Gadis itu merapikan
rambutnya, mengikat rambut hitam panjang itu asal. Dia tidak mempedulikan
kerpaihan saat ini. Dia menarik nafas dalam, lalu tersenyum tipis sebelum
akhirnya menaiki sepedanya. Mengayuh benda beroda dua itu secepat dia bisa,
membiarkan angin membelai tubuhnya kasar, mencoba mengosongkan pikirannya dari
banyak hal rumit yang ditakutinya. Tapi ternyata, dia tidak sekuat yang
diinginkannya. Hanya bertahan beberapa detik senyuman tipis itu bertahan di
bibirnya, karena air matalah yang akhirnya kembali menghias wajahnya. Dia,
gadis berambut panjang itu, hanya ingin pergi dari cerita buruknya, tapi dia
tidak tahu darimana dia bisa mendapatkan kekuatan untuk menggerakkan kakinya,
untuk berlari pergi dari ceritanya.
Hanya sekali saja, hanya untuk saat ini saja, mungkin dia boleh mengatakan
kalimat itu. Bahkan dia boleh menjerit jika bisa. “Kenapa dunia bisa menjadi
tidak adil untukku?”
Tidak, bukan berarti
dia egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri, karena dia juga tahu tentang
mereka yang ceritanya lebih buruk darinya. Tapi kekuatan yang terus berkurang
itu, harapan yang perlahan terkikis itu, dan semangat yang menghilang bersama
hela nafasnya, membuatnya tidak ingin melakukan apapun. Dia tidak menganggap
ceritanya adalah yang paling buruk dari semua orang, tapi dia berharap
ceritanya menjadi yang paling buruk sekarang, agar dia bisa menjerit dan
menangis menghabiskan air matanya, lalu menghilang bersama datangnya mentari
pagi. Sekarang, tidak peduli dengan sebutan pengecut yang akan melekat padanya,
dia hanya ingin memilih pilihan kedua, yaitu menyerah.
Suaranya tidak
terdengar lagi, jeritan itu menarik suara miliknya. Air mata itu tidak datang
lagi, dan rasanya perih, karena tangis itu menguras semua air matanya. Dia
meleburkan sisa kekuatan yang masih dimilikinya bersama angin, angin yang
dingin pagi itu. Dan akhirnya, dia tersenyum. Senyuman terindah yang pernah dia
miliki. Dia bahagia, rasa lelah dan sakit itu perlahan menghilang bersama datangnya
sang surya yang keluar dari persembunyiannya dibalik gunung. Hembusan angin
terakhir itu, membawa dirinya pergi, mengakhiri ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar