Baiklah, sekarang
kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan
pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf
di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang
memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan
Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya
selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam
cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog
ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.
-
--
Tittle : Surfling
Genre : School life, Romance
Length : Chapter
Author : Cifa Rakay
Cast : Han Yunchi // Kim Jinhwan //
Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-
Satu persatu orang
berdatangan, hanya untuk memberikan penghormatan terakhir. Ratusan kalimat bela
sungkawapun membajiri, entah itu tulus dari hati mereka ataupun hanya mencari
sensasi. Mengingat, Komisaris Kim adalah orang yang berpengaruh untuk kelanjutan
hidup sebagian orang disana.
Keluarganya masih
berdiri disana, menemani para pelayat yang ingin memberikan doa terakhir untuk
pria yang meninggal karena serangan jantung itu. Sebenarnya ini tidak begitu
mengejutkan, Komisaris Kim memang sudah lama sakit dan terus memburuk dengan
keadaannya. Maklum, dia sudah tua. Sudah terlalu banyak asam manis yang dia
rasakan.
“Kami turut berduka
cita. Beliau adalah orang yang hebat semasa hidupnya, banyak sekali hal baik
yang Beliau lakukan” Ny.Ji sedikit berbincang setelah selesai berdoa, dia juga
tidak ingin ketinggalan memperlihatkan simpatinya pada keluarga calon besannya.
“Terima kasih. Walaupun
Beliau adalah Ayah yang keras, tapi bagi kami dia adalah sosok Ayah terbaik”
Bla bla bla.
Entahlah, Kim Jinhwan
tidak terlalu ingin mendengarkan itu. Mungkin juga dia adalah cucuk yang bisa
disebut sedikit ‘kurang ajar’ karena sama sekali tidak sedih dengan kepergian
Kakeknya, Jinhwan bahkan tidak merasa kalau dia adalah cucuk dari pria tua yang
ikut andil membuatnya hidupnya menderita. Komisaris Kim tidak jauh berbeda
dengan orang tuanya.
Sekarang ini kedua
manik Jinhwan masih mengunci tatapannya pada yeoja yang berdiri dibelakang
tunangannya, siapa lagi jika bukan Han Yunchi. Jinhwan memperhatikan setiap
gerakan kecil yang dibuat yeoja itu, sebisa mungkin menahan kaki dan tangannya
untuk tidak melangkah dan menarik yeoja itu pergi dari sini.
Begitu juga dengan
namja abs yang berdiri disamping Jinhwan, dia sama-sama memperhatikan yeoja
berambut panjang itu. Menatap kedua matanya yang seperti tidak bosan menatap
lantai, menatap wajahnya yang sedari tadi hanya dia tundukkan, menatap bibir
tipisnya yang tidak mengatakan sepatah katapun sejak kedatangannya.
Han Yunchi mendongak
saat mendengar derap langkah, dia sedikit menarik nafasnya dalam, seolah
menyiapkan diri untuk bertemu dengan namja yang ditunggunya.
“Ommo! Sedang apa kau?
Mengagetkanku saja” Jinhwan memegang dadanya, menahan jantungnya tidak
meloncat.
“Aku turut berduka cita
untuk Kakekmu” ucapnya pelan. Yunchi hanya menunduk, dia tidak berani
mempertemukan matanya dengan mata namja itu. Terlalu beresiko. Haha.
“Jadi kau menungguku
keluar dari kamar mandi, hanya untuk mengatakan itu?”
“A-an-nio... Aku hanya
kebetulan lewat sini dan melihatmu” tanpa sadar Yunchi malah menggerakan
matanya menatap Jinhwan, menggelengkan kepalanya pelan. ‘Apa terlihat jelas jika aku memang menunggunya?’ Han Yunchi hanya
merutuki dirinya sendiri karena terlalu bodoh, melakukan hal semacam ini.
“Tapi bagaimana bisa
kau melihatku? Aku ada dikamar mandi yang terhalang tembok, Yunchi-ya. Apa kau
mengintipku?” Jinhwan tersenyum dengan nada menggoda. Apapun yang dikatakan
Yunchi, dia tahu kalau yeoja itu hanya sengaja berdiri disana untuk
menunggunya. Dan itu sangat menyenangkan rasanya.
“Te-tentu saja tidak!
Sudah kubilang, aku hanya kebetulan lewat” Yunchi membulatkan matanya
menyangkal tuduhan Kim Jinhwan, dan tanpa sadar malah membuat namja
dihadapannya semakin melebarkan senyumannya.
“Baiklah, aku percaya.
Terima kasih”
“Aku harus pergi, tapi
ini untukmu” Yunchi menyodorkan sebuah plester kecil bergambar kodok hijau dari
sakunya, memberikan itu pada Jinhwan.
“Ini untuk apa?”
“Pakai itu untuk luka
diwajahmu, dan jangan berkelahi lagi” ucapnya lagi setelah plester itu
berpindah tangan. Lalu dengan langkah seribu, Yunchi pergi meninggalkan Jinhwan
yang masih tidak bisa menghentikan senyumannya.
“Gomawo Yunchi-ya”
Jinhwan berteriak sambil melambaikan tangannya sebelum yeoja itu benar-benar
menghilang dibalik dinding. ‘Aku tahu
kalau kau masih mencintaiku, Yunchi-ya’ Jinhwan menatap plester bergambar
kodok hijau itu, plester yang sangat dia sukai sejak kecil.
“Dari mana saja kau?
Berita bagus menunggumu” bisik Wonho pada Jinhwan yang duduk disampingnya, dan
baru bergabung bersama mereka.
“Waeyo?” Jinhwan hanya
menjawab dengan gerakan bibirnya tanpa suara, tapi untungnya namja abs
disampingnya itu mengerti.
“Baiklah kalau begitu,
pertunangannya akan dilakukan setelah penyerahan jabatan” ucap Tn.Kim
memberikan kesepakatan dalam pembicaraan mereka. Membuat namja bertahi lalat
itu sedikit mengernyit, merasa kalau Ayahnya mengikut sertakan dirinya dalam
pembicaraan itu. Mengingat siapa lagi yang akan bertunangan diantara mereka
selain dirinya.
“Kita juga harus
memberi tahu Presdir Ji tentang ini, tapi kurasa mereka tidak akan keberatan”
Jinhwan semakin
mengkerutkan keningnya setelah Ibunya juga membuka suara. ‘Apa pergi ketoilet sebentar sudah membuatnya ketinggalan berita begitu
banyak? Kenapa semua orang membicarakan hal aneh seperti ini?’. Jinhwan
hanya bisa menatap Wonho untuk mencari tahu apa yang terjadi disini, tapi
saudaranya itu hanya menggeleng yang entah apa artinya.
“Appa, ada apa dengan
pertunangannya?” akhirnya Jinhwan yang tidak bisa menahan rasa penasaran itu,
membuka suara dan bertanya pada Ayahnya.
“Ada sedikit masalah
dengan perusahaan karena pembagian saham, jadi kita harus segera membuat
Presdir Ji menandatangani kontrak kerja samanya. Dan itu berarti pertunanganmu
dipercepat”
“Mwo?” sedikit harapan
kalau pertunangannya dibatalkan, akhirnya pupus sudah. Pertunangan bodoh itu
malah datang lebih cepat padanya sekarang. “Kenapa harus pertunanganku?”
“Itu akan membantu
kita, Presdir Ji akan membantu perusahaan kita jika sudah menandatangani
kontraknya” jawab Tn.Kim enteng, seolah tidak memperdulikan bagaimana perasaan
anaknya yang sama sekali menolak perjodohan ini.
“Seminggu lagi
penyerahan jabatan Komisaris untuk Ayahmu, dan setelahnya adalah pertunanganmu”
Perkataan Ny.Kim juga
semakin menghilangkan harapan Jinhwan untuk sedikit berharap kalau
pertunangannya bisa dibatalkan, nampaknya itu sudah tidak bisa dia hindari.
Jinhwan hanya bisa menatap wajah orang tuanya dan juga tantenya yang seakan
ikut meng-iya-kan.
Apa-apaan ini?
***
Han Yunchi berhenti
melangkahkan kaki, menoleh kebelakang dan melihat seorang namja yang tersenyum
lebar padanya. Sedetik kemudian dia merasa lega, ternyata bukan orang jahat
yang mengikutinya.
“Han Yunchi
annyeong...” ucap Wonho masih dengan senyuman lebarnya, sedikit berlari untuk
berdiri disamping Yunchi dan berjalan mengikuti langkah yeoja itu.
“Aku kira yang
mengikutiku dari tadi adalah orang jahat, aku tadinyaakan memukulmu dengan ini” Yunchi menunjuk tas
punggungnya pada Wonho. Jika saja itu adalah benar orang jahat, maka Yunchi
tidak akan segan memukulnya dengan tas yang berisi buku-buku tebalnya.
“Oh jinjja? Apa kau
tega memukul namja tampan sepertiku?” Wonho bersikap seolah mengeluarkan eye
smilenya pada yeoja itu, yang hanya terkekeh melihat hal mengerikan itu.
“Tentu saja tidak, jika
aku tahu itu Oppa”
“Aih kau semakin cantik
jika tersenyum seperti itu,” Wonho menghentikan langkahnya, tersenyum lebar
menatap yeoja yang juga ikut menghentikan langkahnya, hanya menatapnya bingung.
“Itu benar Yunchi, kenapa menatapku seperti tidak percaya?”
“Aah ne, gamsahamnida”
Yunchi menyampirkan rambutnya kebelakang telinga, tersenyum malu mendengar
pujian itu. Wonho adalah namja kedua yang menyebutnya cantik, dan tentu saja
yang pertama adalah Kim Jinhwan. Namja yang dulu setiap hari memujinya cantik.
“Tapi, kenapa Oppa ada
disini? Bukankah sekolahmu berada jauh dari sini?” Yunchi kembali membuka
bibirnya setelah menyadari kalau mereka sedang berjalan menuju sekolahnya, dan
dia juga baru sadar kalau Wonho kenapa tiba-tiba bisa ada disini sekarang.
“Aku hanya jalan-jalan
sebelum sekolah” jawabnya asal.
“Oppa, aku turut
berduka cita untuk kakekmu” Yunchi berusaha mengatakan itu selembut mungkin,
tidak ingin membuat Wonho merasa sedih, mengingat dia baru saja ditinggalkan
Kakeknya.
“Gomawo. Tapi aku tidak
begitu memikirkannya, mungkin ini lebih baik”
“Ne?”
“Harabeoji itu
menyebalkan, dia selalu mengatur hidupku semaunya. Jadi setelah dia pergi,
mungkin sedikit pagar besi dalam hidupku berkurang...” Wonho tersenyum senang.
Mungkin ini tidak sopan, tapi begitulah yang dirasakan namja itu sekarang. Dia
tidak ingin berbohong kalau kepergian Komisaris Kim, membuatnya senang.
“Ahaha sudahlah, jangan
terlalu memikirkan ucapanku. Hey Yunchi-ya, tidak baik membicarakan orang yang
sudah meninggal. Iya kan?” namja sipit itu kembali bicara asal untuk mencairkan
suasana, karena Yunchi hanya menatapnya tidak mengerti. Mungkin juga sekarang
ini yeoja itu menganggapnya cucu yang buruk, tapi itu tidak penting.
“Ah ne” Yunchi
tersenyum hambar.
“Emh Yunchi, boleh aku
bertanya?”
“Tentu saja, apa itu?”
“Apa hubunganmu dengan
Ji Eundong?”
“Kami saudara. Ibuku
adalah adik Ayahnya, jadi aku dan Eundong adalah sepupu. Seperti Oppa dengan
Kim Jinhwan”
“Ah iya, Kim Jinhwan.
Kadang aku lupa kalau namja pendek itu adalah sepupuku, tapi tahi lalat dan senyuman
imutnya tidak buruk untuk menjadi sepupuku. Kadang juga aku menyukainya...
haha”
“Aku tidak mengerti,”
Yunchi tersenyum malu. Yang dikatakan Wonho itu memang sedikit tidak jelas,
entah maksudnya dia tidak mau menjadi sepupu Jinhwan atau dia menyukai Jinhwan?
“Oh maaf kalau begitu,
aku memang sedikit aneh. Jadi Han Yunchi, apa kau mau menjadi pacarku?”
Yunchi membulatkan
matanya, menatap namja yang tersenyum menunggu jawaban dihadapannya. Mungkin
ini terlalu cepat. Bahkan Han Yunchi dan dia baru mengenal beberapa hari yang
lalu.
“.... a eu Op-ppa?”
Yunchi hanya berkedip-kedip mencerna ucapan namja itu, dia sama sekali tidak
mengira akan mendapat pertanyaan semacam itu sekarang. Dia sama sekali belum
mengenal siapa Wonho yang sedang dia tatap itu. Dia tidak tahu harus menjawab
apa.
“Ya!”
Perhatian mereka
beralih saat tiba-tiba ada teriakan, kedua manik mereka langsung mengarah pada
asal suara, namja yang menyeret tas punggungnya dan berjalan menuju mereka.
“Hyung, apa yang kau
lakukan? Han Yunchi sudah punya pacar. Jangan ganggu dia!” Kim Jinhwan menarik
tangan Yunchi dan berjalan cepat meninggalkan Wonho, membuat yeoja itu sedikit
berlari untuk mengimbangi langkah cepatnya.
“Ya! Hey Jinan Kim!
Ya!” Wonho tersenyum, lalu berdecak kesal. ‘Kenapa
namja imut itu harus datang dan menghancurkan semuanya?’ gerutu namja sipit
itu, kemudian memutuskan untuk berlari mengejar mereka. Masuk kedalam sekolah
itu dan melupakan sekolahnya, bahkan melupakan beberapa orang yang selalu
mengikutinya.
“Jinhwan....” panggil Yunchi
pelan. Namja itu masih menggenggam tangannya, menariknya untuk terus berjalan
mengikutinya entah kemana. Tapi yang dipanggil itu masih enggan menghentikan
langkahnya, hanya diam dan terus berjalan.
“Kim Jinhwan” panggil
Yunchi lagi.
“Aish!” tiba-tiba
Jinhwan berhenti dan melepaskan genggamannya dari tangan Yunchi, berbalik dan
menatap yeoja itu lekat. “Kenapa kau tidak langsung saja menjawab ‘Tidak’
padanya? Apa kau sudah benar-benar melupakanku?”
“Tapi, tidak ada
apa-apa diantara kita. Kau bukan siapa-si__”
“Kau ingin bilang kalau
aku bukan siapa-siapa untukmu?”
Ucapan Jinhwan yang
memotong perktaannya, berhasil membuat Yunchi terdiam. Diantara mereka memang
tidak ada hubungan apapun, tapi entah kenapa, Yunchi merasa jika mengucapkan
itu membuatnya sakit.
“Apa kau benar-benar
melupakan Kim Jinhwan dari hidupmu? Apa kau dengan mudahnya melupakan semua
kebersamaan kita dulu? Apa kau membuangku dari hidupmu?”
Yunchi semakin terdiam
saat Jinhwan menaikkan nada suaranya, membuatnya sedikit tersentak untuk beberapa
detik.
“Kenapa tidak
menajwab?” namja itu kembali menurunkan nada suaranga, bertanya lembut dan
melangkah semakin mendekati Yunchi. “Apa
kau benar sudah membuangku yang bahkan hampir gila karena merindukanmu selama
tiga tahun ini?” tapi Jinhwan kembali berteriak, kali ini dengan nada yang
sangat tinggi dan frustasi. Membuat Yunchi menunduk menyembunyikan tetesan
kristal cair dari matanya.
“A-aku tidak__”
“Yunchi-ya, aku
mencintaimu, aku merindukanmu, dan aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa melupakanmu,
bagaimanapun caranya. Walau apapun yang aku lakukan tidak akan mengembalikan
semua yang sudah terjadi, tapi bisakah kau memaafkanku? Apa kau masih
mencintaiku, Han Yunchi?”
Han Yunchi semakin
sesak menahan tangisnya saat Jinhwan menariknya kedalam pelukan hangat namja
itu. Jinhwan mengatakan itu dengan sangat lembut, seolah bertanya dengan penuh
permohonan. Tapi entah kenapa semua itu terdengar begitu mengerikan ditelinga
Yunchi, membuatnya serasa ingin berteriak kalau dia juga mencintai Kim Jinhwan.
“Jinhwan-ya,” Yunchi
melepaskan dirinya dari pelukan itu. “Maafkan aku jika membuatmu seperti itu,
tapi sepertinya aku memang harus tidak bersamamu. Itu lebih baik untuk kita”
“Apa yang baik untuk
kita?”
“Tidak seharusnya kau
bersamaku. Jadi, berhentilah, aku mohon”
“Shirreo! Aku akan
melakukan apapun untuk bersamamu. Yunchi-ya percayalah padaku, aku bisa
melindungimu,”
“Tapi kau hanya membawa
kesulitan untukku!” Yunchi menatap manik Jinhwan yakin, walaupun sebenarnya itu
membuat matanya panas. “Jika kita bersama, itu hanya akan membuatku semakin
sulit. Aku mohon mengertilah...”
Jinhwan hanya menarik
nafasnya dalam, mengalihkan tatapannya dari Yunchi. Yang dikatakan yeoja itu
benar, tapi tidak bisa berhenti karena mencitainya. “Aku akan berusaha untuk
melindungimu, percayalah kalau kita bisa bersama”
“Tidak, itu tidak bisa”
“Hey hey kalian
berdua!”
Jinhwan dan Yunchi
sama-sama mengalihkan pandangannya menuju Wonho yang berlari menghampiri
mereka, dengan beberapa yeoja yang mengikuti dibelakangnya.
“Setelah merebutnya
dariku tadi, sekarang kau membuatnya menangis huh, Kim Jinhwan?” Wonho
mendorong dada Jinhwan pelan, membuat namja bertahi lalat itu bedecak kesal
karena kedatangan namja abs itu. Sementara Han Yunchi sibuk menghapus titik air
mata di pipinya, merapikan kembali penampilannya.
“Pergilah Hyung!”
“Tidak bisa! Ini adalah
sekolahku, kau tahu?”
“Lihat, mereka
menginginkanmu. Jadi pergilah!” Jinhwan menunjuk beberapa yeoja di belakang
Wonho, dengan dagunya. Entah pesona apa yang dimilki namja abs itu, dia selalu
bisa memikat para wanita.
“Yunchi-ya, katakan apa
yang sudah dilakukan Jinan Kim padamu?” Wonho tidak memperdulikan yeoja-yeoja
yang menyebut namanya dibelakang, dia mendekati Yunchi dan menatap yeoja itu
khawatir.
“Tidak apa-apa Oppa,
aku baik-baik saja”
“Jika si-mungil ini
menyakitimu, katakan saja padaku. Dan aku akan langsung merusak wajah imutnya
dengan kepalan tanganku” Wonho sedikit menyeringai menunjukkan kepalan
tangannya pada Jinhwan.
“Tidak perlu Oppa, aku
tidak apa-apa, terima kasih. Dan sepertinya aku harus pergi”
Jinhwan kembali menarik
tangan Yunchi dan menahannya, membuat yeoja itu sedikit meronta untuk
melepaskan diri.
“Hey lepaskan dia
Jinhwan!” Wonho membantu Yunchi melepaskan tangannya dari Jinhwan.
“Jinhwan-ah! Wonho
Oppa!”
Dan sekarang bertambah
lagi kepala disana dengan kedatangan Ji Eundong, membuat Jinhwan menarik nafas
dalam menahan kekesalannya. ‘Kenapa
cerita ini menyebalkan sekali?’ gumam Jinhwan masih menahan emosinya.
“Aku harus pergi”
Yunchi dengan cepat melepaskan tangan Jinhwan dan Wonho darinya lalu berlari
secepat mungkin meninggalkan mereka.
“Oh, ada apa dengan
Yunchi? Lalu kenapa Oppa ada disini?” Eundong dengan santainya bertanya pada
dua namja itu, dengan senyuman lebarnya yang dia fikir bisa memikat Kim
Jinhwan.
“Aku akan mengikutinya,
jadi jangan ikuti aku” Wonho hendak berlari sebelum melihat seorang wanita
dengan dua pria yang sama-sama memakai jas hitam, sudah berdiri dihadapannya,
membungkuk memberi hormat.
“Maaf Tuan, Anda harus
pergi ke sekolah” ucap wanita itu, yang mungkin bisa disebut sebagai bodyguard
Wonho.
“Aish. Bukankah aku
juga sedang disekolah sekarang?”
“Maksud saya, sekolah
tempat Anda belajar dengan seragam yang sedang Anda kenakan”
“Sudahlah Hyung, cepat
pergi sana!”
“Baiklah. Tapi Jinanie,
aku serius dengan ucapanku untuk mendapatkannya. Ingat itu! Kita bersaing
sekarang, Jinan Kim” Wonho memberikan smirknya dihadapan Jinhwan, sebelum pergi
bersama para pelayannya.
“Jinhwan-ah, sebenarnya
apa yang sedang kalian bicarakan tadi? Aku tidak tahu kalau Yunchi dan Wonho
Oppa sudah saling mengenal...”
“Masuklah ke kelasmu,
sebentar lagi bell berbunyi” Jinhwan lalu melangkah pergi meninggalkan Eundong
begitu saja, tentu saja membuat yeoja itu merengek dan berlari mengikutinya.
***
Kim Jinhwan masih
menatap kursi kosong disampingnya, seseorang yang duduk disana masih belum
datang, bahkan setelah pelajaran dimulai. Dalam tatapan itu, Jinhwan
menyibukkan dirinya dengan fikiran-fikiran tentang yeoja itu, yang mungkin
tidak datang sekarang karenanya tadi.
“Itu, siapa yang duduk
di kursi kosong itu?” Jung Seonsaengniem menunjuk kursi Han Yunchi, membuat
beberapa orang juga melihatnya dan baru tersadar kalau kursiitu kosong.
“Han Yunchi, Saem”
jawab sang ketua kelas.
“Han Yunchi? Setahuku
dia tidak pernah absen, apa dia sakit?”
“Han Yunchi tidak
memberikan kabar apapun padaku, Saem. Sudah kucoba menelfonnya, tapi dia tidak
bisa dihubungi”
“Benarkah? Padahal dia
bukan tipe murid yang suka menghilang, tidak sepertimu yah, Jung Ilhoon?” Jung
Seonsaeng tersenyum pada namja yang duduk di belakang itu, sedikit menyindir.
Baiklah, setelah itu,
pelajaran demi pelajaranpun dimulai. Dan Han Yunchi benar-benar tidak masuk,
dia menghilang tanpa alasan. Tentu saja membuat Jinhwan yakin kalau dia-lah
alasannya, kenapa Han Yunchi menghilang hari ini.
“Saem...”
Seonsaengniem yang
berdiri di depan menoleh, menatap Kim Jinhwan yang tiba-tiba berdiri dari
kursinya dan memecah keheningan kelas dengan suara lembutnya.
“Kenapa?” tanya
Seonsaengniem sambil sedikit memajukan dagunya.
“Boleh aku ke toilet?”
“Tentu saja boleh, aku
tidak akan melarang seseorang yang akan mengeluarkan sesuatu. Pergilah...”
jawab Seonsaengniem dengan senyuman, kemudian melanjutkan pekerjaannya dengan
setumpuk buku di mejanya.
“Gamsahamnida”tanpa
menunggu lagi, Jinhwan langsung berlari meninggalkan kelas. Sebenarnya dia
tidak berniat untuk mengeluarkan sesuatu di toilet, dia hanya ingin pergi
mencari Han Yunchi.
Kim Jinhwan masih terus
melangkahkan kakinya, dengan sesekali mempercepat temponya. Kedua matanya terus
memeriksa setiap ruangan yang ada, menjelajahi hampir sebagian sekolah itu.
Tapi sayangnya, yang dicari masih tidak terlihat. Bahkan di atap sekolahpun
yang waktu itu Jinhwan menemukan Yunchi menangis, dia tidak ada disana.
“Aish. Sebenarnya
dimana dia?” Jinhwan berhenti berlari, menghirup oksigen sebanyaknya dan
menormalkan deru nafasnya yang masih menderu. Dia sudah lelah berlari mencari
seseorang yang tidak ada disana.
“Apa dia masih tetap ke
tempat itu?”
Lalu sedetik kemudian,
Kim Jinhwan kembali berlari. Setidaknya kali ini dia sudah punya tujuan kemana
mencari Han Yunchi, sebuah tempat yang entah masih sering dikunjungi yeoja itu
atau tidak.
“Tuan,”
Jinhwan menghentikan
langkahnya, berbalik dan melihat seorang pria berjas hitam yang mengantarnya
kesini.
“Jangan terlalu lama,
sebentar lagi Nyonya akan tahu kalau Anda pergi dari sekolah”
“Jangan khwatir, aku
tidak akan membuat Eomma marah padamu” Jinhwan sedikit menenangkan supir
sekaligus pengawalnya itu, lalu kembali merajut langkah menuju taman yang masih
sedikit jauh didepannya.
Jinhwan memicingkan
kedua matanya, menajamkan tatapannya pada seorang yeoja berambut panjang yang
duduk disalah satu ayunan taman bermain itu. Seulas senyuman mengembang di
wajahnya. Dugaannya benar. Namja itu kemudian mempercepat langkahnya menuju
seseorang disana.
“Disini masih tidak
berubah...”
Sontak yeoja yang duduk
di ayunan itu langsung menoleh, melirik namja yang tiba-tiba duduk di ayunan
sebelahnya.
“Jinhwan? Apa yang kau
lakukan disini?”
“Tidak ada,” Jinhwan
menggeleng pelan dengan senyuman di bibirnya, dia bahkan menyukai ekspresi Han
Yunchi yang menatapnya kaget sekarang. “Aku hanya tiba-tiba ingin melihat
tempat ini”
“Apa kau pergi dari
sekolah?”
“Ya! Sebenarnya siapa
yang kabur dari sekolah huh?”
Han Yunchi memalingkan
tatapannya, menatap tas yang ada dipangkuannya. Sebenarnya dia yang hari ini
kabur dari sekolah. “Aku hanya sedang tidak ingin disana”
“Lalu apa yang sedang
kau lakukan disini sendirian?”
“Tidak ada, aku hanya
merindukan tempat ini.” Yunchi beralih menatap sesuatu didepannya, hanya
tatapan kosong. Kakinya bergerak membuat dia berayun dengan ayunannya. “Sejak
aku tinggal di rumah Eundong, aku tidak pernah datang kesini lagi. Aku
merindukan tempat ini, mengingatkanku saat kita bermain bersama disini”
Jinhwan juga
mengayunkan ayunanya, menatap langit dan mengingat masa kecilnya bersama Yunchi
disini. Masa-masa yang menyenangkan. Mungkin jika bisa meminta, dia akan
meminta untuk tetap menjadi anak-anak dan bersama Yunchi.
“Yunchi-ya,”
“Iya?” Yunchi menoleh
pada namja di sampingnya, menunggu sesuatu yang akan terucap dari bibir tipis
namja itu.
“Aku sudah mendengar
tentang Jungsoo Ahjusshi, dan aku minta maaf karena tidak bisa menemanimu saat
itu,” Jinhwan mengatakannya pelan, tidak ingin membuat Yunchi merasa kembali
terganggu dengan itu.
“Tidak apa-apa...”
Yunchi berhenti berayun, menarik nafasnya dalam. Jinhwan pasti tidak tahu
tentang masalah itu, dan mungkin lebih baik dia tidak perlu tahu yang
sebenarnya. Han Yunchi masih tidak bisa memaafkan dirinya karena itu, dan dia
tidak ingin kembali menangis sekarang.
“Yunchi-ya,
gwaenchana?” Jinhwan melirik Yunchi yang diam sejak ucapannya itu, dan perasaan
bersalah membentur Jinhwan karena mengungkit kembali tentang Ayahnya.
“Jinhwan-ya,”
“Mwo?” Jinhwan juga
berhenti berayun saat manik Yunchi menabrak tatapannya, membuat mereka terkunci
dengan tatapan itu. Tatapan yang sudah lama Jinhwan rindukan.
“Bolehkah aku meminta
sesuatu darimu?”
“Tentu saja, apa itu?
Aku akan melakukan apapun untukmu”
“Bisakah kita akhiri
saja?”
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Seperti yang selalu
orang tuamu katakan, kau dan aku tidak pantas bersama. Seperti langit, kau
terlalu jauh untukku,”
“Andwae! Apa yang kau
katakan? Kita akan terus bersama, kau dan aku” Jinhwan mulai menajamkan
tatapannya, meyakinkan Yunchi kalau mereka masih bisa berusaha untuk bersama.
Bukankah selalu ada jalan jika kita berusaha?
“Tidak ada jalan untuk
kita bersama, ini hanya membuatku sulit dan... menyakitkan. Aku mohon padamu
Jinhwan-ya”
“Yunchi dengarkan aku!
Kita pasti bisa bersama, dan aku akan melindungimu,”
“Pertunanganmu sebentar
lagi, jadi jangan memikirkan aku lagi, kau harus mulai hidup bersama dengan
Eundong. Itu yang terbaik untukmu dan aku”
“Kenapa? Apa kau sudah
tidak mencintaiku? Apa kau membenciku?”
Yunchi kembali menarik
nafasnya dalam. Dalam hatinya dia terus berteriak kalau inilah yang benar untuk
mereka, tidak bersama. “Iya. Aku tidak mencintaimu lagi karena aku sudah
melupakanmu.”
“Katakan itu dengan
menatap mataku, Han Yunchi!”
“Jinhwan-ya, aku hanya
tidak ingin hidupku terus kesulitan karena bersamamu, aku ingin hidupku
baik-baik saja, dan itu tanpamu. Sudah cukup dengan apa yang terjadi, aku tidak
ingin ada lagi yang tersiksa diantara kita,”
“Tersiksa?” Jinhwan
beranjak dari ayunannya, berdiri dihadapan Yunchi dengan tatapan lekatnya. “Apa
kau sudah benar-benar tidak mencintaiku? Kau fikir aku tidak akan tersiksa jika
hidup bersama seseorang yang tidak aku cintai? Ya Han Yunchi! Jika kau ingin
bahagia, maka kau juga harus membuatku bahagia. Jangan hanya melakukan sesuatu
yang membuatmu bahagia sementara kau menghancurkan hidup orang lain!”
“Kim Jinhwan, bukankah
kau bilang akan melakukan apapun untukku?” Yunchi masih duduk di ayunan itu,
mengangkat wajahnya menatap Jinhwan. Menjawab teriakan marah namja itu dengan
suara lembutnya.
“Geurae, itu benar.
Tapi jika itu tidak menghancurkan hidupku, Yunchi-ya”
“Aku yakin kau akan
baik-baik saja bersamanya, Eundong menyukaimu. Jadi hiduplah bersamanya, dan
biarkan aku hidup tenang dengan kehidupanku sendiri” Yunchi akhirnya berdiri,
sedikit melangkah dan memeluk namja dihadapannya.
“Aku tidak bisa”
Jinhwan memelankan suaranya, menarik yeoja itu dan mendekapnya erat. Dia tidak
bisa melakukannya jika itu harus
berpisah dengan Yunchi, yeoja itu sudah terlalu banyak mengisi hatinya.
“Kalau begitu,” Yunchi
melepaskan pelukannya. “Jika kau memang
mencintaiku, lakukan itu untukku”
Jinhwan kembali menahan
amarahnya, tatapan Yunchi masih terus berusaha meyakinkannya dengan permintaan
itu. Dan itu sangat menyebalkan.
“Gomawo Jinhwan-ya...”
Han Yunchi mulai melangkah menjauh, berjalan meninggalkan Jinhan yang masih
berdiri disana.
“Yunchi! Han Yunchi!”
“Aish!” Jinhwan
menggeram kesal, dia harus menghentikan langkahnya mengejar Yunchi karena
sesuatu yang bergetar di saku celananya. Jinhwan mengeluarkan benda yang
bergetar itu dan menatap punggung Yunchi yang terus menjauh dalam pandangannya,
lalu menekan layar benda itu, berharap itu bukan sesuatu yang bodoh karena
sudah membuatnya tidak mengejar yeoja itu.
==Kenapa?==
==Ya! Kim Jinhwan! Kau
tahu kalau Ayah Han Yunchi meninggal dalam kecelakaan?==
==Iya, lalu kenapa?==
==Dan sekarang aku tahu
apa penyebab kecelakaan itu, tidak, maksudku siapa penyebab kecelakan itu==
==Hyung, apa
maksudmu?==
==Ayah Han Yunchi
sengaja ditabrak...==
Kim Jinhwan membulatkan
matanya, mengeratkan pegangan pada ponsel ditangannya. ‘Apa lagi ini? Apakah ini sebuah permainan lagi?’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar