Tittle :
Heart Attack
Genre :
Romance, School life
Length :
Oneshot
Rate :
18+
Author :
cifcif Rakayzi
Cast :
Oh Sehun | Kang Hyunmi | other cast
Support Cast :
Lee Gunmin ‘B.I.G’ | Jackson ‘Got7’ | Kangjun ‘C-Clown’ | Nam Taehyun ‘Winner’
| Kim Namjoon ‘BTS’ | Shin Dongho (ex- U-Kiss) | Xero ‘Topp Dogg’ | Kang
Seungyoon ‘Winner’
Hati itu adalah segalanya, karena hanya dengan hati
maka kita bisa merasakan sedih dan bahagia. Karena hanya hati yang bisa
mendatangkan cinta.
----- -----
Semua murid kelas tiga itu sudah sekitar dua jam
yang lalu masih menikmati meriahnya pesta ulang tahun salah satu ketua kelas
dari lima kelas yang ada. Sebagian dari mereka beradu tarian dengan iringan
musik pop, sebagian asyik dengan hidangannya, beberapa pasangan malah sibuk
berduaan dan memadu kasih, dan sebagian sisanya hanya duduk tersenyum melihat
mereka yang masih bersenang-senang.
“Rumah ini sangat besar untuk semua murid kelas
tiga, ini bagus ...”
“Ah kau benar, lihatlah orang-orang itu ... mereka
berpencar kemana-mana memenuhi rumah besar ini ...”
Dua orang pria saling berteriak untuk bisa mendengar
satu sama lain karena musiknya masih terlalu keras untuk membuat mereka bicara
biasa.
Dengan bertambah larutnya malam penuh bintang, pesta
ini semakin bertambah ramai. Mereka seakan tidak ingin ini berakhir, setidaknya
harus ada kenangan indah yang tidak akan mereka lupakan diakhir kebersamaan
mereka sebagai teman sekolah yang tinggal dua bulan lagi menghadapi ujian
kelulusan dan berakhir.
Dan satu lagi, pergaulan remaja zaman sekarang
sangat pesat. Sudah banyak dari mereka yang ‘dewasa sebelum waktunya’ dan
mengetahui ‘dunia’ yang sebenarnya, jadi tidak aneh dan jangan heran melihat
mereka begitu bebas melakukan apa yang mereka inginkan.
Begitu juga dengan minuman soda yang memang terkenal
diberbagai kalangan usia, dan minuman beralkohol yang sudah mereka kenal.
Termasuk disini. Sang pemilik pesta sengaja menyediakan berbotol-botol soju
untuk menemani makanan lainnya yang disuguhkan pada semua tamu undangannya.
“Ya Kang Hyunmi! Kenapa kau hanya diam saja disini,
apa yang kau lakukan?” Kang Seungyoon sang pemilik pesta menghampiri seorang
gadis yang hanya duduk sendiri dipinggir kolam renang.
“Eoh Seungyoo-ah, ada apa?” gadis yang bernama Kang
Hyunmi itu berdiri dan tersenyum kecil padanya, dia malah kembali menjawab
pertanyaan Seungyoon dengan pertanyaan lagi.
“Harusnya aku yang bertanya, kenapa kau tidak ikut
menari dengan yang lain?”
“Aku tidak suka menari, yah karena aku tidak bisa
menari ...”
“Hey Hyunmi-ah, aku ini ketua kelasmu. Kau
seharusnya menghargaiku dengan menikmati pesta ulang tahunku ini, bukan hanya
diam sendirian disini. Diamana temanmu yang lain?”
“Mereka sedang menari didalam ...”
“Kalau begitu kau juga ikut kedalam, jangan diam
disini. Kajja” Seungyoon menarik tangan Hyunmi berjalan masuk kedalam rumahnya.
“Ah Seungyoon-ah, aku disini saja ..”
“Tidak. Kau harus masuk dan bersenang-senang, ini
perintah dari ketua kelasmu. Arasseo?” Seungyoon terus menarik tangan Hyunmi
sampai masuk kedalam dan membawanya ikut dalam kerumunan beberapa orang yang
bersorak dekat meja.
“Oh Seungyoon-ah, kau harus ikut juga, kemarilah
...”
“Ada apa ini?”
“Semua ketua kelas bertaruh siapa yang paling banyak
menghabiskan soju, jadi kau harus ikut karena kau juga ketua kelas benar?”
“Astaga kalian ini. Ya sudah, aku akan buktikan
kalau aku ini sangat kuat!” akhirnya Seungyoon melepaskan tangan Hyunmi dan
ikut berbaris dengan keempat ketua kelas yang lain.
“Baiklah para hadirin semua, sebelumnya aku akan
memperkenalkan para ketua kelas kita tercinta yang akan membuktikan kekuatan
mereka mengalahkan soju ...”
Teriakan Lee Gunmin yang bertindak sebagai juri
disambut tepuk tangan yang ramai dari orang-orang yang mengerumuni mereka dan
men-jagokan ketua kelasnya masing-masing.
“Pertama, disini sudah ada Kangjun dari kelas A.
Dibaris kedua ada Shin Dongho dari kelas E. Ketiga ada Oh Sehun dari kelas C.
Keempat ada Jackson Wang dari kelas D. Dan terakhir dari kelas B sudah ada Kang
Seungyoon, sang pangeran kita malam ini. Berikan tepuk tangan untuk kelima
ketua kelas kita yang akan memulai taruhan dalam hitungan ... satu ... dua ...
dua setengah ...”
Mereka bersorak ramai menunggu hitungan ketiga dari Gunmin
untuk memulai taruha ‘gila’ itu. sementara didepan kelima orang itu sudah
berbaris panjang sekali gelas-gelas yang berisi soju siap untuk mereka minum.
“Ah apa kalian tegang? Baiklah aku akan memulainya,
dan ... tiga ...”
Setelah Gunmin selesai dengan hitungan ketiganya,
kelima peserta mulai meneguk soju dari gelas demi gelas dihadapannya. Para
pendukung tidak berhenti berteriak saat dari mereka sudah ada yang menghabiskan
lima gelas dengan waktu yang barus aja dimulai.
Saat waktu satu menit berakhir, taruhan itu selesai
untuk ronde pertama. Banyak gelas dipenuhi soju tadi sekarang sudah menjadi
gelas kosong, mereka menghabiskan banyak soju.
“Bagaimana, apa itu cukup untuk pemanasan?”
“Ya! Hey Lee Gunmin! Kau juga harus minum soju-soju
ini ...”
“Geurae, kau juga harus merasakan apa yang kami
rasakan ...” Kangjun dan Jackson memberikan segelas soju pada Gunmin yang hanya
berteriak-teriak dengan menjadi juri mereka.
“Ayo minumlah ...” Seungyoon juga menggoda Gunmin
untuk mengeuk gelas yang penuh dengan soju itu.
“Aish baiklah, aku akan meminumnya juga. Ini ...”
Gunmin meminumnya dengan sekali tegukan dan membuatnya meringis untuk beberapa
saat. “Baiklah, ronde pertama ini selesai dan karena Kangjun dan Jackson Wang
hanya berhasil menghabiskan dua belas gelas, maka mereka tidak berhasil
melanjutkan keronde berikutnya. Jadi tersisa Oh Sehun, Kang Seungyoon, dan Shin
Dongho yang masing-masing berhasil menghabiskan tujuh belas gelas untuk dironde
kedua ini. Hey kalian siap untuk yang kedua?”
“I’m ready” dengan semangat, Seungyoon merapikan
bajunya dan bersiap untuk ronde kedua.
“Sejak lahir aku sudah siap” Dongho memberikan
senyuman manisnnya pertanda dia juga tidak kalah siap.
“Astaga! Ini melelahkan ...” sementara Sehun hanya
bergumam pelan dan kembali memandang lima gelas besar penuh dengan soju
didepannya.
“Ronde kedua dimulai pada hitungan ... ti-tiga,
du-du-dua, dan satu – mulai!”
Setelah ronde pertama tadi hanya meneguk soju dari
gelas-gelas soju yang kecil, dan ronde dua sekarang ini mereka harus
menghabiskan lima gelas besar soju tanpa sisa. Walaupun mereka itu masih murid
SMA yang dibawah umur, tapi entah dari mana mereka bisa minum seperti itu.
Bayangkan saja, ini kan hanya cerita fiksi.
Ketiga peserta sudah menghabiskan gelas kedua, dan
sekarang sedang proses penghabisan dalam gelas ketiga. (alah bahasanya).
“Ough astaga!” Dongho berhenti meneguk soju gelas
ketiganya, dia menarik nafas dan beberapa kali menggoyangkan kepalanya untuk
sedikit mengumpulkan kesadarannya yang sudah mulai menghilang. “Kepalaku pusing
sekali ... ini melelahkan ...” dan Dongho kembali meneguk soju-nya perlahan.
Sementara Sehun dan Seungyoon masih terus meneguk
cepat soju dalam gelas ketiganya itu, mereka sepertinya masih sedikit lebih
kuat daripada Dongho yang sudah kelelahan.
“Akh michi. Aku menyerah! Aku pusing sekali ...”
pada akhirnya Dongho berhenti dan tidak menghabiskan soju yang tinggal setengah
digelas ketiganya itu, dia memilih untuk mundur.
“Wah Dongho-ya, kau ini kenapa menyerah?”
“Aku pusing. Perutku sudah penuh dengan soju ...”
“Tidak apa-apa, kau sudah cukup kuat menghabiskan
banyak soju malam ini” Jackson menggandeng Dongho yang sudah terlihat ‘gila’
itu.
“Go Sehun Go Sehun Go ... Go Sehun Go Sehun Go ...”
“Ayo cepat Seungyoon-ah, kalahkan Sehun itu!”
Teriakan semakin meramaikan telinga kedua peserta
yang tersisa, Sehun dan Seungyoon yang sudah berhasil dengan gelas ketiga dan
sekarang mulai berjuang dengan gelas keempatnya.
“Aigoo ... kenapa bisa seperti ini. Sebenarnya
mereka ini manusia atau kolam?” Gunmin hanya menatap kedua temannya yang masih
berjuang itu.
Gelas keempat berhasil dengan baik, dan saat
keduanya akan mulai dengan gelas kelima, Gunmin memotong pertaruhan. “Diam dulu
semuanya! Aku tidak bisa membiarkan mereka, aku tidak tega melihatnya. Jadi
anggaplah ronde kedua ini hasilnya seri, Oh Sehun dari kelas C dan Kang Seungyoon
dari kelas B sama-sama empat”
“Hey kau ini bagaimana, lalu siapa yang menang?”
“Gunmin-ah, aku mual
...” Sehun menarik tangan Gunmin dan menyandarkan tubuhnya.
“Dengarkan dulu, aku belum selesai. Jadi karena
hasilnya seri, maka ada ronde ketiga. Dan ronde ketiga ini mereka harus membawa
temannya untuk membantu menghabiskan soju. Ah berapa yah .. sisa satu gelas,
jadi ada tambahan empat gelas lagi dan bonus dua botol penuh soju. Bagaimana,
kalian setuju?”
“Ini benar-benar gila ...”
“Taruhan macam apa ini, kenapa menyebalkan sekali?”
“Hey kalian berdua, ayolah kembalikan semangat
kalian untuk final ini. Harus ada pemenang disetiap perlombaan, jadi ayo cepat
bawa satu teman kalian ...”
“Baiklah. Jadi teman-teman .... siapa yang akan
membantuku?” Seungyoon mengedarkan matanya melihat orang-orang sekelilingnya,
mencari seseorang untuk membantunya menang.
“Ini membosankan ...” Hyunmi yang dari tadi hanya
diam melihat, perlahan mundur dan hendak keluar dari kerumunan.
“Chamkkaman ...”
Sebuah tangan yang hangat menahan Hyunmi, membuatnya
berhenti melangkah dan memutuskan untuk berbalik melihat siapa pemilik tangan
yang sudah menahannya itu.
“Kau ... Kau tolong bantu aku ..” Sehun berjalan
membawa Hyunmi kembali kedalam kerumunan dan berdiri disampingnya.
“Naega?”
“Kau bisa membantuku?”
“Kke-keundae ... naega wae?” Hyunmi membulatkan
matanya menatap Sehun yang sudah kehilangan setengah kesadarannya. “Tapi aku
tidak bisa minum ..”
“Aku akan bersamamu, anggap saja ini hanya air
putih”
“Hey tap-tapi aku ... Tunggu, aku tidak bisa”
“Gunmin-ah, aku sudah membawa temanku” Sehun membawa
Hyunmi pada Gunmin yang masih menyiapkan soju untuk ronde terakhir ini.
“Hyunmi?” Gunmin heran melihat Sehun memilih Hyunmi.
“Apa benar kau akan membantu Sehun? Tapi kau tidak bisa minum, Hyunmi-ya ...”
“Tidak. Aku tidak akan melakukannya, aku tidak bisa”
“Ya Gunmin-ah! Aku sudah mendapat teman yang akan
memebantuku ..” Seungyoon sudah kembali dengan Kim Namjoon yang digandengnya.
“Hyunmi-ya? Apa dia yang akan membantumu ,Ya! Sehun?”
“Geurae. Hyunmi dan aku akan mengalahkanmu”
“Oh aku tidak tahu kau juga bisa minum, Hyunmi-ah.
Tapi hey tunggu, bukankah dia dari kelasku, kenapa kau menjadikan dia rekanmu?”
“Memangnya kenapa, apa tidak boleh? Dari kelasku
tidak ada yang mau membantu, lihat mereka malah menjauh dariku ...”
“Kukira ini pertandingan antar kelas, jadi harus
memilih teman dari kelas masing-masing”
“Tidak, kau bebas memilih teman”
“Sebenarnya, aku juga terpaksa membantunya ...”
Namjoon menyeringai melirik Seungyoon yang memang sudah memaksanya untuk
menjadi rekannya di final ini.
“Dengar, aku tidak akan membantu siapapun. Jadi aku
akan pergi saja ...” Hyunmi melepaskan genggaman tangan Sehun.
“Tidak apa-apa, walau aku tidak tahu bagaimana
kekuatanmu, tapi kufikir kalian akan menjadi team yang hebat mungkin”
“Baiklah kalau begitu, karena semuanya sudah siap,
jadi kita berikan teriakan yang meriah untuk ronde ketiga yang merupakan final
ini. Setelah ini, kita akan tahu siapa The King’s of Soju diantara kita semua
...”
“Jelaskan juga peraturannya hey Gunmin!”
“Oh iya, aku lupa. Dengar baik-baik, disini ada lima
gelas besar yang sangat penuh dengan soju yang sedikit dicampur bir lain, dan
dua botol yang juga masih penuh dengan soju murni. Jadi kalian harus
menghabiskan semuanya dalam waktu satu menit, terserah mau siapa yang paling
banyak menghabiskan, asalkan keduanya harus minum itu. Mengerti?”
“Baiklah, aku mengerti. Ya Namjunie, ayo tunjukan
semangatmu dan kita pasti menang!” Seungyoon menunjukkan semangatnya, walaupun
dia juga tahu kalau perutnya sudah penuh dengan soju dan kepalanya sangat
pusing.
“Tapi Sehun-ah, aku ...” Hyunmi masih saja tidak
tahu harus apa dengan ini.
“Kau minum saja sekuatmu, aku mungkin sudah tidak
bisa menghabiskan semuanya. Aku tidak peduli menang atau kalah, aku hanya ingin
muntah dan tidur ...”
“Ya Sehun-ah, kenapa kau pesimis sekali. Ayo
semangat. Azza azza figthing!” Gunmin memberikan semangat sebelum dia
menghitung mundur dan memulai ronde ketiga ini.
Sehun kembali meneguk soju, kali ini dia memilih
botol untuk yang pertama. Sementara Hyunmi, akhirya dia memutuskan untuk
mencoba mengikuti permainan ini karena dia tidak tahu harus apa dan bagaimana
sekarang. Perlahan Hyunmi meneguk soju yang sudah dicampur bir lain dari gelas
besar itu, memejamkan matanya dan meneguk itu sekuat tenaga.
Begitu juga dengan Seungyoon dan Namjoon yang masih
berusaha dengan soju-soju mereka, walau sangat terlihat kalau Seungyoon sudah
tidak kuat dan Namjoon juga tidak cukup kuat untuk menghabiskan semuanya
sendirian.
Waktu satu menit itu terus berjalan, menyisakan dua
puluh lima detik untuk menghabiskan sisa soju-soju mereka. Team
Seungyoon-Namjoon masih tersisa dua botol soju dan dua gelas soju, sementara
team Sehun sudah tersisa satu botol dan dua gelas soju. Mereka terus berjuang.
Hyunmi juga menjadi semangat dan kuat meneguk soju itu setelah beberapa lama
melihat Sehun yang sudah terduduk dengan setengah soju digelasnya.
“Sehun-ah, aku akan menolongmu dan membuatmu menang”
entah kenapa, kalimat itu terfikir saja oleh Hyunmi. Dengan semangat dia
menghabiskan dua gelas soju sangat cepat, membuat orang yang tahu kalau Hyunmi
tidak bisa minum terheran-heran.
“Hyunmi-ya, kau hampir berhasil. Terus habiskan
....”
Tersisa satu botol soju dihadapan Hyunmi sekarang,
dan Sehun menggelengkan kepala setelah menghabiskan sisa soju digelas yang
dipegangnya. Dengan menarik nafas panjang, Hyunmi mengambil botol soju itu dan
mulai menegukya perlahan, walau sesekali dia menggelengkan kepala dan menarik
nafas.
“Lima .. empat .. tiga .. dua .. satu .. dan
selesai! Cukup semuanya, ini sudah selesai” Gunmin berteriak kencang menyudahi
ronde final ini. Semua orang bersorak ramai melihat kedua team sudah berusaha.
“Lihatlah mereka ... lucu sekali” Gunmin masih sempat mentertawakan mereka yang
sudah tidak berdaya terkulai lemas dimeja yang dipenuhi gelas dan botol kosong
bekas soju itu.
“Aku menyerah ...”
“Yah. Jadi sudah pasti pemenangnya adalah team yang
menghabiskan semua soju tanpa sisa, yaitu team ..... Oh Sehun dan Kang Hyunmi!”
Teriakan dan tepuk tangan menyambut kemenangan
mereka, setelah begitu berat cobaan soju yang mereka lewati tadi.
Team Sehun-Hyunmi menghabiskan semuanya, sementara
team Seungyoon-Namjoon masih menyisakan satu botol penuh soju.
“Chukka! Kalian berdua sudah menjadi orang gila yang
memegang gelar King and Queen of Soju in The Crazy Word ... haha .. aku sungguh
ingin tertawa, ini benar-benar gila ...”
Bersamaan dengan berakhirnya taruhan ‘gila’ itu,
musik pop yang menggema memenuhi setiap sudut rumah itu kembali terdengar
memecah suasana, dan semua orang kembali menari, menikmati malam yang semakin
larut. Kecuali para ketua kelas kita dan teamnya yang sudah kehilangan
kesadarannya sekarang, mereka menjatuhkan tubuhnya di sofa dan lantai karena
sudah sangat sulit untuk mereka kendalikan.
Sekarang, disofa yang sama, Sehun dan Hyunmi
terkulai lemas ditemani sedikit kesadaran yang tersisa yang masih melekat dalam
fikirannya.
“Kang Hyunmi .. daebak! Kita menang .. haha”
“Emmmh ... Kau .. Ya! Oh Sehun!”
“Sehun-ah, aku tidak harus apa. Tapi karena kau yang
mengajaknya untuk minum, jadi itu urusanmu sendiri. Kau harus mengantarnya
pulang nanti, kau mengerti?” Gunmin melihat mereka berdua yang sudah berkedip
kesana kemari terbawa angin.
“Mmh mwo?”
“Walaupun aku adalah teman sekaligus tetangganya,
tapi aku tidak mau mengantar seorang gadis mabuk pulang tengah malam
kerumahnya. Aku tidak cukup gila untuk itu. Jadi, sekarang Hyunmi adalah
tanggung jawabmu yah Sehun-ah ...” Gunmin pergi meninggalkan mereka kembali
berdua.
“Ouh kepalaku pusing, mataku berputar-putar ... ah
mungkin aku terbang” Hyunmi melirik Sehun yang sedang menatapnya. “Mwoya?”
“Dimana rumahmu?”
“Rumah? Ah aku tidak ingat kalau aku punya rumah ...
entahlah, nan molla”
“Hey Hyunmi-ya, apa kau pernah berciuman?”
“Kisseu? Emh dibibir ... yah aku beberapa kali
melakukannya, haha wae?”
“Bibirmu merah ...” Sehun tersenyum melihat bibir
Hyunmi yang dari tadi dia perhatikan itu. Perlahan, Sehun menarik Hyunmi dalam
pelukannya dan menempelkan bibir mereka. Tidak bisa menopang tubuhnya dan
Hyunmi, Sehun terhempas ke sofa dan membuat posisi mereka bertindihan dengan
Hyunmi berada diatas.
Sementara Sehun memejamkan kedua matanya, Hyunmi
malah membulatkan kedua mata sipitnya menerima perlakuan Sehun. Detak jantung
Hyunmi dengan cepat berubah menjadi sangat cepat, hatinya bergetar dan datang
sensasi aneh padanya. Sehun tidak hanya diam dengan tempelan bibir mereka,
perlahan dia mulai memberikan lumatan-lumatan lembut dan hisapan kecil pada
bibir Hyunmi yang masih rapat dan diam. Hyunmi masih tidak bisa mengendalikan
dirinya sekarang.
Sebenarnya sejak tiga tahun yang lalu, Hyunmi sudah
menyukai Oh Sehun saat mereka pertama kali bertemu di perpustakaan. Tapi
sayangnya, mereka berdua tidak pernah satu kelas. Mereka juga tidak akrab,
karena Sehun adalah ketua kelas dan kapten tim sepak bola yang cukup terkenal
dan banyak disukai gadis lain disana. Dan itu membuat Hyunmi akhirnya hanya
diam memendam perasaannya selama tiga tahun ini, dia hanya berharap kalau dia
bisa mengutarakan perasaannya pada Sehun, dan Hyunmi tidak berharap kalau dia
akan berciuman seperti ini dengan Oh Sehun yang dia sukai.
Perlakuan-perlakuan Sehun pada bibirnya membuat
Hyunmi akhirnya menyerah juga, dia memilih untuk menghilangkan fikiran-fikiran
dan perasaan aneh yang dirasakannya sekarang. Perlahan Hyunmi menutup kedua
matanya, menerima perlakuan Sehun pada bibirnya dan mengikuti permainannya.
Kedua tangan Sehun yang melingkar dileher Hyunmi
perlahan menarik pelan rambut panjangnya dan merapikannya, menjauhkan rambut Hyunmi
dari wajahnya dan mengganggu kegiatan mereka sekarang. Sementara tangan kiri
Hyunmi menarik tengkuk Sehun untuk memperdalam ciumannya, dan tangan kanannya
memilih untuk tetap diam didada hangat Sehun. Ciuman terus semakin naik dan
menuntut.
“Ommo! Kenapa mereka berdua ini ... kenapa jadi
seperti ini?” Gunmin yang kembali untuk membawa Seungyoon hanya berdiri
memperhatikan ciuman mereka.
“Ouh ciumannya ...” Namjoon yang sudah membuka mata
dan melihat itu, tersenyum sendiri lalu pergi dengan mengacak rambutnya.
“Ah terserah saja. Selama aku tidak terlibat,
berarti itu aman” Gunmin meninggalkan mereka dan memapah Seungyoon pergi ke
kamarnya untuk kondisi yang lebih baik.
----- -----
Sinar matahari sudah kembali menerangi semuanya,
sebagian bumi ini. Udara pagi yang segar, kicauan burung, angin yang berhembus
pelan membelai masih tidak bisa membangunkan Sehun dari tidurnya. Ini sudah
pagi menjelang siang, tapi Sehun masih damai dialam mimpinya sana.
Ponselnya terus berbunyi memecah keheningan di
apartemen itu, berdering menghantarkan suara dan menyampaikannya ketelinga
Sehun. Dan akhirnya berhasil membuatnya bangun.
“Emmh apa lagi ini ...” Sehun merenggangkan badannya
dan menggosok matanya, mencoba membiasakan sinar terang matahari dengan matanya
yang baru saja akembali terbuka. Tangannya meraba-raba mencari ponsel yang
terus berbunyi itu.
“Yeoboseyo ....” setelah menemukannya dari bawah
bantal, Sehun langsung mengangkat telfon masuk dari sesorang jauh disana. Kedua
mata sayunya terpaksa langsung terbuka dan kesadarannya langsung kembali
setelah mendengar suara Abeoji yang membentaknya disana. “Aisssh menyebalkan!
Bisakan tidak usah berteriak ...” tanpa babibu dan mendengar perkataan Abeoji
lebih lanjut, Sehun langsung melepaskan baterai dari ponselnya dan melemparnya
entah kemana, yang jelas kelantai saja.
Sehun menyisir rambutnya lalu kembali merebahkan
tubuhnya diranjang miliknya, berbaring dan menatap kesamping. Beberapa kali
berkedip, dan sadar kalau dia memandang seorang gadis dihadapannya. Itu Hyunmi
yang masih terlelap tidur dengan tentram.
“Owh astaga! Aaaakkhh .....”
“Aaaaaaaaahhh !!”
Dua teriakan langsung berduel membelah pagi dan
menerbangkan burung-burung dari sarangnya, teriakan maut yang menyadarkan Sehun
dan Hyunmi yang sekarang sedang bersama diranjang dan tanpa pakaian.
“App-apah yyaang ter-jadi?” tanya Hyunmi panik,
shock, kaget, dan lainnya. Hyunmi menarik selimut untuk menutup dadanya yang
merupakan satu-satunya benda yang menutupi tubuh mereka sekarang ini, dengan
suara bergetar Hyunmi mencoba mencari tahu keadaan dengan bertanya pada pria
yang juga tanpa pakaian dihadapannya.
“Kang Hyunmi? Kau ... kenapa kau bisa ada disini?”
Sehun juga tidak kalah kagetnya melihat keadaan mereka sekarang yang luar
biasa.
“Apa yang sudah kita lakukan?”
“Ak-aku tidak tahu, aku tidak ingat apapun ...”
“..... ap-apa yang terjadi? Apa yang kita lakukan
... hiks hiks” Hyunmi tidak bisa menahan air mata yang sudah memaksa keluar
diujung matanya, dia tidak tahu apa yang sudah terjadi dan apa yang harus dia
lakukan sekarang.
“Kang Hyunmi .... ak-aku .. ini .. apa yang kita
lakukan .. kka-kau dan aku ...”
“..... hiks Sehun .. hiks hiks”
“Hyunmi-ah, mung-kin sebaiknya kita berpakaian dulu
dan nanti kita bicarakan apa yang sudah terjadi antara kau dan aku ...” Sehun
melihat sekeliling yang berantakan dengan baju mereka yang berserakan
dimana-mana, dia melihat Hyunmi yang menangis menutup wajahnya. Sehun tidak
tahu apa yang harus dilakukan sekarang ini, dia mengambil handuk dari lemari
kecil disamping ranjangnya untuk menutup bagian bawahnya yang tidak terlindungi
apapun sebelum dia beranjak dan memunguti pakaiannya dilantai.
Beberapa lama setelah mereka berdua memakai kembali
pakaian mereka dengan lengkap. Tapi sampai sekarang, lima menit sudah berlalu,
tidak ada sepatah katapun yang terucap dari Sehun ataupun Hyunmin. Mereka
berdua masih membisu. Tidak tahu apa yang harus dikatakan, mereka sendiri tidak
mengerti apa yang sudah terjadi antara keduanya.
“..... mh Hyunmi-ya .. sepertinya kka-kau dan aku
se-semalam sudah ...” Sehun akhirnya mulai bicara walaupun diakhir kalimat, dia
sengaja menggantungnya karena yakin Hyunmi akan mengerti tanpa dia katakan
dengan jelas.
“Sehun-ah .. benarkah kau dan aku me-melakukannya?”
“Mianhae Hyunmi-ya, aku tidak mengingat apapun
kenapa kita bisa sampai seperti ini dan apa yang terjadi sebelumnya, kepalaku
rasanya berat dan pusing ..”
“Apakah ini mimpi buruk?”
“Ani Hyunmi-ya, ini bukan mimpi”
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, aku
tidak tahu harus bagaimana. Kau dan aku sudah ... kita ...”
“Kau dan aku sudah sama-sama besar, aku yakin kau
pasti mengerti. Jadi, apa yang sudah terjadi ini ... antara kau dan aku__”
“Sehun-ah, ini hanya mimpi. Walaupun yang sudah
terjadi tidak bisa dihapus, tapi anggaplah hari ini tidak pernah nyata, dan ini
hanya mimpi yang akan kita lupakan dengan cepat”
“Hyunmi-ya ...”
“Aku mohon Sehun-ah ..”
“Maafkan aku. Seharusnya aku bisa mengingat sesuatu tentang
kita”
“Jangan minta maaf. Aku juga tidak tahu apa yang
sudah terjadi, jadi anggap saja ini salah kita berdua. Dan ini hanya mimpi”
Akhirnya masalah pagi ini berakhir dengan pernyataan
kalau semua ini hanya mimpi, dan apa yang sudah terjadi akan segera hilang
terlupakan dengan cepat. Mereka berdua sudah sepakat untuk memilih melupakannya
dari pada mempermasalahkan ini lebih lanjut. Itu terpaksa.
----- -----
Pagi ini, sekolah tetap ramai seperti biasanya.
Kecuali hubungan antara Sehun dan Hyunmi yang mungkin akan menjadi sangat
canggung, karena ternyata masalah mereka itu tidak bisa dengan cepat terlupakan
begitu saja. Itu bukan sebuah mimpi buruk yang bisa dengan cepat dilupakan, ini
lebih berat daripada itu.
“Dari mana kau? Kenapa kemarin kau tidak sekolah,
apa raja kita ini diare karena taruhannya?” Gunmin dan beberapa teman sekelas
Sehun yang lain menggoda Sehun yang baru datang setelah sehari menghilang.
“Aku sedikit pusing kemarin”
“Pusing? Haha .. rupanya kau belum pantas mendapat
gelar raja itu jika masih sakit karenanya, kawan!”
“Ani, bukan itu masalahnya. Aku .. ah sudahlah
lupakan itu”
“ Memangnya kau ini kenapa?”
“Gunmin-ah, apa waktu pesta aku melakukan hal yang
aneh?”
“Hal aneh seperti apa?”
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi, sesuatu sudah
terjadi padaku ...”
“Itu mungkin karena kau terlalu banyak minum waktu
itu, kesadaranmu jadi masih hilang sampai sekarang .. haha”
“Anio, bukan seperti itu. Hanya saja ini sedikit ...
lebih membuatku ...”
“Apa? Kau ini bicara lama sekali, apa kau
benar-benar sakit?” Gunmin memperhatikan Sehun detail dan menempelkan punggung
tangan miliknya dikening Sehun untuk menyamakan suhu tubuh mereka.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi ...”
“Ya! Kau ini bagaimana, geuraeseo ... kita keluar
saja. Anggota team menanyakanmu dari kemarin, beberapa hari lagi kita akan
bertanding”
“Iyah aku tahu, aku akan bicara dengan yang lain”
Mereka berjalan keluar kelas dan menuju lapangan,
sesekali Gunmin menggoda beberapa gadis yang menghampiri Sehun hanya untuk
tersenyum padanya.
“Yo! Lihatlah kapten kita sudah kembali sekarang
...” Jackson tersenyum melihat Sehun yang berjalan melewatinya dihalaman
sekolah.
“Kapten apa? Kau bahkan bukan anggota team sepak
bola ...” Sehun hanya bergumam untuk membalas senyuman Jackson itu padanya.
“Hey ayolah, jangan seperti itu. Setelah bercampur
dengan begitu banyak soju, kau masih tetap saja seperti biasa”
“Memangnya apa yang harus berubah?”
“Eoh Sehun-ah, kau sudah sekolah lagi. Kemarin itu
kau kemana?” Namjoon tiba-tiba datang dan bergabung dengan mereka.
“Kebetulan ada kau. Tolong kumpulkan semua anggota
sekarang, kita harus latihan”
“Ah aku baru saja datang, kau ini menyebalkan”
“Ya! Seorang keeper itu tidak banyak mengeluh, ara?”
“Aissh baiklah. Ah iya, waktu itu ... aku pertama
kalinya melihatmu se-tampan dan se-sexy itu, ciumanmu ... luar biasa haha”
Namjoon menepuk bahu Sehun lalu pergi kembali meninggalkan mereka.
“Ciuman?” Sehun hanya mengernyitkan alisnya mencerna
perkataan Namjoon.
“Ah iya. Kau tiba-tiba saja berciuman dengan Hyunmi,
apa kau gila? Kukira kalian berdua tidak sedekat itu”
“Hyunmi? Ap-apa aku berciuman dengan Kang Hyunmi?”
“Ya ya ya! Kau kira kami ini pria yang sendirian?
Jangan memasang ekspresi seperti itu, jika tujuanmu dengan ekspresi itu untuk
menggoda kami, maaf saja karena kami tidak akan iri ..” Jackson melepaskan
topinya, merapikan rambutnya lalu memakainya lagi.
“Apa kau tidak ingat, atau pura-pura?”
“Aku- aku tidak ingat, sungguh. Apa yang terjadi
setelah itu?”
“Mana aku tahu, kenapa bertanya padaku? Aku hanya
menyuruhmu untuk mengantar Hyunmi pulang, apa kau mengantarnya?”
“Ya Gunmin-ah, bukan itu maksud Sehun. Dia bertanya
untuk memberi tahu kita kalau ada yang terjadi lagi setelah itu, kau mengerti?”
“Ish kau ini, yadong-mu kambuh lagi”
“Aku tidak tahu, aku tidak mengingat apapun malam
itu. Saat aku bangun kemarin, aku sudah tidak bisa mengingat apapun”
“Jadi benar sudah terjadi sesuatu antara kalian?”
“Anio. Apa yang kalian bicarakan ini, tidak ada yang
terjadi. Semuanya baik-baik saja ...” Sehun tersenyum kecil berbohong pada
mereka, dia baru sadar kalau apa yang sudah terjadi padanya dan Hyunmi adalah
sesuatu yang tidak bisa orang banyak ketahui. Itu adalah aib.
“Ah dasar kau ini ...”
“Tapi, kemarin Hyunmi juga tidak sekolah. Hari ini,
aku masih tidak melihatnya. Apa dia tidak ingin lagi bertemu denganmu setelah
ciuman itu?”
“Hyunmi tidak sekolah?”
“Geurae, dia menghilang”
“Ouh aku mengerti, mungkin mereka belum memulai
sesuatu itu. Benarkan? Hey Sehun-ah, apa kau menyimpannya untuk saat-saat
terakhir?” Jackson masih saja menggoda Sehun dengan pertanyaan-pertanyaan
gilanya.
“Gunmin-ah, mana ponselmu?”
“Untuk apa?” Gunmin mengeluarkan ponsel dari dalam
saku seragamnya dan memberikannya pada Sehun.
“Aku harus pergi ...” Sehun pergi membawa ponsel
Gunmin dan berlari meninggalkan mereka.
“Hey, apa kau memikirkan hal yang sama denganku?”
“Apa? Memangnya kau memikirkan apa?” Gunmin hanya
menatap Jackson tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.
Itu tidak boleh. Apa yang sudah terjadi harus
menjadi rahasia mereka, hanya mereka berdua. Oh Sehun dan Kang Hyunmi. Kecuali
jika mereka berdua ingin mati dan kehilangan harga diri mereka didepan semua
orang.
Sehun mencari nana Hyunmi dikontak Gunmin, dan
setelah dia menemukannya, Sehun hanya diam menatap layar ponsel itu ragu. Dia
tidak tahu apakah tidak apa-apa kalau dia bicara dengan Hyunmi soal masalah itu
lagi? Bukankah mereka sudah sepakat untuk melupakan kejadian itu?
Tapi entah kenapa perasaan bersalah yang rasanya
sangat menusuk hati, membebani Sehun untuk begitu saja melupakannya. Ditambah
saat dia sudah ingat kalau waktu itu yang meminta Hyunmi membantunya menghabiskan
soju adalah dirinya, jadi mungkin Sehun memiliki persentase kesalahan yang
lebih tinggi atas terjadinya kejadian itu.
Setelah lama membolak-balik ponsel dan berfikir
kesana-kemari, akhirnya tangan Sehun bergerak menekan tombol ponselnya. Dia
menelfon Hyunmi dari ponselnya.
“Yeoboseyo ...”
Suara lembut terdengar dan masuk kedalam telinga
Sehun, membuat bibirnya kaku. Perkataan yang sudah difikirkannya tadi, entah
kenapa tiba-tiba menghilang seperti tertiup angin saat mendengar jawaban dari
Hyunmi. Sehun hanya diam.
“Nuguseyo?
Yeoboseyo ... yeoboseyo ....”
Sehun membuka bibirnya, tapi tidak mengeluarkan
sepatah katapun. Dia sepertinya mendadak bisu jika mendengar suara Hyunmi.
Sehun tidak punya cukup keberanian untuk mengatakan hal yang ingin dia katakan,
detak jantungnya terlalu cepat dan membuatnya kaku.
Ini membuatnya gila. Akhirnya Sehun menutup
telfonnya dan langsung mematikan ponselnya, dia hanya duduk memandangi
ponselnya yang sudah mati dikursi lapangan.
“Sebenarnya apa yang sudah aku lakukan? Lalu apa
yang harus aku lakukan sekarang, ini memalukan dan ... ah membuatku gila. Aku
tidak bisa melupakannya! Aku terus mengingatnya ...” Sehun menunduk dan menutup
kedua matanya, mencoba memikirkan sesuatu yang mungkin bisa dia lakukan
sekarang.
“Memangnya apa yang terjadi?”
Semua anggota team-nya datang dan menghampiri Sehun
yang mendadak tersenyum menyembunyikan fikiran ‘gila’nya.
“Eoh kalian sudah datang?”
“Kau belum menjawabku, memangnya apa yang terjadi
sampai kau tidak bisa melupakannya?” Xero mengulang kembali pertanyaannya tadi
dan duduk disamping Sehun.
“Tidak, itu bukan apa-apa. Gunmin-ah, ini ponselmu,
gomawo” Sehun beranjak dan memberikan ponsel ditangannya itu pada pemiliknya
lagi.
“Kau memakainya untuk apa?”
“Tidak apa-apa, aku hanya melihat sedikit disana.
Aku menggunakan ponselku, tenang saja”
“Ya dasar Lee Gunmin! Kenapa kau ini pelit sekali?”
Nam Taehyun mencubit-cubit perut Gunmin dan menggodanya.
“Aku tidak pelit, hanya bertanya. Kenapa kau marah?”
Gunmin dan Taehun malah bertengkar dan saling mencubit.
“Hajima. Kita sekarang harus latihan dan fokus pada
pertandingan itu, tinggal beberapa hari lagi. Aku tidak ingin kita kalah nanti,
jadi ayo semuanya keluarkan kemampuan kalian team!”
“Ay ay kapten!”
Mereka bersorak menyemangati semuanya. Dan
latihanpun dimulai tidak lama setelah pembicaraan tentang strategi dan lainnya
dibahas, guru pelatih juga datang dan mereka semua berusaha sebaik mungkin
menyiapkan diri untuk pertandingan antar sekolah sepak bola beberapa hari lagi
nanti.
----- -----
Sehun berjalan menjinjing tasnya melewati kelas 3-B,
melihat murid-murid disana yang sedang ribut setelah Seonsaengniem keluar.
Kedua mata Sehun masih dengan teliti memperhatikan semua orang, yang dicarinya
masih tidak terlihat.
“Kau sedang apa?” tiba-tiba kang Seungyoon membuka
pintu kelas dan berdiri dihadapannya.
“Apa kau bisa tidak datang tiba-tiba dan
mengagetkanku?”
“Kau kaget?”
“Tidak!”
“Mian, aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya
melihatmu terus memperhatikan kelasku, apa kau mencari seseorang atau sedang
memeriksa kelasku?”
“Ya! Untuk apa aku memeriksa kelasmu hah? Apa kau
fikir aku ini ketua kelas yang suka memeriksa kelas lain untuk memenangkan
lomba kebersihan itu?”
“Kenapa kau marah, aku hanya bertanya. Menyebalkan!”
Seungyoon berdecak kesal lalu berjalan melewati Sehun, karena dia harus segera
mengantarkan buku-buku yang dia bawa itu pada Seonsaengniem.
“Hey tunggu Seungyoon-ah!”
“Apa?” Seungyoon berbalik dan berjalan beriringan
dengan Sehun.
“Apa hari ini semuanya hadir dikelasmu, apa ada yang
tidak sekolah?”
“Untuk apa kau menanyakan itu? Aku jadi curiga ...”
“Jawab saja! Aku ini bukan penjahat, jadi tidak
pantas kau curigai”
“Ya! Kau ini memang menyebalkan, aku tidak tahu
kenapa bisa berteman dengan pria se-macammu”
“Hey apa yang kau maksud dengan ‘se-macam-mu’
padaku?”
“Bukan apa-apa. Hari ini ada seorang yang tidak
sekolah, kenapa memangnya?”
“Nugu?”
“Kang Hyein”
“Dia tidak sekolah lagi? Apa kau tahu dia kenapa?”
“Dia belum masuk sekolah lagi, sudah tiga hari.
Sepertinya dia sakit, tapi aku tidak bisa menghubunginya. Kenapa?”
“Eoh? Ah tidak apa-apa, aku hanya bertanya. Hey
bukankah seorang ketua kelas harus selalu mengetahui keadaan setiap murid
kelasnya? Kenapa kau sampai tidak tahu, ketua macam apa kau ini ....”
“Ya! Kau menghinaku?” Seungyoon menghentikan
langkahnya dan menghadap Sehun yang sedang merapikan rambutnya.
“Tidak, aku hanya bicara saja. Kenapa kau marah?”
“Kau tahu? Kau ini sangat menyebalkan, Oh Sehun. Aku
tidak suka padamu, kau menyebalkan. Kenapa orang sepertimu bisa menjadi ketua
kelas dan kapten sepak bola?”
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku ini pintar
dan tampan, jadi mungkin itu alasannya”
“Ya! Aigoo jeongmal ... kau menyebalkan!”
“Hey hey kalian kenapa bertengkar disini, hajimayo!”
Kim Namjoon datang dan menjauhkan mereka berdua.
“Dia yang mulai duluan” Sehun hanya tersenyum dan
menggoda Seungyoon.
“Hey Seungyoon-ah, bukankah kau harus kekantor
mengantar buku itu, kenapa masih disini?” Namjoon menunjuk buku-buku yang masih
dibawa Seungyoon. “Kau juga Sehun, kita harus latihan sekarang. Kenapa kau
malah mengganggu ketua kelasku disini?”
“Aku tidak mengganggunya ...”
“Sudahlah, aku harus pergi. Kalian cepat pergi juga,
latihan yang benar” akhirnya Seungyoon pergi meninggalkan Sehun dan Namjoon
yang masih berdiri dikoridor sana.
“Kenapa dia?” Namjoon menepuk perut Sehun pelan.
“Molla nan molla ..” Sehun pergi begitu saja,
disusul Namjoon yang berlari mendahuluinya.
Sudah tiga hari dengan sekarang Kang Hyunmi tidak
masuk sekolah, membuat Sehun tidak bisa lepas memikirkannya. Juga membuat Sehun
semakin menambah rasa bersalah padanya, dia masih menyalahkan dirinya atas
kejadian waktu itu.
Semenjak terbangun bersama waktu itu, Sehun masih
belum bertemu lagi dengan Hyunmi. Dia tidak masuk sekolah, dan Sehun tidak tahu
dimana rumahnya. Walaupun Lee Gunmin selalu mengatakan kalau rumah Hyunmi hanya
terhalang tiga rumah dari rumahnya, tapi Sehun tetap tidak mau tahu rumah
Hyunmi karena dia masih tidak punya keberanian untuk bertemu dengannya.
“Akh ... awh ...” Sehun terjatuh dan terhantam bola,
mungkin ini sudah beberapa kali sejak latihan dimulai tadi.
“Stop! Oh Sehun, ada apa denganmu? Kenapa dari tadi
kau hanya berlari kesana-kemari tidak jelas, umpan sudah banyak kau lewatkan.
Apa kau fikir latihan ini main-main?” pelatih menghentikan permainan dan
langsung menghampiri Sehun yang masih berbaring dilapangan
“Aku tidak apa-apa, maafkan aku” Sehun bangun dan
memeriksa luka di sikutnya.
“Kau sedang sakit atau kau sengaja membuat tubuhmu
sakit?”
“Maafkan aku, tadi hanya tidak berkonsentrasi”
“Tidak konsentrasi? Lalu dimana fikiranmu sekarang
ini, apa yang kau fikirkan?”
“Aku minta maaf, mulai sekarang aku akan lebih
fokus. Maafkan aku, Saem”
“Dasar kau ini! Sudah, lanjutkan lagi semuanya ...”
pelatih keluar dari lapangan dengan marah dan permainan kembali dimulai.
Yang ada dalam fikiran Sehun sekarang ini hanya
Hyunmi, jadi dia tidak bisa fokus dengan latihannya dan hanya memuat banyak
kesalahan.
“Sehun-ah, kau ini kenapa sebenarnya?”
“Aku tidak apa-apa”
“Beberapa hari ini kau jadi aneh, yah walau biasanya
kau juga aneh tapi entah kenapa aku merasa kalau kau ini jadi bertambah aneh.
Apa ada masalah padamu, kau bertengkar dengan Ayahmu lagi?”
“Tidak, aku baik-baik saja. Tidak ada masalah ...”
Sehun, Gunmin dan yang lainnya masih membereskan
barang-barangnya diruangan mereka. Latihan sudah selesai, dan sekarang mereka
sedang bersiap-siap untuk pulang, karena hari juga sudah malam.
“Lalu kau kenapa?”
“Ya Gunmin-ah, apa kau tahu kenapa Hyunmi tidak
sekolah?”
“Hyunmi? Aku tidak tahu, tapi Seungyoon bilang dia
sakit. Kenapa menanyakan dia?”
“Aku hanya bertanya”
“Eoh astaga! Ya ampun! Kenapa aku ini bodoh sekali
... aku baru mengerti sekarang”
“Apa?” Sehun melepaskan bajunya dan berbalik melihat
Gunmin yang tiba-tiba berteriak.
“Aku sampai lupa. Kau ini sedang kasmaran rupanya,
pantas kau jadi aneh. Hey apa kau dan Hyunmi pacaran?”
“Mwo?” Sehun juga tiba-tiba berteriak mendengar
perkataan Gunmin, membuat beberapa orang disana melihat kearah mereka karena
berteriak-teriak. “Bicara apa kau ini! Tidak ...”
“Ah kau ini, jujur saja padaku. Aku sudah tahu saat
kalian berciuman itu, jadi apa kalian hubungan kalian sudah lama? Kenapa kau
tidak pernah bercerita padaku, mungkin aku bisa membantumu jika begitu”
“Michiseo? Aku tidak ada hubungan apapun dengannya,
kami tidak pacaran!”
“Jangan berbohong, kau kejam sekali tidak mengakui
pacarmu. Aku sudah tahu sekarang”
“Apa kau tidak dengar, aku dan Kang Hyunmi tidak ada
hubungan apapun! Kau gila ..”
Tapi Gunmin terus menggoda Sehun tentang ciuman itu
dan hubungan mereka, membuat Sehun marah dan dengan cepat pergi meninggalkan
sekolah begitu saja.
----- -----
Shin Dongho masih terus berbicara, walaupun
sebenarnya semua perkataan yang dari gerbang tadi dia katakan itu, sama sekali
tidak diperhatikan Sehun sedikitpun. Sehun hanya mendengarnya tanpa seolah itu
hanya angin yang berhembus mengusap telinganya.
Fikiran Sehun masih saja tertuju pada Hyunmi, yang
sudah mengganggu fikiran dan hatinya beberapa hari ini. Membuat semuanya
sedikit berantakan. Perlahan, pandangan Sehun langsung menjelajahi ruang kelas
3-B dari jendela yang sekarang dia lewati. Berharap ada seseorang yang dia
cari.
Bugh ...
“Ah kau ini! sudah kubilang awas, malah terus
berjalan ...” Dongho ikut merapikan beberapa buku yang jatuh saat Sehun dan
wanita itu bertabrakan tadi.
“Gomawo ...”
“Kau tidak apa-apa? Ditabrak seorang yang besar
seperti dia pasti sakit, maaf ya”
“Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Aku juga salah
karena tidak melihatnya”
“Ah Hyunmi-ah, kau ini baik sekali. Kalau aku yang
ditabraknya, pasti sudah aku pukul dengan semua buku ini”
“Hh-hyun-mi?”
Sehun langsung mematung saat wanita yang ditabraknya
itu adalah Hyunmi berdiri setelah membereskan bukunya bersama Dongho. Kedua
manik matanya membulat tidak percaya melihat Hyunmi yang berdiri dihadapannya
sekarang, Sehun benar-benar mematung.
Braakk ....
Buku-buku yang sudah dipegang Hyunmi kembali jatuh saat Hyunmi melihat Sehun
dihadapannya. Kedua mata mereka bertemu, saling menatap dalam diam.
“Eh kenapa lagi, kau ini. Apa bukunya terlalu berat
sampai kau menjatuhkannya lagi?” Dongho kembali membereskan buku-buku itu.
Sehun dan Hyunmi masih saling menatap, mereka tidak
mengatakan apapun. Entah apa yang terjadi, tapi seolah mereka berdua bisa mengerti
apa yang masing-masing rasakan dan fikirkan lewat tatapan itu.
“Hey, kenapa kalian diam? Ini bukunya, Hyunmi ...
hey Hyunmi ini bukumu!” Dongho menarik tangan Hyunmi dan memberikan bukunya,
tapi Hyunmi masih saja diam. “Ya sudahlah, aku saja yang membawakannya untukmu
...” akhirnya Dongho membawa buku-buku Hyunmi dan masuk kedalam kelasnya,
menyimpannya dimeja Hyunmi.
“Hyunmi-ah ...”
“Aduh kalian ini masih diam? Apa kalian marah karena
bertabrakan tadi, sudahlah berdamai saja. Sehun-ah, cepatlah aku harus
kekelasku!”
Sehun sudah mengucapkan sesuatu saat Dongho kembali,
walau itu hanya nama Hyunmi. Tapi karena terlalu lama dan kesal, akhirnya
Dongho menarik Sehun pergi dari sana.
Hyunmi yang sudah sadar, dengan cepat memalingkan
pandangannya dan masuk kedalam kelas. Walau Sehun masih terus menarapnya, tapi
tarikan Dongho sangat kuat untuk membuatnya berjalan dan pergi dari depan kelas
3-B itu.
Akhirnya, dua orang itu bertemu juga. Dan ini adalah
pertemuan pertama sejak kejadian waktu itu. Memang berbeda, mereka berdua
sangat canggung dan malah menghindar satu sama lain.
Terbukti, setelah bertatapan pagi tadi, Sehun dan
Hyunmi yang kembali bertemu dibeberapa waktu malah memilih untuk menghindar.
Saat bertemu di koridor, dikanten, ditaman, dihalaman, dilapangan, dan
diperpustakaan. Mereka berdua tidak ingin saling bertatapan lagi.
“Jun-ah, apa kau juga memikirkan apa yang
kupikirkan?” Shin Dongho berbalik dan menghantikan langkahnya didepan Kangjun.
“Geurae. Aku fikir juga begitu, lebih baik menonton
Star Trek daripada ikut pelajaran tambahan yang membosankan ini”
“Hey kalian, apa setuju dengan kami?” Dongho menatap
Seungyoon yang mengantuk dan berjalan dengan menyandarkan kepalanya pada
Jackson yang sibuk dengan ponselnya.
“Yang terbaik menurutku sekarang adalah tidur”
“Daripada belajar, mungkin lebih menyenangkan
berkencan .. haha” Jackson tertawa masih dengan menatap tajam layar ponselnya
itu.
“Lalu kau Sehun-ah?” Kangjun menatap Sehun yang
tidak bicara apapun dari tadi.
Semuanya berhenti dan menatap Sehun yang terus
berjalan pelan, seperti mayat berjalan. Dari tadi saat semua ketua kelas -kelas
tiga- dipanggil Saem untuk pengumuman, Sehun tidak bicara apapun. Hanya diam
dan sesekali menahan senyum.
“Apa kau gila?” Kangjun berlari mengejar Sehun dan
menahannya, lalu menatapnya dan memperhatikan semua penampilannya.
“Wae?” Sehun melangkah mundur menghindari Kangjun.
“Sehun-ah, apa kau baik-baik saja?”
“Yah aku baik. Dengar, ini sudah malam, jadi aku
seperti ini ...”
“Seperti apa?”
“Hya. Apa kalian lupa? Oh Sehun akan menjadi super
menyebalkan saat dia kelelahan dan mengantuk, dan kurasa sekarang dia
mengantuk” Seungyoon menendang kaki Sehun pelan.
“Kau benar, dia memang menyebalkan!” Kangjun
berhenti menatap Sehun dari dekat dan kembali berjalan beriringan dengan yang
lain.
“Ahh ... aku juga mengantuk, ini melelahkan. Jam
berapa ini?” Jackson menguap dan meregangkan tubuhnya.
“Hampir jam sembilan. Hey simpan ponselmu, Saem akan
mengambilnya jika kau terus mengeluarkannya seperti itu!” Dongho memukul kepala
Jackson dan berlari melewatinya.
“Ya! Apa harus kau memukulku? Aku juga mengerti,
babo!” Jackson juga berlari mengejarnya.
Sedikit candan itu mengembalikan kesegaran mereka
untuk kembali bercampur dengan pelajaran. Walau ini sudah malam, tapi sejak
satu bulan yang lalu dan seterusnya kedepan, semua kelas tiga harus mengikuti
pelajaran tambahan untuk ujian nanti. Hanya sampai jam sepuluh saja, tapi itu
terasa sangat berat daripada berlari selama 90 menit saat bermain bola. Kelima
ketua kelas itu sudah kembali ke kelasnya masing-masing sekarang.
Sehun hanya memutar-mutarkan pensilnya dan menatap
buku latihannya, dia sama sekali tidak berhasrat untuk mengerjakan satu soalpun
dibuku itu. Seonsangniem tidak ada sekarang, dan mungkin akan kembali sekitar
sepuluh atau lima belas menit lagi untuk memeriksa latihan mereka. Sehun
memikirkan hal yang menurutnya lebih penting daripada latihan itu sekarang.
“Sehun-ah, apa kau mau keluar? Kita pulang saja, aku
jamin tidak akan ketahuan. Eottae?” Gunmin tersenyum menatapnya dari samping.
Sehun tidak menjawab dan hanya menggelengkan
kepalanya tanpa melihat Gunmin disampingnya, tatapannya kosongnya masih pada
buku latihan itu.
“Apa kau tidak mau? Benar kau tidak mau dan akan
disini sampai tua?”
Sehun tersenyum dan tiba-tiba dia melempar pensilnya
lalu berlari keluar dari kelasnya, membuat beberapa murid lain melihatnya yang
mendadak pergi ditengah keheningan kelas ini. Termasuk juga Gunmin yang merasa
kalau dia dikhianati. “Tadi bilang tidak mau, kenapa sekarang malah pergi sendirian?
Dasar menyebalkan!” akhirnya Gunmin hanya menegumpat kesal karena ditinggal
Sehun.
Tapi bukan seperti yang Gunmin fikirkan, Sehun tidak
keluar untuk pulang, karena Sehun keluar dari kelasnya dan masuk ke kelas
Hyunmi.
“Hey kenapa kau kemari, ada apa?” Seungyoon akhirnya
bertanya setelah beberapa detik Sehun yang tiba-tiba datang itu hanya berdiri
diam didepan kelasnya.
“Apa mungkin kau tersesat dan salah masuk kelas,
Sehun-ah?” dengan polosnya, Namjoon tertawa melihat Sehun yang masih berdiri
menatap Hyunmi itu.
Saat datang tadi, mata Sehun sempat bertemu dengan
mata Hyunmi, sebelum akhirnya Hyunmi memalingkan wajahnya dan menunduk
menghindari Sehun.
“Kau mau apa? Jangan membuat masalah malam-malam
begini, aku lelah untuk mengurusmu. Jadi silahkan pergi dengan baik-baik, Ketua
kelas Oh” Seungyoon yang baru bangun tidur itu menunjuk pintu, menyuruh Sehun
tidak mengganggu kelasnya yang masih ditinggal Seonsaengniem.
Perlahan Sehun berjalan menghampiri meja Hyunmi,
menatap rambut gadis itu yang sengaja menutupi wajahnya. Setelah semakin dekat,
Sehun mempercepat langkahnya dan langsung menarik tangan Hyunmi, membawanya
keluar.
“Apa yang kau lakukan? Lepaskan!” Hyunmi berusaha
melepaskan genggaman tangan Sehun yang ternyara sangat kuat itu.
Sehun terus berjalan menarik Hyunmi menjauh dari
kelasnya dan jajaran kelas tiga yang masih banyak orang itu, Sehun membawa
Hyunmi kebalkon dekat tangga.
“Lepaskan aku, kenapa kau ini? Lepaskan!”
“Hyunmi-ah ...” Sehun berhenti dan menatap Hyunmi
yang masih berusaha melepaskan dirinya dari Sehun.
“Lepaskan!”
“Ya Kang Hyunmi!” Sehun akhirnya melepaskan tangan
Hyunmi dan membuat Hyunmi diam karena terkejut dengan teriakannya. “Ayo kita
berpacaran ...”
Hyunmi langsung mengangkat wajahnya, menatap Sehun
tidak percaya. Apa yang baru saja Sehun katakan padanya?
“Kubilang ayo kita berpacaran ...”
“Mmwo?”
Hyunmi tidak menjawab dan hanya menatap Sehun, dia
masih mencerna perkataan Sehun padanya. Apakah itu sungguhan? Apa maksudnya
itu?
“Aku tidak
punya waktu bermain-main denganmu” Hyunmi mengalihkan pandangannya dan berjalan
meninggalkan Sehun begitu saja.
“Hyunmi-ah ...” Sehun menarik tangan Hyunmi dan
membuat mereka kembali berhadapan.
“Kubilang aku tidak punya waktu untukmu, lepaskan
aku!”
“Aku tidak bercanda, ayo kita berpacaran”
“Apa kau tidak mengerti yang kukatakan?”
“Hyunmi-ah, maafkan aku sungguh. Ak-aku .. aku sudah
mengingatnya, dan itu salahku. Mungkin jika aku tidak memintamu untuk
membantuku waktu itu, pasti itu tidak akan terjadi. Maafkan aku ..”
Hyunmi tidak menjawab, dia melepaskan tangan Sehun
dan kembali berjalan meninggalkannya.
“Apa hanya seperti ini ...”
Hyunmi menghentikan langkahnya.
“Apa semudah itukah kau melupakan semuanya? Apakah
yang sudah terjadi itu tidak berarti apa-apa bagimu sehingga kau bersikap
seperti ini padaku?” Sehun kembali menghampiri Hyunmi yang berdiri diam.
“Sehun-ah ...”
“Sungguh aku minta maaf padamu, aku tidak tahu akan
seperti ini. Tolong maafkan aku ...”
Hyunmi tidak menjawab lagi, dia menunduk. Hyunmi
tidak bisa menahannya lagi, dia menangis. Melihat itu, perlahan Sehun mendekat
dan memeluknya.
“... maaf hiks hiks ... Maafkan aku Sehun-ah, ini
juga salahku. Seharusnya aku pergi waktu itu, tapi aku tidak tahu kenapa aku__”
“Ssst ... jangan minta maaf, ini semua salahku.
Jangan menangis”
“Sehun-ah mianhae ...”
“Hyumi-ah, mulai sekarang ayo kita berpacaran. Apa
kau mau memaafkanku?”
Dalam pelukan Sehun, Hyunmi hanya mengangguk sebagai
jawabannya untuk pertanyaan itu. Hyunmi membalas pelukan Sehun dan mulai
berhenti menangis.
Setelah beberapa lama, akhirnya mereka berdua
kembali ke kelas. Sehun kembali duduk disamping Gunmin yang menatapnya sinis.
“Kau kenapa?”
“Kukira kau pulang”
“Aku tidak pulang, bukankah kau tadi mengajakku
pergi bersama?”
“Lalu darimana kau tadi?”
“Aku tadi ...” Sehun mencoba memakai eyesmile pada
Gunmin. “Aku sudah menembakkan peluru tadi”
“Mwo? Peluru apa?” Gunmin tidak mengerti dengan
maksud Sehun yang hanya senyam-senyum itu. “Kau ini aneh, dan menyebalkan!”
akhirnya Gunmin kembali pada buku-bukunya dan melupakan soal Sehun.
----- -----
Sejak saat itu, seiring dengan berjalannya waktu, hubungan
Sehun dan Hyunmi menjadi lebih baik. Mereka berdua bersama dan berdamai. Walau
semua itu tidak bisa dilupakan, tapi mereka tidak akan terus membicarakan hal
itu dan menyimpannya jauh didalam hati, sebagai kenangan.
----- -----
“Lalu kenapa kau memintaku menjadi pacarmu kalau
begitu? Sebenarnya kau menyukaiku atau hanya merasa bersalah padaku?”
Pertengkaran kembali terjadi antara mereka, walaupun
hubungan mereka berjalan baik, tapi bukan berarti itu tanpa pertengkaran.
Karena banyak sekali pertengkaran yang terjadi untuk membuat hubungan mereka
terus lebih baik. Sehun yang menyebalkan dan Hyunmi yang tidak mau kalah. Itu
membuat mereka cocok dan serasi.
“Hey .. kenapa kau selalu menanyakan itu?”
“Jawab aku, Oh Sehun!”
“Ah baiklah. Kang Hyunmi, kau tahu tidak kalau aku
menyukaimu sejak kau menjadi putri dalam drama sekolah setahun lalu?”
“Benarkah?”
“Saat itu, kau cantik sekali. Kecantikanmu membuat
hatiku bergetar, entah kenapa. Sejak itu, aku selalu memperhatikanmu diam-diam.
Tapi kau selalu bersama Kang Seungyoon, jadi kukira kalian pacaran”
“Aku dan Seungyoon hanya teman, dia memang baik pada
semua wanita, termasuk aku”
“Aku tahu”
“Kau tahu? Tadi kau bilang__”
“Itu hanya dugaanku, dan aku tahu yang sebenarnya
setelah bertanya pada Seungyoon tentangmu. Dia bilang kau hanya temannya ...”
“Lalu?”
“Aku masih tetap menyembunyikannya, aku tidak bsia
mengungkapkannya padamu. Awalnya karena dugaanku itu, aku dan Seungyoon
berjanji tidak akan jatuh cinta pada wanita yang sama. Tapi walau aku sudah
tahu, tetap saja aku tidak bisa mengatakannya padamu”
“Apa benar kau menyukaiku?”
“Entahlah, aku tidak tahu. Aku hanya ingin selalu
memperhatikanmu, aku tidak ingin kalau kau bersama pria lain, termasuk ketua
kelasmu itu. Dan waktu itu, saat Seungyoon menggandeng tanganmu, aku kesal
sekali”
“Waktu itu kapan?”
“Saat ulang tahun Seungyoon. Jadi, aku menarikmu
untuk membantuku menghabiskan soju waktu itu. Aku hanya ingin bersamamu”
“Jeongmal?” Hyunmi menatap Sehun penuh harap, dia
sedikit menggoda Sehun yang menahan malu karena menceritakan itu semua.
“Sudahlah, aku tidak tahu bicara apa. Semua itu
bohong, aku tidak menyukaimu. Aku pergi ..” Sehun meninggalkan Hyunmi yang
masih duduk dilapangan, dengan cepat dia berjalan menjauhinya.
“Hey tunggu aku ... mau kemana kau ini?” Hyunmi juga
berlari mengejar Sehun yang sudah jauh didepannya. “Sehun-ah tunggu aku hey ...
Ya! Tung__ oh ohok uwoh hok ....”
Hyunmi tiba-tiba terjatuh, dia batuk-batuk dan hampir
muntah. Atau mungkin muntah tapi batuk, jadi tidak jadi muntah. Ah entahlah.
“Ya! Kau ini ... merepotkan saja” Sehun berbalik
melihat Hyunmi yang sekarang masih terduduk ditanah dan menutup mulutnya. “Kau
kenapa?” dengan santainya, Sehun kembali dan berjalan menghampiri Hyunmi.
“Aku pusing ...”
“Kau pusing? Seharusnya aku yang pusing karena
mendengar semua kemarahanmu itu, kenapa malah jadi kau yang pusing. Ayo berdiri
..” Sehun mengulurkan tangannya untuk membantu Hyunmi berdiri.
“Aku lemas, rasanya kepalaku seperti berputar”
“Kau terus mengatakan kau lemas beberapa hari ini,
tangan dan kakimu juga bengkak. Sudah aku bilang, jangan marah-marah terus, kau
jadi sakit kan. Apa kita harus kedokter?”
“Tidak perlu, aku baik-baik saja”
“Kau ini pucat, apa kau benar tidak apa-apa?”
“Aku tidak apa-apa ..”
“Harusnya kau tidak sekolah dari kemarin jika memang
sakit, daripada sekolah tapi merepotkan seperti ini ..”
“Yah aku nanti akan sembuh, tidak apa-apa ...”
Hyunmi menarik tangan Sehun sebagai tumpuan untuk berdiri, setelah itu mereka
kembali ke kelas dengan sedikit pertengkaran lagi.
Akhirnya sampai juga, Sehun memapah Hyunmi dari
lapangan tadi sampai ke depan kelasnya sekarang. Dan itu melelahkan.
“Kau masuklah ..”
“Ne, gomawo” Hyunmi berjalan masuk menuju mejanya,
sementara Sehun masih melihatnya dari jendela.
Bugh ...
Hyunmi terjatuh lagi, dan sepertinya kali ini dia
bukan jatuh biasa. Hyunmi pingsan. Melihat itu, beberapa orang dikelas
menghampiri dan menolongnya.
“Aiish kenapa lagi, merepotkan!” Sehun membuang
nafas kesal lalu masuk kedalam kelas dan menghampiri Hyunmi. “Biar aku yang
membawanya ke rumah sakit ...”
“Eoh baiklah kalau begitu, tolong dia yah”
Sehun menggendong Hyunmi dan berjalan keluar dari
kelasnya. Walau tidak lambat, tapi ini masih kurang cepat untuk penanganan
pertama, Sehun terlalu menyebalkan.
“Ya! Kenapa Hyunmi?”
“Apa kalian sedang bermain peran atau sedang
bermesraan?” Shin Dongho dan Xero tiba-tiba menghadang ditengah jalan Sehun,
menambah durasi waktu.
“Hyunmi pingsan, dia sakit”
“Ommo! Kasihan sekali dia, lalu kau mau kemana?”
“Aku akan pergi ke rumah sakit”
“Kau minta bantuan pada guru perawat dulu, mungkin
mereka bisa menolong Hyunmi”
“Iya, aku akan kesana dulu. Tapi kalian tiba-tiba
datang dan menghalangi jalan ...”
“Ish dasar menyebalkan!” Dongho mengeluarkan tatapan
laser pada Sehun dan sedikit menjauh darirnya.
“Tapi kau tidak boleh menggendongnya seperti ini
...”
“Kenapa memangnya, hey kau itu tidak tahu kalau dia
ini berat sekali”
“Ayo turunkan dulu”
“Kenapa, ada apa memangnya?”
“Kau harus menutup rok Hyunmi, kakinya terlihat. Ayo
lepaskan jaketmu dan ikatkan pada Hyunmi untuk menutup roknya”
“Aish. Kenapa wanita selalu bermasalah dengan bagian
bawahnya? Ini merepotkan! Baiklah, tolong pegang dia sebentar ...” akhirnya
Sehun memberikan Hyunmi pada Xero sementara dia melepaskan jaketnya. Setelah
itu, setelah rok dan bagian bawah Hyunmi aman, Sehun kembali menggendong Hyunmi
dan membawanya pada perawat sekolah sebelum akhirnya mereka benar-benar ke
rumah sakit karena Hyunmi demam tinggi.
----- -----
Hyunmi hanya terbaring lemas diranjang, sementara
Sehun dan seorang guru dari sekolahnya masing menunggu dokter untuk menanyakan
keadaan Hyunmi.
“Ah itu dia dokternya datang ...” duru itu langsung
menghampiri seorang dokter wanita yang masih berjalan kearah mereka.
“Dokter, bagaimana keadaannya?”
“Iya, sepertinya dia baik-baik saja, hanya
kelelahan. Tapi mari kita lihat hasil tes nya ..” Dokter itu membuka catatan
yang dibawanya.
“Sebentar, ada yang menelfonku. Sehun-sshi, tolong kau
dengarkan Dokter dengan baik ne?” guru itu mengambil telfonnya yang bergetar
dan berjalan menjauhi mereka.
“Ne, Saem” Sehun mengangguk”
“Eoh kalian ini masih SMA?” ekspresi dokter itu
berubah saat melihat hasil pemeriksaan dan memperhatikan seragam yang dipakai
mereka.
“Iya Dokter, kami masih kelas tiga. Memangnya
kenapa?”
“Apa kalian berpacaran? Hasil tes ini menunjukkan
kalau Kang Hyunmi ...” dokter menggantung kalimatnya dan menatap Hyunmi yang
masih menunggu kelanjutan kalimat itu. “..... hamil. Dia hamil lima minggu ...”
Lanjutan kalimat dokter itu berhasil membuat Hyunmi
dan Sehun mematung bak ditabrak sebuah container. Perasaan kaget, tidak
percaya, dan sedih bercampur dalam fikiran mereka. Ini benar-benar mengejutkan
dan diluar dugaan, Kang Hyunmi hamil.
“Aku tidak tahu apa ini baik atau buruk untuk
kalian, tapi jika melihat kalian masih sekolah, kurasa ini sedikit tidak baik.
Dengar, kehamilan itu bukan sesuatu yang mudah. Kalian harus memikirkan ini
dengan baik, jangan sampai ini menjadi masalah besar yang akan menghancurkan
kalian sendiri ...” dokter itu mengusap pundak Sehun sebelum dia pergi
meninggalkan mereka yang masih diam karena kehilangan setengah kesadarannya
“ .... a-ak-ku hamil ??” Hyunmi memegang perutnya,
masih mencoba mempercayai apa yang dikatakan dokter itu padanya tadi.
“Hey ada apa? Hyunmi baik-baik saja?” guru itu
datang dan melihat mereka yang masih terdiam.
“Hyunmi .. dia ...”
“Aku tidak apa-apa Saem, aku baik-baik saja” Hyunmi
bangun dan duduk, mencoba tersenyum pada guru yang sekarang berdiri
disampingnya.
“Dokter bilang apa tadi?”
“Aku hanya kelelahan, sebentar lagi akan sembuh.
Gamsahamnida Saem”
“Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi dari sini. Aku
ada banyak pekerjaan disekolah, lalu apa kalian akan kembali ke sekolah atau
pulang saja?”
“Aku sebaiknya pulang saja, Saem. Istirahat akan
lebih baik”
“Baiklah, aku antar kau kerumahmu. Kau juga pulang,
Sehun-sshi?”
“Aku akan menemani Hyunmi sebentar”
“Ne. Ayo kita pulang, kau bisa berjalan sendiri?”
“Iya, aku bisa”
Akhirnya mereka pergi dari rumah sakit. Walaupun
Sehun dan Hyunmi masih tidak banyak berkata-kata karena masih sangat tidak
percaya dengan kehamilan Hyunmi. Lalu, jika itu benar, apa yang harus mereka
lakukan selanjutnya? Mereka itu masih kelas tiga SMA yang beberapa bulan lagi
akan ujian, apa yang bisa mereka lakukan?
Sekarang Hyunmi dan Sehun hanya duduk berdua diruang
tamu rumah Hyunmi, hanya ada mereka berdua karena orang tua Hyunmi masih
bekerja. Hyunmi hanya menunduk menahan tangis sambil terus memegangi perutnya yang
sekarang sudah ada sesuatu disana.
“Hyunmi-ya ...”
“.... bagaimana ini? Ak-aku hamil dan kita ... aku
tidak tahu harus apa?”
“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“ ... hiks hiks ... bayi ini ... aku harus bagaimana
sekarang ...”
“Hyunmi-ya maafkan aku. Ini- ini diluar fikiranku,
maaf Hyunmi-ah”
“Sehun-ah ...”
“Aku akan memikirkannya, apa yang harus kita
lakukan. Jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja”
Sebenarnya, melihat Hyunmi menangis seperti ini,
Sehun juga ingin sekali menangis rasanya. Tapi entah kenapa air matanya tidak
bisa keluar, itu seperti tertahan. Saat ini, tidak ada yang bisa mereka
fikirkan. Yang ada hanya jutaan prasangka aneh untuk apa yang akan terjadi
nanti jika kehamilan Hyunmi sampai diketahui orang lain. Teman mereka, tetangga,
keluarga mereka, orang tua mereka, bagaimana jika mereka semua tahu tentang
itu. Sehun dan Hyunmi masih sekolah, mereka masih terlalu kecil untuk memiliki
seorang anak kecil.
----- -----
Hari ini mungkin baik untuk sebagian orang, mungkin
juga buruk untuk sebagian orang. Dan hari ini melelahkan untuk Sehun dan
Hyunmi. Mereka terlalu banyak berfikir dan membayangkan banyak hal yang baik
dan buruk tentang mereka.
“.. aku tidak bisa membayangkan jika Appa dan Eomma
jika tahu kalau aku .. hiks hiks”
“Hanya ada dua pilihan yang bisa kufikirkan ...”
Sehun tidak melanjutkan perkataannya, dia melirik Hyunmi yang kembali menangis
disampingnya sekarang. Kedua matanya sudah bengkak karena menangis semalamam
mungkin.
“Apa yang akan kita lakukan?”
“Kau dan aku menikah, atau ...” Sehun mengalihkan
pandangannya kearah lain, sementara Hyunmi malah menatap Sehun menunggu pilihan
keduanya. “Atau ...” Sehun menarik nafas dalam, mengumpulkan sedikit kekuatan
untuk mengatakannya.
“Atau apa?”
“Kau menggugurkan bayinya ...”
“Mwo?” Hyunmi langsung membulatkan kedua matanya
menatap Sehun yang sekarang menunduk. “Menggugurkan bayinya?”
“Kita masih sekolah, tidak mungkin jika kita menikah
secepat ini. Akan banyak masalah yang muncul jika kau dan aku tiba-tiba
menikah. Aku tidak tahu apa lagi yang bisa kita lakukan ...”
“Tapi bayinya ... aku ti-tidak bisa ...”
“Aku mengerti Hyunmi-ya, ini pasti sulit untukmu.
Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan selain menggugurkan bayi itu”
“... tidak ...” Hyunmi menangis dan terus menggelengkan
kepalanya, perlahan dia melangkah mundur menjauh dari Sehun.
“Mianhae Hyunmi-ya ...” Sehun mendekat dan menarik
Hyunmi kedalam pelukannya, memeluknya erat. “Aku harap kau bisa mengerti ...”
“Aku tidak tahu harus bagaimana ...”
Di balkon itu, Sehun dan Hyunmi masih berpelukan.
Hyunmi masih tidak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar, sedangkan Sehun
memilih untuk tetap memeluk Hyunmi, menjadi tempat Hyunmi untuk menangis dan
mengeluarkan perasaannya.
“Ya Sehun-ah! Kalian sedang apa disini?” Nam Taehyun
tiba-tiba datang dan memperhatikan mereka.
“Taehyun-ah, maaf sepertinya aku tidak akan latihan
sekarang ...” Sehun masih tidak melepaskan Hyunmi yang menyembunyikan
tangisannya dari Taehyun.
“Memangnya kalian sedang apa disini?”
“Hey hey apa yang kalian lakukan?” Kang Seungyoon
dan Kangjun juga datang menghampiri mereka.
“Kami tidak melakukan apa-apa ...”
“Lalu kenapa kalian berpelukan disini?”
Hyunmi melepaskan pelukan Sehun, dia menyeka air
matanya dan merapikan penampilannya. Hyunmi bersembunyi dibalik pungguh Sehun,
menghindari mereka yang tiba-tiba datang itu.
“Hyunmi-ya, apa kau menangis?” Seungyoon mendekati
Hyunmi.
“Anio ...”
“Oh Sehun! Apa yang kau lakukan sampai membuat
Hyunmi menangis seperti itu?” Kangjun yang juga ikut memperhatikan Hyunmi
langsung mendekati Sehun.
“Tidak apa-apa, dia baik-baik saja”
“Kalian sedang bertengkar?”
“Tidak, kami baik-baik saja. Sepertinya kami harus
pergi sekarang, ah Taehyun tolong bilang pada yang lain dan sampaikan maafku”
“Baiklah jika kau memang tidak mau latihan”
“Kami pergi dulu ...” Sehun menggandeng tangan
Hyunmi dan pergi meninggalkan mereka dengan cepat, tidak ingin membuat masalah
baru dengan membuat kecurigaan dari orang lain.
----- -----
Angin berhembus menerbangkan banyak daun-daun
kering, musim gugur ini membuat banyak sekali daun berjatuhan dari pohonnya.
Angin menggerakkan awan, dan juga angin berhembus mengeringkan air mata yang
membasahi kedua pipi Hyunmi.
Malam yang dingin ini, Hyunmi tidak mau beranjak
dari kursi dihalaman belakangnya. Dia masih ingin merasakan belaian angin dan
gelapnya malam disana, dia sedang berusaha memikirkan apa yang harus dia
lakukan untuk menyelesaikan masalah ini. Masalahnya dengan Sehun dan bayi itu.
“Aku mencintaimu, Oh Sehun ... aku mencintaimu. Ini
.. bayi ini kenapa harus menjadi korban atas kesalahanku?” Hyunmi memegangi
perutnya dengan erat. Walaupun bayi itu adalah ketidak sengajaan, dan mungkin
menjadi masalah besar baginya, tapi Hyunmi tetap saja seorang wanita, dia
manusia yang memiliki hati dan perasaan. Jika harus menggugurkan bayinya, ...
mungkin itu adalah pilihan terakhir setelah semua usaha benar-benar gagal.
“Aku tidak ingin ini terjadi, tapi sekarang aku
harus tetap meilih. Bayi ini ... aku akan selalu menyayangimu ....”
Hyunmi menghapus air matanya, dia sedikit tersenyum
dan mengusap perutnya. Hyunmi sudah memilih pilihannya, dia sudah memutuskan
apa yang akan dia lakukan untuk menyelesaikan masalah ini.
Akhirnya malam yang gelap dan diingin ini berlalu,
entah itu dengan cepat atau lambat aku tidak tahu. Dan sekarang pagi sudah
datang, sang surya menerangi semuanya untuk membuat segalanya terasa lebih
indah.
“Dimana Hyunmi?” itu yang dari tadi Sehun fikirkan.
Kesana kemari Sehun mencarinya, tapi Hyunmi tidak ada dimanapun. “Aku tidak
tahu harus mencarinya kemana lagi ...” Sehun akhirnya kembali duduk dikelasnya,
memandangi layar ponselnya.
“Siapa yang kau cari itu?” Gunmin datang dan
memandang Sehun yang tidak menghiraukan kedatangannya.
“Itu pasti menyakiti hatinya ...”
“Apa? Siapa yang kau maksudkan itu, Sehun-ah?”
“Maafkan aku ...”
“Baiklah, aku maafkan. Dan sekarang jelaskan saja
padaku apa yang terjadi padamu, mungkin aku bisa membantumu menyelesaikan
masalah yang membuatmu murung seperti ini”
Sehun menatap Gunmin polos, yang dia katakan itu
bukan untuk Gunmin, tapi Hyunmi. Sehun fikir kalau Hyunmi marah padanya karena
rencana tentang menggugurkan bayi itu.
“Hey Sehun!”
“Apa?”
“Kau kenapa?”
“Aku tidak apa-apa ...”
“Benarkah? Tapi sepertinya kau ini sedang stress,
atau mungkin kau sakit?”
Ponsel yang dipegang Sehun bergetar, tertera nama
Hyunmi disana. Hyunmi menelfon. Tapi Sehun hanya diam menatap layar ponselnya,
sampai beberapa detik berlalu.
“Kau tidak mengangkat telfonnya?”
Sehun beranjak dan pergi meninggalkan Gunmin yang
masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Setelah keluar dari kelasnya,
Sehun menarik nafas panjang dan mengangkat telfonnya sambil terus berjalan.
Sehun :
Hyunmi-ya ...
Hyunmi :
Sehun-ah, maafkan aku
Sehun :
Kau dimana?
Hyunmi :
Kau bisa bertemu denganku? Aku ditaman kota
Sehun :
Baiklah, aku akan kesana sekarang. Tunggu aku
Dengan cepat Sehun menutup telfonnya dan berlari
meninggalkan sekolah, walaupun awalnya tidak bisa karena penjaga tidak
mengijinkannya keluar disaat sekolah masih belum selesai. Tapi itu bukan
masalah besar untuk Sehun, dan dia keluar dengan mudah.
Sehun berjalan perlahan melihat Hyunmi yang sedang
duduk sendirian, Sehun tidak tahu Hyunmi itu sedang menangis atau tersenyum.
Sehun terus berjalan menghampirinya.
“Eoh wasseo ...”
“Kenapa kau disini, apa yang sedang kau lakukan?”
Hyunmi tersenyum dan menarik tangan Sehun untuk
duduk disampingnya, Hyunmi mengusap pipi Sehun lembut dan kembali tersenyum.
“Sehun-ah, aku sudah memikirkan banyak hal semalam.
Tentang aku, kau, dan dia. Bayi ini”
“Kau tidak apa-apa, Hyunmi?”
“Aku baik-baik saja, hanya rasanya aku sangat jahat
..”
“Apa maksudmu?”
“Aku sudah memikirkannya ..” Hyunmi menggenggam
tangan Sehun dan menatapnya. “Aku akan menggugurkan bayinya ...”
“Hyunmi-ya?”
“Walau ini sangat jahat, tapi aku mengerti. Tidak
ada yang bisa kita lakukan, ini akan menjadi masalah untuk kau dan aku. Maafkan
aku”
“Tidak Hyunmi-ya, aku yang harus minta maaf padamu”
Sehun langsung menarik Hyunmi kedalam pelukannya.
“Karena kesalahan fatal yang tidak bisa kita
perbaiki, Tuhan memberikan kita hadiah ini. hadiah luar biasa yang mungkin
menjadi bencana yang berat untuk kita. Kita harus merahasiakannya ...”
“Iya, aku berjanji padamu. Kita akan
merahasiakannya, dan aku akan selalu bersama selamanya. Saranghae Hyunmi-ya ..”
“Kau mencintaiku?” Hyunmi melepaskan pelukan Sehun
dan menatapnya, seolah meyakinkan apa yang baru saja dikatakan Sehun padanya.
“Jeongmal?”
“Geurae, aku mencintaimu”
Hyunmi tersenyum dan mengalihkan pandangannya dari
kedua mata Sehun. “Kau tahu Sehun-ah?”
“Tahu apa?”
“Aku sudah menyukaimu sejak tiga tahun lalu ...”
“Mwo? Jeongmalyeo?”
“Waktu itu kita pertama kali bertemu, diperpustakaan
saat kau menabrakku untuk mendapatkan buku yang kau cari. Kau ingat? Sejak itu,
aku selalu memperhatikanmu. Melihat senyumanmu, melihatmu bermain bola, dan
melihatmu menjadi kapten team bola yang banyak dilihat wanita”
“Tidak banyak, hanya beberapa wanita yang melihatku”
Hyunmi tersenyum. “Kau juga selalu bersama
Seungyoon, dan kadang kau tersenyum jika melihatku bersama Seungyoon. Kukira
kau tidak menyukaiku ..”
“Itu karena aku fikir kalau kalian pacaran. Sudah
aku bilang, aku dan Seungyoon berjanji tidak akan pernah mencintai wanita yang
sama”
“Aku tidak pernah berfikir kalau kau dan aku akan
bersama, bergandengan tangan dan tersenyum bersama. Aku sangat menyukaimu, dan
aku tidak punya keberanian untuk mengatakannaya padamu. Aku takut kau menolakku
...”
“Dan itu juga yang aku rasakan, kita berdua ini
sama. Kau dan aku saling mencintai”
“Benar, dan itu juga yang ingin aku yakinkan
padanya. Aku ingin dia tahu kalau aku dan kau saling mencintai”
“Dia siapa?”
“Bayi ini ...” Hyunmi menunduk dan mengusap
perutnya, sementara Sehun hanya diam melihat Hyunmi seperti itu. Sehun tidak tahu
harus berkata apa sekarang. “Aku ingin dia mengetahuinya sebelum kembali pergi,
aku tidak ingin menyakiti hatinya. Mungkin dengan mengetahui kita saling
mencintai, dia akan mengerti kalau ini adalah pilihan yang tidak ingin kita
pilih sebenarnya. Anugrah dari surga ini, mari kita menghargainya ..”
“Maafkan aku Hyunmi-ya, tidak seharusnya kau
mendapatkan ini dari pecundang sepertiku”
“Tidak apa-apa, ini kesalahan kita berdua”
“Baiklah, kita akan pergi bersama ke rumah sakit”
“Keundae Sehun-ah, bolehkah aku meminta sesuatu
darimu?”
“Hm apa?”
“Aku ingin kau berdoa untuknya, katakan yang ingin
kau katakan padanya ... Kau mau?”
“Baiklah ...”
Sehun mengikuti Hyunmi yang memejamkan kedua
matanya, perlahan tangan Sehun juga mengusap dan memegang perut Hyunmi.
“Tuhan, tolong maafkan aku. Aku sangat-sangat
menyesal dan minta maaf, aku tidak bisa melindungi bayi ini. Aku tidak bisa
menjaga hadiah darimu dengan baik, tapi aku mohon tolong biarkan dia pergi
ketempat yang lebih baik, yang lebih indah bersamamu. Walau dia hanya sebentar
bersamaku, tapi aku menyayanginya. Maafkan aku ...”
Sehun terdiam mendengar ucapan Hyunmi yang pelan
tapi masih sangat terdengar baginya, Sehun melihat Hyunmi yang masih memejamkan
matanya menangis. Hyunmi benar-benar menangis.
Mendengar doa yang diucapkan Hyunmi, rasanya Sehun seperti
dihantam tombak panas tepat dijantungnya. Hatinya bergetar. Sehun tidak tahu
kalau ini sangat menyakiti hati Hyunmi sampai dia menangis seperti itu, Hyunmi
mencintai bayi itu.
“Ah maafkan aku. Mataku jadi ber-air, mungkin angin
membuat mataku perih. Ayo kita pergi sekarang ...” Hyunmi menghapus air matanya
dan merapikan penampilannya, dia mencoba tersenyum pada Sehun yang masih
terdiam menatapnya.
“Hyunmi-ya ... gwaenchana?”
“Iya, aku baik-baik saja. Ayo kita pergi sekarang,
ah tunggu ... Kau sepertinya harus mengganti seragammu itu, aku tidak ingin
orang melihat kita”
“Baiklah ...” Sehun beranjak dan menggandeng Hyunmi
yang sudah berdiri dihadapannya.
“Kau akan menemaniku?”
“Kita akan pergi bersama, aku akan menemanimu.
Hyunmi-ya ... mianhae”
“Gwaenchana”
Akhirnya mereka berdua pergi, mengganti pakaian
Sehun terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar pergi ke rumah sakit Obstetri
dan Ginekologi.
----- -----
“Apa kalian benar-benar yakin?” Dokter itu kembali
menanyakan keyakinan mereka yang kesekian kalinya, walaupun mereka sudah
menandatangani surat perjanjian dan membaca Undang-undang tentang operasi
abortus.
“Ne. Kami harus melakukannya ...” Hyunmi mengangguk
menjawab Dokter itu.
“Kalian masih sangat muda, mungkin masih banyak yang
bisa kalian lakukan untuk menyelesaikan masalah ini selain dengan operasi.
Bicarakan masalah ini baik-baik dengan orang tua kalian, aku yakin mereka akan
mengerti”
“Tidak ada lagi yang bisa kami lakukan ...”
“Baiklah, jika kalian sudah yakin dengan ini. Aku hanya
berusaha menolong” Dokter itu mulai mengoleskan gel pada perut Hyunmi untuk
pemeriksaan USG.
Dilayar monitor yang menggambarkan rahim Hyunmi,
terlihat sebuah bulatan kecil disana. Entah kenapa Hyunmi kembali menangis
melihatnya.
“Lihatlah, itu bayi kalian. Mungkin tidak terlalu
jelas, ukurannya masih sekitar 0.2 cm sekarang. Tapi dia sudah bisa mengenali
suara orang tuanya ...”
“Ap-apa itu dia?” Hyunmi memandangi layar monitor
itu antusias, dia rasanya ingin melihatnya lebih lama.
“Kandunganmu masih terlalu muda, dia belum terlihat
jelas. Tapi aku katakan sekali lagi, jika kau melakukannya, mungkin akan
beresiko pada rahimmu. Kau masih sangat muda untuk melakukan operasi ini. Dan
mungkin rahimmu akan lemah jika mengandung lagi nanti, atau kemungkinan lebih
buruk bisa terjadi, kau tidak akan bisa hamil lagi. Tapi aku berdoa agar
operasinya berjalan dengan baik dan kau akan baik-baik saja ...”
“Aku mengerti. Eoh .. apa itu? Suara apa itu?”
“Itu detak jantung bayinya, biar aku besarkan
volumenya agar kalian bisa mendengarnya untuk yang terakhir” Dokter itu menekan
tombol dari komputer itu.
Suara detak jantung itu terdengar begitu nyaring.
Sehun yang dari tadi hanya diam, menjadi begitu serius menatap bulatan kecil di
monitor itu. Detak jantung bayi itu indah, rasanya mereka tidak ingin membuat
jantung kecil itu berhenti berdetak.
“Baiklah, sekarang kau bersiap. Kita akan memulai
operasinya, kalian sudah memutuskan itu” Dokter selesai dengan Hyunmi dan
mengambil sebuah kertas kecil yang keluar dari komputer itu. “Ini, mungkin kau
ingin menyimpannya ...” itu foto bayinya, Dokter memberikan itu pada Sehun.
Hyunmi harus segera bersiap karena operasinya akan
segera dimulai, Sehun keluar dari ruangan itu dan duduk menunggunya di koridor.
Sehun sudah berjanji akan menemani Hyunmi sampai selesai.
Beberapa saat kemudian, Hyunmi keluar dengan pakaian
rumah sakit untuk operasinya. Dia tersenyum menatap Sehun yang masih tidak
mengatakan apapun sejak tadi.
“Aku tidak apa-apa, ini akan baik-baik saja”
“Hyunmi-ya ...”
“Terima kasih sudah mendoakannya tadi”
Mereka berdua berjalan bersama menuju ruang operasi,
tidak ada lagi percakapan antara mereka. Hanya keheningan yang mengiringi
langkah mereka sampai didepan pintu operasi. Hyunmi terus melangkah masuk
kedalam, sementara Sehun harus tetap diluar.
Perlahan pintunya menutup, dan diantara itu Hyunmi
kembali tersenyum pada Sehun sebelum pintunya tertutup sempurna. Memisahkan
mereka.
Sehun berjalan menjauh dari ruang operasi itu, Sehun
masih memegang foto bayinya yang tadi diberikan Dokter itu. Dia terus berjalan
pergi.
Di dalam sana, Hyunmi sudah terbaring. Beberapa
perawat dan Dokter masih bersiap untuk menyuntikan anastesi pada Hyunmi. Hyunmi
hanya menatap langit-langit putih diruang itu, perasaannya bercampur antara
harus sedih atau senang dengan ini. Dia berfikir kalau dia adalah seorang Ibu
yang sangat kejam sampai melepas pergi bayinya.
Sementara itu, Sehun duduk memandangi foto itu. Dia
juga berfikir kalau dia adalah Ayah yang sangat kejam karena membiarkan pergi
bayinya.
“Yeobo, terima kasih sudah menjaga anak kita dengan
baik. Aku sangar mencintai kalian berdua ...”
Sehun melihat sepasang suami istri yang duduk
disampingnya. Mereka terlihat sangat bahagia dengan kehamilan sang istri yang
sepertinya sudah hampir mencapai akhir, maksudnya akan segera melahirkan.
“Setelah dia lahir nanti, akan ada yang selalu
membuatku tersenyum. Aku akan menjaganya nanti, tersenyum padanya, mencium
keningnya, bermain dengannya, memegang tangan mungilnya, ah itu sangat
menyenangkan”
“Ini adalah hadiah terindah dari Tuhan, dia malaikat
kecil dari surga. Kedatangannya akan membawa banyak cinta untuk keluarga kita
...”
Sehun kembali menatap foto bayinya, mendengar
perkataan mereka membuatnya tidak bisa memikirkan hal lain selain bayinya.
Detak jantung bayinyanya tadi kini memenuhi telinga Sehun, fikirannya dipenuhi
bayi itu sekarang.
Sehun beranjak, dia berhenti memandang foto itu.
Sehun berlari dan berlari dengan sangat cepat kembali kedepan pintu ruang
operasi itu, tanpa ragu dia membuka pintunya dan masuk kedalam.
“Ada apa ini, apa yang kau lakukan?”
“Siapa kau, kenapa masuk kesini?”
Beberapa perawat langsung menghentikan dan menjaga
Sehun yang sepertinya menangis, dia berteriak memanggil nama Hyunmi.
“Hentikan Dokter, aku mohon hentikan ...”
“Sehun-ah ..”
“Jangan lakukan operasinya, aku mohon hentikan ...”
“Baiklah, lepaskan dia ..” Dokter itu tersenyum dan
menyuruh perawat melepaskan Sehun yang langsung menghampiri Hyunmi.
“Hyunmi-ya maafkan aku ..”
“Sehun-ah, apa yang kau lakukan?”
“Kita pergi! Ayo kita pergi dari sini sekarang, kita
harus pergi ...” Sehun menggendong Hyunmi dan membawanya keluar dari ruang
operasi itu.
“Ah ini akhir yang bahagia. Setelah mendengar detak
jantung bayinya, mereka berubah fikiran ..” Dokter itu tersenyum lebar dengan
apa yang terjadi. Seharusnya memang ini yang terjadi.
----- -----
Sehun masih berjalan menggandeng tangan Hyunmi
dengan erat, sejak keluar dari rumah sakit itu mereka terus berjalan sampai
entah dimana sekarang.
“Sehun-ah, sebenarnya apa yang terjadi padamu?
Kenapa kau__”
“Hyunmi-ya, maafkan aku sudah membuatmu seperti ini.
Aku tidak ingin kita menjadi orang tua yang jahat karena memaksanya pergi ..”
“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Kita ... kita akan bersama dengannya, kau dan aku
akan menjaga hadiah ini. Mulai sekarang kita akan membesarkan bayinya”
“Mwo? Apa yang kau katakan itu benar?”
“Hyunmi-ya, sepertinya kita harus bicara dengan
orang tuamu tentang ini. Aku ... aku akan .. Kang Hyunmi, aku akan menikah
denganmu. Apa kau mau menikah denganku?” Sehun melepaskan tangan Hyunmi dan
berbalik menatapnya.
“Mmmwo?”
“Untuk membesarkan bayinya dengan baik, kita harus
menikah. Jadi apa kau mau menikah dan membesarkannya bersama denganku?”
“..... ne, aku mau ..” dengan mata yang menahan air
mata, Hyunmi langsung memeluk Sehun sangat erat. Ini sangat tiba-tiba dan
membuat hati mereka bergetar.
“Aku harus bicara dengan orang tuamu”
“Lalu, bagaimana dengan orang tuamu?” Hyunmi
melepaskan pelukannya dan menghapus air matanya.
“Hah ... Aku hanya punya Abeoji, dan dia di Jepang.
Terlalu jauh jika kesana ..”
“Tapi kita tetap harus memberi tahunya. Untuk
menikah, kita harus mendapat izin dari orang tuamu dan orang tuaku”
“Yah baiklah, kita akan mulai dengan orang tuamu”
“Jeongmal gomawo, Sehun-ah. Nan jeongmal saranghae
..” Hyunmi kembali memeluk Sehun dan menumpahkan kebahagiaannya. Ini
benar-benar keajaiban.
----- -----
Hening, mereka hanya diam dan tidak
mengatakan apapun. Hanya tatapan Hyunmi Appa yang bermain sekarang ini, Kang
Insoo masih memperhatikan Oh Sehun dengan sangat detail.
“Siapa namamu?”
“Oh Sehun imnida”
“Apa kau satu sekolah dengan
Hyunmi?”
“Ne, Ahjusshi. Kami satu sekolah”
“Kalian sudah lama bersama?”
“Kami sudah mengenal sejak tiga
tahun lalu, tapi Hyunmi dan aku sangat dekat sekitar satu bulan ini”
“Satu bulan? Apa yang kalian
lakukan satu bulan ini?”
“Maafkan aku Ahjusshi, sebenarnya
aku datang untuk meminta izin padamu. Aku ingin menikahi Kang Hyunmi”
“Mwo? Apa kau ini gila. Kau bilang
menikah?”
“Benar, aku ingin menikah dengan
Hyunmi. Kami tahu sekolah kami masih belum selesai, tapi aku sudah berjanji
akan menikah dengan Hyunmi. Aku akan berusaha menjaga Hyunmi dengan baik”
“Kau fikir menikah itu mudah? Pernikahan
itu bukan sebuah mainan, menikah itu adalah menyatukan dua manusia dengan janji
suci. Kau tidak boleh mempermainkan orang tua seperti ini”
“Aku sungguh ingin menikah dengan
Hyunmi”
“Tunggu, kenapa tiba-tiba kau
datang dan berkata ingin menikah? Apa sudah terjadi sesuatu antara kalian
berdua?”
Sehun tidak bisa menjawab
pertanyaan itu, dia kembali diam dan hanya menundukkan kepalanya. Begitu juga
dengan Hyunmi yang hanya menunduk dari tadi. Suasana antara mereka kembali
hening.
“Jawab aku. Apa kalian sudah
melakukan sesuatu?”
“Appa ..”
“Apa yang terjadi? Apa kau hamil
Hyunmi?”
“Maafkan aku Appa ...”
“Kau hamil?”
“Maafkan aku Appa, Eomma. Aku minta
maaf ...”
Kedua orang tua Hyunmi langsung
terdiam tidak percaya, mereka tidak mengira akan mendapat kabar seperti ini.
“Apa kau gila. Kau hamil saat masih
SMA? Sebenarnya apa yang kau lakukan, apa maumu?” Kang Insoo langsung berdiri
dan memukul Hyunmi.
“Yeobo hentikan ... tolong jangan
memukul Hyunmi ...”
“Maafkan aku Ahjusshi, ini bukan
salah Hyunmi. Ini semua salahku, tolong jangan memukul Hyunmi. Aku yang salah
...” Sehun dan Hyunmi Eomma berusaha menghentikan Insoo yang terus memukul
Hyunmi, sementara Hyunmi hanya menangis.
“Yaeobo hentikan!”
“Ah astaga! Aku bisa gila. Kalian
berdua ...” akhirnya Insoo berhenti memukul Hyunmi, dia hanya berdiri
memandangi mereka.
“Hyunmi-ya .. apa yang terjadi
sebenarnya?” Shin Jisoo, Hyunmi Eomma, yang juga menangis memeluk Hyunmi. Walau
dia juga tidak percaya dan sangat marah, tapi seorang Ibu tidak akan menyakiti
anaknya.
“Maaf Eomma ...”
“Ahjumma, Ahjusshi, aku sangat
minta maaf karena tidak menjaga Hyunmi dengan baik. Tapi aku akan berjanji
untuk menjaganya dengan baik mulai sekarang, tolong izinkan kami menikah ...”
“Hyunmi-ya .. apa itu ditanganmu?”
“Eomma ..”
Tapi Jisoo lebih cepat mengambil
kertas yang digenggam Hyunmi, kertas yang sudah kusut karena sejak tadi dia
genggam.
“Kau menggugurkan bayinya?” tangan
Eomma bergetar setelah membaca surat perjanjian operasi tadi yang dipegang
Hyunmi. “Jawab Eomma, apa kau menggugurkan bayinya?”
“Ani Eomma ... aku tidak
melakukan__”
“Lalu apa ini? Kau sudah membunuh
anakmu sendiri Hyunmi, apa kau tidak berfikir sebelum melakukannya?”
“Eomma aku tidak melakukannya,
percayalah Eomma ..”
“Ahjumma, maafkan kami. Awalnya
kami fikir masalah ini akan selesai jika kami menggugurkan bayinya, tapi
ternyata itu salah. Membunuh bukan sebuah cara untuk menyelesaikan masalah.
Bayinya masih aman, dan aku akan menjaga bayinya mulai sekarang”
Jisoo kembali menangis memeluk
Hyunmi, tidak ada lagi pembicaraan diantara mereka. yang terdengar hanyalah
tangisan Hyunmi dan Eomma.
“Jadi, kalian ingin menikah?”
“Ne Ahjusshi”
“Lalu, apa kau akan menjaga Hyunmi
dan bayi kalian dengan baik setelah menikah?”
“Tentu saja, aku akan selalu
menjaga Hyunmi dan bayinya. Aku akan berusaha membuat mereka bahagia ...”
“Mmmh .. baiklah. Kalian menikahlah
..”
“Bb-benarkah?”
“Geurae, tentu saja kalian harus
menikah. Aku akan mengurusnya dengan sekolah kalian”
“Appa?”
“Terima kasih Ahjusshi, aku sangat
berterima kasih. Aku berjanji akan selalu menjaga mereka ..”
Dan pada akhirnya, suasana aneh
mereka berubah menjadi suasana bahagia. Sehun sudah mendapat izin untuk menikah
dengan Hyunmi.
Sekarang, Sehun dan Hyunmi hanya
berdua. Satu masalah mereka sudah selesai.
“Lalu bagaimana dengan Ayahmu?”
“Kita harus ke Jepang untuk
menemuinya”
“Apa dia tidak pulang?”
“Sejak kecil aku hanya tinggal
sendiri. Setelah Eomma meninggal, Abeoji pergi ke Jepang untuk mengurus
perusahaannya, dan aku hanya ditemani beberapa pelayan. Tapi aku menyuruh
mereka pergi dan tinggal sendiri sejak itu ...”
“Kau tidak apa-apa?”
“Yeah, aku tidak apa-apa. Ayahmu
sudah memberikan izin, jadi memangnya kenapa aku?”
“Kau bisa menelfonnya?”
“Tidak, jangan seperti itu. Besok,
kita akan pergi ke Jepang. Aku yakin Abeoji akan mengizinkanku menikah dengan
gadis cantik sepertimu ..”
“Ya! Aku sedang serius, kau malah
bercanda”
“Aku tidak bercanda, kau memang
benar cantik”
“Oh Sehun!” Hyunmi membulatkan
kedua matanya menatap Sehun.
“Apa?”
“Saranghae ...” Hyunmi berbisik
sangat pelan.
“Yah kau memang harus mencintai
Ayah dari bayimu itu. Kemarilah ...” Sehun menarik Hyunmi dan menciumnya.
----- -----
“Abeoji ...”
“Hey kenapa kau ada disini? Dan
siapa gadis cantik ini? Pacarmu?”
“Dia calon istriku” Sehun tersenyum
melirik Hyunmi yang digandengnya.
“Annyeonghaseyo, Kang Hyunmi
imnida” Hyunmi membungkuk memberi salam pada seorang pria yang memang sudah tua
tapi terlihat bergaya dengan penampilannya.
“Kang Hyunmi, kau cantik. Apa
kalian sudah berpacaran?”
“Abeoji, kami datang kesini untuk
bicara padamu. Tapi aku minta maaf sebelumnya ...”
“Maaf untuk apa?”
“Aku tidak bisa menjadi anak baik
seperti yang kau selalu katakan, maafkan aku”
“Apa kau membuat masalah?”
“Ne. Hyunmi hamil ..”
“Mworageo? Hamil kau bilang?”
“Maafkan aku, Abeoji”
“Astaga! Apa yang kalian lakukan,
kenapa bisa seperti ini. Kalian berdua masih sekolah, apa kalian tidak berfikir
tentang itu?”
“Ini kecelakaan, kami tidak tahu
akan seperti ini. Maaf Abeoji ..”
“Ahjusshi, maafkan aku. Aku tidak
bisa menjaga diriku dengan baik dan membuat__”
“Sudahlah, aku mengerti. Kalian
masih remaja, mungkin itu benar-benar kecelakaan. Aku tahu perasaan kalian, aku
mengerti. Tapi memangnya apa yang akan kau lakukan jika sudah menikah dengan
Hyunmi? Kau masih sekolah dan sebentar lagi kalian akan mempunyai bayi, kau
sudah fikirkan itu?”
“Ne Abeoji, aku sudah memikirkan
semuanya. Aku akan berusaha untuk menjaga mereka”
“Kau juga harus menghidupi mereka,
Sehun-ah. Kau harus bekerja untuk memberi mereka makan, kau tahu itu?”
“Ne, aku mengerti”
“Ah apa boleh buat, aku tidak bisa
melakukan apapun. Melarang kalian menikah hanya akan menambah masalah, jadi ...
menikahlah kalian. Aku akan mengurus semuanya ...”
“Gamsahamnida Ahjusshi ...”
“Abeoji, aku sudah tahu kau sangat
baik. Gomawo ..”
“Tapi ingat, aku hanya bisa sedikit
membantumu dari sini. Kau harus bekerja, terserah apa itu. Pekerjaan paruh
waktu cocok untuk anak sekolah sepertimu, kau juga harus tetap sekolah dan
menjaga keluargamu dengan baik”
“Baiklah Abeoji”
“Hyunmi-sshi, Sehun hanya tinggal
sendiri, jadi kalian tinggalah bersama dirumahnya setelah menikah. Mungkin aku
akan sesekali menjenguk kesana, atau jika kau ingin bersama orang tuamu,
tinggalah bersama mereka”
“Tidak usah, aku akan tinggal
bersama Sehun. Aku akan berusaha menjadi istri yang baik”
“Dasar kalian ini. Aku tidak pernah
berfikir akan mendapat cucu secepat ini ...”
“Sudahlah Abeoji, ini sudah
terjadi”
“Sekarang kalian pulanglah, kalian
harus menikah”
“Apa kau ikut?”
“Tentu saja aku harus ikut
bersamamu, aku ini Ayahmu. Apa kau ingin menikah tanpaku?”
“Tidak, aku senang kau ikut. Sudah
lama aku tidak bertemu denganmu, Abeoji ..”
Akhirnya kedua masalah Sehun dan
Hyunmi sudah selesai, orang tua mereka mengizinkan pernikahan itu. Senyuman
bahagiapun tidak lepas menghiasi wajah mereka.
Sehun menggandeng tangan Hyunmi
memasuki lift, malam ini mereka akan menginap di apartemen Sehun Abeoji dan
pulang besok pagi.
“Aku senang menjadi Appa, tapi
mungkin aku harus bekerja keras nanti ...”
“Tidak apa-apa, aku akan selalu
bersamamu”
“Kita akan selalu bersama”
“Jangan khawatir, aku akan
membantumu. Jadi kau harus memperlakukanku dengan baik, arasseo?”
“Gomawo Hyunmi-ya”
“Ah satu lagi, mulai sekarang kau
adalah milikku. Jangan dekati yeoja lain disekolah, jangan berlagak kau masih
seorang bujangan, dan jangan tersenyum manis pada yeoja lain. Senyumanmu dan
semuanya milikmu adalah milikku, arasseo?”
“Aku mengerti ..” Sehun memeluk
Hyunmi.
“Lepaskan, aku mual ..”
“Kau mual? Apa kau juga pusing?”
“Tidak, aku hanya sedikit mual. Aku
tidak apa-apa”
“Baiklah, aku mungkin bisa
menyembuhkanmu”
“Benarkah?”
“Iya, kalau begitu ayo kemari ..”
Sehun menarik pinggang Hyunmi dan menciumnya, karena hanya ada mereka berdua,
jadi mungkin ini lebih nyaman.
----- -----
Epilog-
Acara pernikahan sudah selesai, dan
pengantin kita hari ini sudah kembali bertengkar. Mereka memutuskan untuk
tinggal bersama di rumah Sehun, menjalani kehidupan baru sebagai suami istri
dan calon Ayah-Ibu.
“Sudah aku bilang, aku tidak mau
makan apapun” Hyunmi berjalan menjauh dari meja makan dan Sehun, dia berdiri
dianak tangga.
“Kau harus makan Hyunmi, ayolah
cepat!”
“Aku tidak mau!”
“Ah kau ini merepotkan sekali,
baiklah jika kau tidak mau makan. Terserah padamu ...” Sehun beranjak dari meja
makan dan meninggalkan makanan yang sudah diberikan Hyunmi Eomma tadi, Sehun
menghampiri Hyunmi yang berdiri dianak tangga.
“Kau berjanji akan menjagaku, lalu
kenapa kau marah padaku?”
“Kau ini menyebalkan!” Hyunmi
mengalungkan kedua tangannya dileher Sehun yang berdiri dihadapannya.
“Aku menyebalkan?”
“Aku tidak mengerti kenapa bisa
mencintaimu, kau ini aneh”
“Aku mencintaimu, Yeobo ..” Hyunmi
mengeluarkan senyuman manisnya untuk menggoda Sehun yang terlihat masih marah
itu.
“Kau sudah mandi?”
“Apa kau tidak bisa melihat rambut
basahku ini? Tentu saja aku sudah mandi, apa aku cantik?”
“Apa kau selalu memakai pakaian
pendek seperti ini?” Sehun memperhatikan Hyunmi yang hanya memakai celana jeans
diatas lutut dan kaos tanpa lengan yang menutupi dada dan setengah perutnya.
“Aku tidak suka panas”
“Jika terus seperti ini, mungkin
aku tidak akan bisa menjagamu ..”
“Kenapa? Kau sudah berjanji pada
semuanya”
“Entahlah, aku hanya berfikir. Kau
ini terlalu cantik, jadi jangan memakai baju sexy karena aku menyukaimu,
Chagiya ...” Sehun menarik pinggang Hyunmi dan membungkamnya dengan menempelkan
bibir mereka. Berciuman.
Beberapa detik kemudian dan kurang
dari satu menit, Hyunmi melepaskan pagutan bibir mereka. Hyunmi menatap Sehun.
“Wae?” Sehun hanya menengadahkan
kepalanya menatap Hyunmi yang menjadi lebih tinggi darinya ditangga itu.
“... haha .. lipstick-ku jadi
menempel padamu ...” Hyunmi tertawa dan mengusap sedikit lipstick diujung bibir
Sehun. “Sehun-ah saranghae”
“Jeongmal?”
“Ne ...” Hyunmi mengangguk dan
kembali merapatkan jarak antara mereka.
“Baiklah, kalau begitu .. kau harus
meluapkan cintamu itu padaku, kajja” Sehun melepaskan pelukan mereka dan
menarik Hyunmi berjalan ke atas.
“Kenapa kesini?” Hyunmi menahan
langkahnya setelah sampai di depan pintu kamar.
“Kau mencintaiku dan aku
mencintaimu, jadi kita akan bercinta ...”
“Hemh apah?”
Sehun menggendong Hyunmi dan
menjatuhkannya diranjang, dan mereka memulainya.
-End-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar