Kebaikkan Semut Merah
Diceritakan
dalam sebuah hutan yang lebat nan asri, tumbuh subur berbagai macam tanaman
yang menjadi sumber makanan dari binatang-binatang penghuni disana.
Suatu hari
setelah hutan itu diguyur hujan yang amat lebat tadi malam, banyak
genangan-genangan air yang nampak menjadi pemandangan di tanah. Di salah satu
genangan air yang cukup dalam itu ternyata ada seekor semut merah yang sedang
memperjuangkan hidupnya, semut itu sudah lama tenggelam di sana dan sekarang
dia lemas untuk terus berteriak meminta tolong. Tidak ada seekor pun binatang
yang menolongnya, dan akhirnya dia terima apapun ang akan terjadi pada dirinya
termasuk mati.
Dari atas
udara, seekor burung pipit yang terbang melihat-lihat pemandangan sekitarnya
mendengar suara rintihan minta tolong yang sangat kecil dari daratan. Dia lalu
merendahkan terbangnya dan melihat sekeliling sambil mencari dari mana asal
bunyi suara itu, ternyata dia melihat seekor semut merah yang mengambang di
kubangan air. Burung pipit itu langsung mengambil sehelai daun kering di atas
tanah dan mendekatkannya pada semut merah trsebut sambil berkata, “Naiklah ke
daun ini semut, aku akan menolongmu!”. Tanpa fikir panjang semut merah itu lalu
sekuat tenaga naik ke daun itu, dan burung pipit pun membanya ke dahan pohon
besar. “Nah sekaran kau suah aman ...” burung pipit meletakkan daun itu, “Terimakasih
banyak wahai burung, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada engkau”
ucapnya mendekati burung pipit. “Sama-sama, sudah seharusnya kita saling tolong
menolong”. “Tapi aku tidak tahu dengan apa aku bisa membalasmu, aku hanya
seekor semut kecil” “Tidak usah begitu semut, aku ikhlas menolongmu, Melihat
kau selamat saja sudah membuatku bahagia” “Sungguh mulia hatimu wahai burung,
semoga Tuhan menolong semua kebaikanmu” “Terimakasih wahai semut, kalau begitu
aku akan melanjutkan penerbanganku. Sampai jumpa lain waktu, dan berhati-hati
lah kamu agar tidak terkena bahaya lagi!” burung pipit itu mengepakkan sayapnya
lalu terbang meninggalkan semut merah. “Sampai jumpa, terimakasih ... “ teriak
semut merah melambaikan kakinya.
Beberapa waktu
kemudian, saat semut merah sedang mencari makanan. Dia melihat seorang manusia
yang berjalan sambil melihat-lihat ke udara dengan membawa senapan, “Tidak
adakah seekor burung pun yang bisa aku tangkap!” gerutu manusia itu dengan
terus melangkah mengitari pohon yang didiami semut merah itu. “Astaga, pasti
dia pemburu yang akan membunuh burung-burung disini” pikir si semut. “Nah itu
ada burung kecil” gumam si manusia itu dan langsung mengarahkan senapan nya
kearah sebatang pohon yang sedang bertengger seekor burung disana. Tapi astaga,
ternyata burung yang bertengger dan menjadi buruan manusia itu adalah burung
pipit yang telah menolong semut merah itu. Alangkah kagetnya semut merah mengetahuinya,
dan dengan keras ia memikirkan cara untuk menolong burung pipit yang
menolongnya itu. Tapi apa yang bisa dilakukan oleh seorang semut kecil untuk
melawan seorang manusia yang ribuan kali lebih besar daripadanya, fikir si
semut.
Karena si
pemburu itu sudah bersiap-siap akan menembak burng pipit itu, maka tanpa fikir
panjang lagi semut merahmenjatuhkan dirinya pada pemburu yang berada di bawah
pohonnya. Dengan sekuat tenaga semut berlari dan menggigit mata si pemburu dan,
jegerrr ... tembakan dari senapan si
pemburu meleset keluar mengarah ke udara. Membuat kaget hewan-hewan yang
mendengarnya di sekitar wilayah itu, termasuk si burung pipit. “Apa yang
menusuk mataku itu, saki sekali. Membuat buruanku kabur saja!” keluhnya sembari
pergi meninggalkan tempat itu. Dan berkat semut merah, burung pipit itupun
selamat. Kembali terbang menjauh dari tempat itu.
Semut pun juga
selamat karena melompat jatuh ke tanah dari mata si pemburu, lalu merayap
kembali ke pohonnya. Dia berfikir dan bergumam, “Syukurlah burung pipit itu
selamat. Tapi dia pergi dan tidak tahu kalau aku yang telah menolongnya selamat
dari peburu itu tadi, dan bagaimana caranya dia tahu kalau aku telah
menolongnya kalau dia pergi!”. Ditengah lamunan si semut merah, datang seekor
laron menghapirinya. “Wahai semut merah, aku sudah melihat semua yang kau
lakukan tadi. Kau telah menolong burung pipit itu, kau menyelamatkannya dari
pemburu” “Benarkah?” tanyanya kaget, “Tentu
benar” “Tapi sayangnya burung itu tidak tahu aku telah menolongnya tadi!”,
laron itu tersenyum. “Wahai semut, kebaikkan tidak selamnya harus diketahui
oleh orang lain, karena tujuan kita menolong adalah hanya untuk menolong kan? Bukan
untuk mendapat pujian atau sanjungan dari orang lain, dan juga bukan berarti
burung pipit itu harus tahu kau kebaikanmu padanya walaupun dia sudah
menolongmu juga. Tolong lah orang lain dengan ikhlas, dan jangan kamu mengharapkan
imbalan atau pujian atas pertolongan atau kebaikkan yang telah kau kerjakan. Karena
sudah kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan untuk saling tolong-menolong dengan
ikhlas karena-Nya”, semut merah itubefikir sejenak. “Oh iya, sekarang aku
mengerti maksudmu. Bahwa kebaikkan tidak
harus kita pamerkan pada orang lain, karena itu bukan tujuan dari melakukan
kebaikkan itu sendiri”.
Kesimpulan :
Dari cerita tersebut kita bisa mengambil kesimpulan & makna bahwa Tujuan kita melakukan kebaikkan atau menolong orang lain adalah untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan yang harus saling tolong menolong, bukan untuk memamerkan diri (mendapat pujian, sanjungan, perhatian, hadiah, imbalan, penghargaan, atu lainnya dari orang lain). Karena suatu kebaikkan itu tidak harus di ketahui oleh orang lain.
Maka dari itu, mari kita menolong orang dan melakukan kebaikan dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan dalam bentuk apapun. Dan sesungguhnya kebaikkan (amal ibadah) itu untuk bekal kita di akhirat nanti.
Assalamualaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar