tapi tidak! Insoo tidak gila.
Dan ternyata, waktu begitu cepat berlalu.
Karena sekarang sudah seminggu sejak kejadian itu Insoo masih belum menemukan
Jisoo. Walaupun dia sudah mencari kemana-mana, bahkan sampai mencari kerumah
orang tuanyapun Jisoo masih tidak ada. Dia sudah frustasi dengan masalah ini,
membuatnya hampir mengatakan yag terjadi pada Hyein jika tidak ingat permintaan
Jisoo padanya.
“Annyeong
Oppa ..” Hyein mencium pipi Insoo dan memeluknya dari belakang, membuatnya
langsung menoleh kebelakang.
“Jisoo-aah?”
Insoo langsung membulatkan matanya saat melihat seorang yeoja yang berdiri
disamping Hyein, yaa .. itu benar Jisoo.
“Annyeong
Oppa” Jisoo tersenyum hambar menyapa Insoo yang masih terkejut dengan
kedatangannya.
“Jisoo-aah,
duduklah .. aku akan memesan makanan dulu!” Hyein menarik kursi untuk Jisoo dan
pergi untuk memesan makanan, meniggalkan mereka berdua.
“Jisoo-aah,
kemana saja kau selama ini?”
“Aku
sibuk dengan urusanku sendiri”
“Aku
mencarimu kemana-mana, kenapa kau menghilang dariku begitu saja? Apa kau tidak
tahu aku sangat mengkhawatirkanmu?”
“Oppa,
aku mohon bersikaplah seperti biasa padaku!”
“Jisoo-aah
aku hanya mengkhawatirkanmu saja”
“Nado
Jisoo-aah, kemana saja kau seminggu ini menghilang tanpa kabar?” tiba-tiba
Hyein sudah ada disamping Insoo, membuatnya menarik badannya dan kembali
bersandar pada kursi.
“Jeongmal
mianhaeyo ..”
“Seharusnya
kau bicara padaku, apa yag terjadi? Apa kau ada masalah?”
“Anio.
Aku hanya harus mengurus sesuatu beberapa hari ini!”
“Baiklah,
aku maafkan. Tapi ingat, hanya kali ini. Jangan ulangi lagi, dan jika kau menghilang
lagi nanti .. maka aku tidak akan mau menjadi temanmu lagi. Arrachi?”
“Arrasseo
..” Jisoo tersenyum menatap Hyein, yang sebenarnya dia hanya menghindari
tatapan mata Insoo.
“Oppa,
kenapa kau belum pulang?”
“Tadinya
aku akan pulang .. haya makan sebentar disini”
“Kalau
begitu, bisakah kau antarkan kami pulang?”
“Geuraeyo
..”
“Emmh
ani, sepertinya aku harus pulang duluan. Appa mengajakku pergi sekarang,
annyeong” Jisoo langsung mengambil tas dan pergi meninggalkan mereka berdua.
“Oppa,
dia jadi aneh setelah liburan. Apa kau juga berfikir seperti itu?”
“Anio.
Menurutku biasa saja ... Chagiya, aku harus ke toilet sebentar. Tuggu aku
dimobil, ini kuncinya ne?”
“Geurae,
palliwa!”
Insoo
langsung berlari, yang sebenarnya mengejar Jisoo. Dan akhirnya dia melihat
Jisoo yang berjalan menunduk.
“Jisoo-aah!”
tapi setelah teriakkan Insoo, Jisoo malah mempercepat langkah kakinya.
Mengabaikan teriakan Insoo yang terus memanggil namaya. “Dengarkan aku sebentar
Jisoo-aah jebal ..” Insoo menarik tagan Jisoo dan menghatikan langkahnya.
Menarik badannya dan membuat mereka saling berhadapa sekarang, tapi Jisoo tetap
memalingkan wajahnya dari Insoo.
“Kau
tidak bisa terus seperti ini, karena dengan bersikap seperti ini justru
membuatku semakin tidak bisa melupakannya. Kau bersikap seolah-olah tidak
terjadi apa-apa tapi kau menghindariku, dan itu malah sepertinya terjadi
apa-apa. Jisoo-aah jebal .. jagan seperti ini padaku, aku bisa melakukan apapun
padamu sebagai bentuk tanggung jawabku. Aku akan bertaggung jawab padamu!”
“Oppa
hajima! Kita tidak harus lagi membicarakan hal ini”
“Tapi
kau yang bersikap seolah-olah masih banyak yang harus kita bicarakan Jisoo-aah
..”
“Tidak
perlu melakukan apapun padaku”
“Tidak
bisa, aku akan bertanggung jawab padamu. Bagaimanapun caranya!”
“Oppa!”
Jisoo melepaskan tangan Insoo yang menahan tangannya, kembali berjalan
meninggalkannya.
“Jisoo-aah
aku mohon, biarkan aku melakukan sesuatu untukmu agar bisa menebus kesalahanku
..” Insoo kembali menarik Jisoo, dan sekarang lebih dekat. “Baiklah, Oppa hanya
perlu merahasiakan hal ini dan melupakannya” Jisoo medorong tubuh Insoo pelan,
lalu berlari pergi.
Yaah
.. pergi memang lebih baik rasanya, dibading harus terus berada dihadapannya.
Walaupun seminggu kebelakang Jisoo menghilang adalah untuk menata ulang
perasaannya terhadap Insoo, tapi rasanya semua itu sia-sia karena setelah
kembali berhadapan dengannya malah membuat hatinya semakin hancur dan gila.
Dan sejak pembicaraan itu, hubungan
antara mereka kini memang biasa saja. Tapi benar-benar biasa, bahkan hampir
tidak seperti biasanya karena sangat biasanya. Hubungan mereka berdua menjadi
dingin, tidak seperti teman yang sudah belasan tahun kenal. Sangat sangat
canggung.
Setiap
kali mereka bertemu, mereka berdua hanya memasang senyum hambar dan akan berlalu
meninggalkan satu sama lain. Dan itu juga membuat hubungan Jisoo berbeda dengan
Hyein, dia sedikit menjauhi Hyein karena Insoo. Tidak lagi menempel pada Hyein
setiap hari, tapi hanya diwaktu-waktu tertentu. Banyak sekali perubahan antara
mereka.
**
Hyein mengusap-usap punggung Jisoo
lembut, berharap bisa membuatnya sedikit tenang karena dari tadi dia terus
muntah. “Jisoo-aah gwaenchana?”
“Ne,
gwaenchana”
“Apa
kau tidak sebaiknya kedokter?”
“Anio.
Aku tidak mau pergi kedokter, aku tidak suka dokter”
“Kalau
begitu pulanglah, aku akan mengantarmu ne?”
“Geurae
..”
Tapi
Bugh!
Setelah
beberapa langkah mereka keluar dari kamar mandi, Jisoo jatuh begitusaja
kelantai. Membuat Hyein panik dan tidak tahu harus bagaimana.
Jisoo perlahan membuka matanya, melihat
sekelilingnya aneh. “Kau dirumah sakit sekarang, tadi kau pingsan”
“Gomawo
sudah membawaku kesini ..” Jisoo memaksakan tersenyum dalam keadaannya yang
sangat lemas, bahkan untuk tersenyum juga itu membutuhkan tenaga yang besar.
“Sebenarnya
Oppa yang membawamu kesini tadi ..” Hyein melirik Insoo yang tertidur di sofa
di sudut ruangan, membuat Jisoo juga mengalihkan matanya pada namja yang tidur
pulas di sofa itu.
“Aku
pasti merepotkan ..”
“Andwaeyo.
Keundae, kau kenapa?”
“Aku
hanya capek, beberapa hari ini aku terlalu sibuk dengan pernikahan sahabatku,
ditambah dengan pentas seni itu dan tidak memperhatikan kesehatanku”
“Kau
memang selalu seperti itu, selalu saja marah padaku karena tidak menjaga
kesehatan tapi kesehatanmu sendiri tidak kau perdulikan. Ini pernikahanku tapi
malah kau yang sibuk, aku benar-benar merepotkanmu. Kau mem_” Hyein
menghentikan perkataannya saat ponsel yang digenggamnya berbunyi. “Mianhae, aku
keluar sebentar”
“Geurae
..” Hyein berlari keluar sambil setengah berbisik mengangkat telpon masuk
keponselnya.
Jisoo
hanya memandang Insoo, melihatya tidur cukup menyenangkan baginya. Mengingat
saat kecil mereka sering tidur bersama, masa yang menyenangkan, sebelum
kehadiran Hyein ditengah-tengah mereka.
“Annyeonghaseyo
Jisoo-sshi ..” tiba-tiba seorang dokter bersama suster masuk kedalam, membuat
Jisoo berhenti memandang namja yang sudah membuatnya gila dua bulan terakhir
ini.
“Waktunya
sekarang kami memeriksa keadaamu, kau sudah baikkan?”
“Ne,
rasanya sudah lebih baik”
“Ouh
kau sudah bangun?” Insoo langsung menghampiri ranjang Jisoo saat dia bangun,
dengan tampang linglungnya dia menatap Jisoo yang memalingkan wajahnya. “Biar
kami periksa keadaan pasien, Anda bisa menuggu diluar?” untungnya suster itu
cepat berkata seperti itu, membuat Jisoo tertolong karena tidak perlu menjawab
pertayaan Insoo. “Eoh ne, annyeonhaseyo” Insoo berjalan meninggalkan
ruangannya.
“Oppa,
kau sudah bangun?” Hyein mendekati Insoo yang keluar dan menutup pintu.
“Geurae
..” Insoo megangguk pelan sambil mengusap-usap mataya yang masih sedikit
memerah.
“Lalu
kenapa kau keluar?”
“Aku
akan kekamar mandi sebentar, didalam Jisoo-aah sedang diperiksa dokter”
“Eoh?
Aku akan bertanya keadaannya ..” Hyein berjalan mendekati pintu kamar, tapi
langkahnya berhenti saat tidak sengaja mendengar perkataan dokter dari dalam.
Hyein
terdiam mematung. Mendengar perkataan Dokter sangat membuatnya kaget dan tidak
bisa berkata apapun, pikirannya terus berfikir dengan keras kembali mencerna
yang didengarnya, memastikan kalau itu hanya salah dengar atau itu mimpi.
“Maaf,
Anda ingin menjenguk pasien?”
Hyein
sedikit terkejut saat tiba-tiba suster membuka pintunya dan keluar bersama
dokter dari dalam ruangan Jisoo.
“Oh
ne, aku temannya. Bagaimana keadaannya?”
“Dia
baik-baik saja, hanya kecapean karena mungkin beberapa hari terakhir ini dia
tidak menjaga kesehatannya dengan baik. Kalau begitu kami permisi ..”
“Baik, silahkan. Gamsahamnida” Hyein sedikit
membungkukkan badannya membalas salam mereka lalu masuk perlahan kedalam.
“Kenapa perkataannya beda sekali dengan yang dikatakan pada Jisoo, apa mereka
menyembunyikan ini semua?” gumam Hyein yang berjalan mendekati Jisoo kembali.
“Jisoo-aah,
apa yang dikatakan dokter itu padamu?"
“Dokter
hanya mengatakan kalau aku kelelahan, dan bisa pulang besok”
“Eoh
jinjjayo?”
“Geurae.
Emh Hyein-aah, sebaiknya kau dan Oppa pulang. Kalian harus istirahat. Gomawo
sudah menemaniku disini, aku akan baik-baik saja”
“Memangnya
kau tidak apa-apa?”
“Gwaenchana,
kalian pulanglah”
“Geurae,
kalau begitu kami pulang dulu. Kau harus cepat sembuh” Hyein mengusap tangan
Jisoo sebelum akhirnya dia pergi meninggalkannya sendiri. Walaupun dalam
hatinya ada tanda tanya besar mengenai apa yang tdak sengaja didengarnya tadi,
tapi Hyein berusaha mempercayai Jisoo kalau dia tidak apa-apa.
Dan sekarang Jisoo harus kembali
disibukkan dengan pentas seni yang akan diselenggarakan universitasnya
menjelang graduasi, walaupun dia baru saja keluar dari rumah sakit tapi Jisoo
tetap benar-benar hebat dengan mengurus pekkerjaannya itu.
Ditambah
dengan persiapan pernikahan Hyein dan Insoo yang tinggal satu hari lagi, sangat
menguras tenaga dan pikiran Jisoo. Disisi lain hatinya sangat tidak
menginginkan pernikahn ini terjadi karena mau bagaimanapun Insoo adalah namja
yang sudah tidur dengannya.
Jisoo melihat ponselnya yang menyala
lalu pamit pergi dari kerumunan keluarga Hyein, mencari tempat yang sedikit
tenang untuk menjawab panggilan masuk ke ponselnya.
“...
ne, aku akan segera pulang. Annyeong” Jisoo menutup ponselnya lalu berjalan
dan, “Jisoo-aah!” Insoo menarik tangan Jisoo dan menahannya diantara dinding
dan kedua tangannya.
“Oppa,
apa yang kau lakukan? Lepaskan!”
“Mian
Jisoo-aah, tapi kalau aku tidak seperti ini kau mungkin akan lari
menghindariku. Aku hanya ingin bertanya padamu ..”
“Cepatlah
katakan apa maumu, aku buru-buru!” Jisoo berusaha memalingkan pandangannya dari
tatapan Insoo didepannya, berusaha membuat dirinya tenang dalam posisi ini.
“Apa
kau baik-baik saja?”
“Ne,
aku baik. Kalau kau hanya ingin bertanya itu maka aku sudah menjawabnya,
sekarang lepaskan aku ..” Jisoo mendorong dada Insoo menjauh darinya lalu
berjalan meninggalkannya.
“Jisoo-aah
bisakah kau dengarkan aku dulu?” Insoo berjalan mengejar Jisoo yang
memepercepat langkahnya. “Jisoo-aah dengarkan aku!” Insoo berteriak pada Jisoo
dan kembali menarik tangannya, membuat Jisoo akhirnya kembali berhadapan
dengannya.
“Selama
ini aku selalu menuruti kemauanmu, menjauh darimu dan bersikap seolah-olah
tidak pernah terjadi apapun antara kita. Tapi kenapa kau terus memperlakukan
aku seperti ini? Selalu berlari dariku bahkan jika aku hanya ingin bicara
padamu, sebenarnya ada apa denganmu?”
“Oppa,
sudah aku bilang ini akan lebih baik untuk kita”
“Keundae
Jisoo-aah, aku sudah mengenalmu dari kecil. Aku sudah terbiasa melakukan apapun
denganmu, dan aku .. aku tidak bisa terus kau perlakukan seperti ini. Dan
sebentar lagi aku akan menikah, haruskah aku memberitahu Hyein kalau kita sudah
tidur bersama?”
“Oppa!
Aku mohon jangan pernah katakan itu pada Hyein, jebal .. Aku tidak ingin dia
merasa kalau kita sudah mengkhianatinya”
“Tapi
aku juga tidak bisa merahasiakan ini semua padanya, dia calon istriku!”
“Aku
mohon Oppa, aku mohon. Lupakan hal itu, karena ..”
“karena
apa?”
“Setelah
kalian menikah .. aku akan pergi melanjutkan sekolahku di China. Aku tidak akan
mengganggu kehidupan kalian lagi, jadi Oppa harus melupakan itu dan
membahagiakan Hyein”
“Benarkah
yang kau katakan?”
“Geurae,
setelah hari pernikahan kalian, aku akan pergi”
“Jisoo-aah
keundae aku .. aku_”
“Oppa,
aku mohon mengertilah!” Jisoo melepaskan genggaman Insoo yang sudah tidak lagi
menggenggam tangannya sekuat tadi, dia meninggalkan Insoo yang masih terdiam.
Bugh
bugh!
Suara
seperti seseorang yang menabrak sesuatu dari balik pintu membuat Insoo berjalan
untuk melihatnya, “Ah ternyata Ahjusshi ..” dan ternyata itu hanya paman yang
sedang mengangkut beberapa barang untuk persiapan pesta pernikahannya satu hari
lagi.
**
Semua orang sangat sibuk. Sibuk
mempersiapkan pernikahan Hyein dan Insoo besok, tidak terkecuali Hyein dan
Insoo yang tidak kalah sibuknya mempersiapkan segala sesuatu untuk besok agar
pernikahan mereka bisa menjadi sangat sempurna.
“Oppa,
bagaimana perasaanmu?” Hyein mempererat pelukannya pada Insoo yang dibalas
dengan usapan lembut dirambutnya. “Aku sangat tegang, sampai aku tidak bisa
berfikir dengan benar”
“Jinjja?
Memangnya apa saja yang kau pikirkan?
“Banyak
sekali.”
“Oppa,
apa aku boleh bertanya satu hal padamu? Tapi Oppa harus menjawabnya dengan
sangat jujur ..”
“Mwoya?”
“Berjanjilah
akan menjawabnya dengan jujur?”
“Geure,
yaksokhae!”
“Apa
kau mencintaiku sekarang?” Hyein mengangkat wajahnya agar bisa menatap Insoo
yang tiba-tiba diam. “Tentu saja aku mencintaimu ..”
“Benarkah
kau mencintaiku dari hatimu?”
“Kenapa
kau tiba-tiba bicara seperti itu?”
“Oppa,
besok kita akan menikah. Tidak bolehkah aku mengetahui perasaan calon suamiku
sendiri?”
“Aku
sangat mencintaimu!”
“Kalau
begitu beritahu aku semua rahasiamu?”
“mm
mwo?”
“Aku
akan memberitahu semua rahasiaku dan Oppa beritahu aku rahasiamu, ne?”
“aa
aku tidak punya rahasia!” Insoo memalingkan matanya dari tatapan Hyein dan
sedikit melepas pelukannya.
“Baiklah.
Kalau rahasiaku .. Emh oppa, sebenarnya aku sudah berjanji dengan Jisoo-aah
untuk pergi melanjutkan sekolah ke china. Tapi karena kita akan menikah, jadi
hanya Jisoo-aah yang pergi ke china ..” Hyein melepaskan pelukannya dan menatap
wajah Insoo. “Oppa tidak kaget?”
“apa?”
“Aku
pikir Oppa akan kaget mendengar rahasiaku, tapi ternyata Oppa tidak bereaksi
apapun. Payah!”
“Mwo?
Kau bilang aku payah?”
“geurae.
Oppa payah”
“eey
siapa yang payah?”
“Kalau
begitu buktikan padaku kalau Oppa tidak sepayah pikiranku, cium aku!”
“mm
mwoya? Jangan seperti itu ..”
“Wae?
Shieroyo?”
“Ini
sudah malam, tidurlah. Besok akan melelahkan!” Insoo berjalan menjauhi Hyein.
“Oppa,
apa kau tidak mencintaiku?”
“Anio.
Aku mencintaimu ..”
“Lalu
kenapa kau tidka mau menciumku? Ciuman terakhir kita sudah sekitar tiga bulan
yang lalu, apa Oppa tidka menyukaiku?”
“Bukan
begitu, hanya saja .. aku_”
“Baiklah
Oppa, aku sudah tahu!” Hyein menghapus air mata diujung matanya dan mendekati
Insoo.
“Chagiya,
aku hanya ..”
“Oppa,
sebenarnya aku sudah mengetahui semuanya. Kau dan Jisoo-aah”
“Apa
yang kau bicarakan?”
“Saat
kau bicara dengannya kemarin, aku mendengar semuanya. Sekarang aku sudah tahu
Oppa ..”
“..
eu chagiya mianhae, aku dan Jisoo tidak seperti yang kau bayangkan. Kami hanya
tidak sengaja melakukan itu, percayalah padaku!”
“Aku
percaya padamu”
“Chagiya,
aku dan Jisoo tidak ber_”
“oppa.
Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?”
“mana
mungkin aku mengatakan hal ini padamu disaat kita akan menikah?”
“Justru
karena kita akan menikah, seharusnya kau mengatakannya padaku. Jangan sampai
aku mendengarnya secara tidk sengaja seperti ini, dengan begini kau sudah
menghancurkan hatiku!”
“Mianhae
Chagiya, sebenarnya aku akan mengatakannya padamu .. tapi Jisoo melarangku
untuk mengatakannya. Dia tidak ingin membuatmu sakit hati, jadi selama ini kita
hanya menyembunyikannya ...”
“Geurae,
dan memebuat aku seperti orang bodoh yang tidka tahu apapun tentang masalah
ini. Kau jahata sekali Oppa!”
“Chagiya
.. aku mi_”
“Lalu
apa oppa juga akan merahasiakan hal ini dari keluargamu, keluargaku, dan
keluarga Jisoo setelah pernikahan kita? Berpura-pura tidak pernah terjadi
apapun antara kalian?”
“Aku
tidak bermaksud untuk menyembunyikannya .. aku ..”
“Kau
sudah melakukannya dengan Jisoo-aah, lalu kau akan menikah denganku begitu saja
tanpa berbuat apapun untuknya? Terbuat dari apa hatimu Oppa? Apa Oppa tidak
pernah memikirkan bagaimana perasaan Jisoo-aah selama ini pada ku? Pasti dia
sangat membenciku ..”
“tidak
tidak .. dia sangat mencintaimu, dia bahkan rela menyembunyikan ini hanya untuk
melindungi perasaanmu”
“yah,
dia baik sekali dan aku sangat jahat. Aku jahat sekali sudah menghancurkan
hidupnya dengan menikahimu!”
“chagiya
..”
“Apa
Oppa mencintainya?”
“Apa
yang kau katakan, bagaimana mungkin aku mencintainya?”
“Itu
sangat mungkin. Oppa dan Jisoo-aah sudah berteman dari kecil, dan mungkin
sebelum kehadiranku diantara kalian, kalian saling mencintai kan? Benarkan?”
“Anio.
Aku dan Jisoo tidak seperti itu!”
“Benarkah?
Tapi kenapa perasaanku mengatakan lain? Aku merasa seperti itu karena sepertinya
Oppa tidak benar-benar mencintaiku”
“Aku
sangat mencintaimu!”
“Itu
hanya perkataanmu saja, tapi hatimu? Apa hatimu juga mencintaiku? Ayo jawab aku
dengan jujur!”
“aku
.. aku mencintaimu”
“Katakan
itu dengan menatap mataku!”
“Chagiya,
aku sudah bilang aku mencintaimu. Itu berarti aku mencintaimu! Apa kau tidak
percaya padaku?”
“Ne,
aku tidak percaya padamu! Bagaimana mungkin aku bisa percaya pada namja yanag
sudah menyembunyikan hal segila ini pada calon istrinya? Lalu apa Oppa juga
menyembunyikan kehamilan jisoo?”
“Jisoo
hamil?”
“Oppa
tidak tahu?”
“Apa
yang kau baru saja katakan benar? Jisoo-aah hamil?”
“Astaga!
Kau bahkan tidak tahu yeoja yang sudah kau tiduri sedang mengandung anakmu?
Oppa benar-benar michi namja. Oppa seperti manusia berhati setan, bagaimana
mungkin kau bisa hidup tenang tanpa memikirkan yeoja yang kau cintai yang
sedang mengandung anak mu begitu saja tanpa melakukan apapun untuk
kehidupannya, dan malah menikah denganku? ”
“Aku
.. ti tidak mencintai Jisoo!”
“Jinjja?
Lalu siapa yeoja yang kau cintai kalau bukan aku dan Jisoo? Jangan berbohong
lagi Oppa, aku sudah tahu semuanya. aku juga tidak bodoh untuk tahu kalau kau
menyukai Jisoo dari dulu, kita sudah belasan tahun bersama. Kau mencintai
Jisoo? Jawab aku!”
“Baiklah
.. Kau benar, aku mencintai Jisoo .. tapi aku men_”
“Oppa
mencintaiku? Tidak. Kurasa itu bukan cinta, kau hanya menganggapku sebagai
seorang adik. Oppa tidak menganggapku sebagai ‘wanita’ seperti Oppa menganggap
Jisoo. Jadi sekarang lakukan sesuatu pada anakmu!”
“Tapi
aku sungguh tidak tahu kalau jisoo hamil, chagiya aku_”
“Hajima
Oppa! Aku tidak mau mendengar apapun darimu lagi, aku juga tidak mau bertemu
dengan namja yang benar-benar jahat sepertimu!” Hyein menghapus air mata yang
dari tadi sudah membasahai pipinya dan berlari meninggalkan Insoo.
Inso membuka pintu kamar Jisoo dengan
paksa, memaksa masuk kekamarnya. “Apa yang kau lakukan?”
“Apa
kau benar hamil?”
“mm
mwo? Ap apa yang kau katakan itu?” perlahan Jisoo berjalan mundur menghindari
Insoo yang terus melangkah semakin mendekatinya.
“Jisoo-aah
aku bertanya padamu, jawab aku dengan jujur. Apa kau hamil?”
“Oppa,
kau harus pergi dari kamaru sekarang, sebelum ada seseorang yang melihat kita
berdua!”
“Jawab
aku! Apa kau hamil karena aku?” Insoo berteriak, membuat Jisoo tidak bisa
menahan air mata yang sudah diujung matanya. “Apa kau hamil Jisoo-aah?” Insoo
mengulangi pertanyaan yang belum dijawab Jisoo. “.. gg geuhhrae hiks .. geurae
hiks hiks .. aku hamil”
“Kenapa
kau tidak mengatakannya padaku dari dulu?”
“..
hiks .. aku tidak mungkin mengatakan ini padamu, kau dan Hyein akan menikah.
Aku tidak bisa mengatakannya .. hiks hiks” Jisoo menangis terduduk dibawah
Insoo yang hanya mengacak rambutnya dan mengusap kasar wajahnya frustasi.
“Mianhae
oppa .. hiks hiks .. mianhae .. hiks hiks ..”
“Tidak.
Bukan kau yang salah, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Aku sudah
melakukannya padamu dan tidak bertanggung jawab. Jeongmal mianhaeyo”
“Dari
mana Oppa tahu aku hamil?”
“Hyein.
Hyein sudah mengetahui semuanya sekarang”
“..apa?
Apa yang harus kita lakukan sekarang? Bagaiamana ini .. ?”
“Aku
tidak tahu. Hyein menangis dan marah padaku, dia bilang tidak ingin bertemu
lagi denganku!”
“ini
semua salahku. Seharusnya aku pergi dari dulu, Hyein tidak akan tahu jika aku
pergi dari dulu. Hiks hiks .. mianhae oppa ..”
“Sudahlah
jangan menangis. Aku akan mengurus semua ini, aku akan bicara pada Hyein dan
orangtuanya”
“tapi
pernikahan kalian besok!”
“Tenanglah,
aku akan mengurusnya! Percayalah ..” Insoo memeluk Jisoo yang masih terisak
menangis dilantai.
Dan benar-benar sangat kumplit. Semuanya
terjadi begitu saja malam ini, menghancurkan semuanya. menghancurkan mereka
bertiga.
Tapi ternyata malam ini sangat cepat.
Terlalu singkat untuk menyelesaikan masalah mereka, karena sekarang pagi sudah
datang. Dan sekarang saatnya pernikahan Hyein-Insoo harus terjadi, itu tidak
mungkin dibatalkan karena akan sangat merepotkan dan memalukan.
Jadi
karena semua itu, sekarang Hyein sedang berjalan melangkah diatas altar dalam
gandengan Abeonim. Tersenyum, berjalan menuju Insoo yang juga tersenyum diujung
altar sana. Walaupun senyuman keduanya jelas adalah senyum keterpaksaan,
meningat masalah mereka yang belum selesai.
Dan
upacara pernikahanpun dimulai, Hyein dan Insoo akan mengucapkan janji
setia. “Dan sebelum kedua mempelai mengucapkan
janji setia mereka, Saya akan bertanya apakah ada yang keberatan dengan
pernikahan ini?”
“Saya!”
tiba-tiba Hyein mengacungkan tangannya, membuat semua orang kaget termasuk
Insoo.
“Apa
yang kau lakukan? Kita tidak bisa membatalkan pernikahan ini!” bisik Eommoniem
sambil berjalan menghampiri Hyein.
“Anio
Eomma. Aku keberatan dengan pernikahan ini! Maafkan aku”
“Hyein-aah!”
Eomma menyubit tangan Hyein dan berbisik.
“Appa,
Eomma, mianhaeyo. Aku harus melakukan ini. Aku tidak ingin menikah dengan Insoo
Oppa, aku tidak mencintainya. Tapi bukan berarti pernikahan ini batal, karena
aku hanya akan menggantikan pengantin wanitanya saja. Seharusnya yang berdiri
disamping Insoo Oppa adalah Kau Jisoo-aah, kau!” Hyein tersenyum dan menunjuk
Jisoo yang berdiri dibelakangnya.
“Hyein-aah
...” Jisoo hanya menatap Hyein tidak percaya atas apa yang baru saja
dikatakannya itu.
“Geurae,
kemarilah dan ucapkan janji setianya. Gantikan aku!”
“Hyein-aah
apa yang kau lakukan? Kam kami tidak mm mungkin untuk men_”
“Oppa,
diamlah. Aku tidak ingin bicara lagi dengan pembohong sepertimu, kau
menyebalkan! Sudah jelas kalian saling mencintai, jadi kenapa tidak mau
menikah?”
“Hyein-aah
aku .. aku dan Opaa tidak mungkin un_”
“Jisoo-aah,
kau adalah sahabat terbaikku. Aku tidak ingin menjadi teman yang jahat untuk
menghancurkan hidupmu, aku terlalu baik untuk itu. Kau mencintai Oppa kan? Jadi
menikahlah ..” Hyein melepaskan cincin dari tangannya dan memberikannya pada
Insoo. “Apa yang kalian tunggu? Oppa cepat pasangkan cincin ini pada Jisoo, jangan
membuat mereka menunggu terlalu lama” Hyein melirik undangan yang sedang ramai
berbisik-bisik itu.
“chagiya,
gomawo. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, kendae gomawoyo!”
“Jangan
panggil aku chagiya lagi! chagiyamu sudah milik Jisoo sekarang”
“Geurae
... jeongmal gomawo” Insoo tersenyum melirik Hyein lalu menatap Jisoo yang
masih terus sibuk menyeka air matanya.
“Hyein-aah,
aku tidak bisa melakukan ini! Bagaimana dengankau?”
“Jisoo-aah,
gwaenchana. Semalam aku sudah berulang kali memikirkannya, dan kurasa ini
adalah yang terbaik untuk kita semua. Sudah kubilang, aku terlalu baik untuk
menyakitimu ..”
“
... lau bagaimana denganmu?”
“Aku?
Aku akan menepati janji kita dulu. Besok aku akan pergi melanjutkan sekolah kita
ke china, aku akan memulai hidup baru disana. Jangan pikirkan aku, nan
gwaenchana!”
“Hyein-aah,
aku tidak tahu harus bagaimana padamu. Kau terlalu baik padaku, jeongmal
gomawoyo ..” Jisoo memeluk Hyein dan menumpahkan semua tangisan bahagianya.
“Ullijima.
Cepatlah bacakan janji setianya, aku menunggu!” Hyein melepaskan pelukan Jisoo,
menghapus air matanya dan perlahan berjalan mundur dan menyisakan mereka berdua
berdiri di altar.
Semua undangan bertepuk tangan. Bahkan
tidak sedikit dari mereka yang menangis melihat kejadian ini, termasuk orangtua
Hyein dan Jisoo yang tidak menyangka anak-anaknya sudah benar-benar dewasa
sekarang.
Dan
pernikahan itu pun tidak batal. Malah menjadi pernikahan yang sangat istimewa
karena pernikahan yang terjadi karena suatu masalah. Tapi karena masalah itu,
semua orang berakhir bahagia.
Epiloug.
Jisoo mengusap lembut rambut Insoo yang
sekarang memejamkan mata dan mengatur nafas didadanya. Hela nafas Jisoo yang
membuat dadanya naik turun tidak membuat Insoo merubah posisinya, ia masih
tidur didada Jisoo dengan asyiknya.
“Chagiya
... Apa bayi kita sudah bergerak didalam sana?”
“Oppa
kau ini bodoh sekali, mana mungkin seperti itu. Kandunganku baru dua bulan
Oppa!”
“Eoh
jinjjayo? Aku sampai melupakan hal itu .. tapi apa baru saja kau berkata bodoh
padaku?”
“Geurae,
waeyo?”
“Ish!
Tidak sopan sekali kau pada suamimu, kalau begitu kau harus diberi hukuman!”
Insoo bangun dan langsung menempelkan bibirnya pada bibir Jisoo. Menciumnya
mesra.
“Saranghae
..” ucap Insoo disela-sela ciumanya, dan sekarang dia pindah menciumi leher
jenjang Jisoo. “Oppa, sejak kapan kau mencintaiku?” Jisoo mendorong Insoo
menjau darinya.
“Mollayo!
Aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku rasa dari dulu. Dan aku juga tidak tahu
kalau kau menyukaiku dari dulu ..” Insoo tersenyum menggoda Jisoo, membuat
pipinya memerah.
“Ish
aku tidak mencintaimu! Siapa yang bilang?”
“Jangan
berbohong! Sudahlah .. kau sudah ketahuan sekarang ..” Insoo menarik selimut
sampai menutupi seluruh tubuh mereka. selimut yang menjadi satu-satunya kain
yang menutupi tubuh mereka sekarang.
**
Bugh!
Hyein
rasanya sudah menabrak sesuatu, atau mungkin seseorang. “I’m Sorry ..” Hyein
mengagkat wajahnya dan melihat seorang pria yang sekarang sedang terseyum
padanya.
“Gwaenchana
..”
“Eoh,
kau bukan orang China?”
“Ani.
Aku pendatang baru, sama seperti mu”
“Eoh
jinjjayo?” Hyein membulatkan matanya melihat pria dihadapannya itu sekarang,
yang tidak berhenti tersenyum padanya. Membuat Hyein merasa sedikit aneh.
“Aku
tidak apa-apa, tadi aku yang menabrakumu. Mianhae. Dan sebagai permintaan
maafku, apa kau mau minum koffe bersamaku? Aku yang bayar, tenang saja!”
“Geurae,
kalau begitu kajja”
Dan
akhirnya Hyein pergi menerima permiantaam maaf namja yang tidak berhenti
menebar senyum itu.
**
TamaT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar