Baiklah, sekarang
kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan
pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf
di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang
memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan
Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya
selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam
cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog
ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.
-
--
Tittle : Surfling
Genre : School life, Romance
Length : Chapter
Author : Cifa Rakay
Cast : Han Yunchi // Kim Jinhwan //
Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-
Han Yunchi, gadis
berambut panjang itu, berjalan santai menuju sekolahnya. Langkah demi langkah
dia lewati di trotoar jalan itu, sambil sesekali dia tersenyum melihat
sekelilingnya yang entah kenapa terasa sangat tenang pagi ini. Matahari memang
belum berada diatas kepala, tapi sinarnya cukup menghangatkan semua orang pagi
ini. Yah, suasana yang selalu dia inginkan. Tenang dan bahagia.
Yunchi memperlambat
langkahnya, kedua matanya memperhatikan seorang namja dengan seragam sekolah
yang sama, sedang mengaduk isi tasnya, mencari sesuatu.
Brukh buk ...
Han Yunchi sedikit
berlari menghampiri namja itu saat beberapa buku dari tasnya jatuh berserakan
dijalan. Yunchi berjongkok, mengambil buku-buku itu dan merapikannya kembali.
“Lama tidak bertemu...”
Yunchi sedikit
mengerutkan keningnya mendengar suara namja itu, lalu dia berdiri dan
mengangkat wajahnya melihat namja yang masih berdiri dihadapannya. Seorang
namja berambut hitam dengan tahi lalat kecil di pipi kanannya.
Bruukh bruk.
Tangan Yunchi begitu
saja menjatuhkan beberapa buku ditangannya, seolah tertiup angin. Kedua matanya
membulat, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Namja itu...
apakah kedua matanya salah lihat, atau memang benar dia sedang melihat namja
itu, Kim Jinhwan.
“Ah~ Kau cantik, Han
Yunchi...” namja itu menarik ujung bibirnya keatas, menyimpulkan senyum manis.
Lama mereka tidak bertemu, membuat namja itu hanya bisa mengira-ngira bagaimana
wajah yeoja itu sekarang. Dan ternyata, semua bayangannya tidak pernah bisa
mewakili kecantikan Han Yunchi.
“..ke-kenapa kau
disini?” bibir tipis Yunchi bergumam pelan, dia masih tidak percaya kalau
sekarang namja yang bernama Kim Jinhwan itu berdiri dihadapannya
setelahmenghilang begitu lama.
“Aku... aku kembali
Yunchi-ya, maaf membuatmu lama menunggu”
Perlahan kaki Yunchi
melangkah mundur, sebelum akhirnya dia melangkah cepat menjauh. Meninggalkan
namja itu. Han Yunchi hanya berjalan, melangkah secepat dia bisa dan meyakinkan
fikirannya kalau namja itu bukanlah Kim Jinhwan.
“Han Yunchi... aku
mohon jangan pergi Yunchi-ya, Han Yunchi!” namja bernama Kim Jinhwan itu
melempar tasnya, berlari cepat mengejar yeoja berambut panjang yang benar-benar
dia rindukan. “Yunchi-ya jebal...” akhirnya Jinhwan berhasil menarik sebelah
tangan Yunchi dan membuat yeoja itu berhenti melangkah.
“Lepaskan aku!” Yunchi
berusaha melepaskan genggaman tangan namja itu, tapi sayangnya entah kenapa, tenaganya
seperti menghilang. Dia yang memang lemas, ataukah kekuatan namja itu
memanglebih besar daripadanya.
“Yunchi-ya, jangan
menghindariku”
“Maaf, tapi aku harus
pergi” Yunchi masih berusaha melepaskan genggaman itu, walaupun sudah jelas
usahanya sia-sia. Jinhwan menggenggamnya sangat erat, seolah dia tidak ingin
kembali kehilangan yeoja yang dia cintai.
“Aku tahu ini salahku
karena meninggalkanmu, tapi sekarang aku kembali ... untukmu”
“Tidak ada yang
memintamu kembali, mungkin kau salah orang”
“Ani Yunchi-ya, jangan
seperti ini. Maafkan aku...”
“Kau bukan
siapa-siapaku, tidak perlu mengatakan maaf jika kau merasa tidak melakukan
kesalahan”
“Aku tahu Yunchi-ya,
ini pasti berat untukmu, tapi aku mohon jangan seperti ini padaku. Aku kembali
untukmu, dan sekarang aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi...”
“Sebaiknya kau jangan
mengatakan sesuatu yang kau sendiri tidak tahu bisa mempertahankannya atau
tidak” Yunchi akhirnya bisa melepaskan tangan namja itu darinya, dan tanpa
melihat tatapan itu, Yunchi kembali melangkahkan kedua kakinya pergi.
“Yunchi-ya saranghae!
.. jeongmal mianhae”
Langkah yeoja itu
berhenti, dia mematung. Teriakan namja itu begitu terdengar di kedua telinganya
dan menusuk hatinya. Tanpa sadar, tetes air mata jatuh begitu saja dari
matanya. Pertahanannya hancur. Pada akhirnya Yunchi harus mengakui kalau dia
tidak bisa melakukannya, dia tidak bisa melupakan namja itu. Walau seberapa
kuat dia berusaha, seberapa sering dia mencoba, bahkan waktu tiga tahunpun
tidak bisa membuatnya menghilangkan sedikit saja memory tentang Kim Jinhwan.
“Hanya maaf dariku
tidak akan pernah bisa membayar semua air mata yang sudah kau jatuhkan selama
ini, aku terlalu bersalah padamu. Dan jika kau membenciku, itu memang pantas.
Tapi, aku mohon jangan menghindar dariku, jangan tinggalkan aku Yunchi-ya...”
Yunchi menahan nafasnya
saat dia rasakan tangan namja itu sudah melingkar dipinggangnya, memeluknya
erat. Yunchi hanya menutup matanya, berusaha sekuat mungkin menahan dirinya untuk
tidak menangis dan menjatuhkan lebih banyak air mata sekarang. Pelukan namja
itu bahkan masih terasa hangat seperti dulu, membuatnya sadar kalau dia memang
sangat merindukannya.
“Aku tidak akan
memaksamu untuk memafkanku, tapi aku mohon jangan tingalkan aku” Jinhwan
membenamkan kepalanya dipundak Yunchi, sedikit menghirup aroma tubuh yeoja yang
tiga tahun ini membuatnya gila.
Perlahan Yunchi
menggerakan tangannya, melepaskan pelukan Jinhwan. Tanpa mengucapkan sepatah
katapun padanya, Yunchi berlari meninggalkan Jinhwan dengan cepat. Dia tidak
tahu harus bagaimana, dia hanya ingin berlari dengan kencang dan menjauh dari
namja yang mati-matian dia coba untuk lupakan. Bukan karena dia membenci
Jinhwan, tapi hanya saja... kemunculan namja itu yang tiba-tiba, membuat semua
pertahanannya selama ini roboh dalam sekali tiupan angin. Han Yunchi hanya
ingin menangis.
***
Seperti biasanya,
suasan kelas selalu ramai dengan berbagai tingkah murid-muridnya. Semua orang
sibuk dengan kegiatannya, entah itu hanya mengobrol ataupun mengerjakan tugas.
Kecuali seseorang, yang hanya menundukkan kepalanya dan memejamkan mata. Sama
sekali tidak melakukan apapun, bahkan bergerak satu sentipun tidak.
Bell berbunyi, tapi
beberapa murid masih tidak mau menyudahi pembicaraan mereka dengan temannya.
Mereka hanya seperti itu sampia Seonsaengniem datang. Dan kebetulan, entah
kenapa, pagi ini Wali kelas mereka datang sangat cepat dari biasanya, dengan
seseorang yang mengekor dibelakangnya.
“Selamat pagi
semuanya...” sapa Kim Seonsaeng seraya mengedarkan pandangannya kesemua sudut
kelas. “Apakah aku datang terlalu cepat pagi ini?” tanyanya kemudian dengan
senyum kecil.
“Ne, Saem. Biasanya
kami menunggu sampai dua puluh menit, tapi hari ini berbeda” jawab seseorang.
Kim Seonsaengnim
kembali menarik sudut bibirnya tersenyum, masih tidak melepaskan pandangannya
dari wajah demi wajah muridnya. “Emh yah, ini sedikit berbeda. Tapi itu bagus
untuk kita semua, benarkan?”
“Saem, siapa itu yang
berdiri diluar?” tanya seseorang lagi dengan menunjuk seorang namja yang
berdiri disamping pintu kelas.
“Kita kedatangan teman
baru, mulai hari ini dia akan bergabung bersama kita. Ayo masuklah...” Kim
Seonsaeng melambaikan tangannya pertanda mempersilahkan orang itu masuk.
“Oouwhh....” beberapa
orang langsung merespon saat melihat siapa yang datang. Tidak ada murid disini
yang tidak mengetahuinya, walaupun sebenarnya mereka juga tidak terlalu
mengenalnya.
“Annyeonghaseyo...”
Han Yunchi membuka
matanya, suara seseorang yang baru mengatakan salam itu membuatnya mengerutkan
kening. Dia mengenal suara itu. Yunchi mengangkat wajahnya, melihat namja yang
beridiri disamping Kim Seonsaeng yang memang dia kenal.
“Mulai hari ini, Kim
Jinhwan akan kembali mejadi bagian dari kita. Jadi aku harap, kalian bisa
membantunya disini” Kim Seonsaeng kembali menjelaskan.
Deg. Han Yunchi seperti
kembali kehilangan tenaganya, dia tidak percaya kalau itu benar-benar Kim
Jinhwan dan mulai sekarang akan sangat dekat dengannya. Kim Jinhwan satu kelas
dengannya. Tentu saja ini bukan sebuah hal yang baik, karena itu pastinya akan
membuat Yunchi semakin sulit melupakannya.
“Jinhwan-sshi, kau bisa
duduk dikursi yang kosong itu” Kim Seonsaeng menunjuk kursi tepat disamping
tempat duduk Yunchi.
“Ne, gamsahamnida Saem”
Jinhwan membungkuk lalu berjalan menuju kursi yang ditunjuk Kim Seonsaeng,
membuat matanya tidak sengaja menabrak tatapan yeoja itu. Kim Jinhwan menghela
nafas pelan saat Yunchi langsung memalingkan wajah darinya, Jinhwan kemudian
hanya duduk diam ditempatnya dan melihat Kim Seonsaeng yang mulai mengajar.
Perasaannya random, dia tidak tahu harus bagaimana dengan yeoja yang duduk
disampingnya itu. Yunchi menolaknya. Yah, sebenarnya Jinhwan juga masih tidak
bisa memaafkan dirinya sendiri untuk itu.
“Saem...” keheningan
sedikit terpecah saat tiba-tiba Yunchi mengeluarkan suara seraya berdiri dari
kursinya.
“Iya Yunchi, kenapa?”
Kim seonsaeng melepaskan tatapannya dari buku tebal yang sedang dia baca,
sedikit berjalan menjauh dari mejanya dan menatap Yunchi.
“Sepertinya aku harus
ke kamar mandi”
“Oh, tentu saja,
silahkan” Kim Seonsaeng mengangguk pelan lalu kembali pada mejanya, melanjutkan
kegiatannya dengan buku tebal itu, sementara Han Yunchi meninggalkan kelas.
Yunchi melangkahkan
kakinya cepat, rasanya dia ingin menghilang dan mencari tempat dimana dia tidak
bisa melihat Kim Jinhwan. Yang terjadi pagi ini, cukup membuatnya lemas dan
hampir gila. Dia sangat merindukan Jinhwan, tapi disisi lain Yunchi masih ingat
dengan perkataan Ny.Kim yang menyuruhnya tidak lagi bersama Jinhwan. Perkataan
itu selalu terngiang dikedua telinganya, seolah tidak bisa dilupakan. Hatinya
sakit jika mengingat itu.
Tidak, bukan Yunchi
menyalahkan takdir karena tidak terlahir
dari keluarga kaya seperti Jinhwan, dia hanya sedih dan menyalahkan dirinya
sendiri karena mencintai namja yang tidak pantas untuknya. Kim Jinhwan seperti
langit, tinggi dan sangat jauh. Mungkin Yunchi masih tidak akan menggapai
langit itu walau dia terbang sekalipun. Terlalu jauh.
Yunchi menarik nafasnya
sangat dalam, lalu membuangnya perlahan. Kembali menyeka air mata dan
menenangkan dirinya. Dia tidak ingin menangis lagi, karena menangis hanya membuatnya
semakin tidak bisa melepaskan Jinhwan. Sudah cukup baginya dengan semua ini,
Yunchi hanya ingin tenang dan melupakan Kim Jinhwan.
“Mianhae...”
Yunchi sontak
membalikkan badannya saat mendengar suara itu, suara namja yang sekarang sedang
berjalan menghampirinya. Siapa lagi jika bukan Kim Jinhwan. Yunchi dengan cepat
berjalan menjauhinya lagi, meninggalkan Jinhwan adalah pilihan tepat untuknya
saat ini. Mau bagaimanapun, dia tidak boleh terlibat lagi dengan Kim Jinhwan.
Akhirnya Jinhwan hanya
bisa diam menatap punggung yeoja itu yang perlahan menghilang dibalik tembok,
dia tidak mengejarnya lagi. Mungkin Yunchi butuh waktu untuk ini. Jinhwan harus
kembali menahan rasa rindunya, dan tersiksa dengan itu. Dia tidak mau lagi
melakukan apapun tanpa pemikiran, sudah cukup dia membuat Yunchi menderita.
***
Kim Jinhwan turun dari
mobil hitam yang menjemputnya, berjalan santai menuju pintu rumahnya sambil
menyeret tas punggung yang menurutnya sedikit merepotkan. Hari ini berjalan
tidak terlalu baik untuknya. Dia lelah.
“Ya! Kim Jinhwan!”
Jinhwan menoleh
kebelakang, melihat ke sumber suara yang dengan lantang meneriakkan namanya.
Jinhwan menatap seorang namja dengan mata sipit yang sekarang berlari
kearahnya.
“What’s up man” ucap
namja itu seraya menepuk pundak Jinhwan, membuat namja bertahi lalat itu hanya
menatapnya malas tanpa ekspresi. “Kudengar ini hari pertamamu sekolah, jadi...
bagaimana disana?”
“Melelahkan. Dan aku
tidak tertarik untuk menceritakannya padamu Hyung” Jinhwan membuka pintu
rumahnya dan berjalan meninggalkan namja yang dia panggil Hyung itu. Kemudian
Jinhwan menghela nafas malas dan menghentikan langkahnya, menatap seorang
wanita yang sekarang berdiri dihadapannya. Ny.Kim.
“Jinhwan-ah, bagaimana
hari pertamamu sekolah? Apakah itu menyenangkan atau sangat menyenangkan?”
wanita itu tersenyum dan mengusap lembut pipi Jinhwan.
“Eomma, sekolah tidak
akan pernah menjadi menyenangkan. Aku tidak mau membicarakan itu, aku lelah”
Jinhwan menenteng tas punggung itu kesebalah pundaknya lalu kembali berjalan,
menaiki anak tangga dan meninggalkan wanita setengah baya yang dipanggilnya
Eomma.
“Tapi jangan lupa,
malam ini kita akan pergi makan malam. Jangan membuat masalah, Jinhwan-ah”
teriak Ny.Kim mengiringi Jinhwan yang tidak memperdulikan itu dan hanya menghilang
dibalik pintu kamarnya.
“Imo, dimana Eomma?”
namja yang tadi menyapa Jinhwan itu, berjalan mendekati Ny.Kim sambil
melepaskan satu persatu benda yang dipakainya. Melempar sepatu, kaos kaki, tas,
dan jaketnya sembarangan.
“Aigoo. Pantas saja
Ibumu menyerah mengurusmu, kelakuanmu tidak pernah berubah. Wonho-ya, berhenti
bertingkah kekanak-kanakan, kau sudah besar”
“Imo, aku hanya
menanyakan Eomma, kenapa malah memarahiku seperti Ny.Choi?”
“Ommo! Bahkan kau
memanggil Ibumu seperti itu, ‘Ny.Choi’ ??” Ny.Kim menggelengkan kepalanya
pelan, tidak mengerti dengan keponakannya yang satu itu.
“Aku lapar Imo, apa kau
tahu dimana Eomma?” Wonho merajuk dan mengelus-elus tangan Ny.Kim manja. Namja
itu sama sekali tidak pernah malu dengan semua kelakuannya, dia hanya merasa
kalau dirinya tampan, dan sangat tampan. Wonho bahkan tidak pernah mendengarkan
semua nasehat dari keluarganya.
“Aish. Kau membuatku
jengkel. Ibumu pergi keluar, sebentar lagi mungkin datang. Dan jika kau lapar,
minta Jung Ahjumma untuk membuatkanmu makanan. Jadi, jangan menggangguku ne?”
“Geurae, arasseo Imo”
Wonho mengangguk lalu berlari menuju dapur, mencari Jung Ahjumma atau pelayan
yang lain. Atau kalau tidak, namja itu akan membuat keributan didapur. Seperti
biasanya.
Tidak lama kemudian,
namja dengan mata sipit dan senyum manis itu kembali dengan satu nampan penuh
makanan. Ramyeon cup instan, sepiring waffle, sepiring buah-buahan, sepiring
chesse cake, beberapa minuman kaleng, dan beberapa makanan ringan lainnya.
Wonho berjalan masuk kedalam kamar Jinhwan yang pintunya tidak tertutup, masih
dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. Dia duduk disofa dan mulai menyantap
semua makanan itu.
“Hyung, apakah kau
selalu makan sebanyak itu?” Jinhwan menatap sepupu yang satu tahun lebih tua darinya
itu dengan tatapan aneh, tidak mengerti bagaimana namja itu bisa mempertahankan
abs diperutnya jika dia makan seperti itu.
“Tidak juga. Aku hanya
makan apapun yang aku inginkan, tapi kau juga tahu kalau aku tidak sebebas yang
kau fikirkan”
“Hem, arasseo. Kau dan
aku terlahir seperti ini, dan terjebak” Jinhwan menjatuhkan tubuhnya diatas
kasur, memejamkan matanya dan kembali memikirkan yeoja yang hari ini sama
sekali tidak menyambutnya dengan baik.
“Jinhwan-ah, kau tahu
kemana kita akan pergi malam ini? Kenapa Imo sepertinya antusias sekali,
membuatku takut melihatnya” Wonho meneguk minuman kalengnya dan kembali
memasukkan sesendok chesse cake kedalam mulutnya, lalu melirik Jinhwan yang
masih terbaring diranjangnya.
Kim Jinhwan membuang
nafasnya, lalu membuka matanya dan menatap langit-langit kamar. Tentu saja
Ny.Kim antusias, malam ini mereka akan mengadakan pertemuan keluarga untuk
membicarakan hal itu. Sesuatu yang dia benci karena akan merusak hidupnya.
“Hyung, aku akan bertunangan...” jawab Jinhwan pelan.
“Jinjja? Jadi rencana
itu benar-benar akan terjadi?” Wonho menatap Jinhwan penuh pertanyaan. Keluarga
mereka memang sudah membicarakan hal itu sebelumnya, tapi Wonho sama sekali
tidak membayangkan kalau itu akan benar-benar terjadi.
“Aku tidak tahu harus
bagaimana Hyung, sepertinya aku akan gila. Aku tidak bisa melindunginya, dan
sekarang aku akan kembali menyakitinya” Jinhwan menutup mata dengan sebelah
tangannya.
“Ya! Siapa yang kau
bicarakan itu huh?”
“Seseorang yang sangat
aku cintai. Tapi aku tidak bisa bersamanya ataupun melindunginya, aku hanya
membawa masalah untuknya”
“Kalau begitu, kau
harus tetap jauh darinya. Jika kau mencintainya, jangan biarkan dia menderita
karenamu. Cinta itu tidak menyakiti, tapi berkorban” Wonho mengangguk pelan, membenarkan
ucapannya yang dia rasa sangat bijak. Yah, kata ter-bijak yang pernah dia
ucapkan. Lalu sedetik kemudian, namja itu kembali memenuhi mulutnya dengan
makanan.
“Hyung...” Jinhwan
beranjak dari ranjangnya, berjalan mendekati Wonho dan menatapnya. “Bagaimana
jika aku minta sedikit bantuanmu?”
“Untuk apa?”
“Bisakah kau merubah
dirimu menjadi Kim Jinhwan?”
“Uhuk ohok .. Mwo?” Wonho hampir memuntahkan
isi mulutnya pada Jinhwan jika saja dia tidak bisa menahan itu. “Apa kau gila?
Mana mungkin aku bisa melakukannya, nanti Ibumu bisa menjadi nenek sihir dan
menyihirku menjadi kadal buntung. Ya! Aku tidak mau celaka karena itu!” Wonho
menggeleng pasti, sangat tidak bisa menerima pertanyaan Kim Jinhwan padanya.
Itu terlalu gila.
“Aku tidak gila, aku
hanya terlalu mencintainya” Jinhwan meneguk minuman kaleng dihadapannya sampai
habis. Dia tidak tahu harus melakukan apa untuk menolong dirinya sendiri dari
perjodohan gila ini.
“Ah geuraeseo? Aish.
Sepertinya cinta memang membuat banyak penderitaan, Jinhwan-ah. Mungkin kau
harus hidup sepertiku, tidak punya seseorang yang dicintai. Hanya mengencani
wanita untuk 24 jam, setelah itu meninggalkannya. Itu pasti tidak akan
membuatmu gila seperti ini...”
“Ah Hyung, aku bukan
playboy sepertimu. Aku ini namja baik-baik” Jinhwan tersenyum hambar membalas
tatapan Wonho, sebelum akhirnya dia duduk disamping namja itu dan ikut memakan
beberapa makanan yang masih tersisa.
“Kalau begitu, bisakah
kau gantikan aku untuk pertunangan itu?” Jinhwan kembali menatap Wonho dengan
tatapan serius.
***
Han Yunchi membuka
perlahan pintu itu, melihat yeoja yang sedang berdiri dihadapan cermin dengan
beberapa baju ditangannya. Sepertinya dia berusaha untuk memilah mana baju yang
cocok untuknya, atau sesuatu seperti itu.
“Eundong-ah...” ucap Yunchi
pelan, lalu berjalan mengampiri yeoja yang sudah dia anggap seperti adiknya
sendiri.
“Ya! Aku mencarimu
kemana-mana, kenapa baru menemuiku? Aku membutuhkanmu! Lihatlah semua baju-baju
ini, aku tidak tahu harus memakai apa sekarang. Semuanya terlihat membosankan
untukku....” Eundong menunjuk banyak baju yang sudah berantakan diranjangnya,
dan merengek seperti kebiasaannya.
“Maaf, tadi aku
membantu menyiapkan makanan dulu. Tapi, sebenarnya ada acara apa sekarang?
Kenapa banyak sekali makanan, dan kau juga berdandan seperti ini...” Yunchi
hanya menatap baju-baju yang berantakan itu dan Endong.
“Aish. Kau tidak tahu?
Malam ini mereka akan datang makan malam, jadi aku harus terlihat sangat cantik
sekarang. Kau bisa membantuku?”
“Mereka? siapa mereka?”
“Calon tunanganku dan
keluarganya, kau sudah tahu tentang itu kan Yunchi?”
“Eoh? Bukankah kau
bilang kalau dia masih diluar negeri?”
“Ani, dia sudah
kembali. Sudah tidak usah fikirkan itu, kau pasti akan bertemu dengannya
sekarang. Yang penting, kau harus membantuku untuk terlihat cantik. Aku tidak
mau merusak kesan pertamaku bertemu dengan keluarganya, jadi kau harus
membantuku Han Yunchi!” Eundong memerintah, walaupun masih dengan nada
manjanya.
Akhirnya, Yunchi tidak
bisa menolak untuk itu. Dia harus membantu Eundong. Setidaknya, dia harus
banyak melakukan sesuatu pada keluarga ini, keluarga yang sudah mau
menampungnya.
Tapi tidak lama waktu
berlalu, sudah terdengar keramaian dari lantai bawah. Membuyarkan konsentrasi
mereka, dan semakin membuat Eundong panik karena pada dasarnya dia memang orang
dengan tingkat kepanikan tinggi. Ji Eundong tidak percaya dengan dirinya
sendiri, dia sering membuat dirinya tampak merepotkan dengan kepanikkannya itu.
“Yunchi-ya, sepertinya
mereka sudah datang. Bagaimana ini? Aku harus bagaimana? Apa aku sudah cantik?
Atau setidaknya aku tidak terlihat berantakan? Yunchi-ya bagaimana ini?”
Yunchi hanya menarik
nafasnya, menyemangati dirinya dan menenangkan Eundong. “Tenanglah Endong-ah,
kau sangat cantik sekarang. Dan jika mereka sudah datang, maka tidak akan ada
apa-apa yang terjadi padamu, semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah...”
“Tapi Yunchi, aku tidak
bisa tenang sekarang!”
“Eundong-ah, apa yangs
edang kau lakukan? Cepat keluar, mereka sudah datang. Cepatlah” tiba-tiba
teriakan seseorang terdengar dari balik pintu, membuat yeoja bermarga Ji itu
semakin meracau tidak jelas dengan kepanikannya.
“Geurae, aku akan
keluar sekarang...” Eundong berteriak menajawab itu, lalu kembali meracau dan
memeriksa penampilannya didepan cermin besar, untuk kesekian kalinya.
Sementara itu, Ny.Ji
dan Tn.Ji sudah tersenyum lebar menyambut kedatangan mereka dilantai bawah.
Sebuah keluarga yang awalnya hanya rekan bisnis, tapi sekarang akan menjadi
bagian dari keluarga karena rencana itu. Perjodohan anak mereka.
“Ommo! Lama tidak
bertemu, ternyata kau sudah besar dan sangat tampan” Ny.Ji antusias menyapa
seorang namja imut dengan tahi lalat kecil dipipi kanannya.
“Gamsahamnida”
“Pasti kalian
membesarkannya dengan sangat baik, Jinhwan benar-benar tampan”
“Ah itu berlebihan,
tidak ada yang istimewa. Tapi, dimana Eundong?” Ny.Kim sedikit memutar matanya
melihat sekeliling.
“Annyeonghaseyo...”
Eundong datang bersama Yunchi yang mengikutinya dibelakang.
“Aigoo. Cantik
sekali... Eundong seperti putri, benar-benar cantik”
“Gamsahamnida, tapi
sepertinya itu terlalu berlebihan” Eundong tersenyum malu karena pujian Ny.Kim
padanya.
Sementara itu, disisi
lain. Sepasang mata tidak sengaja menabrak tatapan itu, tatapan penuh ketidak
percayaan. Membuat mereka terdiam mematung, mencerna cerita apa yangs edang
terjadi pada mereka ini.
Rasanya jantung Han
Yunchi seperti berhenti berdetak, nafasnya tercekat. Menatap Kim Jinhwan tidak
percaya. ‘Apakah dia calon tunangan
Eundong?’ Pertanyaan itu langsung memenuhi fikirannya.
‘Kenapa
dunia ini sempit sekali? Apakah tidak ada tempat lain untuk semua ini? Kenapa
harus selalu didekatnya, dan membuat dia semakin hancur?’
Kim Jinhwan masih sibuk dengan fikirannya sendiri, sama sekali tidak
menghiraukan Ny.Kim yang terus membicarakannya dengan Eundong.
“Permisi, tapi bisakah
aku mengatakan sesuatu?” namja bermata sipit itu tiba-tiba menyela pembicaraan,
membuat semua mata mengarah padanya.
“Oh iya Wonho, apa yang
ingin kau katakan?” Ny.Kim tersenyum pada namja itu, menunggu sesuatu yang akan
dikatakan Wonho yang sudah menyela pembicaraan mereka.
-tbc-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar