Tittle:
Beautiful Red Snowflake
Genre: Drama ||
Rate: 15 || Length: Oneshot
Main cast: Kaizaki
Shikaku | Kim Taehyung | Min Yoongi
Author: Cifcif
Rakayzi
======= =======
=======
Oke, begini, sedikit
penjelasan tentang cerita ini.
Pertama, sebenarnya, FF
ini sudah di tulis tanggal 20 Februari 2017 dengan cast Min Yoongi, Park Jimin,
dan Kaizaki Shikaku. Namun, karena beberapa alasan, khususnya karena sebuah
foto Suga dan V yang tiba-tiba banyak di bicarakan, maka Author menulis kembali
FF ini dengan perubahan cast. Park Jimin yang diganti menjadi Kim Taehyung. Dan
karena itu, Author sangat mohon maaf pada cast aslinya, Park Jimin.
Kedua, FF ini adalah FF
chapter yang masih dalam proses. Tapi, karena beberapa alasan, Author putuskan
untuk meringkas inti cerita ini dan mengeluarkannya sebelum cerita yang
sebenarnya selesai. Mungkin itu aneh dan tidak penting, tapi tetap saja ini
penjelasan yang harus diketahui sebelum membaca ceritanya. Dan juga, karena
beberapa alasan itu, Author tidak tahu kapan cerita chapternya akan selesai.
Jadi mohon pengertiannya jika cerita ini tidak bisa dimengerti dan aneh.
Terima kasih.
=======
======= =======
======= ======= =======
Ini adalah cerita
tentang dua laki-laki yang sudah ditakdirkan untuk bersama. Terlepas dari genre
apa cerita itu, mereka tetap tidak akan bisa melawan takdir mereka dalam
cerita. Walaupun darah sering kali menetes, lebam yang lama menghias tubuhnya, dan air mata yang sesekali
menerobos keluar, hubungan mereka tidak akan berakhir dengan akhir seperti yang
mereka inginkan.
Dan aku, kedatanganku
tanpa sadar menerobos masuk dalam cerita mereka. Menambah warna abu-abu
diantara hitam dan putih itu. Yang harus aku akui, itu karena kebodohanku. Yang
begitu saja menganggap kalau masuknya aku, bukanlah kesalahan. Walaupun akhir
cerita mereka sudah ditentukan sebelum aku membuka mata, tetap saja, cerita itu
rusak dengan bertambahnya warna dariku. Tapi, aku tidak menyesal. Setidaknya,
warna abu-abu milikku bisa membuat senyuman mereka ikut mewarnai cerita hitam
dan putihnya.
***
Ini belum enam bulan
sejak kepindahanku ke sekolah ini, dan juga, belum lama pula aku mengenal kedua
laki-laki itu. Tapi rasanya, seolah aku sudah mengenal mereka lebih dari diriku
sendiri. Entah darimana aku dapatkan perasaan seperti itu.
***
Aku menghela nafas
lega. Saat aku membuka pintu, mereka berdua ada disana. Aku menemukannya. Tapi
tetap saja, aku tidak bisa menahan gemetar kedua kakiku. Setengah alasannya
karena aku berlari datang kesini, dan setengah lainnya, karena melihat mereka
yang sudah setengah hancur karena perkelahian. Ah.. aku datang terlambat.
Walaupun ini bukan
pertama kalinya, tapi perkelahian ini berbeda. Mereka sudah menghilangkan
batasannya, seolah mereka tidak akan berhenti sampai salah satu dari mereka
behenti bernafas.
Dan aku, aku tidak tahu
harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan. Perkelahian itu harus dihentikan.
Bahkan jika perkelahian itu adalah akhir untuk mengakhiri cerita ini, tetap
saja perkelahian itu harus dihentikan.
“Sudah cukup!
Hentikan!”
Teriakkan itu begitu
saja lepas dari bibirku, tanpa kendali dariku. Aku menahan nafasku dalam,
berharap mereka berhenti. Tapi yang aku lihat, mereka hanya menahan pukulannya
karena teriakkanku.
Mereka kembali. Dan
bibirku kembali berteriak. Tetap saja, seberapa keras aku berteriak, mereka
tidak mendengarku. Bahkan mereka tidak peduli dengan darah yang menetes dari
beberapa luka di tubuh mereka, dan lebam yang semakin banyak. Mereka masih
tidak mau berhenti.
“Min Yoongi, Kim
Taehyung, sudah hentikan!”
Aku menjerit semampuku,
bahkan rasanya seperti menghabiskan semua oksigen dari paru-paruku. Aku hanya
ingin mereka berhenti.
Hela nafasnya masih
menderu, tangannya gemetar, tapi tatapan tajam itu belum terputus, mereka masih
saling mengikat satu sama lain. Mereka masih tidak mau berhenti.
Kim Taehyung
menjatuhkan tongkat besi dari genggamannya, menarik dalam nafasnya perlahan.
Luka yang didapatnya tidak jauh berbeda dari luka yang dia berikan pada Min
Yoongi.
“Kenapa kau
menyembunyikannya?” Taehyung masih mengatur deru nafasnya, menahan kepalan
tangannya untuk kembali memukul laki-laki di hadapannya.
“Aku selalu
mengatakannya padamu. Aku bukan pembunuhnya. Dan juga... aku tidak
menyembunyikan apapun darimu.” Min Yoongi melepas seragamnya, menggunakan itu
untuk menekan luka robek di sisi perutnya.
“Empat tahun aku
berusaha membunuhmu, dan sekarang rasanya itu sia-sia. Aku menghabiskan waktuku
denganmu yang tidak berguna.”
“Selama itu pula aku
ratusan kali mengatakannya padamu, kalau aku bukan pembunuhnya.”
“Brengsek! Lalu kenapa
tidak kau katakan siapa pembunuhnya?”
“Entahlah. Saat itu,
aku terlalu banyak berpikir, tentangmu,”
“Tentangku?”
Tidak ada jawaban lagi,
mereka berdua diam. Aku ingin berlari menghampiri mereka, mengusap luka-luka
itu dan memeluknya. Tapi, itu tidak bisa. Aku tidak boleh mengganggu mereka
lagi, bukankah sudah cukup aku datang dan berteriak menghentikan mereka.
Tatapan itu terlepas.
Mereka memotong ikatan dalam tatapan itu. Yah, sekarang mereka sibuk menahan
perih dan nyeri dari luka mereka. Sepertinya otak mereka baru mengirim
pemberitahuan rasa sakit sekarang.
“Aku pikir kau tidak
akan percaya jika aku katakan yang sebenarnya, dan juga kau akan kehilangan
dirimu jika tahu lebih cepat.”
“Cih. Dasar bodoh! Kau
sebut itu memikirkan tentangku? Membuatku terus menahan kebencian padamu, dan
selalu memikirkan cara membunuhmu. Apa maksudmu?”
“Setidaknya, itu lebih
baik untukmu.”
“Lagi-lagi untukku?
Brengsek!”
“Tentu saja. Aku akan
melakukan apapun, karena kau adalah temanku_”
Taehyung memukul Yoongi
dengan kepalan tangannya, membuat Yoongi tersungkur. Dia terus memukul secepat
dia bisa, sekuat dia bisa. Dan sesuatu muncul bersama pukulannya kali ini, air
mata. Dia menangis.
Yoongi tersenyum, tidak
peduli bagaimana keadaan dengan pukulan Taehyung padanya. Laki-laki itu menangis
di hadapannya.
“Taehyung-ah, kau
selalu bangga dan percaya padanya, dan kau sangat menyayanginya, jadi mana
mungkin aku mengatakan kalau pembunuhnya adalah Ayahmu,”
“Dan kau senang sudah
melakukan itu untukku? Apa kau senang sudah membuatku gila dengan kebencianku
padamu?”
“Yah... harus kuakui,
aku harus minta maaf karena keegoisanku,”
“Bagaimana kau pikir
itu hanya keegoisanmu?”
“Taehyung-ah, tidak
apa-apa. Selama ini aku bisa menahannya karena bersamamu.”
“Bodoh!”
Pukulan itu berhenti,
tidak, akhirnya perkelahian itu berhenti. Tanpa ada salah satu yang harus
pergi. Itulah teman. Mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Tanpa sadar, air mataku
keluar begitu saja. Aku menangis. Dan aku ingin menangis sebanyak aku bisa.
Rasanya bahagia. Sekarang, kami bisa bernafas lega. Perkelahian itu sudah
selesai.
-Fin-
Oke, terima kasih sudah
bersedia membacanya. Dan sekarang, sedikit penjelasan lagi. Ini tentang judul
ceritanya. ‘Beautiful Red in the Snowflake’ ... aku mengambil judulnya dari
anime berjudul ‘K-Project’. Dan yah,
ceritanya juga plagiat dari anime itu, walaupun sedikit berbeda. Jadi maaf
karena tidak mengatakannya di awal, kalau FF ini hasil plagiat. Benar-benar
minta maaf.
Oke, kembali ke
judulnya. Untuk arti dari judulnya, aku juga kurang mengerti. Hanya saja, itu
yang terpikir saat melihat akhir cerita ‘K-Project’.
Warna merah yang indah, dimalam bersalju. Emh .. yang sudah pernah nonton
animenya, mungkin akan mengerti.
Jadi pembaca sekalian,
sekali lagi terima kasih sudah bersedia membaca Ff plagiat ini. Semoga
bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar