Baiklah, sekarang
kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan
pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf
di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang
memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan
Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya
selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam
cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog
ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.
-
--
Tittle : Surfling
Genre : School life, Romance
Length : Chapter
Author : Cifa Rakay
Cast : Han Yunchi // Kim Jinhwan //
Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-
Sepertinya makan malam
kali ini berjalan lancar, seperti apa yang mereka inginkan. Hampir semua orang
sibuk membicarakan perjodohan ini dan kerja sama mereka. Seperti biasanya
pengusaha, tidak ada sesuatu yang dilakukan tanpa alasan, termasuk perjodohan
yang sebenarnya mempunyai inti kerja sama politik.
Hanya dia, Kim Jinhwan,
yang tidak ikut membicarakan hal tidak penting itu disini. Dia hanya mengaduk
makanannya tanpa arah, sama sekali tidak berniat memasukkan makanan itu kedalam
mulutnya walaupun satu sendok. Hatinya masih sesak karena tatapan itu, tatapan
Han Yunchi yang begitu menusuknya. Walaupun dia tidak mengerti kenapa Yunchi
bisa ada disini, tapi Jinhwan lebih tidak mengerti kenapa dia harus kembali
menyakiti yeoja itu dengan cara seperti ini.
Sementara itu, Wonho
masih belum kembali dari kamar mandi. Setelah tadi dia membuat semua orang
menatapnya karena tiba-tiba menyela pembicaraan dengan serius, hanya untuk mengatakan
kalau dia harus ke kamar mandi. Benar-benar namja yang bebas.
Lalu Han Yunchi? Yeoja
itu tidak ikut duduk dimeja makan dan bergabung bersama mereka. Yunchi pergi entah
kemana setelah menyambut keluarga Jinhwan.
“Jinhwan-ah... Kim
Jinhwan?”
“Hemh?” Jinhwan
mengangkat wajahnya menatap Ny.Kim dan Ny.Ji bergantian. Dari tadi dia sama
sekali tidak mendengarkan yang mereka bicarakan, dia hanya memikirkan Han
Yunchi.
“Bagaimana?”
“Ba-bbagaimana apa?”
“Aigoo. Sepertinya
Jinhwan begitu terpana dengan kecantikan Eundong, sampai membuatnya melamun
seperti itu” Ny.Kim menggoda, membuat anaknya menggelengkan kepala dengan cepat
tanda membantah.
“Animida, aku tidak
melamun. Maaf” Jinhwan tersenyum kikuk, lalu meneguk air putih dihadapannya
untuk sedikit menenangkan fikirannya.
“Lalu bagaimana? Apa
kau setuju jika pertunangan kalian dilakukan akhir bulan ini?”
“Mwo?” Jinhwan
mengerutkan keningnya, sepertinya dia akan segera hancur. “Tapi bukankah itu
terlalu cepat?”
“Tidak apa-apa, lebih
cepat lebih baik. Jadi, apa kau setuju? Endong sudah setuju, dan kami hanya
tinggal menunggu jawabanmu”
Kim Jinhwan menarik
nafas dalam, melirik yeoja bernama Ji Eundong disampingnya sekilas lalu kembali
meneguk minuman ditangannya. “Baiklah, aku tidak bisa menolak jika begitu”
“Baguslah, kalau begitu
kita akan mulai menyiapkan semuanya”
Jinhwan menyandarkan
punggungnya pada sandaran kursi, menatap air dalam gelas ditangannya. Dia tidak
bisa menginginkan ini, tapi juga tidak bisa menolak perjodohan ini. Jinhwan
membutuhkan lebih banyak kekuatan untuk memegang kemudi hidupnya sendiri, dan
dia belum tahu dari mana bisa mendapatkan kekuatan itu.
“Tunggu, tapi dimana
Wonho? Kenapa dia belum kembali?” akhirnya Ny.Shin menyadari kalau anak semata
wayangnya itu tidak ada disana bersama mereka.
Namja bermata sipit itu
berjalan perlahan, terus mencari dari mana asal tangisan itu. Walaupun
fikirannya sempat terbayang hal yang menyeramkan, tapi dia menguatkan dirinya
untuk tidak takut dan mencari siapa yeoja yang menangis malam-malam seperti ini.
Wonho sempat berfikir
dua kali untuk mendekati pintu yang terbuka itu, pintu yang mengarah langsung
ke taman belakang. Tapi akhirnya dia melangkahkan kedua kakinya keluar dari
pintu itu, melihat taman belakang yang dihiasi beberapa jenis bunga.
“Aaaaaaaaakh!”
“Aaaaaaaaaaahh....”
Wonho membulatkan
matanya, memegang dadanya, dan mencoba menghentikan teriakannya saat dia
menyadari kalau yang dilihatnya bukan hantu seperti fikirannya. Itu hanya
seorang yeoja berambut panjang yang cantik.
“Ssi-ssiapa kau?”
“Apa kau hantu? Jika
iya, maka kau adalah hantu tercantik yang pernah aku lihat”
“Siapa kau? Se-sedang
apa kau disini? yeoja itu kembali mengulang pertaannya, masih dengan nafas yang
tersenggal akibat teriakannya tadi.
“Aku? Sedang apa? Aih..
seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa gadis secantikmu menangis
sendirian disini?”
Yeoja itu langsung
mengapus air matanya, sedikit merapikan penampilan wajahnya lagi. “Sebenarnya
siapa kau?”
“Wonho, panggil saja
aku seperti itu. Semuanya juga memanggilku begitu. Lalu, siapa namamu nona
cantik?” Wonho tanpa segan mengulurkan tangannya pada yeoja itu. Jiwa
playboy-nya akan muncul setiap dia melihat wanita, entah siapa itu.
“Yunchi, Han Yunchi”
yeoja itu membalas uluran tangan Wonho ragu.
“Nama yang cantik untuk
gadis yang cantik. Ah kau benar-benar cantik, aku sudah keterlaluan mengiramu
hantu. Jadi, kenapa kau menangis, Yunchi-sshi?”
“Ne? Aak-aku tidak
menangis...”
“Kalau begitu, kau
hanya mengeluarkan air matamu. Baiklah, akan akan aku ganti pertanyaannya. Yunchi-sshi,
kenapa kau mengeluarkan air matamu?”
“Ne?” Yunchi tidak
mengerti dengan namja bernama Wonho itu, dia bahkan tidak mengenalnya. Tapi
entah kenapa, namja itu berhasil membuat ujung bibir Yunchi sedikit tertarik,
Yunchi tersenyum.
“Ehey kau tersenyum...
Apa itu karena aku? Jadi, apa kau akan berhenti mengeluarkan air matamu,
Yunchi-sshi?”
Pada akhirnya,
pertemuan tidak sengaja itu, membuat mereka berakhir dengan obrolan hangat.
Karena tidak tahu kenapa, dengan mudahnya Wonho bisa membuat Yunchi tersenyum.
Mungkin itu karena pesona seorang Wonho atau entah karena faktor lain, yang
jelas keduanya menjadi akrab dengan cepat malam itu. Setidaknya, kehadiran
Wonho bisa sedikit menenangkan fikiran Yunchi tentang Kim Jinhwan.
***
Kim Jinhwan turun dari
mobil hitamnya setelah seorang pria berjas hitam membukakan pintu untuknya,
dengan menggantungkan tas disebelah pundaknya, dia berjalan memasuki gedung
sekolah.
Namja itu menundukkan
pandangannya, kembali menghela nafas malas. Berusaha menutup telinganya dan
terus berjalan, dia tidak ingin semakin memperburuk keadaannya dengan
mendengarkan mereka. Sekarang, sekelilingnya sibuk berbisik-bisik membicarakan
berita yang sudah tersebar di seluruh sekolah. Apalagi jika bukan tentang
pertunangannya dengan Ji Eundong.
“Hey Kim Jinhwan!”
Jinhwan menghentikan
langkahnya, menatap dua orang pria dihadapannya. “Apa?” jawabnya singkat seraya
sedikit memajukan dagunya, menatap dua orang itu bergantian.
“Woah jinjja. Kau
bahkan tidak mengatakan salam dihari pertama kita bertemu, kau sudah banyak
berubah” ucap seorang namja yang berbibir tebal tapi terlihat manis saat
tersenyum.
“Lalu aku harus
bagaimana?”
“Ya Kim Jinhwan! Apa
kehidupan Itali sudah meningkatkan kesombonganmu huh? Nada bicaramu bahkan
tidak seperti mengenal kami, apa kau benar-benar membuang kami sebagai mantan
temanmu eoh?” namja satu lagi juga angkat bicara.
“Teman? Bukankah kalian
sendiri yang tidak menganggapku sebagai teman, jadi kenapa sekarang tiba-tiba
aku harus bersikap seolah kalian berdua temanku?”
“Oh daebak. Kau
benar-benar berubah, Kim Jinhwan. Apa bertunangan dengan Ji Eundong membuatmu
semakin menaikkan kesombonganmu?”
“Sebenarnya apa yang
ingin kalian katakan? Jika hanya omong kosong, aku tidak punya waktu untuk itu.
Aku harus pergi” Jinhwan melangkah melewati dua namja itu.
“Taehyun-ah, sepertinya
ada satu hal yang tidak berubah darinya. Kim Jinhwan masih seorang pria lemah
yang tidak bisa memegang kemudi hidupnya sendiri” namja berbibir tebal itu
menepuk perut teman disebelahnya, sedikit terkekeh.
“Ya! Kang Seungyoon!”
Jinhwan menghentikan langkahnya dan berbalik, menatap kedua namja itu tajam.
Dia masih bisa menahan emosinya, hari ini Jinhwan tidak bersemangat untuk
membuat masalah apapun. “Meski begitu, tapi setidaknya aku bukan anak dari seorang
koruptor. Benarkan, Nam Taehyun?” Jinhwan tersenyum kecil menatap namja sipit
bernama Nam Taehyun, sebelum dia kembali melangkahkan kakinya.
“Aish. YA! Kim
Jinhwan!” Kang Seungyoon melangkah cepat mendekati Jinhwan dan langsung
menendang namja itu sekali hentakan, membuat Kim Jinhwan tersungkur kelanatai.
“Jangan pernah menyebut Ayahku seperti itu!” lalu Seungyoon memberikan banyak
pukulan tanpa memberi kesempatan Jinhwan untuk menarik nafas.
“Aku tidak membicarakan
Ayahmu, kau sendiri yang mengartikannya begitu. Jadi apa maksudmu memukulku?”
Seungyoon menahan
kepalan tangannya di udara, mengurungkan niatnya untuk memberikan satu pukulan
lagi pada Jinhwan. Dia menahan nafas dalam, sedikit meredam amarahnya pada
namja itu. Ucapan Jinhwan sedikit ada benarnya, tapi itu masih tidak bisa
diterima olehnya. Benar-benar sebuah penghinaan untuknya.
“Seungyoon, jika aku
yang membuatmu salah mengartikan itu, baiklah aku minta maaf. Kau sepertinya
harus banyak belajar lagi agar tidak selalu salah mengartikan perkataan orang
lain” Jinhwan melepaskan cengkraman Seungyoon dari kerah bajunya, mengusap
sedikit darah diujung bibirnya sebelum berdiri dan merapikan seragamnya.
“Brengsek! Kau
benar-benar menyebalkan!” Kang Seungyoon pergi dengan langkah cepat,
meninggalkan tempat itu. Dia harus menahan amarahnya jika tidak ingin
mempermalukan dirinya lebih banyak lagi, banyak mata yang sedang menyorot
mereka sekarang ini. Terlalu ramai.
“Apa?” Jinhwan kembali
melempar tatapannya pada Taehyun yang masih berdiri tidak jauh darinya.
“Jinhwan-ah, entahlah
aku tidak tahu, tapi sepertinya aku merasa itu terlalu kasar. Bisakah kau tidak
lagi mengungkit tentang Ayahnya? Sudah cukup Ayahmu merebutnya dari Seungyoon”
“Benarkah? Sebenarnya
aku juga tidak bermaksud seperti itu...”
“Lalu apa maksudmu?”
“Seekor beruang tidak
akan menyerang sesuatu yang tidak mengganggunya”
“Aish. Menyebalkan!”
Taehyun menggelengkan kepalanya pelan, lalu berjalan meninggalkan Jinhwan yang
masih memegangi luka diujung bibirnya karena pukulan Seungyoon tadi.
“Ini akan jadi berita
besar lagi...” Kim Jinhwan bergumam pelan, mengambil tasnya lalu kembali
melangkahkan kakinya. Hanya berjalan tenang, tidak peduli dengan semua orang
yang sedang membicarakannya karena masalah pertunangan atau perkelahiannya.
Jinhwan hanya berusaha menganggap itu sebagai Lullaby.
Jinhwan menarik nafas
dan membuangnya cepat, menaiki beberapa anak tangga, cukup menguras tenaganya.
Entah kenapa dia menjadi lemah seperti ini. Ada sedikit senyuman diujung
bibirnya saat kedua manik itu menangkap sosok yang selalu memenuhi fikirannya,
yeoja cantik berambut hitam. Han Yunchi.
“Udara disini bagus...”
ucapnya pelan seraya terus melangkah menghampiri Han Yunchi. Berdiri disanping
yeoja itu dan merasakan hembusan angin pagi yang membelai mereka lembut.
“Apa kau mengikutiku?”
Han Yunchi melirik kesamping kirinya, menatap Jinhwan terkejut.
“Tidak, aku hanya
menemukanmu disini. Tadinya aku ke atap hanya untuk menyendiri, tapi ternyata
kau sudah lebih dulu menjadikannya tempat menyendiri”
“Aeu .. kalau begitu
aku akan pergi_” Yunchi tertahan saat Jinhwan menarik sebelah tangannya,
membuat dia kembali berbalik dan menatap namja itu.
“Bisakah kau tidak
menghindar dariku?”
“Aku tidak menghindar”
“Kalau begitu, kenapa
kau selalu pergi dariku?”
Yunchi terdiam, lalu
beberapa detik kemudian dia melepaskan tangan Jinhwan darinya dan kembali
berdiri disamping namja itu. Melihat jauh kedepan dan merasakan semilir angin
itu lagi.
“Yunchi-ya...” Jinhwan
membuka suaranya setelah beberapa menit hanya keheningan yang menyelimuti
mereka. Yeoja itu melirik Jinhwan, menunggu kata selanjutnya yang akan namja
itu ucapkan. “Mungkin aku bodoh menanyakan ini padamu, tapi... apa selama ini
kau hidup dengan baik? Apa kau selalu menangis? Apa kau makan dengan baik?
Tidurmu nyenyak? Aku benar-benar tidak bisa berhenti memikirkanmu, aku selalu
mengkhawatirkanmu Yunchi-ya...”
Han Yunchi dengan cepat
mengalihkan pandangannya saat manik Jinhwan menatapnya. Dia sedikit menarik nafas
sebelum mulai membuka bibirnya, menjawab pertanyaan namja dismapingnya yang
sekarang menatapnya penuh kerinduan. “Aku tidak menangis, aku selalu tersenyum”
“Benarkah?”
“Aku hidup dengan baik.
Dan aku akan tetap baik-baik saja, tanpamu” Yunchi sekuat tenaga menahan
suaranya agar tidak bergetar, terutama saat mengucapkan akhir kalimatnya.
“Yah... kau benar”
Jinhwan kembali mengalihkan tatapannya, tersenyum hambar dengan jawaban Yunchi.
“Semua masalahmu adalah aku, maaf. Tapi walaupun begitu, aku tidak menghentikan
hatiku untuk mencintaimu..”
“Kau harus
menghentikannya”
“Tidak bisa. Aku harus
membunuh diriku untuk menghentikannya”
Keheningan kembali
setelah itu. Tidak ada yang kata yang mereka ucapkan lagi, Yunchi dan Jinhwan
hanya diam membiarkan angin menerbangkan beberapa helai rambutnya. Membuat
suasana bertambah dingin.
“Yunchi-ya, kenapa kau
ada di rumah Eundong? Apa kau tinggal disana?” Jinhwan kembali membuka
pembicaraan. Dia bahkan lupa menanyakan hal itu.
“Iya, aku tinggal
disana”
“Kenapa?” Jinhwan
langsung menatap Yunchi penuh harap. “Kenapa tidak tinggal dirumahmu? Apa
Jungsoo Ahjusshi juga tinggal disana?”
“Aku hanya sendiri,
tidak ada tempat lain yang bisa aku tuju selain itu”
“Apa maksudmu? Kenapa
kau sendiri?”
“Itulah keadaannya
sekarang. Maaf, aku harus pergi...” Yunchi berbalik dan melangkah pergi,
meninggalkan Jinhwan tanpa sedikitpun melihat tatapannya yang penuh
kekhawatiran.
“Yunchi-ya!”
Han Yunchi hanya
mempercepat langkahnya, dia tidak ingin menangis lagi. Bayangan tentang
kecelakaan itu kembali melintas dalam ingatannya, membawa kembali rasa bersalah
yang membuat Yunchi tidak bisa memaafkan dirinya sendiri sampai sekarang. Dia
selalu menyalahkan dirinya atas kecelakaan itu. Kecelakaan yang membawa Ayahnya
pergi.
Sepintas Yunchi
membenarkan kalau Kim Jinhwan adalah satu-satunya masalah dalam hidupnya,
karena mungkin jika dia tidak jatuh cinta pada namja itu, hidupnya tidak akan
seperti ini dan tentunya Ayahnya masih hidup. Tapi sedetik kemudian, dia tidak
bisa memungkiri kalau hatinya benar-benar jantuh cinta pada Kim Jinhwan. Dia
sangat mencintainya. Han Yunchi tidak bisa menghapus kedua rasa itu, rasa
bersalah dan rasa cintanya.
***
Satu persatu pelajaran
berakhir, tapi tidak satupun dari pelajaran itu yang masuk kedalam fikiran Kim
Jinhwan. Namja itu sudah memenuhi fikirannya dengan Han Yunchi, hanya yeoja
itu. Sejak dia duduk dikursinya, Jinhwan tidak berhenti menatap yeoja yang
duduk disampingnya, tidak peduli apa yang terjadi disekelilingnya.
“Jinhwan-ah.... Kim
Jinhwan!”
Namja yang merasa
namanya dipanggil dengan teriakan yang memecah telinga, untuk pertama kalinya
mengalihkan tatapan. Melihat yeoja yang sekarang sudah tersenyum lebar
dihadapannya. Bahkan dia tidak tahu kapan yeoja itu datang dan duduk
dihadapannya.
“Apa kau melamun?
Kenapa tidak makan?” Eundong terus mengembangkan senyumannya untuk namja imut
itu.
“Huh?” Jinhwan
mengerutkan kening, melihat sekelilingnya. Bahkan dia tidak sadar kalau
setengah murid dikelasnya sudah pergi, ini waktu istirahat. Han Yunchi
benar-benar sudah membuatnya buta.
“Oh.. ada apa dengan
wajahmu? Kau berkelahi?” saat menyadarinya, Eundong langsung mengusap luka
diujung bibir Jinhwan dan beberapa memar dipipinya.
“Tidak apa-apa, hanya
jatuh” Jinhwan sedikit menepis tangan Eundong dari wajahnya, kembali
menyandarkan punggungnya disandaran kursi dan menghela nafas.
“Apa kau tidak makan
karena bibirmu sakit?”
“Bukan”
“Kalau begitu ayo kita
makan siang bersama. Yunchi-ya, kau juga ikut makan bersama kami” Eundong
beralih menatap Yunchi yang masih sibuk membereskan beberapa buku dimejanya.
“Sepertinya tidak bisa,
aku harus mengerjakan tugas di perpustakaan. Kalian berdua saja...” Yunchi tersenyum
pada Eundong, lalu beranjak dari kursinya. “Aku pergi dulu” ucapnya seraya
meninggalkan kelas.
Jinhwan menatap tubuh
yang menghilang dibalik pintu itu, lalu mencondongkan tubuhnya menatap Eundong.
“Eundong-ah, apa Yunchi tinggal dirumahmu?”
“Iya. Sebenarnya aku
dan Yunchi bersaudara, karena Ibunya adalah adik Ayahku”
“Tapi kenapa dia
tinggal dirumahmu?”
“Dia sendirian sejak
kecelakaan itu, jadi Appa mengajaknya tinggal bersama kami”
“Kecelakaan?” Jinhwan
mengerutkan kening. ‘Apa sesuatu terjadi
saat aku pergi?’ Dia benar-benar tidak tahu apa saja yang sudah terjadi
pada Yunchi sejak pergi meninggalkannya.
“Iya. Tiga tahun lalu
Jungsoo Samcheon meninggal dalam kecelakaan, dan karena Ibunya sudah meninggal,
Yunchi jadi benar-benar sendirian”
“Eondong-ah, apa kau
tahu kenapa kecelakaan itu terjadi?”
“Emh setahuku, Jungsoo
Samcheon saat itu sedang menuju bandara untuk menemui seseorang, tapi ditengah
jalan, mobilnya ditabrak mobil lain. Dan Jungsoo Samcheon meninggal saat
perjalan ke Rumah Sakit. Memangnya kenapa kau menanyakan itu?”
“Tidak, aku hanya
bertanya saja. Bukankah aku harus mengetahui semua tentang calon tunanganku?”
Jawaban Kim Jinhwan
sontak saja membuat kedua pipi yeoja dihadapannya merona, bahkan Eundong tidak
berhenti tersenyum setelahnya. Sepertinya Ji Eundong juga telah jatuh cinta
pada namja imut dengan tahi lalat itu.
‘Bagaimana
aku bisa tidak tahu tentang hal sebessar itu? Yunchi kehilangan Ayahnya dan
pasti itu sangat menghancurkan hatinya. Bagaimana aku tidak tahu tentang itu
dan membiarkan dia menangis sendirian? Dasar payah. Kau benar-benar lemah, Kim
Jinhwan!’ Jinhwan hanya bisa duduk lemas mendengar itu. Selama
tiga tahun ini dia tidak bisa mencari kabar apapun tentang Yunchi, dan itu
membuat Jinhwan benar-benar merasa kalau dirinya tidak berguna. Dia tidak ada
disamping wanita yang dicintainya, menghapus air matanya dan memeluknya. Bahkan
disaat seperti itupun.
“Jinhwan-ah? Hey kenapa
kau melamun lagi eoh? Ayo makan bersama...”
Kim Jinhwan kembali
menatap Eundong yang sekarang sudah bergelayut manja ditangannya. Dia tidak
mengerti kenapa yeoja itu bisa menjadi seperti ini bahkan sebelum mereka benar-benar
bertunangan, Jinhwan jadi terfikir ‘apakah dia akan benar-benar terjebak dengan
Ji Eundong?’
“Jinhwan-ah mau
kemana?” Eundong mengernyit saat namja itu tiba-tiba beranjak dan melepaskan
tangannya, berjalan menuju pintu dengan cepat. “Kim Jinhwan!” Eundong setengah
berteriak memanggilnya karena merasa di acuhkan.
“Aku mau ke toilet, kau
tidak boleh ikut” Jinhwan hanya menolehkan kepalanya sedikit melihat Eundong,
sebelum kembali berjalan meninggalkan kelas itu dengan cepat. Dia ingin Yunchi
kedalam pelukannya, mengatakan jutaan maaf, walaupun kata itu tidak akan
merubah keadaan dan mengembalikan semua air mata yang sudah Yunchi keluarkan.
Jinhwan berhenti
menatap dedaunan yang masih menempel diranting pohon taman sekolahnya, merogoh
saku celananya dan mengeluarkan ponsel yang bergetar. Dia sedikit berdecak
malas melihat nama yang tertera dilayar ponselnya, lalu menekan layar itu dan
mengeluarkan suara.
==Wae Hyung?==
==Jinan Jinan.. Ya Kim
Jinhwan! Apa yang sedang kau lakukan di sekolah?==
==Hanya duduk. Hyung,
jika ini tidak penting, aku akan menutupnya==
==Baiklah, aku akan
melanjutkan perkataanku dihadapanmu==
Jinhwan kembali
berdecak kesal dan memutuskan sambungan telfonnya, memasukan benda itu kembali
pada saku celananya. Terkadang dia berfikir kalau namja yang menelfonnya tadi,
sangat menyebalkan melebihi seekor lebah yang menyengat hidungmu.
“Ya! Jinan...”
“Ommo!” Jinhwan
membulatkan bibirnya, juga kedua matanya. Namja yang tadi menelfonnya, sekarang
sudah ada didepan matanya, berlari dan tersenyum. Wonho benar-benar ada
dihadapannya sekarang. “Apa kau gila huh?” Jinhwan bergumam pelan, tapi
sepertinya itu masih terdengar oleh Wonho yang sekarang menggelengkan
kepalanya, menyangkal ucapan Jinhwan.
“Aku tidak gila Jinan
Kim, aku ini hanya tampan dan sexy”
Wonho menjatuhkan dirinya duduk di kursi sebelah Jinhwan, menyodorkan sebungkus
makanan ringan yang entah sejak kapan berada ditangannya.
“Apa yang kau lakukan
disini, Hyung?”
“Sudah aku bilang, aku
akan melanjutkan pembicaraanku denganmu” jawabnya enteng seraya memenuhi
mulutnya dengan makanan itu.
“Apa kau tidak sekolah?
Kenapa masuk sekolah orang lain sebebas ini?”
“Gwaenchana, ini juga
sekolahku. Tidak ada yang bisa sebebas aku disini, Jinhwan-ah. Dan perlu kau
tahu, aku tidak membolos, karena aku datang kesini setelah pelajaran selesai”
namja bermata sipit itu tersenyum, membuat kedua matanya tenggelam oleh pipinya
dan memamerkan deretan giginya yang penuhi sisa makanan. Dia masih menguyah
makan dimulutnya.
“Benarkah? Lalu, apa
yang ingin kau bicarakan padaku?” Jinhwan berhenti menatap namja itu dan
kembali mengalihkan pandangannya pada beberapa pohon di taman itu.
“Han Yunchi... Aku
ingin menanyakan yeoja itu padamu, apa kau tahu dia?”
“Mwo?” Jinhwan langsung
menatap namja disebelahnya. ‘Bagaimana
dia tahu Han Yunchi?’ Setidaknya pertanyaan itu langsung menabrak fikiran
Jinhwan, membuatnya tidak sadar sudah memberikan tatapan laser pada Wonho.
“Kau satu sekolah
dengannya, apa kau mengenal yeoja cantik itu?” Wonho kembali tersenyum, kali ini
dia sudah selesai mengunyah dan giginya bersih dari sisa makanan. “Ah.. aku
sepertinya menyukai dia, Han Yunchi” kali ini nada namja itu melembut, seperti
mewakili perasaan hatinya sekarang.
“Hyung! Apa yang kau
katakan itu? Han Yunchi tidak cantik sama sekali...”
“Wae? Kau mengenalnya?”
“Tentu saja, dia dan
aku satu sekolah. Dan aku katakan sekali lagi padamu Hyung, dia benar-benar
tidak cantik, bukan tipe-mu sama sekali”
“Ya! Kenapa kau jadi
membentakku huh?” Wonho menjitak kepala namja yang satu tahun lebuh muda
darinya. Jinhwan sudah menghancurkan bayangan Yunchi yang tersenyum dalam
fikiran Wonho, namja pendek itu benar-benar menyebalkan.
“Sebenarnya kenapa
tiba-tiba kau menanyakan dia?”
“Sudah kubilang, aku
menyukainya” Wonho kembali tersenyum. Sekarang ini sepertinya dia benar-benar
dimabuk seorang Han Yunchi, yeoja yang bertemu dengannya secara tidak sengaja
tadi malam. “Kau bisa membantuku, Jinan Kim?”
“Andwae! Hyung, kau
tidak boleh menyukainya! Han Yunchi sudah punya pria lain, dan dia sangat mencintai
pria itu. Jadi jangan coba-coba untuk menyentuhnya walaupun sehelai rambut,
ingat!” Jinhwan memberi banyak penekanan dalam perkataannya. Dia sendiri masih
tidak bisa memiliki yeoja itu, apalagi melihat kalau Wonho benar-benar
mendekatinya.
“Mwo? Eiy dari mana kau
tahu eoh?”
“Hyung, kenapa
tiba-tiba kau jadi serius begini? Bukankah kau tidak pernah menyukai yeoja
lebih dari 24 jam?”
“Itu benar, tapi kali
ini aku mendapat yeoja yang berbeda. Dia menangis, Han Yunchi menangis saat aku
bertemu dengannya. Dia seperti terluka. Sorotan matanya yang berbohong kalau
dia baik-baik saja, membuatku menyukainya”
“Dia menangis? Kenapa?
Kenapa dia menangis Hyung?” tatapan Jinhwan langsung berubah saat mendengar
Yunchi menangis. ‘Dia menangis lagi?
Pasti itu karenaku. Aku yang tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, bahkan hanya
untuk menghapus air matanya’
“Hem. Sepertinya dia
sangat kuat, aku bisa merasakan itu dari kebohongan matanya. Jinan, kau tahu?
Untuk yang pertama kalinya, aku benar-benar menyukai seorang wanita. Dari
hatiku. Dan aku akan berusaha mendapatkannya”
“Andwae. Kau tidak bisa
melakukan itu Hyung, Han Yunchi milikku” Jinhwan kembali menatap namja
disampingnya, hanya dengan tatapan penuh harap. Bahkan suaranya hampir tidak
bisa terdengar.
“Apa maksudmu?”
“Aku mencintainya, dan
aku tidak akan pernah melepaskannya walaupun aku harus membunuh diriku” Jinhwan
mengalihkan tatapannya, hanya menatap rumput hijau yang dia injak. Tidak
seharusnya dia menginjak rumput-rumput itu, semua makhluk hidup berhak hidup dengan
bahagia.
“Ya! Sebenarnya apa
yang kau katakan, aku tidak mengerti. Tapi kalau maksudmu aku harus bersaing
denganmu untuk mendapatkannya, aku terima itu dengan senang hati. Karena aku
lebih tinggi darimu, dan lebih sexy darimu Jinan Kim” Wonho tersenyum bangga,
menepuk pundak Jinhwan kemudian tertawa keras, membuat beberapa orang disana
menatap mereka.
“Hyung, kau tahu yeoja
yang aku ceritakan padamu dulu?”
“Siapa? Cinta pertamamu
itu?” namja sipit yang mengaku dirinya sangat sexy itu, kembali memenuhi mulutnya dengan makanan ditangannya.
Sama sekali tidak mengerti tentang cerita Kim Jinhwan dan Han Yunchi.
“Dia Han Yunchi”
“Jinjja?” Wonho hampir
memuntahkan makanan yang sedang dikunyahnya, menatap Kim Jinhwan dengan mata
membesar. “Apa maksudmu? Kau berbohong dan berkata seperti itu hanya karena kau
takut kalah dariku?”
“Dia Han Yunchi yang
tidak bisa aku lindungi, dia Han Yunchi yang selalu aku buat menangis, dia Han
Yunchi yang sangat aku cintai”
“Ya! Ini tidak lucu Jinan
Kim!”
“Hyung, aku tidak ingin
membantumu untuk mendapatkannya, karena aku ingin kau yang membantuku
mendapatkannya kembali. Aku mohon Hyung, bantu aku...”
Wonho berhenti memegang
bungkus makanan ditangannya, mengalihkan tatapannya dari namja itu dan menatap
langit. Beberapa kali menarik dan membuang nafas dalam, mencerna perkataan
namja itu. Dan beberapa detik kemudian, dia tertawa, memecah keheningan mereka.
“Aish jinjja! Aku fikir
dunia ini sangat besar, tapi ternyata tidak lebih besar dari kamar mandiku. Ini
terlalu sempit Jinan Kim”
Tidak ada jawaban, Kim
Jinhwan masih tidak mengangkat wajahnya dan terus menatap rumput itu. Ke-diamannya
seolah membenarkan ucapan Wonho, ‘dunia ini teralu sempit’. Jinhwan juga
berfikir kenapa dia bertunangan dengan saudara yeoja yang dia cintai?
Membuatnya terlihat semakin jahat dan menghancurkan Han Yunchi.
“Keundae, kenapa Han
Yunchi ada dirumah tunanganmu? Apa cerita ini ingin lebih membuatmu terlihat
jahat dengan memberikan fakta kalau dia adalah saudara tunanganmu?” Wonho
melirik Jinhwan, tapi kembali berucap saat namja disampingnya membuka bibir
hendak menjawab. “Tidak usah dijawab, aku tidak ingin mendengar ‘Ya’. Itu
menyebalkan Jinan Kim!” Wonho memukul bahu Jinhwan pelan. Dia sudah mengerti
sekarang.
Suasan diantara mereka
kembali hening, hanya desiran angin yang menggerakan dedaunan yang terdengar.
Sampai kedua manik namja itu tertuju pada seorang wanita dan dua pria berjas
hitam yang berlari kearah mereka.
“Tuan...” wanita yang
juga mengenakan stelan hitam itu membungkuk, memotong ucapannya hanya untuk
sekedar memberi hormat pada tuannya. “Nyonya ingin Anda pulang sekarang,
bersama Tuan Jinhwan”
“Wae? Aku tidak
membolos, kau juga tahu itu” Wonho hanya membuang nafas, malas mendengar
perkataan wanita itu.
“Komisaris Kim
meninggal. Anda dan Tuan Jinhwan diminta untuk segera pulang sekarang, semuanya
sudah menunggu untuk upacara pemakanan”
“Mwo?” kedua namja itu
membulatkan matanya, kemudian saling bertatapan mencerna perkataan itu.
“Noona, apa maksudmu
Harabeoji meninggal?” Wonho langsung beranjak dari duduknya, masih dengan
tatapan tidak percaya. Seingatnya, pria tua yang dia panggil Harabeoji itu,
masih baik-baik saja walaupun hanya terbaring diranjang. Tapi kenapa tiba-tiba
dia meninggal?
-tbc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar