luhanay blog Follow Dash Owner

Senin, 05 Oktober 2015

[FF] Last Smile





Karena aku terus bercerita tentang FF yang akan aku buat, sedang aku buat, dan yang belum aku buat pada Yodongsaeng, akhirnya dia meminta sebuah FF untuknya. Dengan cast Jeon Wonwoo Seventeen.
Sampai beberapa lama dia terus meminta, dan aku tidak juga membuatnya, maka dia terus meminta dan bertanya. Akhirnya aku hanya membuat kerangka karangannya saja, tapi kemudian itu berubah dan menjadi sebuah cerita seperti ini.
Ah sudahlah, jika cerita ini tidak memuaskan, aku minta maaf. Mungkin aku adalah author yang payah, itu karena aku hanya amatir. Aku menulis cerita hanya untuk kesenanganku saja.
Tapi cerita ini spesial untuk Yodongsaeng. Aku membuatnya dalam tekanan dan fikiran kau akan tidak menyukai ceritanya, banyak komplain, protes, marah, dan sebagainya. Jadi mohon terima saja cerita yang kubuat spesial untukmu dengan cast salah satunya Jeon Wonwoo. Terserah kau mau apa padaku, tapi yang jelas ini untukmu.
Terima kasih.
-------------- %%%%%%%%%%%%% -------------
Tittle                : Last Smile
Genre              : Romance
Rate                 : 15
Length             : Oneshot
Author             : Cifa Rakayzi
Main cast         : Jeon Wonwoo // Jung Jineul

“Saat hati sudah memilih cinta sejatinya, dia akan memberikan apapun untuknya, bahkan seluruh hidupnya sekalipun. Karena cinta itu tulus dan suci. Semua pengorbanan diatas namakan cinta. Cinta sejati”
-------------- %%%%%%%%%%%%% -------------

Sebuah ambulance baru saja sampai di rumah sakit, dan dengan segera beberapa perawat berlari membawa seorang gadis dari dalam ambulance, membawanya secepat mungkin ke ruang UGD untuk memberikan pertolongan dan yang terpenting adalah menolong nyawanya.
“Detak jantungnya terus melemah dokter, kita harus segera mengambil tindakan”
“Baiklah, kita lakukan”
“Dokter, tekanan darahnya juga terus turun. Kita harus cepat dokter”
“Siapkan ruamh operasi”
“Baik”
Ruang UGD yang memang dasarnya selalu sibuk itu kembali semakin sibuk, gadis yang baru datang itu kritis, dia harus segera dioperasi. Kepanikan semakin membuat keluarga gadis itu tidak bisa menahan air matanya, mereka sudah tidak punya kekuatan untuk tetap berdiri dan memaksakan berkata ‘tidak apa-apa, dia akan baik-baik saja’.
-------------- %%%%%%%%%%%%% -------------
Tujuh hari kemudian.
“Jung Jineul Agashi!” seorang perawat sedikit membentak gadis yang berusaha keluar dari kamarnya dan melepas selan infus dari tangannya. Perawat itu sudah dari tadi membujuk gadi bernama Jung Jineul itu untuk tetap berbaring dan memasang kembali selang infusnya, tapi gadis itu benar-benas keras kepala.
“Aku tidak mau! Disini membosankan, dan aku tidak mau!”
“Keundae, kau baru selesai operasi, jadi dengan sangat aku mohon padamu untuk kembali berbaring dan aku akan memasang kembali selang infusnya”
“Shireoyo!”
“Jineul-sshi ... hey Ya! Kau mau kemana?” perawat itu langsung berlari mengejar Jineul yang dengan cepat berlari meninggalkan kamarnya, bahkan larinya terlalu cepat untuk seseorang yang baru selesai operasi.
Seperti biasa, suasana di rumah sakit tidak pernah sepi. Selalu ada banyak orang yang datang dan pergi, entah itu kerena mereka sakit atau menjenguk yang sakit. Dan suasana itu sangat mendukung untuk melarikan diri dari perawat.
“Haha ... Eonnie itu larinya lambat” Jineul tertawa sambil mengatur kembali nafasnya yang masih tidak beraturan karena berlari tadi. Sekarang dia berhasil melarikan diri.
Di balkon ini, begitu tenang. Angin yang berhembus bisa dirasakan dengan segar, pemandangan kota sangat indah dari atas sini. Tapi tetap saja, sebagus apapun itu, tidak akan bisa menjadi sangat bagus jika dilihat dari sebuah balkon rumah sakit.
“Ouh segarnya, disini menyenangkan. Kenapa aku harus selalu berbaring dikamar jika aku bisa melihat keluar seperti ini” Jineul menyandar dipagar balkon, merentangkan kedua tangannya dan tersenyum menghirup udara luar yang sudah seminggu tidak bisa dia rasakan.
“Kau suka tempat ini?”
Tiba-tiba saja sebuah suara yang sedikit besar mengagetkan Jineul, dia langsung berbalik dan melihat seorang pria sedang berjalan menghampirinya.
“Neo, nuguseyo?”
“Aku juga suka tempat ini. Disini selalu tidak banyak orang, dan juga aku bisa melihat jalanan dari atas sini. Ini menyenangkan” pria itu tersenyum, dan juga menyandarkan tubuhnya di pagar balkon.
“Mwo? Memangnya siapa kau ini?”
“Ya! Apa kau tidak bisa melihat pakaianku?” pria itu menunjuk pakaiannya dan kembali menatap Jineul.
“Pakaian kita sama, apa kau juga pasien disini?” Jineul memperhatikan pakaian yang mereka pakai, pakaian rumah sakit.
“Geurae, sejak beberapa hari lalu aku tinggal disini”
“Eoh geurae. Apa kau selalu kesini?”
“Begitulah. Aku selalu kesini jika bosan dengan kamarku, atau aku akan selalu disini seharian sampai perawat memaksaku kembali ke kamar”
“Ah iya, perawat itu memang menyebalkan. Mereka selalu menyuruh berbaring setiap saat, mereka tidak tahu bagaimana rasanya berbaring diam tanpa melakukan apapun”
“Ne, terus berbaring pada akhirnya hanya memperburuk keadaanku”
“Setuju, aku juga sepertimu. Jalan-jalan seperti ini membuatku lebih baik, apalagi menghirup udara segar diluar, bukan hanya udara yang itu-itu saja dikamar pengap. Aah ini menyenangkan” Jineul tersenyum dan merentangkan kedua tangannya lagi, membiarkan rambut hitam panjangnya berantakan tertiup angin.
“Haha ... kyeopta”
“Mwo?” Jineul melirik pria disampingya yang tertawa.
“Anio, aku tidak mengatakan apapun”
“Aish menyebalkan. Sudah jelas kau mengatakan sesuatu tadi ...”
“Anio, aku bilang bukan apa-apa. Eoh lihat itu...” pria itu langsung menunjuk sesuatu dibawah, untuk mengalihkan perhatian sebenarnya.
“Apa?” Jineul mengedarkan kedua matanya melihat jalanan dibawah sana.
“Banyak mobil yang melaju, haha”
“Ya! Kukira apa, menyebalkan”
Mreka tertawa. Walaupun ini adalah pertemuan pertama mereka, tapi ternyata tidak ada kecanggungan sedikitpun. Mereka berdua bisa menjadi sangat akrab dalam sekejap, dan itu menyenangkan. Mempunyai teman yang bisa membuatmu tersenyum di rumah sakit adalah hal yang paling menyenangkan.
“Jineul-sshi ... Jung Jineul!”
“Ommo!” Jineul langsung membulatkan matanya saat berbalik dan melihat dua orang perawat sedang berlari menghampirinya.
“Jineul-sshi, disini kau rupanya. Kenapa berlari secepat itu, membuat kami lelah saja”
“Eonnie, aku tidak memintamu untuk mengejarku”
“Aish. Tentu saja kami harus mengejar pasien yang kabur dari kamarnya, ayo kembali!” kedua perawat itu langsung menggandeng tangan Jineul.
“Aaah ...” tapi tiba-tiba saja Jineul terjatuh.
“Gwaenchana Jineul-sshi?”
“Ani, aku pusing”
“Sudah kubilang untuk tetap berbaring diranjangmu, kenapa malah berlarian kesana kemari dan __ Eoh, bukankah kau pasien kamar 906?” seorang perawat memperhatikan pria yang bersama Jineul.
“Ah ne, dia juga pasien yang selalu kabur dari kamarnya” jawab perawat yang satunya.
“Aissh ternyata kalian mengenalku, Ahjumma?” pria itu hanya tersenyum dan sedikit menjauh dari mereka.
“Ya! Kenapa kau selalu disini dan merepotkan hah?” dan seorang perawat lagi datang menghampiri mereka dengan nafas ternegah-engah.
“Annyeong perawat Choi” pria itu tersenyum dan melambaikan tangannya menyambut perawatnnya datang.
“Eoh, kalian juga disini, perawt Kim dan perawat Han?”
“Ne, Agashi ini kabur dari kamarnya”
“Ah arasseo. Baiklah, sekarang kita akan kembali ke kamar masing-masing. Annyeong perawat Kim, perawat Han, dan Agashi”
“Ne, annyeonghaseyo”
Akhirnya dua perawat dan Jineul pergi dari sana, dan yang tersisa adalah pria itu dan perawatnya sekarang.
“Kenapa tersenyum? Kau juga Tn.Jeon, cepat kembali ke kamarmu sekarang. Ini waktunya aku menyuntikmu” perawat Choi memberikan tatapan laser pada pria itu.
“Ah geurae haha, kajja” mereka berdua juga akhirnya pergi dari sana, kembali ke kamar masing-masing.
------ %%%%% ------
Jung Jineul masih berbaring diranjangnya, dengan musik keras yang dia nyalakan dari ponsel dan sebuah buku cerita ditangannya.
“Annyeong Jineul-ah” seorang wanita masuk dan membawa banyak barang.
“Eomma akhirnya datang juga, aku sangat bosan Eomma!” Jineul langsung merajuk dan melemparkan bukunya, lalu berlari menghambur kepelukan Eommanya.
“Jineul-ah, bukankah Eomma sudah memberikanmu banyak buku untuk kau baca?”
“Tetap saja, itu akan membosankan jika aku terus membaca buku dan berbaring disini”
“Geurae, Eomma mengerti. Keundae Jineul-ah, kau harus bersabar sebentar lagi. Eomma mohon padamu untuk menuggu sebentar lagi, ne?”
“Ani Eomma. Aku sudah tidak suka disini, dari kemarin Eomma selalu bisang sebentar lagi, tapi sampai kapan? Aku masih tetap disini, bahkan selang infus ini masih menusuk tanganku. Aku ingin pulang Eomma, aku hanya ingin dirumah”
Eomma menyimpan semua barang bawaannya dan memeluk putri satu-satunya itu, membelai lembut rambutnya, dan memeluknya sangat erat. Sebenarnya ini juga sangat berat untuknya, bukan hanya Jineul yang tidak suka dengan rumah sakit, tapi Eomma juga tidak suka Jineul terus disana. Tapi mau bagaimana lagi, kondisi Jineul terus menurun dan mereka masih belum menemukan donor hati untuknya.
“Eomma, apa kau menangis?” Jineul berusaha melepaskan pelukan itu, tapi Eomma memeluknya sangat erat.
“Anio, Eomma tidak menangis”
“Eomma mianhae, jangan menangis”
“Jineul-ah, Eomma tahu perasaanmu, tapi bisakah kau tetap disini sebantar lagi sampai Eomma bisa menemukannya untukmu. Eomma ingin kau selalu menjaga dirimu dengan baik, kau harus tetap kuat Jineul-ah”
“Eomma, jangan menangis seperti ini. Mianhae Eomma, aku tidak akan seperti ini lagi, aku akan menunggu dan menjaga tubuhku dengan baik. Jangan menangis Eomma”
“Eomma tidak menangis. Sudah ... ayo kita makan sekarang, Eomma membawakan puding strawbery kesukaanmu” Eomma melepaskan pelukannya dan membuka satu persatu tas yang dibawanya tadi.
“Woah Eomma, kau juga bawa semua ini?” Jineul langsung tersenyum melihat Eomma mengeluarkan PSP, majalah, novel, dan banyak barang lainnya dari dalam tas.
“Geurae, ini semua untuk menghilangkan rasa bosanmu. Kau bisa bermain bersama mereka disini dan tidak akan bosan”
“Ne Eomma, gomawo”
“Eomma sengaja mem__ Jineul-ah hidungmu ...” Eomma langsung mengambil tissue dan menghampiri Jineul.
“Waeyo? Kenapa dengan hidung__  Aaaissh darah lagi” Jineul mengusap hidungnya setelah tahu kalau dia mimisan lagi. Eomma juga membantu membersihkan darah itu.
“Jineul-ah sebentar, Eomma akan memanggil suster” Eomma memberikan tissue pada Jineul dan dia keluar.
“Aku baik-baik saja Eomma!” tapi teriakan Jineul tidak dihiraukan Eomma, dia tetap saja pergi untuk mencari suster.
“Ah kau ini, menyebalkan. Kenapa kau terus seperti ini? Sampai kapan kau akan hidup dalam tubuhku? Sampai kapan kau akan menghancurkan hidupku? Aku membencimu! Kau selalu membuat Eomma menangis” Jineul terus menekan hidungnya untuk menghentikan darahnya keluar lagi. Sebenarnya, dia sudah lelah bicara dengan penyakit dalam tubuhnya, toh penyakit itu tidak bisa mendengarnya dan tetap saja merusak tubuhnya.
Beberapa lama kemudian.
“Eomma ...” Jineul membuka selimut yang menutupi wajahnya dan melirik Eomma yang sedang menata vas bunga disampingnya.
“Wae? Apa kau pusing?”
“Ani. Aku hanya bosan, bolehkah aku keluar?”
“Ani. Diluar tidak baik, udaranya semakin dingin. Lebih baik kau tetap berbaring disana”
“Ini musim dingin, aku ingin melihat saat salju pertama turun”
“Bukankah kau bisa melihat dari jendela?”
“Aku tidak mau. Itu akan sangat menyenangkan jika kita diluar dan bisa merasakan dinginnya salju, bukankah dulu Eomma selalu mengajakku melihat saljut perta turun?”
“Sekarang Eomma tidak lagi suka dengan itu, lebih baik duduk dan membaca buku” Eomma tersenyum dan memberikan sebuah buku pada Jineul.
“Shireo Eomma! Aku tidak ingin membaca buku, aku hanya ingin keluar. Ayolah Eomma biarkan aku keluar dari sini, aku juga tidak akan melepaskan infusanku, Eomma ayolah”
“Tidak boleh” Eomma duduk di sofa dan membaca buku.
“Eomma, ayolah Eomma yang baik biarkan aku keluar sebentar, aku bosan disini terus Eomma! Aku akan lebih baik jika bermain diluar, Eomma kajja!”
“Aigoo. Kau memang keras kepala. Baiklah, kau boleh keluar dengan kursi roda. Tunggu sebenatar, Eomma akan mengambilnya untukmu” Eomma keluar.
“Ah baiklah, kursi roda tidak buruk. Terpenting adalah keluar dari kamar ini!”
Akhirnya Jineul bisa juga keluar dari kamarnya, walaupun dia harus mengenakan jaket tebal, syal, kupluk, dan duduk dikursi roda. Tapi udara diluar lebih baik daripada dikamar. Jineul di taman sekarang, Eomma hanya membawanya ke taman.
“Eomma, kapan Appa akan menjengukku?”
“Ya! Kau ini. Bukankah baru kemarin Appa menjengukmu?”
“Tapi itu satu hari yang lalu Eomma, aku merindukan Appa”
“Sudahlah, Eomma datang juga sudah cukup untukmu. Biarkan Appa bekerja, jangan menganggunya”
“Aissh Eomma ... ayolah suruh Appa kesini”
“Eoh Annyeonghaseyo” seorang pria menghampiri mereka, pria itu tersenyum dan membungkuk memberi salam. Sebenarnya pria itu adalah pria yang bersama Jineul di balkon kemarin.
“Kau? Oh kau yang dibalkon?” Jineul tersenyum dan menunjuk pria itu.
“Ne, annyeonghaseyo”
“Eomma, ini temanku. Dia dan aku bertemu saat kami kabu__mmh haha ... maksudku kami bertemu tidak sengaja waktu itu” Jineul tersenyum dengan perkataannya, hampir saja dia memberi tahu Eomma  kalau dia kabur dari kamarnya.
“Eoh kau teman Jineul?” Eomma tersenyum melihat pria itu.
“Annyeonghaseyo Ahjumma”
“Siapa nam__” Drrrt drrrt dan ponsel Eomma bergetar, memberi tahu kalau ada telfon masuk untuknya. “Ah maaf, sepertinya Eomma harus pergi sebentar”
“Ne Ahjumma, silahkan”
Eomma mengangkat telfon itu dan berjalan beberapa langkah menjauh dari mereka.
“Hey, sejak kapan aku menjadi temanmu, Agashi?” pria itu duduk dikursi disamping Jineul.
“Ah itu, bukankah kita sudah ngobrol waktu itu, kenapa kau sombong sekali?”
“Ani, bukan begitu. Aku hanya tidak ingat kalau kita pernah berkenalan dan menjadi teman”
“Eoh aku lupa, kita bahkan belum berkenalan waktu itu. Kenalkan, aku Jung Jineul, pasien kamar 899” Jineul mengulurkan tangannya dan tersenyum.
“Dan aku adalah pasien kamar 906, Jeon Wonwoo. Senang berkenalan denganmu”
“Jineul-ah, sepertinya Eomma harus pulang sekarang. Ahjumma dirumah ada sedikit masalah, jadi tidak apa-apa jika Eomma pulang?” Eomma kembali menghampiri mereka dengan ekspresi sedikit bingung.
“Ne, Eomma pulanglah. Aku akan baik-baik saja disini”
“Ahjumma, biar aku saja yang mengantar Jineul ke kamarnya”
“Eoh begitu, baiklah terima kasih. Kalau begitu Eomma pergi sekarang, annyeong”
“Ne annyeonghaseyo Ahjumma”
Akhirnya Eomma pergi dengan cepat, sepertinya urusan dirumah sedikit serius sampai membuat ekspresinya seperti itu. Tapi tidak apa-apa, semuanya akan baik-baik saja.
“Jineul-sshi, sepertinya kemarin kau masih berlari, kenapa sekarang kau duduk disini?” pria bernama Wonwoo itu menunjuk kursi roda yang diduduki Jineul.
“Eomma memaksaku untuk memakainya jika aku ingin keluar, jadi terpaksa aku harus memakainya. Bukankah ini tidak buruk?”
“Tentu saja, kursi roda bukan sesuatu yang buruk. Dulu aku juga selalu memakainya, bahkan sekarangpun aku kadang memakainya untuk keluar”
“Keundae, Wonsoo-sshi, apa boleh aku bertanya padamu?”
“Tentang apa?” Wonwoo menatap Jineul.
“Sudah berapa lama kau disini?”
Wonwoo sedikit mengerutkan keningnya, dia tersenyum dan kembali menatap Jineul sebelum menjawap pertanyaan itu. “Entahlah, mungkin hampir dua minggu”
“Eoh, aku sudah seminggu disini”
“Kenapa kau bisa masuk hotel aneh ini?”
“Hotel aneh?” Jineul mengernyitkan alisnya menatap Wonwoo.
“Yah, hotel aneh. Aku tidak mau menyebut nama tempat ini, jadi aku menyebutnya hotel yang membosankan dan aneh. Wae?”
“Ani, aku hanya tidak mengerti kenapa ini bisa disebut hotel. Tapi sudahlah, itu tidak penting kita mau menyebut tempat membosankan ini apa ... haha benar?”
“Yups, just right. Dan hey ... kau belum menjawab pertanyaanku tadi”
“Aku tidak ingat kenapa aku kesini, saat aku terbangun, aku sudah berada disini dan mereka bilang aku sudah operasi. Tapi sayangnya operasi itu sama sekali tidak berguna, aku masih tetap seperti ini. Menyebalkan!”
“Kau sakit apa?”
“Molla. Hanya saja aku tahu kalau sesuatu hidup dalam tubuhku sejak aku lima tahun, dan sampai sekarang dia terus membuatku sakit. Dia tidak pernah membiarkan aku seperti anak-anak lain, dia hanya menyakitiku dan sangat menyebalkan”
“Arasseo, aku juga punya sesuatu dalam tubuhku. Dia membuatku terus datang ke hotel ini, bahkan dia juga mengambil teman-temanku”
“Apa maksudmu?”
“Anio. Maksudku adalah kapan salju akan turun? Aku selalu menunggu salju pertama di musim dingin turun, itu menyenangkan”
“Ah geurae, aku juga menyukainya. Saat hari pertama salju turun, maka hari itu semua kebohongan akan dimaafkan”
“Ya! Bukankah itu hanya perkataan dalam drama?”
“Anio, bukan hanya dalam drama, tapi itu juga ada dalam kehidupan nyata. Apa kau tidak tahu hal semacam itu hah?”
“Aku tidak percaya sesuatu seperti itu”
“Lalu kenapa kau menyukai hari pertama salju turun?”
“Karena saat itu aku merasa kalau aku akan tetap kuat untuk melihat salju turun ditahun berikutnya, tahun berikutnya lagi, dan seterusnya”
“Aah dasar kau ini!”
“Ya! Kenapa kau tertawa?”
“Anio” Jineul menutup wajahnya dengan syal, tapi masih tetap terdengar kalau dia sedang tertawa disana.
“Jung Jineul, berapa umurmu sekarang?”
“Wae? Kenapa bertanya itu?”
“Jawab saja!”
“Aku lahir 19 Februari 1999, jadi ehmm umurku sekitar ... 16 tahun. Waeyo?” Jineul membuka syalnya dan menatap Wonwoo yang terlihat serius sedang menghitung sesuatu.
“Dan aku lahir 17 Juli 1996, umurku 19 tahun sekarang, dan itu berarti aku lebih tua darimu”
“Geurae, lalu apa?”
“Mulai sekarang jangan sembarangan mentertawakan aku seperti tadi, dan juga jangan berteriak padaku seperti tadi. Kau harus menghormati orang yang lebih tua darimu”
“Aissh kukira apa, baiklah Sunbaeniem”
“Sunbae? Aku bukan siapa-siapa mu kenapa kau panggi aku Sunbae?”
“Lalu harus apa? Bagaimana aku memanggilmu hah? Apa Wonwoo saja, atau apa?”
“Emmh ... karena aku lebih tua, jadi mungkin kau ... kau bisa memanggilku Oppa. Aku akan menjadi Oppamu selama di hotel ini, eottae?”
“Oppa? Baiklah, aku setuju. Wonwoo Oppa ... haha”
Setelah tahu nama masing-masing, mereka semakin akrab. Banyak membicarkan ini dan itu, berbagi cerita tentang kehidupan mereka, dan lainnya. Hubungan mereka menyenangkan.
------ %%%%% ------
Udara semakin dingin karena salju sudah semakin banyak turun, perlahan menutupi semuanya, membuat pemandangan menjadi berwarna putih. Dimana-mana hanya ada salju, semua pohon atap rumah ditutupi salju.
Tapi semua itu sama sekali tidak menganggu kegiatan di rumah sakit. Dokter dan perawat masih memeriksa yang sakit, berusaha menolong dan menyembuhkan mereka. Begitu juga dengan semua pasein, mereka tidak kehilangan satu persen-pun semangat mereka untuk kembali sehat. Mereka selalu tersenyum dan yakin kalau mereka bisa bertahan, mereka bisa mengalahkan penyakit itu, dan kembali tertawa bahagia seperti dulu. Semuanya akan sehat, semoga.
Sekarang, Jineul dan Wonwoo masih duduk tangga darurat dan menikmati beberapa snak. Mereka berhasil mendapatkan snak itu setelah diam-diam lari dari perawat, dan membelinya. Menyenangkan.
“Oppa, apa kau punya pacar atau teman wanita selain aku?”
“Ani” Wonwoo menggelengkan kepalanya dan tersenyum, lalu kembali memenuhi mulutnya dengan snak yang dimakannya.
“Wae? Apa Oppa tidak suka wanita tau karena tidak ada wanita yang mendekatimu?”
“Dulu aku hanya memiliki beberapa teman, dan kami akan kemoterapi bersama. Kami selalu tertawa bersama walaupun sama-sama sakit saat saat itu, tapi kami senang bisa bersama. Sampai perlahan, satu persatu dari mereka pergi. Dan sejak itu aku tidak punya teman lagi, lalu kau datang dan mengaku menjadi temanku”
“Ouh Oppa, tega sekali kau bicara seperti itu. Bagaimana kau masih mengingat hal itu, sudah kubilang kalau waktu itu aku mengira kau mau menjadi temanku”
“Baiklah, aku bercanda”
“Lalu, kenapa kau tidak mencari teman lagi? Yeojachingu misalnya...”
“Entahlah, mungkin kau benar juga. Tidak ada yang mendekatiku, jadi aku tidak punya teman. Dan aku tidak ingin mempunyai teman”
“Waeyo?” Jineul meneguk minumannya lalu merebut snak dari tangan Wonwoo.
“Karena aku tidak mau membuat hubungan dengan siapapun, mungkin itu hanya membuang waktu saja. Lagi pula, walaupun tidak punya teman, aku masih bisa bermain seperti biasa”
“Aih benar, Oppa benar sekali. Kita masih bisa bermain dan tersenyum walaupun tidak punya teman. Karena aku juga sama, sejak dulu tidak ada yang mau bermain denganku. Mereka selalu menganggap kalau aku lemah dan merepotkan”
“Mungkin mereka benar, kau memang selalu merepotkan”
“Ya! Oppa sama saja dengan mereka, menyebalkan”
“Ish. Sudah kubilang, jangan berteriak seperti itu padaku!”
“Terserah, jika aku mau berteriak maka aku akan berteriak, kenapa kau melarangku?”
“Karena kau berteriak padaku, mungkin jika kau berteriak pada orang lain maka aku tidak akan melarangmu. Babo”
“Aissh menyebalkan. Sudahlah, aku tidak ingin snak ini. Aku akan kembali ke kamarku, ini” Jineul memberikan snak itu kembali pada Wonwoo, dia beranjak dan menaiki anak tangga.
“Eoh ... ini lagi ... kenapa harus selalu datang?” Wonwoo menutup hidungnya, dia memakai lengan bajunya untuk menghapus darah yang keluar dari hidungnya.
“Oh Oppa ... aku__ nado?” Jineul berbalik setelah menyadari kalau dia mimisan lagi, tapi dia melihat Wonwoo juga sedang menutup hidungnya. Dan akhirnya mereka tertawa.
“Kenapa seperti ini?” Wonwoo naik mendekati Jineul.
“Mereka keluar bersamaan, apa makdusnya ini?”
“Ini artinya, kita harus segera kembali ke kamar masing-masing sebelum ada perawat yang datang dan menusuk kita dengan jarum suntik”
“Ah geurae, kita harus cepat kembali”
“Dan mendapat tusukan sakit dari jarum suntik lagi”
Akhirnya karena mereka seperti itu, mereka harus kembali ke kamar masing-masing. Kembali berbaring dan istirahat, menunggu perawat memberikan obat untuk membuat mereka sedikit bertenaga kembali. Walaupun semua itu menyakitkan, tapi tidak ada cara lain untuk tetap tersenyum.
Malam ini, salju tidak turun. Karena mungkin langit juga butuh istirahat untuk menurunkan saljunya. Tidak ada bintang dilangit, yang ada hanya langit gelap dan dingin.
“Aku masih tetap seperti ini, tidak ada yang menjadi lebih baik dalam tubuhku, hanya semakin memburuk. Appa, mianhae”
“Anio, kau tidak harus minta maaf, ini bukan salahmu. Semua ini sudah menjadi cerita dalam skenario Tuhan”
“Tapi aku selalu saja membuat Appa sedih, aku bahkan tidak menemanimu dirumah”
“Gwaenchana, Appa baik-baik saja. Seharusnya aku yang minta maaf padamu, aku tidak bisa menjadi Appa yang baik untukmu, Appa yang menjagamu dengan baik, mianhae”
“Tidak Appa, kau sudah banyak membantuku” Wonwoo memegang tangan Ayahnya yang sedikit gemetar.
“Maafkan aku tidak bisa membuatmu lebih baik, aku hanya bisa seperti ini”
“Appa, berhenti seperti itu. Aku akan kembali sehat dan membuang penyakit sangat jauh, setelah itu aku akan hidup bahagia dengan Appa. Geurae?”
“Ne, cepatlah sembuh dan kita akan hidup bersama dengan baik” Appa memeluk Wonwoo.
“Ah sudahlah, kenapa kita menangis seperti ini. Bukankah Appa selalu mengatakan kalau seorang laki-laki tidak boleh menangis?”
“Geurae, kita tidak boleh seperti ini. Tersenyumlah ...”
“Hahahaha ....” Wonwoo tertawa sangat kencang, menghapus air matanya dan membentangkan kedua tangannya merasakan hembusan angin malam yang dingin.
“Eoh, siapa itu?” saat berbalik, Appa melihat Jineul yang datang bersama perawat Han.
“Jineul-sshi?” Wonwoo ikut berbalik.
“Annyeonghaseyo” Jineul tersenyum.
“Appa, dia temanku” Wonwoo langsung menuntun ayahnya untuk berkenalan dengan Jung Jineul.
“Annyeong, aku ayahnya Wonwoo”
“Annyeonghaseyo Ahjusshi, Jineul imnida. Maaf jika sudah mengganggu, tadinya aku kira tidak ada siapapun disini, jeosonghamnida”
“Anio, kita hanya sedang mengobrol. Kau bergabunglah”
“Ne, gamsahamnida”
“Appa, dia ini sangat kuat. Dia sering menjadi teman kaburku disini, dia hebat Appa”
“Jinjja? Eoh Jineul-sshi, kenapa kau ikut kabur seperti Wonwoo? Itu tidak baik untukmu”
“Anio Ahjusshi, aku hanya pernah beberapa kali mengikutinya”
“Ya andwae, kau selalu mengikutiku pergi. Kau bahkan lebih bisa melarikan diri dengan baik daripada aku disini”
“Eoh kalian bicaralah berdua, Appa akan menunggu dikamarmu”
“Ne, aku juga akan menunggumu disana” perawat Han menunjuk kursi yang tidak jauh dari balkon itu.
“Appa waeyo?”
“Tidak apa-apa, kalian bicaralah” akhirnya Wonwoo Appa dan perawat Han pergi meninggalkan mereka berdua dibalkon itu.
“Eoh, mereka aneh sekali”
“Mungkin karena kita selalu berdua, jadi mereka__”
“Ya Jung Jineul! Apa kau berfikir aneh-aneh?” Wonwoo langsung mengacak rambut Jineul.
“Anio, aku tidak berfikir apa-apa. Aku hanya bilang kalau mereka menyuruh kita berdua, memangnya apa yang kau fikirkan tentang aku?”
“Mwo? An-anio, aku juga tidak berfikir aneh-aneh” Wonwoo berbalik dan menggaruk kepalanya.
“Oppa, baru kali ini aku bertemu dengan Ayahmu”
“Karena Ayahku selalu berkerja, jadi dia hanya bisa mengunjungiku malam setelah dia selesai bekerja”
“Oppa dan Ahjusshi juga menyukai tempat ini?”
“Geurae, kami selalu bicara disini dan memandang langit. Melihat bintang, dan juga ... melihat Ibuku dilangit sana”
“Memangnya kenapa dengan Ibumu?”
“Eomma meninggal saat melahirkanku. Itu kadang membuatku merasa bersalah sudah membuat Eomma pergi karena aku”
“Ani Oppa, itu bukan karenamu. Itu hanya cerita dari skenario Tuhan”
“Ya! itu perkataan Ayahku, mana boleh kau menjiplak?”
“Mian, aku hanya mendengarnya sedikit tadi”
“Eoh, kenapa kau disana? Bukankah kau selalu ingin berlarian sendiri” Wonwoo menunjuk kursi roda yang dipakai Jineul.
“Kakiku tidak mau bergerak, aku jadi tidak bisa berdiri. Dan terpaksa, aku harus memakai ini”
“Sebenarnya mau apa kau kesini?”
“Aku hanya ingin melihat bintang, tapi sepertinya tidak satupun bintang muncul dilangit sekarang. Aku bosan dikamar dan membaca buku terus”
“Tentu saja, aku tahu itu sangat bosan. Aku juga bosan terus berbaring dikamar. Dan eoh, kau juga memakai ini haha ... Sepertinya kau benar sakit?” Wonwoo tertawa dan memainkan infusan Jineul.
“Aku juga terpaksa memakai ini, aku terlalu lelah hari ini” Jineul tersenyum hambar.
“Tadinya aku juga harus memakai itu, tapi aku terus berlari dan kabur hahaha”
“Oppa, mungkin kau juga harus memakai ini”
“Ah tidak mau, itu menyakitkan saat tanganku ditusuk jarumnya”
“Baiklah, terserah kau saja. Oh disini dingin sekali, sebaiknya aku kembali ke kamar. Aku pergi dulu, annyeong” Jineul menepuk perut Wonwoo dan melambai pada perawat Han untuk kembali mengantarnya ke kamar.
“Annyeong Jung Jineul. Kita akan berlari besok ditaman, jadi cepatlah gerakkan kakimu!” Wonwoo sedikit berteriak dan melambaikan tangannya pada Jineul yang sudah jauh didepannya.
“Arasseo” jawab Jineul juga sedikit berteriak.
“Kita akan men__ ouh ow perutku ...” Wonwoo terjatuh dan kembali menutup hidungnya yang mimisan. “Dowajuseyo ... dowajuseyo, baega apayo jebal ...”
Tidak lama, beberapa perawat datang dan membawanya kembali kekamarnya. Mungkin ini karena Wonwoo terus berlari dan tidak mau di infus, itu kekanakan sekali memang, tapi juga menyakitkan.
------ %%%%% ------
Tok tok tok
Wonwoo tersenyum saat melihat Jineul datang, dan dia masih di kursi roda jadi ditemani Perawat Han.
“Kita sudah sampai” perawat Han berhenti mendorong kursi roda Jineul setelah dia berada dihadapan ranjang Wonwoo.
“Eonnie, gomawoyo”
“Ne, cheonmayeo. Kalau begitu aku pergi dulu, kalau kau mau pergi, bisa panggil aku”
“Ne Eonnie gomawo” Jineul tersenyum pada perawat Han yang pergi meninggalkan mereka.
“Daebak!” Wonwoo bertepuk tangan dan tersenyum pada Jineul.
“Waeyo?”
“Kau bisa memanggil perawatmu Eonnie, bahkan aku juga tidak bisa memanggil perawat Choi dengan sebutan Noona. Benar-benar hebat kau ini”
“Itu karena kau selalu membuat perawat Choi kesal, jadi dia tidak suka denganmu”
“Mungkin karena aku tidak terlalu tampan”
“Yah, itu benar juga. Eoh Oppa, lihat dirimu, kemarin kau yang bersemangat dan berteriak kalau kita akan berlari ditaman, tapi sekarang kau berbaring seperti ini?”
“Aissh itu, keunyang ... diluar terlalu dingin dan saljunya tebal, lebih baik berbaring dibawah selimut hangat. Kau juga seharusnya dikamarmu, kenapa memaksa kesini dengan kursi itu?”
“Aah ini, yah aku juga masih belum bisa membawa kdua kakiku berjalan”
“Kalau begitu kenapa tidak tetap berbaring diranjangmu dan membaca buku, bukankah kau suka novel romance?”
“Aigoo. Oppa bahkan di infus sekarang, tidak usah bercanda, aku tahu kau sedang sakit. Aku hanya ingin melihatmu”
“Melihatku? Ah mian, gwansim eobseoyo”
“Ya! Apa maksudmu? Aku hanya ingin melihat Oppa karena perawat Han bilang semalam Oppa sakit, jangan berfikir aneh-aneh padaku. Menyebalkan. Jalgayo!” Jineul akhirnya keluar dari kamar Wonwoo dengan menggerakan kursi roda itu sendiri.
“Ya! Eodiga? Jineul-sshi ... Jung Jineul? Aissh benar-benar anak itu” sementara Wonwoo hanya tersenyum kecil.
“Eoh Jineul-sshi, kenapa tidak memanggilku jika kau sudah selesai?” perawat Han langsung menghampiri Jineul yang keluar dari kamar Wonwoo sendirian.
“Anio Eonnie, aku sudah bisa sendiri”
“Keundae, kau masih tidak boleh seperti ini. Apa kau sudah selesai?”
“Ne, sepertinya Wonwoo Oppa harus banyak istirahat”
“Geuraeso, jadi kita kembali ke kamarmu sekarang. Baiklah biar aku yang mendorongmu” perawat Han mendorong kursi roda Jineul dan kembali ke kamarnya.
“Gomawo Eonnie” Jineul tersenyum dan merapikan selimutnya setelah perawat Han membantunya berbaring ke tempat tidur.
“Ne. Eoh Jineul-sshi, sekarang kau harus banyak istirahat, jangan terlalu sering keluar karena udara semakin dingin diluar. Kondisimu juga tidak terlalu baik, jadi aku mohon untuk istirahat dengan baik ne?”
“Ne, aku akan melakukannya dengan baik dan cepat sembuh”
Beberapa lama kemudian, perawat Han pergi meninggalkan Jineul kembali sendirian dikamarnya. Kembali berbaring diranjang dan sendirian, walau itu membosankan, tapi tidak ada yang bisa dilakukan. Jineul sudah semakin menyadari kalau tubuhnya perlahan kehilangan kekuatan dan terus melemah.
------ %%%%% ------
“Eoh Oppa ...” Jineul mempercepat langkah kakinya saat melihat Wonwoo keluar dari kamarnya bersama perawat Choi.
“Aissh anak ini” Wonwoo tersenyum melihat Jineul menghampirinya.
“Annyeong perawat Choi”
“Annyeong Jineul-sshi. Apa kau sudah lebih baik? Kelihatannya kau senang sekali”
“Ne, aku sudah bisa berlari lagi sekarang. Dan Oppa, kau juga sudah bisa keluar sekarang?”
“Geurae, aku dan Noona akan pergi ke balkon” Wonwoo sedikit tersenyum melirik perawat Choi yang langsung memberinya ekspresi aneh.
“Noona?” Jineul tersenyum melihat perawat Choi dipanggil Noona oleh Wonwoo.
“Wonwoo-sshi, sudah kubilang jangan memanggilku seperti itu”
“Ne, mianhae Noona”
“Jeon Wonwoo!” perawat Choi benar-benar tidak suka dengan itu.
“Aissh mian, mianhae perawat Choi”
“Perawat Choi, bolehkah aku saja yang membawa Wonwoo Oppa kebalkon itu?”
“Benar kau tidak apa-apa?”
“Ne, aku sudah sehat sekarang. Boleh yah?”
“Baiklah, tapi jika ada apa-apa kau harus segera panggil aku atau perawat yang lain”
“Ne, algaseumnida” akhirnya Jineul yang mendorong kursi roda Wonwoo ke balkon tempat kesukaan mereka.
Setelah hari begitu cepat berganti, banyak sekali yang terjadi.
“Oppa, sepertinya salju yang kau katakan bisa membawa kekuatan itu, tidak berhasil untukku”
“Wae?”
“Aku merasa kalau dia semakin kuat merusak tubuhku, aku tidak tahu apa aku bisa bertahan sampai winter berakhir tahun ini”
“Ya! Apa yang kau katakan?”
“Anio” Jineul tersenyum menatap Wonwoo yang sudah memasang tatapan laser padanya karena perkataan tadi.
“Jineul-sshi, apapun yang terjadi kau harus tetap berlari, kau harus melewati winter untuk musim semi dan musim lainnya. Bagaimanapun tubuhmu sekarang, walaupun kekuatanmu terus menghilang, jangan pernah buat hatimu untuk menyerah, kau akan tetap kuat untuk membuat akhir yang bahagia. Arasseo?”
“Gomawo Oppa”
“Jineul-sshi ...”
“Mmh waeyo?”
“Karena kau sudah bisa berlari lagi, jadi tunggu aku sebentar”
“Untuk apa menunggumu?”
“Aish Ya! Bukankah sudah kubilang kalau kita akan berlari ditaman? Jadi kau harus menungguku sebentar, aku akan segera berlari lagi sepertimu”
“Geurae, aku akan menunggu ...”
“Jineul-sshi gwaenchana?”
Jineul menyandarkan tubuhnya dipagar balkon, tapi dia masih tersenyum dan melihat Wonwoo disampingnya. “Aku hanya sedikit pusing, ah tidak .. aku hanya mual”
“Mual? Eoh apa kau sedang ...” Wonwoo sengaja menggantung kalimatnya dan tersenyum menatap Jineul.
“Ya! Mana mungkin aku hamil, jika itu yang kau fikirkan maka itu salah besar. Menyebalkan!”
“Arasseo, aku hanya ingin membuatmu marah. Sepertinya aku menyukaimu jika kau marah seperti tadi, terlihat sangat manis”
“Mwo? Apa sekarang kau sedang menggodaku Tn.Jeon?”
“Anio”
“Oppa aku__ ohok ohok ...” Jineul langsung menutup mulutnya saat darah keluar bersamaan dengan batuknya. Ini menyebalkan.
“Ya! Jineul-sshi gwaenchana?”
“Gwaenchana Oppa ...”
“Darah? Ka-kau berdarah ...” dan Wonwoo juga melihat tetesan darah yang keluar dari hidungnya.
“Kau juga berdarah Oppa ... Babo!” Jineul teresenyum dengan sangat lemah.
“Gwaenchana. Keundae Jineul-sshi, aku bodoh jika bertanya ‘apa kau baik-baik saja’ padamu, karena aku tahu kalau kau tidak baik-baik saja sekarang. Mianhae ...”
Bugh-
Wonwoo melihat Jineul jatuh dihadapannya, dan sayangnya dia tidak bisa melakukan apapun untuknya. Wonwoo hanya bisa melihat Jineul pingsan begitu saja, karena dia juga sedang tidak baik-baik saja sekarang.
------ %%%%% ------
Dua hari kemudian.
Siang ini, dihari yang bersalju ini, cuaca cerah dan terasa sedikit hangat, walaupun itu hanya sedikit saja. Tapi setidaknya, burung-burung bisa keluar dari sarangnya dan mencari makan dengan tenang jika tidak hujan salju.
Begitu juga dengan semua tenaga teknis kesehatan, mereka bisa menjalankan pekerjaan mereka dengan baik saat perasaan mereka juga baik. Walaupun sebenarnya tidak ada kata perasaan untuk mereka, semuanya harus tetap bekerja jika itu menyangkut nyawa seseorang. Sangat melelahkan memang, tapi itu adalah sebuah pengabdian yang luar biasa saat bisa menyelamatkan nyawa seseorang.
Dua hari ini banyak sekali yang terjadi pada semua orang, termasuk Jeon Wonwoo dan Jung Jineul yang masih berusaha untuk tetap tersenyum.
Sekarang mereka tidak di balkon itu, mereka sedang tersenyum melihat langit ditaman. Duduk di kursi roda masing-masing dengan selang infus yang masih tetap bersama mereka.
“Oppa, gwaenchana?”
“Ne, gewaenchana”
“Lalu kapan kita bisa berlari ditaman ini? Aku selalu menunggu untuk itu, aku berharap kita masih bersama sampai musim semi datang dan kita berlari ditaman, entah itu taman hotel ini atau taman lain yang lebih menyenangkan”
“Ouh harapanmu itu, kenapa terus ingin bersamaku? Kau menyukaiku?”
“Mwo?” Jineul langsung membulatkan matanya menatap Wonwoo yang hanya terkekeh sendiri.
“Bercanda” Wonwoo mencubit pipi Jineul.
“Are you kidding me?”
“Yes” Wonwoo mengangguk dan tersenyum, sangat manis.
“Keundae Oppa, mianhae. Aku tidak merasakan apapun sekarang, jadi cubitanmu tidak berarti untukku sekarang”
“Eoh apa wajahmu kehilangan rasa?”
“Geuarae, karena obat. Tapi setidaknya aku masih bisa tersenyum untukmu”
“Woah lihat, kau mengatakan ‘untukku’ lagi, apa kau benar-benar menyukaiku?”
“Ani ani anio Oppa!” Jineul memalingkan wajahnya dari Wonwoo yang terus mentertawakannya karena itu.
#Kemudian hening. Untuk sesaat, mereka hanya diam dan tidak saling berbicara.
“Oppa ...”
“Waeyo?”
“Se-sebenarnya ... aku sudah menemukan donor hati untukku, dan dokter akan melakukan operasi lusa”
“Geurae? Ouw daebak. Itu bagus sekali Jung Jineul. Dan kau ingin tahu sesuatu tentangku?”
“Mwoya?”
“Aku juga akan operasi lusa”
“Jinjja?”
“Ne. Jadi mungkin kita tidak akan bisa bertemu, bukankah banyak sekali yang harus dilakukan sebelum operasi? Aah aku selalu memikirkanmu, mungkin kau akan sangat merindukanmu ...”
“Aissh ya! Dasar Jeon Wonwoo menyebalkan!”
Dan suasana menjadi hening lagi, mereka kembali diam. Entah karena cuaca menjadi dingin kembali atau karena mereka kehabisan kata-kata untuk diucapkan, mereka jadi lebih banyak diam dan tidak seperti biasanya.
“Jineul-sshi, boleh aku katakan sesuatu padamu?”
“Tentu saja, aku akan mendengarkanmu walaupun kau mengerjaiku sekalipun”
“Aku tidak yakin jika harus mengatakan ini padamu, tapi sepertinya aku harus memberitahumu sebelum kita tidak lagi banyak bertemu. Dan ini sedikit memalukan ...”
“Apa itu? Cepat katakan saja”
“Aku menyukaimu”
Kedua manik mata mereka bertemu, saling menatap dan merasakan ketulusan dari itu. Dan untuk kesekian kalinya, suasana kembali hening. Mereka diam.
Mungkin mereka seperti itu sekarang karena sebenarnya mereka tahu apa yang akan terjadi pada dirinya masing-masing setelah ini, mereka sadar akan semua kemungkinan yang bisa terjadi padanya.
“Jeongmal? Aish jinja, lihat sebenarnya siapa yang menyukai siapa disini?” Jineul langsung tersenyum untuk menyairkan suasana yang hampit ikut membeku dengan salju.
“Ouh geurae, mian”
“Jadi apa Oppa benar-benar menyukaiku?”
“Ah sudahlah lupakan itu”
“Anio, tidak apa-apa jika Oppa menyukaiku. Aku juga menyukai Oppa”
“Jinjja?”
“Ne. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan bagaimana senangnya mempunyai teman yang bisa berbagi cerita, aku tidak tahu rasanya ada teman yang tersenyum disampingku, dan setelah aku bertemu denganmu, aku merasakan semuanya. Oppa membuatku tersenyum, selalu meyakinkanku untuk tetap kuat, dan Oppa selalu membuatku marah. Aku menyukaimu” Jineul tersenyum menatap Wonwoo.
“Jineul-sshi, apapun yang terjadi kau harus tetap tersenyum untukku. Kau harus melewati semua musim dan tahun dengan penuh senyuman, walaupun seperti apa kehidupanmu nanti. Aku ingin kau bahagia dengan hidupmu”
“Tentu saja, aku akan selalu tersenyum untukmu Oppa”
“Ini mungkin terlalu memaksa, tapi apa kau bisa berdiri?”
“Aku bisa, bahkan aku juga bisa berlari. Kenapa?”
“Bukankah kita akan berlari ditaman ini?”
“Ah iya, beberapa hari hanya berbaring diranjang membuat ingatanku terganggu. Tentu saja kita akan berlari disini ...”
Perlahan mereka berdiri, melepas jarum infus dari tangan mereka, dan berjalan beberapa langkah.
“Apa yang kalian lakukan? Ayo kembali duduk dan pasang infusannya” perawat Han yang dari tadi hanya mengamati mereka dari belakang, sekarang dengan cepat menghampiri mereka.
“Perawat Han, aku mohon untuk kali ini saja biarkan kami seperti ini”
“Tidak bisa, kalian tidak bisa untuk berlari. Jadi ayo kembali duduk dan kita akan pasang infusannya lagi”
“Eonnnie, aku mohon satu kali saja. Aku tidak tahu apakah ini akan bisa terjadi jika menunggu lagi, jadi aku mohon biarkan kami seperti ini ... aku mohon”
Perawat Han juga manusia yang memiliki hati, dia bisa merasakan keinginan mereka sangat kuat. Dia juga melihat air mata Jineul, dan air mata yang Wonwoo sembunyikan dimatanya.
“Baiklah, hanya sebentar”
“Gomawo” mereka berdua tersenyum.
Wonwoo mengandeng tangan Jineul, dia tersenyum menatapnya. “Jineul-sshi, maafkan aku melakukan ini. Tapi setidaknya ini akan menjadi kenangan terbaik di hotel ini nanti, jangan pernah lupakan aku”
“Ne, aku akan selalu mengingat ini. Aku tidak akan pernah melupakan Jeon Wonwoo yang menyukaiku, aku tidak akan pernah berhenti tersenyum untuk melewati hari, musim dan tahun. Selamanya kau akan menjadi milikku, dan aku akan tersenyum untukmu”
Mereka tersenyum. Wonwoo mempererat genggaman tangannya dan mulai menarik Jineul untuk berlari. Mereka berlari. Pada akhirnya mereka berdua berlari di taman ini, dengan senyuman yang bahagia.
“Jineul-sshi, terima kasih sudah memberikan senyuman untukku. Saranghae”
“Wonwoo Oppa, terima kasih sudah membuatku tersenyum. Saranghae”
Mereka masih berlari walaupun kaki mereka tidak lagi cepat membawa mereka berlari, walalupun mereka menyadari darah yang keluar dari hidung mereka, walaupun mereka tahu ini tidak baik.
Bugh. Mereka berdua terjatuh, tapi masih tetap tersenyum dan berpegangan tangan.
“Terima kasih, Jineul-sshi ...”
“Oppa, saranghae ...”
Perawat Han dan beberapa perawat yang lainya langsung berlari menghampiri mereka yang perlahan menutup matanya.
Ini yang terjadi, tapi mereka tersenyum sebelum menutup mata. Mereka juga berlari ditaman ini dengan senyuman.
------ %%%%% ------
Tiga hari kemudian.
Perlahan kedua mata itu terbuka, melihat Eomma dan Appa yang selalu disampingnya. Sebuah senyuman kecil kembali terlihat diwajah itu.
“Jineul-ah, gwaenchana?”
“Gwaenchana Eomma, Appa”
“Syukurlah, kami selalu disini untuk menunggu membuka mata. Eomma sangat khawatir”
“Aku baik-baik saja”
“Jineul-ah, sekarang kau sudah kembali. Kau harus mulai hidup baru sebagai Jung Jineul yang tidak akan pernah menginap di hotel aneh ini lagi”
“Ne, Appa”
Kekhawatiran mereka sekarang berakhir, Jineul berhasil melewati masa kritisnya setelah operasi transplantasi hati.
“Eomma, lalu bagaimana dengan Wonwoo oppa? Apa operasinya berhasil?”
“Jineul-ah, se-sebenarnya Wonwoo tidak di operasi”
“Tidak Operasi? Jadi apa dia baik-baik saja?”
“Jeon Wonwoo tidak pernah ada jadwal untuk operasi, dia berbohong padamu. Dia hanya tidak ingin membuatmu sedih ...”
“Apa maksud Eomma?”
“Dokter tidak bisa menolongnya, Wonwoo meninggal tiga hari lalu ...”
“Mwo?” kedua mata sayu Jineul langsung membulat. Dia tidak percaya dengan yang dikatakan Eomma, ini tidak mungkin karena Wonwoo bilang akan operasi dan sembuh seperti dirinya.
“Jineul-ah gwaenchana?”
“Eomma, Wonwoo Oppa tidak mungkin meninggal. Kita berdua akan tetap kuat untuk melewati winter ini bersama, jadi bagaimana bisa dia meninggal dan begitu saja pergi dariku?”
“Jineul-sshi, kau harus ikhlas kalau Wonwoo sudah__”
“Ani Eomma! Wonwoo Oppa tidak pernah pergi, dia selalu bersamaku ... sampai kapanpun”
Sayangnya, berita bahagia Jineul yang berhasil dengan operasi ini harus dibuka dengan kepergian Wonwoo. Tapi itulah yang terjadi, tidak bisa dirubah dan ditolak.
Dalam setiap kehidupan, selalu ada rahasia Tuhan. Dalam setiap pertemuan, selalu ada perpisahan. Dan dalam setiap tawa, selalu ada tangisan.
“Wonwoo Oppa, aku tidak akan menangis karena aku akan tetap kuat apapun yang terjadi. Aku akan tetap tersenyum untukmu dimanapun kau berada, aku akan tetap kuat untuk melewati semuanya. Aku harus tetap tersenyum melewati winter ini, musim lainnya dan tahun lainnya. Aku akan menjadi Jung Jineul yang sangat kuat seperti yang Oppa katakan. Maafkan aku karena tidak bisa selalu bersamamu. Annyeong Oppa ...”
Pada akhirnya, hanya senyuman yang terlihat. Sama sekali tidak ada air mata dan tangisan diakhir cerita ini.
TamaT.
-------------- %%%%%%%%%%%%% -------------

Yodongsaeng eottae?
Puas tidak puas, kau harus tetap menghargai kalau ini dibuat untuk memenuhi permintaanmu. Jadi kau harus tetap mengatakan kalau ini tidak buruk, arasseo?

Dan aaah, aku tidak tahu bagaimana perasaan kalian membaca cerita ini. Jika mungkin ada yang merasa kalau ini adalah cerita sedih yang gagal, maka itu salah. Karena cerita ini dibuat bukan sebagai cerita sedih, jadi yah memang tidak akan sedih.
Sudahlah, terserah kalian mau mengatakan apapun pada cerita ini. Aku sebagai author, hanya bisa mengatakan Terima kasih banyak sudah bersedia meluangkan waktu untuk membaca ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR