Chapter 2
--
Suara lonceng berbunyi, menandakan upacara pernikahan pun
dimulai.
Para undangan sudah duduk rapi ditempatnya
masing-masing, tidak terkecuali mempelai pria Jimin dengan balutan tuxedo
hitamnya yang sudah berdiri diujung altar menunggu sang mempelai wanita yang
masih berjalan menyapu altar dengan gaun pengantin putihnya yang indah.
Pengucapan janji setiapun
dimulai.
... “Baiklah, mempelai pria boleh mencium mempelai wanitanya”
Kata MC pernikahan dengan
lantang, membuat Hyein sedikit canggung.
“Baiklah istriku, mari
kita tunjukkan kepada mereka kekalahan kita”
Bisik jimin sebelum
menempelkan bibirnya pada bibir Hyein, dan Chu- Jimin mengecupnya cepat.
Setelah acara didalam sana selesai, Hyein dan Jimin berjalan
keluar menuju mobil pengantinnya yang sudah dihias bunga-bungan cantik. Sebelum
masuk kedalam mobil, Hyein melemparkan seikat bungan yang dari tadi genggamnya
pada orang-orang yang ramai ingin mendapatkan bunga itu dibelakangnya.
Setelah terdengan suara
yang semain ramai, pertanda bunga itu sudah ada yang dapat, Hyein dan Jimin
masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan keramaian upacara pernikahan mereka.
-----------------------------------------------
Hyein pov.
Akhirnya aku kalah, aku
menikah dengan namja bernama Park Jimin ini. Namja abs, aneh, dan yadong ini
yang tidak terlalu tua denganku. Dia juga bahkan masih kuliah sepertiku.
Aku tidak suka padanya,
michi namja yang sudah merebut ciuman pertamaku. Tapi mau bagaimana lagi, aku
sudah kalah dari Eomma. Hancurlah hidupku mulai dari sekarang.
“Bagaimana rasanya?”
“Apa?”
“Menikah denganku ..”
“Rasanya sangat
menyedihkan, sangat amat menyedihkan!”
“haha .. Jinjjayo?”
“Kenapa kau tertawa?” aku
melihat Jimin yang tertawa karena ucapanku itu langsung meminggirkan mobil yang
dikemudikannya, lalu menatapku.
“Kau lucu sekali .. haha
..”
“Berhenti mentertawaiku!”
“Kau yang membuatku
tertawa”
“Aish diamlah, atau aku
turun dari mobilmu?” aku sudah membuka pintu mobilnya.
“Silahkan saja, kalau kau
tidak malu dengan pakaian seperti itu berjalan sendirian di jalanan. Pasti
orang-orang akan lebih mentertawakanmu dari pada aku sekarang!”
“ah malangnya nasibku,
bahkan aku tidak bisa kabur dari pernikahanku” akhirnya aku kembali menutup
pintu mobil nya, dan menghapus semua niat kaburku.
“Mungkin kita sudah
ditakdirkan untuk menik_”
“Sst .. jangan bilang
kalau kau akhirya setuju dengan ini?”
“Mm mwo? Ah anio, aku
masih sama ..”
“Baguslah, lalu sekarang
kita akan kemana? Aku tersiksa sekali dengan baju ini, bisakah kita tidak diam
dijalanan seperti ini?”
“Kau ingin kita kemana? Ke
hotel yang sudah dipesan Eomma, atau ke apartement ku?”
“Kau punya apartement?”
“Ne, aku sudah tinggal
diapartement sejak SMA”
“Geurae, kita kesana saja
dari pada ke hotel itu”
“Baiklah, kita berangkat!”
Jimin menekan gas mobilnya, melaju dengan sangat cepat. Syukurlah.
-------------------------------------------------------
Author pov.
“Lumayan juga ..” Hyein
melihat-lihat apartement Jimin yang cukup rapi untuk seorang namja.
“Mian berantakkan, aku
sudah lama tidak pulang kesini karena mengurus perjodohan ini”
“Tidak apa-apa, menurutku
kau lumayan rapi untuk seorang namja babo seperti mu”
“Ish mworageo?”
“Anio! Bisakah aku mandi
disini, badanku lengket?”
“Ne, kamar madinya sebelah
sana” Jimin menunjukkan kamar mandinya, lalu membuka tuxedo nya dan berbaring
diranjang.
Beberapa lama kemudian.
“Jimin-sshi!”
Teriakan Hyein yang
keberapa kalinya akhirnya berhasil
membangunkan Jimin dari tidur lelapnya, membuatnya berjalan menghampiri pintu
kamar mandi.
“Ada apa?”
“Aku lupa kalau aku tidak
membawa baju ganti, bisakah kau meminjamkan baju untukku?”
“Tapi aku tidak punya baju
wanita”
“Tidak apa, kaos dan
celana mu saja. Palliwa!”
“Baiklah tunggu sebentar”
Jimin membuka lemarinya, sedikit memilih bajunya. Dan setelah mendapat yang
dirasa cocok, dia mengetuk pintu kamar mandi.
“Hyein-sshi ..”
“Oh ne, berikan padaku
bajunya” Hyein membuka sedikit pintunya, mengeluarkan tangannya dan mengambil
baju yang disodorkan Jimin.
“Mwo? ... Ini kau saja
yang bicara pada Eomma” Jimin melemparkan ponselnya pada Hyein saat dia
barusaja keluar dari kamar mandi.
“Yeobosseyo, Eomma ...”
Hyein berjalan menjauh dari Jimin yang kembali menjatuhkan badannya diranjang,
bicara dengan Jimin Eomma yang marah karena mereka tidak ada dihotel yang sudah
dipesan.
“Ini ponselmu, dan
bangunlah karena kita harus segera ke hotel. Eommonim marah, Eommaku juga
marah. Kita akan dapat masalah besar”
“Kau yang mau ke
apartemenku kan, jadi kau yang jelaskan pada mereka!”
“Mwo? Mana bisa begitu,
bukankah kau yang menawariku kesini? Aku mana tahu kau punya apartement”
“Aku lelah, aku
mengantuk!”
“Aku juga lelah, badanku
rasanya pegal-pegal. Tapi ini harus kita selesaikan bersama!”
“Kau saja yang pergi!”
“Park Jimin, dasar kau
egois. Michi namja!”
“Apa yang kau bilang?”
Jimin menarik tangan Hyein yang berdiri disamping ranjangnya dan sontak
membuatnya terjatuh, menindihnya sekarang.
Mereka hanya terdiam,
saling bertatapan satu sama lain.
“Ehm ... emh baiklah ayo
pergi!”
Sampai akhirnya mereka
sadar, Hyein dan Jimin bangun dengan bahasa tubuh yang canggung mereka keluar
dari apartement dan pergi.
----------------------------------------
“kenapa kalian tidak pergi
ke hotel?”
Hyein Eomma dan Jimin
Eomma sekarang sedang berdiri diahadapan Hyein dan Jimin.
“Hyein-sshi yang mau pergi
ke apartement ku tadi”
“Ish, bukan begitu Eomma.
Tadi dia sendiri yang menawariku mau kehotel atau ke apartement nya!”
“Tapi Eomma, aku tidak
akan kesana kalau tidak dia yang minta”
“Eomma, aku mana mungkin
tahu Jimin-sshi punya apartement kalau bukan dia sendiri yang memberitahuku”
“Eomma, dengarkan aku. Dia
yang salah!”
“Anio Eomma, dia yang
salah!”
Saat ini Hyein dan Jimin
malah saling menyalahkan satu sama lain, membuat suasana di kamar hotel itu
ramai dengan suara menggelegar mereka.
“Sudah sudah hentikan
kalian berdua! Yang salah kalian berdua, jadi berhentilah saling menyalahkan
dan membuat keributan”
“Eomma ..”
“Harusnya kau mengajak
Hyein-ah ke hotel, bukan apartement mu. Dan kau juga Hyein-ah, baju apa yang
kau pakai itu?”
“In ini ... ini baju
Jimin-sshi”
“Kenapa kau memakai itu,
harusnya kalian bersiap-siap untuk acara pesta pernikahan kalian nanti malam.
Bukan malah keluyuran ..”
“Dia yang keluyuran ..”
“Diam Jimin-ah! Sudah,
sekarang kalian istirahat dan siap-siap untuk nanti malam. Acaranya tinggal 4
jam lagi, dan awas kalau kalian kabur!”
“Ne, Eomma”
Hyein dan Jimin mengangguk
kalah dari Eomma, sementara Eomma-eomma itu akhirnya pergi meninggalkan mereka
berdua.
“Hei kenapa kau
menyalahkanku?”
“Kau juga menyalahkanku!”
“Kau yang salah tapi malah
menyalahkanku!”
“Kau yang salah, bukan
aku. Aku hanya korban”
“Korban apa? Ish bicaramu
aneh, sama seperti orangnya yang gila!”
“Apa kau bilang hah?”
“Kau gila!”
“Kau yang gila!” ...
Dan mereka berdua kembali
bertengkar didalam sana, membuat suasana selalu ramai dengan pertengkaran
mereka.
--------------------------------------------------------
“Baiklah,
untuk membuat pesta ini semakin panas dan meriah, bagaimana kalau pengantin
baru kita juga harus berdansa?”
“Setuju!”
Permintaan MC pesta itu
membuat pengantin baru Hyein dan Jimin saling bertatapan, mereka masih
bertengkar dan sekarang harus berdansa?
Tapi mereka tidak bisa berbuat
apa-apa karena para undangan sudah berteriak setuju dan memaksa mereka untuk bergabung dengan yang lain dilantai
dansa, dan akhirnya terpaksa mereka harus berdansa.
Alunan musik jazz membuat para pasangan dansa lain semakin
terbawa suasana, terkecuali pasangan pengantin baru kita yang selalu bertengkar
ini.
“Aku bilang jangan datang
ke pesta ini!”
“Kalau kita tidak datang
pasti akan kena marah Eomma”
“Dan sekarang kita harus
terus seperti ini, membosankan!”
“Badanku juga pegal”
“Tapi ..”
“Apa?” Hyein langsung
melepaskan sebelah tangan Jimin dan menutup dadanya yang memang terbuka karena
memakai baju dada terbuka.
“Aigoo .. Dasar kau ini!”
Jimin memalingkan wajahnya.
“Wae?”
“Kau ini, punya dada kecil
saja sombong. Bagaimana kau menyusui anak-anak kita kalau dadamu sekecil itu?”
(apa? Anak-anak kita?)
“Mwo? Ish kau, dasar namja
yadong!” Hyein mendorong Jimin sampai terjatuh, membuat perhatian orang tertuju
pada mereka.
“ .. haha .. Mian ..”
Hyein langsung berlari meninggalkan aula hotel, membuat gelegar tawa keluar
dari para tamu undangan yang hadir.
“Ommo! Kenapa aku harus
menikah dengan pria yadong seperti dia!” Hyein mengumpat kesal, berjalan
mengelilingi air mancur diluar hotel.
“Memangnya kau ingin suami
bagaimana?”
“Taehyung?”
“Apa kau masih tetap ingin
aku menjadi pacarmu?”
“Ish dasar kau babo,
kemana saja kau? Setelah aku menikah saja kau muncul, kau tidak membantuku sama
sekali. Malah membuatku kalah!”
“Aku memberimu ide waktu
itu ..”
“Iya, tapi saat aku sudah
memakai baju pengantin. Mana bisa aku kabur dari Eomma?”
“Kalau begitu, sudahlah.
Nikmati saja pernikahanmu dan jad_”
“Hyein-sshi!” teriak Jimin
mendekati mereka, tapi tunggu .. dia menggandeng seorang yeoja.
“Annyeong Hyein-sshi,
rupanya kau disini. Ah kenalkan ini yeojacinguku yang pernah kuceritakan, chagi
kenalkan ini yeobo ku”
“Annyeonghaseyo, Hayoung
imnida”
Hyein hanya terdiam saat
yeoja itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
“oh ne .. a an
annyeonghaseyo, Lee Hyein imnida”
“Eonnie neomu yeppeo ..”
“Hah? Ah emh gamsahamnida
..”
“Haha .. chagi kau belum
tahu kalau tidak berdandan, dia seperti gembel. Rambutnya selalu berantakan,
benarkan yeobo?”
“Mwo?” [ih sialan sekali
dia mempermalukan aku didepan wanita ini : umpat Hyein dalam hatinya]
“Dan ini, apa dia
namjacingumu?” Jimin melihat kearah Taehyung.
“Oh ne, dia myhoney,
namjacinguku. Ayo honey, kenalkan dirimu pada nampyeon baruku” Hyein langsung
menggandeng Taehyung.
“Ish dasar kau ini [bisik
Tehyung kesal pada Hyein]. annyeong, Tehyung imnida”
“Tahyung-sshi, pasti kau
menderita sekali menjadi namjacingu yeoja urakan seperti dia ne?”
“Ne, memang sangat
menyebalkan sekali jika berada diposisi ku .. haha”
“Honey!” bisik Hyein
mengancam sambil membulatkan matanya menatap Taehyung.
“Haha .. kalian lucu
sekali, tapi Mian yeobo. Aku harus mengantar Chagiya-ku pulang, sudah terlalu
malam. Kalau begitu Taehyung-sshi, bersabarlah. Kami pergi dulu ...” Jimin dan
yeojacingunya, Hayoung berjalan pergi meninggalkan mereka.
“Apa kau mengatakan pada
mereka aku namjacingumu?”
“Maksudmu apa dengan meng-iyakan
perkataan namja babo itu?”
“Memang benar yang diaa
katakan, tapi untungnya aku masih beruntung bukan menjadi namjacingumu .. haha
..”
“Ish dasar, kalian sama
saja! Kau pulanglah sana, myhoney” Hyein mengejek Taehyung, lalu kembali
kedalam hotel dengan wajah masam.
--
“Bagaimana malam pertama
kalian?” dengan senyuman Eomma menatap mereka berdua yang sedang menyantap
sarapannya.
“Biasa saja!” jawab Hyein
datar dan singkat.
“Apa kalian bekerja
keras?”
“Tentu saja Eomma, kami
sangat bekerja keras” jawab Jimin penuh ledekkan pada Hyein, karena sebenarnya
mereka tidak tidur bersama. Karena bahakan Jimin sendiri baru pulang kehotel
subuh tadi.
“Kalau begitu, Eomma akan
cepat mendapat cucu”
“Jangan terlalu berharap
Eomma, akmi tidak yakin!”
“Ne Eomma, kami mungkin
tidak akan punya anak”
“Aigoo ... Apa yang kalian
bicarakan ini, harusnya kalian optimis. Kalian masih muda, masih kuat, pasti
akan cepat punya anak”
“Tapi Eomma, dada Hyein
sang_ awh!”
Hyein menginjak kaki Jimin
sangat keras, membuatnya sedikit mengeluarkan makanan yang memenuhi mulutnya.
“Ah dasar kalian ini,
malu-malu tapi ...”
“Mwoya?”
“Jika kalian mau pindah,
apartement mu sudah Eomma perbaiki. Tambahkan barang-barang dan Eomma buat
senyaman mungkin untuk kalian berdua”
“Ne, gamsahamnida Eommonim”
...
---------------------------------------------------
Hyein
pov.
Dan sejak saat itu aku dan
namja babo Jimin tiggal berdua di apartement nya. Membuatku tersiksa.
Karena itu adalah
apartement yang idealya hanya untuk satu orang, jadi tempat tidurnya hanya
satu. Maka dari itu, setiap malam kami bergantian tidur diranjang. Jika malam
ini aku tidur diranjang, maka Jimin di sofa dan sebaliknya untuk malam
berikutnya.
Sampai tidak terasa kalau
hari demi hari berganti, dan pernikahan kami sudah satu bulan sekarang. Tapi
lamanya waktu berjalan tidak membuat perubahan diantara kami, pertengkaran
masih terus terjadi.
Setiap hari Park Jimin
tidak lelah selalu menyuruhku ini dan itu, menyuruhku memasak, mencuci
pakaiannya, membereskan apartement nya dan apapun aku yang kerjakan.
Dan selama waktu itu
berjalan, juga datang perasaan-perasaan aneh padaku. Itu mungkin karena aku
sering melihat Jimin membawa Hayoung ke apartement.
Entah kenapa aku sering
merasa kalau tidak mau melihatnya bersama wanita yang sok memanggilku eonnie itu, rasanya aku marah. Bahkan
saat aku melihat mereka berciuman pun, aku memecahkan piring. Aneh, kenapa aku
ini? Apa itu tandanya aku mulai suka pada si namja babo Park Jimin?
-------------------------------------------
Jimin pov.
“Hyein-ah, buatkan aku
makanan! Aku lapar ..”
“Buat saja sendiri, aku
capek!”
jawabnya begitu dingin
padaku, bahkan tanpa menoleh kearahku yang ada didepannya pun.
“Aku tidak bisa memasak,
palliwa masakkan aku sesuatu”
“Andwaeyo, aku sedang
sibuk!”
dia terus saja berada
didepan laptopnya, tanpa menghiraukan aku.
“Sibuk apa? Pasti kau
sedang membuat cerita aneh-aneh untuk blog mu lagi kan?”
“Ish dari mana kau tahu
aku punya blog?”
“Kau tidak terlalu pintar
untuk menyembunyikan identitasmu di internet”
“Dasar kau maniak!”
“Mwo? Apa yang kau katakan
itu, aku tidak mengerti. Palli yeobo, buatkan aku makanan!”
“Ommo! Kau ini berisik
sekali, baiklah tunggu disini”
“Geurae, yang enak yeobo!”
Akhirnya dia pergi
kedapur, memasakkanku makanan. Walaupun awalnya aku ragu wanita seperti dia
bisa memasak, tapi sekarang aku tahu kalau dia pintar memasak.
Bahkan tidak hanya itu,
dia juga bisa diandalkan. Seperti mencuci pakaianku, menyetrika, mencuci
piring, dan membereskan apartement ini walau kadang selalu berteriak
membentakku tanpa alasan.
Tidak lama aku menunggu,
dia datang membawakan makanan untukku. Sepiring bulgogi yummi.
Dan dia kembali duduk
didepan laptopnya.
Detik jam terus berputar, menjadi menit yang bergabung
menjadi jam-jam waktu yang berlalu. Dan saat aku bangun, Hyein masih didepan
laptopnya. Ah tidak, dia tertidur.
Aku mendekatinya,
memandangnya. Aku selalu menyukainya jika sudah seperti ini, memakai kaca mata
besarnya, menguncir asal rambutnya hanya agar tidak menghalangi matanya saat
membuat cerita-cerita romantis aneh.
Dia selalu terlihat lucu
jika seperti ini, aku menyukai istriku yang urakan seperti gembel ini. Tapi apa
dia tahu aku menyukainya?
Rasanya sudah berulang
kali aku melihatnya seperti ini, tertidur dimeja dengan laptop menyala. Aku
ingin sekali menggendong dan memindahkannya keranjang, tapi aku terlalu takut
pada diriku sendiri untuk melakukannya.
Tapi kalau aku tidak
melakukannya, aku tidak akan pernah bisa melakukannya sampai kapanpun. Aku
harus bisa mengalahkan rasa takut ku itu, geurae .. aku akan melakukannya.
Perlahan aku
menggendongnya, kurebahkan dia diranjang. Dan Hore! Aku berhasil, ternyata
tidak ada apapun yang terjadi. Tapi ...
Tanganku masih dibawah
punggungnya, dia tidak mau merubah posisinya. Tanganku terjepit. Harus
bagaimana aku?
Aku membuka kaca mata nya
perlahan, mengangkat kepalanya agar tanganku yang terjepit bisa keluar. Tapi
...
Ommo! Dia malah menarikku,
menarik dan memelukku erat. Apa yang harus aku lakukan? Aku hanya bisa
memandang wajahnya yang lucu, matanya begitu indah. Bibirnya yang sexy ...
Apa? Tunggu dulu,
bibirnya? Apa aku sedang memperhatikan bibirnya sekarang? Tapi memang iya,
bibirnya yang mungil sangat sexy.
Aku menempelkan bibirku
pada bibirnya, hanya sekedar menempel saja. Aku bisa mencium aroma tubuhnya,
wangi ternyata. Baru aku tahu kalau tubuh istriku ini ternyata hangat, aku
rasanya tidak ingin melepaskan pelukan dan ciuman ini.
Hyein pov.
Kenapa hangat sekali?
Rasanya sedikit aneh, sempit sekali disini. Bau ini, bukankah ini bau parfum
Park Jimin?
Aku membuka mataku, apa?
Ternyata aku dalam pelukan Jimin, suamiku? Kenapa rasanya begitu hangat dan
nyaman, aku baru menyadari kalau dia setampan itu.
Apa semalam aku tidur
dengannya? Jika iya, maka ini adalah yang pertama kalainya semenjak pernikahan
ku dengannya satubulan lalu. Aku sempat membayangkan hal ini, aku terbangun
dipelukan Park Jimin. Tapi haruskah aku bangun dan berterian nappeun namja padanya sekarang?
Meninggalkan pelukan senyaman ini rasanya sayang sekali, kapan lagi aku bisa
seperti ini dengannya yang selalu membuatku marah.
Dan aku putuskan, aku akan
diam sebentar lagi.
Aku mengusap kepalanya,
menyisir rambutnya yang menghalangi mata. Membelainya lembut, ku usap wajahnya,
hidungnya, matanya, dan bibirnya yang menurutku sexy.
Bibir nakal yang sudah
mencuri ciuman pertama ku. Tapi rasanya aku ingin sekali bisa merasakannya
lagi. apa? Bicara apa aku ini?
Hembusan nafasnya bisa aku
rasakan membentur keningku, ah aku suka sekali seperti ini. Untuk yang pertama
kalinya aku merasakan hal seperti ini. Aku memeluknya lagi, memperdalam
pelukannya.
Aku bisa merasakan
perutnya yang kotak-kotak ini, kulitnya yang mulus. Karena sekarang ini dia
hanya mengenakan kaos dalam tanpa lengan, seperti kebiasaannya. Menggunakan
kaos tanpa lengan dan topi terbalik. Ah neomu kyeopta.
---------------------------------------------------
Author pov.
Ting
tong .. suara bell pintu berbunyi membangunkan mereka berdua,
“Ommo!” Jimin membuka
matanya.
“Yak! Park Jimin, apa yang
kau lakukan padaku?” Hyein membuka matanya.
“Harusnya aku yang
bertanya seperti itu, apa yang sudah kau lakukan padaku?”
“Aku tidak mungkin
melakukan apapun padamu, pasti kau yang sudah melakukan sesuatu padaku. Mengaku
saja!”
Mereka berdua kembali
bertengkar, tapi anehnya mereka sama sekali tidak merubah posisi mereka saat
ini. Masih berpelukan.
“Aku tidak melakukan
apapun padamu”
“Aku juga tidak melakukan
apa-apa”
Mereka bertatapan.
Jimin sedikit tersenyum,
lalu mendekatkan wajah mereka. menempelkan bibir nya dengan bibir Hyein.
Jimin menhisap bibir atas
Hyein nafsu, membiarkan Hyein yang melumat bibir bawahnya. Mereka saling
memainkan lidah, bertukar saliva, dan menghisap bibir.
Ting
tong .. ting tong .. bell yang terus berbunyi akhirnya membuat
mereka sadar, dan dengan canggung menghentikan ciuman panas mereka.
“Mian ..” Jimin memijat
tengkuknya.
“ah sebaiknya aku kekamar
mandi ..” Hyein beranjak.
“Aku akan buka pintu!”
Dan akhirnya kabar baik
bagi yang menekan bell, karena sekarang sudah ada jawaban. Jimin akan membuka
pintunya.
“Hayoung-ah .. masuklah”
“Oppa, aku juga bersama
satu teman”
“Oh nuguya?”
“aku, kau ingat?”
tiba-tiba Taehyung muncul dibelakang Hayoung.
“Ish kau, mau apa kemari?”
“Ada sesuatu yang harus
dibicarakan pada Hyein”
“Baiklah, ayo masuk” Jimin
mempersilahkan mereka masuk.
“Hyein-ah, ada namjachingu
mu diluar. Buatkan teh, juga untuk Hayoung” Jimin menatap Hyein yang sedang
memasukkan baju kotornya kedalam mesin cucui.
“Mwo? Taehyung?”
“Ne, palli” Jimin kembali
duduk bersama mereka.
“Ish untuk apa dia datang
kemari, dan juga Hayoung menyebalkan itu kenapa selalu kesini. Baru tadi pagi
Jimin baik padaku, pasti setelah ada dia akan jahat lagi padaku”
Hyein mengumpat sambil
membuatkan teh untuk mereka.
“Ini silahkan diminum
Hayoung-sshi, Taehyung-ah ..”
“Tunggu yeobo, apa kau
tidak lag memanggilnya myhoney? Haha ..”
“Ah ne, aku lupa. Mianhae
honey, kita jarang bertemu karena aku selalu dijadikan pembantu disini jadi aku
hampir melupakanmu”
“Menjijikan ..”
“Mwo? Aku seperti
mendengar kau bicara sesuatu Taehyung-sshi?”
“Anio, aku tidak bicara
apapun”
“Ah rupanya kalian sangat
merindukan satu sama lain, baiklah kalau begitu. Chagi kita bicara di balkon
saja, sepertinya mereka tidak ingin diganggu”
“Geurae Oppa”
Jimin dan Hayoung pergi
meninggalkan mereka, Hyein yang sedikit kesal melihat kemesraan mereka.
“Bagaimana kehidupanmu?”
“Sangat menyebalkan!”
“Sudah kukira ..”
“Ada apa kau kesini?”
“Sebenarnya aku dan_”
perkataan Taehyung
terhenti karena Hyein yang beranjak dari tempat duduknya, dia berjalan kearah
balkon.
Hyein melihat mereka,
Jimin dan Hayoung yang sedang berpelukan dan tertawa. Tapi Jimin melihatnya,
dan sontak Hyein langsung berlari kembali pada Taehyung.
Saat Jimin kembali masuk
kedalam, dia melihat Hyein yang sedang berciuman dengan Taehyung.
Dan itu membuat Jimin
marah,
“Lee Hyein!” bentak Jimin
menghentikan ciuman mereka. membuat suasana menjadi aneh sekarang.
“Aku pikir kami butuh
waktu berdua, bisakah kalaian pergi sekarang?”
“Ne Oppa, kami akan pergi.
Kajja Oppa ..” Hayoung menarik tangan Taehyung pergi meninggalkan mereka
berdua.
“Ada apa? Kenapa menyuruh
mereka keluar?”
“Apa yang kau lakukan
dengannya tadi?”
“Tidak ada!”
“Lalu saat kalian
berciuman pun bukan apapun hah?”
“Sejak kapan kau
memperdulikan yang aku lakukan?”
“Lee Hyein!”
“Wae?”
“Aku ini suamimu”
“Aku juga istrimu, tapi
apa aku pernah bertanya apa yang kau lakukan?”
“Mana bisa kau berciuman
dengan orang lain didepan suami mu sendiri?”
“Jika kau bisa
melakukannya, kenapa aku tidak bisa?”
“Aku? Kapan aku melakukan
nya?”
“Kemarin bukankah kau dan
Hayoung berciuman disofa?”
“Astaga, kami berciuman?
Kau hanya melihat dari belakang, jadi salah faham”
“Maksudmu?”
“Aku hanya berbisik
padanya, kami tidak ciuman. Mana bisa aku mencium gadis yang bukan siap-siapa
ku”
“Apa yang kau katakan?”
“Hayoung itu bukan
pacarku, Hyein-ah tolong dengarkan aku. Selama ini aku hanya diam, tapi
sekarang aku sudah tidak bisa diam lagi. sebenarnya aku dan hayoung itu hanya
teman, aku berbohong padamu saat kita belum menikah kalau dia pacarku karena
aku tidak mau menikah denganmu”
“Jinjja?”
“Hyein-ah, aku sudah tahu
dari Eomma mu. Kau sering menagis padanya karena aku kan? Karena aku selalu
bersama Hayoung”
“Apa Eomma yang berkata
itu padamu?”
“Ne, kemarin Eomma
mengatakan semuanya padaku. Kau ini kenapa mengadu pada Eomma, membuatku
menjadi kemarahan Eomma!”
“Yak! Park Jimin, aku
memang bukan istri atas kemauan mu sendiri, tapi bisakah kau menghargai
keberadaanku? Kau selalu saja membawa wanita itu kesini, membuatku seperti
pembantu yang melayani kalian”
“Hyein-ah .. aku ..”
“Aku membencimu Park
Jimin, aku sangat membencimu! Tapi aku tidak tahu kenapa saat aku melihatmu
selalu bersamanya, aku merasa marah padamu. Aku ingin kau selalu bersama ku
walaupun kita selalu bertegkar! Aku juga tahu kau pasti lebih membenciku, kau
membenciku kan?” Hyein menghapus air matanya yang sudah tidak tertahan.
“Hyein-ah, dengarkan aku!
Sebenarnya setelah kita menikah, aku merasa sesuatu terjadi pada perasaanku
padamu. Aku selalu merasa gugup setiap bersamamu, jantungku berdetak kencang
saat menatapmu, aku tidak tahu kenapa. Itu sebabnya aku selalu dingin padamu,
menyuruhmu mengerjakan sesuatu agar kau tidak selalu ada dihadapanku. Karena
menurutku mungkin dengan seperti itu, aku bisa menutupi perasaanku yang
menyukaimu ..”
“Jinjayo? Tapi Hayoung?”
“Dia hanya teman dekatku,
kami sudah berteman sejak kecil. Dan aku selalu menceritakan tentang perasaanku
padanya, mengingat aku tidak mungkin bicara padamu yang selalu membentakku
tanpa alasan”
“Jadi kau ..”
“Hyein-ah, aku tidak ingin
kita selalu seperti ini. Bertengkar dan saling menyiksa diri dengan
menyembunyikan perasaanku yang sekarang kau sudah tahu. Jadi .... maukah kau
menjadi benar-benar istriku?”
“Mwo?”
“Kalau kau fikir aku tidak
menyukaimu itu salah, aku sangat menyukai gadis urakan, jorok, dan pemalas
sepertimu. Gadis gila yang tiap malam memakai kacamata besar, menyisir dan
mengikat rambutnya asal lalu duduk didepan laptop membuat cerita roman yang
aneh-aneh. Aku selalu menyukaimu yang tiap malam jatuh dari tempat tidur, aku
menyukaimu Hyein-ah”
Jimin menarik tangan Hyein
samapi kepelukannya, menatapnya mesra.
“Aku .. aku juga
menyukaimu ..”
Lalu perlahan Jimin
mencium Hyein, mungkin melanjutkan ciuman panas mereka yang tadi terhenti.
Tanpa melepaskan
ciumannya, Jimin menggendong Hyein dan mebawanya ke ranjang.
“tunggu ..” Jimin
tiba-tiba melepaskan pagutannya dan menatap Hyein.
“Wae?”
“Apa Taehyung benar-benar
pacarmu?”
“Oh Anio, dia hanya teman
kecilku yang aku sulap menjadi pacarku saat kau bilang sudah mempunyai pacar
dulu”
“Jinjja? Lalu kenapa
kalian tadi berciuman?”
“... Mwo? Ah emh itu tadi
.. itu ..”
“Apa?”
“Aku hanya panas melihatmu
berpelukan dengan Hayoung, jadi aku mencium paksa Taehyung yang bahkan tidak
mau menjadi pacar bohonganku. Lalu kau pelukan dengan Hayoung tadi?”
“Itu karena aku senang
bisa berciuman denganmu tadi pagi, dan Hayoung bilang dia sudah punya pacar”
“hahah ... lucu sekali ..”
“Kenapa tertawa? Aish kau
ini, tertawa atau menangis? Sampai
seperti ini!” Jimin menghapus sisa air mata di pipi Hyein, lalu kembali menempelkan bibirnya.
“Tunggu, aku baru ingat”
Jimin menghentikan aktivitas nya lagi tiba-tiba.
“Ada apa?”
“Kau belum menjawab
pertanyaanku, aku tidak akan melakukan apapun pada wanita yang bukan
siapa-siapa ku”
“Maksudmu?”
“Pertanyaanku adalah, mau
kah kau menaji benar-benar istriku, Lee Hyein?”
“Mau tidak mau aku haru
mau, kau sudah melihatku tanpa baju sekarang. Jadi aku harus menurutimu .. Park
Jimin!”
“Yak! Panggil aku Oppa,
ara?”
“Mwo, Park Jimin?”
“Panggil aku Oppa, atau
kalau tidak aku akan ..”
“Akan apa?”
“Aku akan mengeluarkan
sesuatu yang berbahaya!”
“Mwoya?”
“The little Jimin”
“hahahah ... Yak! Awas
kalau_”
“Tapi Oppa, aku taku
nanti_”
“Ssst ... percayakan
semuanya padaku, aku akan membuatmu menikmatinya. Jangan takut, aku akan
bermain selembut mungkin”
“Opmmm....”
“Hyein-ah, saranghae ...”
Dan malam itu berakhir dengan gerakan lembut yang di iringi nyanyian halus Hyein.
Dan malam itu berakhir dengan gerakan lembut yang di iringi nyanyian halus Hyein.
[Untuk beberapa alasan, dan demi kebaikan kita bersama, cerita ini saya ubah. Tepatnya, saya menghilangkan bagian yang terlalu vulgar dan menambah dosa] Terima kasih.
keren author!!
BalasHapusbaca ni ff jadi ikutan panas(?) :v
BalasHapusaduhhh...jadi ikutan panas dehh
BalasHapusWoooo wooo wooo
BalasHapusGila!bgs bgt,d tunggu chapter ketigany..hehehe
BalasHapusceritanya udah beres sampe itu, soalnya ide nya ilang.
BalasHapusbtw, makasih buat semua yang sudah baca
so jjang
BalasHapusWaw
BalasHapus👍i like
Yg jadi hyein uwe tuh :v
BalasHapusWah author top
BalasHapusWkwkwk...keren dahh
BalasHapusWkwkwk...keren dahh
BalasHapus