Pada suatu sore disuatu
hari, aku yang merasa kesal melihat seseorang hanya duduk manis sementara terus
menyuruh orang untuk melakukan yang dia inginkan, dan tiba-tiba ide itu muncul.
Aku duduk di salah satu
anak tangga, berpandangan dengan Han Yunchi dan membayangkan kalau tiba-tiba
Koo Junhoe datang untuk menciumku, woaaah daebak!
Ide-ide lain terus
bermunculan untuk mengembangkan cerita absurd ini. Kita terus bicara kesana
kemari tentang itu, membicarakan alur dan benang merah cerita yang mungkin bisa
menjadi sebuah FF ini.
Dan pada akhirnya,
Jjang!! Kita berdua setuju untuk membuat obrolan itu menjadi cerita. Berharap
bisa diterima dengan baik dan tidak mengecewakan. Walaupun tentu saja saya
selaku penulis ini sangat menyadari kalau ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Jadi, saya ucapkan
terima kasih atas partisipasinya membaca ini. Selamat membaca.
Ah iya lupa, juga
terima kasih pada Han Yunchi yang berfikir tentang ciuman itu untuk pertama
kalinya. Kita berdua memang benar-benar gila dengan cerita ini, benarkan
Yunchi-ya?
-
--
Tittle : Blank
Genre : ?
Rate : 15
Length : Oneshot
Author : Cifcif Rakayzi // Han Yunchi
Disclaimer : ide cerita milik kami, cast milik Tuhan
Main cast : Kim Jinhwan // Koo Junhoe // Kim
Yujin
--
-
Kedua mata wanita itu
membulat, menatap pria yang membuatnya terkunci antara dinding dan kedua
tangannya. Detak jantungpun mulai tidak normal, seiring semakin dekatnya jarak
antara mereka. Hembusan nafas pria itu terasa hangat menabrak wajahnya,
membuatnya dengan susah payah menelan ludah.
“Ju-junhoe-ya....”
“Mwo?” pria dengan alis
tebal itu sedikit tersenyum, perlahan merapatkan tubuh mereka. Bergerak semakin
dekat.
“A-apa yang kau
lakukan?” wanita itu berhenti menatap kedua manik pria yang membuatnya sangat
tegang sekarang, dia sedikit memalingkan wajahnya ke samping. Menghindarinya.
“Saranghae”
“Mwo?” wanita itu
kembali menatap Junhoe saat pria itu berbisik sesuatu padanya. Dia masih
mempertahankan smirk mematikannya, membuat wanita itu semakin tidak bisa
menahan debaran jantungnya yang kacau.
“Aku mencintaimu, Kim
Jihyun”
Dan sedetik kemudian,
pria bernama Junhoe itu menggerakan tangannya menarik tengkuk wanita itu,
mempertemukan bibir mereka perlahan. Mata keduanya sudah tertutup, menahan
nafasnya untuk sedikit mereda debaran kacau jantungnya sekarang.
Bugh. Bugh bugh.
“Oppa?” jerit wanita
itu saat tiba-tiba seorang pria yang sangat dia kenal datang dan memukul
Junhoe, membuatnya tersungkur dengan sedikit darah di ujung bibirnya.
“Ya! Apa yang kau
lakukan hah?”
Pria yang sedikit lebih
pendek dari Junhoe itu, kembali menyentuh wajah Junhoe dengan kepalan
tangannya. Menarik kerah bajunya dan terus memukul tanpa memberikan kesempatan
pria itu untuk bernafas.
“Oppa, ada apa?
Hentikan!” Han Yunchi kembali berteriak, masih mematung di tempatnya berdiri
karena kejadian itu. Dia belum berani melangkah untuk menghentikan kakaknya.
“Nu-nugu?” Junhoe
menahan perih dan nyeri di beberapa bagian wajahnya karena pukulan pria itu,
pria yang tiba-tiba datang entah dari mana, dan memukulnya tanpa sebab.
“Kau, apa yang kau
lakukan pada Jihyun?”
“A-aku hanya...”
“Oppa! Jinhwan Oppa
wae? Apa yang kau lakukan?” akhirnya, wanita itu menarik tangan kakaknya yang
sudah bersiap untuk memukul Junhoe lagi.
“Jinhyun-ah, apa yang
kau lakukan dengan bajingan ini?” kali ini, pria bernama Jinhwan itu beralih
menatap wanita yang masih menahan tangannya.
“A-apa? Sebenarnya apa
yang Oppa katakan? Kenapa tiba-tiba memukul Junhoe?”
“Junhoe?” Jinhwan
tersenyum hambar, melirik kembali pria yang masih dia tahan kerah bajunya. “Yah
benar, Koo Junhoe. Aku tidak pernah ingin bertemu lagi denganmu, tapi anehnya,
aku ternyata masih mengingat namamu. Dasar brengsek!” Jinhwan melepaskan
cengkraman tangannya dari kerah Junhoe, mendorong pria itu menjauh.
“Sebenarnya, kau siapa?”
Junhoe menatap pria itu, menuntut penjelasan atas apa yang dia lakukan padanya.
Seingatnya, mereka sama tidak pernah bertemu, apalagi saling mengenal.
“Siapa? Kau tanya siapa
aku?” Jinhwan melepaskan genggaman tangan Jihyun darinya, sedikit melangkah kembali
mendekati Junhoe. Menatapnya penuh kebencian. “Aku adalah suami dari wanita
yang sudah kau bunuh!”
Sontak, Koo Junhoe dan
Kim Jihyun membatu saat mendengar teriakan Jinhwan. Pembunuh? Koo Junhoe
membulatkan matanya, sama sekali tidak mengerti kenapa pria itu menuduhnya
sebagai pembunuh, yang bahkan dia juga tidak tahu siapa istri pria itu.
Sementara Jihyun juga masih membisu karena teriakan itu.
“A-apa maksudnya itu?
Apa... ak-aku membunuh istrimu?” Junhoe perlahan melangkah mundur, menjauhi
pria itu. Dia benar-benar tidak mengerti maksudnya.
“Kau lupa? Koo Junhoe,
apa kau sengaja melupakan kenyataan bahwa kaulah yang menyebabkan istriku
meninggal. Kau membunuhnya! Kau membunuh istriku, brengsek!” Jinhwan kembali
berteriak frustasi. Bayangan tentang kecelakaan itu, tentang istrinya, semuanya
kembali menari-nari dalam fikirannya.
“Andwae! Maldo andwae!
A-aku bukan pembunuh...”
“Aku bahkan hampir gila
karenamu, kau menghancurkan hidupku. Kau membuat istriku dan bayi dalam
kandungannya pergi meninggalkanku, dasar pembunuh! Brengsek!”
“Oppa... a-apa maksudmu
Junhoe pembunuh Yunchi Eonnie?”
“Kim Jihyun! Aku
mati-matian membangun hidupku kembali dan melupakan orang ini, memilih tidak
melakukan apapun padanya walaupun rasanya aku ingin sekali menabraknya sampai
mati. Dan kau, sekarang kau malah bersama pria yang sudah membunuh kakak
iparmu,”
Titik demi titik, air
mata Jinhyun berjatuhan. Walaupun dia sama sekali tidak mengerti dengan cerita
ini, tapi mendengar itu semua, membuatnya benar-benar tidak bisa bernafas
rasanya. Apa maksudnya itu.
“Tidak. Tidak mungkin
Junhoe melakukannya, Oppa pasti salah__”
“Ya! Mulai sekarang
tinggalkan dia, jangan pernah bertemu lagi dengan pembunuh itu. Karena mungkin
aku tidak akan bisa menahan emosiku lebih kuat jika bertemu dengan pria itu
lagi, kajja!” Jinhwan menarik paksa tangan Jihyun, tidak peduli kalau adiknya
berteriak dan berontak, Jinhwan tetap membawa pergi wanita itu. Meninggalkan
Koo Junhoe yang masih berdiri disana dengan fikirannya.
***
Kim Jihyun sedikit
tersenyum, mengangguk pelan meng’benar’kan pilihannya untuk menjenguk pria yang
beberapa hari ini menghilang dari pandangannya. Koo Junhoe menghilang sejak
pertemua tiba-tiba itu. Dia bahkan meninggalkan kuliahnya yang sedang sibuk
menyiapkan tugas akhir.
Jihyun masih duduk di
sofa empuk itu, menunggu orang yang dia tunngu datang. Pelayan Jung bilang
kalau Junhoe hanya mengurung dirinya dikamar, tidak mau mengatakan apapun. Yah
mungkin Jinhwan sudah membuatnya shock.
Pelayan Jung kembali
dengan seorang pria tinggi di belakangnya, akhirnya Junhoe datang. Jihyun
langsung mengulas senyum melihatnya. Memar di wajah Junhoe masih sedikit
terlihat, tapi sepertinya itu tidak parah.
“Kalau begitu, saya
tinggalkan kalian,”
“Ne Ahjumma,
gamsahamnida” Jihyun sedikit membungkook saat pelayan Jung pergi, lalu kembali
duduk di sofa itu.
Entah kenapa,
keheningan menjadi satu-satunya yang terdengar sekarang. Mereka mengatakan
apapun, dan bahkan tidak saling tatap. Sampai akhirnya, Jihyun membuka suara.
Membuat kedatangannya kesini, tidak sia-sia.
“Junhoe-ya,”
Manik Junhoe bergerak, sekilas
melirik Jihyun dan kemudian kembali berpaling. Menghindari tatapan hangat yang
dia rindukan, karena beberapa hari ini mereka menjadi terlalu jauh.
“Mianhae...”
Junhoe tersentak, dia
langsung menatap wanita itu lekat. “Ji-Jihyun-ah sungguh, aku sama sekali tidak
membunuh mereka! Aku bahkan tidak ingat apapun tentang kakak iparmu,”
“Arraseo, aku sudah
mendengar semuanya dari Ketua pelayanmu”
“Mianhae Jihyun-ah.
A-aku bahkan hidup seperti ini sementara aku sudah melupakan kalau aku adalah
seorang pembunuh...”
“Aniya Junhoe-ya, kau
sama sekali bukan pembunuh. Itu adalah kecelakaan, bukan kesalahanmu”
“Tapi, aku satu-satunya
yang ada sementara mereka pergi__”
“Junhoe-ya hajima!”
Jinhyun beranjak dan dengan cepat memeluk Junhoe, menenangkan pria itu yang
terlihat sangat shock dengan cerita ini.
“Junhoe-ya, aku
mencintaimu, dan aku tidak bisa menyalahkanmu sekalipun kau memang melakukan
sesuatu. Aku mencintaimu Koo Junhoe”
“Andwae! Kau tidak
boleh bersama pembunuh sepertiku,”
“Kau bukan pembunuh.
Ayo jelaskan ini pada Jinhwan Oppa,” Jihyun semakin mengeratkan pelukannya.
***
“Kim Jihyun!” Jinhwan
langsung beranjak dari meja kerjanya saat melihat Jihyun datang bersama pria
itu. “Sudah aku katakan, jangan pernah temui pria ini lagi! Jangan pernah
bersama pembunuh, Jihyun-ah”
“Tapi Koo Junhoe bukan
pembunuh” Jihyun menggenggam erat tangan Junhoe, berjalan menghampiri Jinhwan
dengan yakin.
“Ya! Jelas-jelas dia
yang membuat kakak iparmu dan calon keponakanmu meninggal, apa yang kau katakan
kalau dia bukan pembunuh?”
“Oppa, itu kecelakaan,
sama sekali bukan kesalahan Junhoe. Yunchi Eonnie yang menabrak mobil Junhoe
lebih dul__”
“Kim Jihyun!”
Jihyun semakin
mengeratkan genggamannya saat Jinhwan berteriak. Rasanya Jihyun akan menyakiti
kakaknya karena melakukan ini, tapi ini adalah sesuatu yang salah jika tidak
dibenarkan. Kim Jinhwan harus berhenti menyalahkan Junhoe untuk semua itu.
“Oppa, saat itu,
setahun yang lalu, kecelakaannya memang terjadi karena Yunchi Eonnie menabrak
mobil Ayah Junhoe. Sama sekali bukan kesalahan Junhoe!”
“Ya! Apa kau gila Kim
Jihyun? Kenapa kau lebih membela pembunuh itu daripada__”
“Sudah kubilang kalau
Junhoe bukan pembunuh! Berhenti mengatakan itu Oppa!” bersamaan dengan jeritan
Jihyun, air matanya kembali berjatuhan. Dia harus tetap menjelaskan ini.
“Andwae Jihyun-ah, aku
memang pantas disalahkan untuk semua ini” Junhoe melepaskan tangan Jihyun
darinya, mendudukkan dirinya dilantai dan memohon pada Jinhwan. “Maafkan aku
untuk semuanya, maaf karena aku hidup dalam kesedihan yang kalian alami selama
ini, maafkan aku...”
“Ani, Koo Junhoe
bangunlah!”
“Ini salahku Jihyun-ah”
“Yah, ini memang
salahnya. Dia salah karena menjadi satu-satunya yang hidup sementara istri dan
calon anakku meninggal!” Jinhwan kembali berteriak, mengacak rambutnya menahan
emosi.
“Oppa, aku mohon
berhentilah menyalahkan Junhoe yang bahkan tidak salah. Junhoe juga menderita,
dia kehilangan kedua orang tuanya karena kecelakaan itu. Dan dia sendiri, dia
koma hampir tiga bulan. Junhoe kehilangan semua ingatannya dan hidup sendirian,
tanpa tahu apa yang terjadi pada orang tuanya. Aku mohon Oppa, Junhoe tidak
salah apapun. Dia tidak pantas Oppa sebut pembunuh...”
“Aku tidak akan peduli
dengannya, dia hanya bajingan yang me__”
“Keumanhae Oppa! Jebal
keumanhae!” Jihyun menarik tangan Junhoe, membantunya berdiri. Dia kembali
menggenggam tangan itu lebih erat. “Aku mencintainya Oppa,”
“Andwae! Kau tidak bisa
bersamanya karena aku akan membunuhnya, Kim Jihyun!”
“Oppa, sadarlah! Aku
mohon berhentilah, Yunchi Eonnie pasti sangat sedih jika melihat kalau suaminya
seperti ini. Dan aku yakin kalau Yunchi Eonnie sama sekali tidak ingin
mendengar Oppa menyalahkan Junhoe untuk semua ini...”
“Jihyun-ah, aku sangat
mencintainya, aku mencintai istriku...” kali ini suara Jinhwan melembut, tidak
lagi ada bentakan seperti tadi.
“Aku mohon Oppa,
berhentilah membuat Eonnie sedih dengan seperti ini. Oppa hanya membuat
semuanya kacau. Menyalahkan Junhoe tidak akan pernah bisa membuat mereka hidup
kembali, mereka sudah pergi”
“Yunchi
meninggalkanku...”
“Oppa, Koo Junhoe juga
korban disini. Dia hampir tidak bisa membuka matanya lagi, dan dia sendirian.
Koo Junhoe juga menderita disini, Oppa! Jadi berhentilah menyalahkannya,”
“Andwae”
“Kalau begitu, maaf
karena tidak bisa mendengarkan perintahmu. Aku akan tetap bersama Junhoe,
karena aku mencintainya”
“Jadi.... dia bukan
pembunuhnya?” Jinhwan perlahan melangkah menghampiri mereka, menatap manik
Junhoe. Fikirannya tidak beraturan sekarang, dia tidak tahu bagaimana. Atau
mungkin, Jihyun benar. Koo Junhoe bukan pembunuh istrinya.
-fin-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar