Baiklah, sekarang
kalian sedang membaca cerita yang aku sebut FF, yang dibuat tanpa niat dan
pemikiran lebih. Jari-jari ini bergerak begitu saja menekan tombol huruf-huruf
di laptop. Emh, sebenarnya ini juga permintaan dari uri yeodongsaeng yang
memintaku membuat cerita dengan cast (oc) Han Yunchi dan Wonho ‘Monsta X’ dan
Kim Jinhwan ‘iKON’. Jadilah begini.
Maka dari itu, saya
selaku Author yang berani mem-post cerita ini, memohon maaf yang
sebesar-besarnya atas semua kesalahan dan ke-tidak sempurnaan yang ada dalam
cerita ini. Mohon maaf karena membuat kalian kecewa telah berkunjung ke blog
ini dan menemukan cerita tidak jelas ini. Mohon maaf. Terima kasih.
-
--
Tittle : Surfling
Genre : School life, Romance
Length : Chapter
Author : Cifa Rakay
Cast : Han Yunchi // Kim Jinhwan //
Wonho // Ji Eundong // other cast
--
-
Kim Jinhwan masih terus
mengaduk sup di hadapannya dengan sepasang sumpit yang dia pegang, sama sekali
tidak berniat memasukkan sedikitpun dari semua makanan itu kedalam mulutnya.
Dia sudah kenyang hanya dengan mengetahui semuanya.
“Hey, apa yang kau
lakukan? Makanlah makananmu”
Jinhwan mengalihkan
tatapannya pada wanita yang dia panggil Eomma, membuat wanita itu menyimpan
sendoknya karena merasa ditatap aneh oleh anaknya.
“Eomma,”
“Apa kau tidak suka
makanannya?”
“Bisakah aku
membatalkan pertunangan itu?”
“Tidak, itu tentu saja
tidak bisa. Kau harus melakukannya untuk menolong perusahaan kita” Ny.Kim
mengambil sendoknya dan kembali melanjutkan makan malamnya, tidak lagi
menghiraukan Jinhwan yang hanya menanyakan sesuatu yang tidak berguna.
“Jadi kalian menjualku
untuk perusahaan?” kali ini Jinhwan menatap kedua orang tuanya bergantian.
“Tidak, bukan sekasar
itu,” kali ini Tn.Kim membuka suara, menjawab pertanyaan Jinhwan dengan sedikit
senyuman, yang entah apa artinya. “Appa tidak menjualmu, hanya membuatmu
memiliki seorang gadis, dan sekaligus juga menolong perusahaan”
“Tapi aku sudah
mempunyai gadis yang aku cintai,”
“Maksudmu gadis itu?”
Ny.Kim langsung menatap tajam Jinhwan, membuat namja itu semakin kenyang dengan
makan malam ini. “Kim Jinhwan, Eomma sudah katakan berapa kali, kalian berdua
tidak akan pernah bersama, kami tidak akan membiarkan kau bersamanya. Dia hanya
seseorang yang tidak punya apa-apa, bahkan sekarang dia sudah tidak punya orang
tua”
“Jadi Eomma tahu kalau
Jungsoo Ahjusshi sudah meninggal? Lalu kenapa tidak memberi tahuku?”
Ny.Kim sedikit
berdehem, meneguk air dari gelas di sampingnya. “Itu sudah lama, memberi tahumu
tidak akan membuatnya hidup kembali”
“Sudahlah, berhenti
mengejar gadis itu. Sekarang kau sudah punya Eundong, bahkan pertunangan kalian
sudah di depan mata” Tn.Kim dengan santainya, masih menikmati makan malamnya,
tanpa sedikitpun memikirkan tentang itu.
“Tidak bisakah kalian
memikirkan perasaanku sedikit saja?”
“Jinhwan-ah, sudah
cukup untuk ini. Kau akan bertunangan, jadi berhentilah mengejar gadis lain
yang bahkan tidak pantas untukmu. Eomma sudah baik tidak melakukan apapun
padanya karena dia keponakan Presdir Ji, bahkan Eomma juga tidak sedikitpun
mengungkit tentang hubunganmu dengannya. Berhentilah memikirkan gadis itu.”
“Apa itu maksudnya
Eomma akan melakukan sesuatu padanya jika aku bersamanya?”
“Sudah cukup,
berhentilah Kim Jinhwan. Mau tidak mau, kau akan tetap bertunangan dengan Ji
Eundong”
“Baiklah, jika itu
memang harus” Jinhwan menyimpan sumpitnya, menyandarkan punggungnya pada
sandaran kursi. Kembali menatap Ny.Kim, seolah menyerah.
“Itu memang seharusnya”
“Tapi, bisakah aku aku
yang membeli cincin pertunangannya?”
“Kenapa? Eomma sudah
memesan cincin untuk kalian berdua,”
“Tidak apa-apa, aku
hanya ingin melakukan sesuatu untuk calon tunanganku. Bukankah ini adalah
pertunanganku?”
“Ah yah baiklah, besok
ketua pelayan Choi akan mengantarmu,”
“Geurae” Jinhwan
mengangguk pelan, meng’iya’kan perkataan Ny.Kim, setidaknya dia memang harus
melakukan sesuatu untuk pertunangannya sendiri.
***
Setengah dari hari ini
sudah berlalu, menyisakan beberapa jam lagi sebelum malam datang. Dan hari ini
berjalan dengan baik, walaupun udara terasa dingin memasuki musim gugur.
Hari ini Kim Jinhwan
tidak melakukan apapun, hanya duduk dibangkunya dan tidur. Bahkan dia juga
tidak melirik Han Yunchi sekalipun, benar-benar tenang. Tidak seperti biasanya,
saat tidak ada hari dimana dia tidak lepas menatap Han Yunchi dan memaksa
bicara dengannya. Sedikit menyesal memang untuk Han Yunchi, tapi yeoja itu
sudah melakukan yang seharusnya.
“Jinhwan-ah....”
Suara itu terdengar
lagi, suara riang dan manja Ji Eundong. Yeoja itu selalu bisa datang ke kelas
Jinhwan kapanpun, membuat mata yang memandang merasa kalau mereka benar-benar
cocok bertunangan.
Jinhwan mengangkat
wajahnya, menyipitkan kedua mata sayunya menatap Eundong yang sudah tersenyum
lebar dihadapannya. “Bisakah kau tidak memanggil namaku dengan berteriak? Aku
tidak tuli.” Jinhwan kembali menempelkan pipinya pada meja dan menutup mata.
“Kenapa? Apa suaraku
bermasalah?”
Jinhwan hanya
menggeleng dalam tidurnya, tidak menghiraukan yeoja itu. Sebenarnya dia ingin
berada sangat jauh dari yeoja manja itu, tapi cerita malah membuatnya terjebak
dan terikat dengan Ji Eundong.
“Jinhwan-ah, apa kau
lapar? Bagaimana kalau kita membeli makanan?”
“Shirreo!”
“Ah ayolah, aku lapar
Jinhwan-ah. Ayo kita keluar...” rengek Eundong dengan ciri khasnya, membuat
namja yang mencoba untuk tidur kembali itu menmbuang nafas kasar. “Ayolah
Jinhwan-ah...”
“Eundong-ah dengar yah,
kalau kau lapar itu, carilah makanan, jangan mendatangiku. Aku ingin tidur,
jadi pergilah sendiri”
“Tidak mau!”
“Aish. Menjengkelkan!”
Jinhwan beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu, membuat Eundong
dengan cepat mengejarnya dan langsung menempel ditangannya.
“Oh, apa itu?” Eundong
menunjuk plester bergambar kodok hijau yang menempel di pipi Jinhwan. “Apa kau
berkelahi lagi?”
Jinhwan tidak menjawab,
hanya berjalan, tidak memperdulikan Eundong ataupun orang-orang yang menatap
mereka berdua.
“Kenapa berkelahi
lagi?”
Jinhwan tiba-tiba
menghentikan langkahnya saat Han Yunchi berjalan melewati mereka. “Seseorang
sudah menghancurkan hatiku, jadi apa peduliku tentang kehidupan yang baik-baik
saja?” Jinhwan sengaja menaikkan nada suaranya, membuat yeoja itu mendengar
dengan jelas perkataannya.
“Apa maksudmu? Jinhwan-ah,
siapa yang menghancurkan hatimu?” Eundong mengapit pipi Jinhwan dengan kedua
tangannya, sama sekali tidak menyadari tatapan kesal dari mata namja itu.
“Hanya seseorang yang
menyuruhku melupakannya.” Jinhwan melepaskan tangan Eundong dari wajahnya,
berjalan cepat dan meninggalkan yeoja yang kembali merengek itu.
Han Yunchi hanya
menghela nafasnya untuk kesekian kali, membiarkan matanya tetap tertuju
kedepan, yang sebenarnya entah sedang menatap apa. Dia terus mengatakan kalau
inilah yang benar, membiarkan namja itu dengan kehidupannya. Tapi mungkin tidak
pernah terfikir olehnya, kalau itu rasanya akan seperti ini, sulit.
“Apa kau ingin permen
kapas Nona?”
Yunchi langsung
berbalik saat telinganya mendengar suara namja yang sepertinya dia kenal, namja
dengan abs dan mata sipit.
“Wonho Oppa? Kenapa ada
disini?” sedetik kemudian, seulas senyum terlihat diwajahnya, melihat namja itu
menyodorkan permen kapas padanya. Entah kenapa, rasanya seperti matahari yang
bersinar saat namja itu datang.
“Aku sudah selesai
dengan sekolahku, lalu aku merasa ada seseorang yang kehilangan senyumnya di
atap sekolah ini. Jadi aku datang untuk mengembalikan senyum itu,”
“Terima kasih. Lalu
ini, apa ini untukku?” Yunchi menunjuk permen kapas itu ragu, kemudian kembali
tersenyum saat mendapat anggukan dari Wonho. “Terima kasih. Aku sangat suka
permen kapas, dulu Ayahku yang selalu membelikannya untukku”
“Benarkah? Ouh
astaga...”
“Apa?” Yunchi menatap
Wonho tidak mengerti karena namja itu tiba-tiba merubah ekspresinya.
“Berarti aku harus
menyembunyikan milikku, jika tidak mau kau mencurinya dariku” Wonho mengangkat
tinggi-tinggi permen kapas miliknya, menjauhkan itu dari Yunchi. Lalu
mendapatkan pukulan ditangannya dari yeoja itu.
“Tentu saja tidak Oppa,
aku tidak akan mencuri milikmu, aku juga punya”
“Oh baiklah, maaf”
Sedikit tawa terdengar
dari yeoja itu, membuat Wonho tersenyum karena berhasil membuatnya tertawa.
Mereka memakan permen kapasnya masing-masing, dengan sesekali tawa yang keluar
lagi dari keduanya.
“Keundae, kenapa Oppa
bisa begitu saja masuk kesini?”
“Itu karena aku sangat
dekat dengan pemiliknya, jadi aku bisa kesini kapanpun dan melakukan apapun
yang aku inginkan. Kenapa?”
“Tidak apa-apa, aku
hanya bertanya”
“Yunchi-ya, apa kau
tidak tahu siapa anak dari pemilik sekolah ini?”
“Mwo? Aku hanya tahu
kalau itu saudara Jinhwan, tapi aku belum pernah bertemu dengannya. Jinhwan
bilang, dia di Itali”
“Apa kau Jinhwan tidak
mengatakan padamu kalau dia sudah kembali?”
“Tidak. Lagipula, aku
dan Jinhwan sudah berbeda sekarang. Aku hanya teman masa kecilnya. Jadi tidak
hak untukku mengetahui tentang keluarganya” Yunchi tersenyum kilat, lalu
kembali memakan permen kapasnya.
“Yunchi-ya,” Wonho
sedikit berbalik, membuat posisi mereka jadi berhadapan. Namja itu senang bisa
melihat Yunchi seperti ini, tertawa, membuatnya semakin cantik walaupun rambut
panjangnya sedikit berantakan karena tiupan angin. “Yunchi-ya, aku sudah tahu
hubunganmu dengan Kim Jinhwan,”
“Benarkah?” Yunchi lagi-lagi
hanya tersenyum. “Tapi itu hanya masa lalu, sekarang kami hanya orang asing”
“Benarkah?”
“Iya. Kim Jinhwan hanya
tunangan sepupuku, dan tidak ada hubungan apapun denganku”
“Kalau begitu, apa bisa
aku menggantikannya di hatimu?”
Dan suasana tiba-tiba
menjadi sangat canggung hanya dengan tiupan angin. Han Yunchi tidak bisa
menjawab itu, dia hanya bisa tersenyum menghindar. Dia tidak bisa memasukkan
orang lain kedalam hatinya, disaat masih ada seseorang di dalamnya.
“Emh Op-ppa... aku...
sepertinya aku__”
“Ah baiklah, tidak usah
dijawab sekarang. Aku akan menunggumu... haha, lupakan itu” Wonho dengan cepat
memecah kecanggungan itu dengan tawa hambarnya, dia juga mengerti kalau posisi
Jinhwan pasti sulit untuk tergantikan.
“Tidak apa-apa, aku
hanya bercanda Nona Han. Bukankah sudah kubilang, aku datang untuk membuatmu
tersenyum,”
Yunchi kembali
tersenyum, memakan permen kapasnya lagi. Setelah itu, suasana sedikit berubah
rasanya.
***
“Yunchi-ya... Han
Yunchi eodiga? Han Yu__” Ji Eundong memotong teriakannya saat melihat calon
mertuanya keluar dari kamar Han Yunchi.
“Oh Eundong-ah,
bagaiamana persiapanmu?” Ny.Kim langsung mengalihkan perhatian yeoja itu,
membuat tatapan kaget Eundong menjadi senyuman girang karena masalah
pertunangannya.
“Aku sudah menyiapkannya,
Eommoniem” Eundong langsung berbinar jika membicarakan tentang itu. Dia
benar-benar menyukai Jinhwan, tersihir dengan wajah imutnya. Mungkin dia tidak
ingat kalau menolak Jinhwan mentah-mentah pada awalnya.
“Baguslah. Dan mungkin,
kau harus lebih sering menghabiskan waktu bersama Jinhwan mulai sekarang. Kau
bisa main ke rumah kami kapanpun kau mau, menemui Jinhwan,” Ny.Kim menggandeng
Eundong perlahan menjauh dari kamar Yunchi.
“Benarkah? Apakah benar
aku bisa bertemu Jinhwan kapanpun?”
“Tentu saja,”
Dan mereka menghilang
dibalik dinding, menyisakan Han Yunchi yang hanya bisa menghela nafas,
mengingat kembali apa yang dikatakan Ny.Kim. Sepertinya memang benar jika dia
dan Jinhwan bersama, semuanya tidak akan menjadi baik-baik saja.
***
Entahlah, kenapa
orang-orang datang dengan cepat dan memenuhi ruangan ini, Kim Jinhwan tidak
tahu kenapa waktu jadi semakin cepat sekarang. Membuat usahanya untuk tetap
mengulur-ulur waktu, menjadi sia-sia. Sekarang sudah waktunya dia memulai itu,
memasangkan sebuah benda bulat berlubang yang disebut cincin.
Ji Eundong tidak
berhenti memasang senyuman merekah di wajahnya, membuat Jinhwan hanya menahan
diri melihatnya. Karena entah kenapa, senyuman lebar itu terasa sangat
menyebalkan untuk Jinhwan.
Eundong sudah
mengulurkan tangan kirinya, menunggu cincin itu di masukkan Kim Jinhwan. Dan
kali ini, Jinhwan menarik bibirnya tersenyum. Mengambil cincin itu dan menatap
manik Eundong, Jinhwan semakin melebarkan senyumannya saat Eundong mengangguk
pertanda saatnya dia memasukkan cincin itu.
Perlahan, Jinhwan mulai
memasukkan cincin itu perlahan di jadi manis Eundong. Tapi, cincin itu berhenti
di tengah. Yah, hanya sampai di tengah jari Eundong. Cincin itu tidak cukup
besar untuk jarinya, cincin itu terlalu kecil.
Jinhwan kembali menatap
Eundong, juga melirik orang tua mereka. Kemudian, bisik-bisik orang yang bicara
di ruangan itu mulai terdengar. Ini benar kejadian luar biasa. Bagaimana bisa
cincin pertunangan itu tidak muat karena teralu kecil? Benar-benar memalukan.
Sorotan tajam bak
petir, langsung menyambar mata Jinhwan. Dan dia tahu pasti akan ada badai besar
setelah ini, Ny.Kim tidak akan memaafkannya untuk ini. Sementara, Kim Jinhwan
hanya menyembunyikan senyuman kemenangan di bibirnya. Ini berjalan seperti yang
direncanakannya.
“Astaga. Si mungil itu
mencari masalah” gumam Wonho pelan, tapi itu masih terdengar jelas oleh telinga
yeoja disampingnya. Dan itu berarti akan ada masalah baru setelah ini.
“Ehm. Sepertinya
terjadi sedikit kesalahan disini, jadi mari kita beralih dulu pada acara lain.
Topik selanjutnya, yang tidak kalah baik, yaitu kerja sama antara King’s
Corporation dan JE Group...”
Terpaksa, Tn.Kim
langsung mengalihkan perhatian sebisanya. Walaupun mungkin malu sudah tidak
bisa ditahan karena ini, tapi setidaknya perhatian para tamu undangan bisa
sedikit beralih pada pengumuman kerja sama itu. Sementara pihak mereka
menyiapkan solusi untuk cincin kekecilan itu.
Sementara Komisaris Kim
dan Presdir Ji mengalihkan perhatian dengan membicarakan program kerja sama
mereka, di sebuah ruangan kecil di samping aula hotel itu, Jinhwan terjebak
dengan kemarahan Ny.Kim dan calon mertuanya. Tapi, dia sama sekali tidak
menyerap umpatan kesal dan amarah Ibunya, hanya didengar telinga kanan dan
keluar dari telinga kiri. Lagipula, Ny.Kim tidak bisa lebih mengeluarkan
amarahnya pada Jinhwan, karena harus sesegera mungkin mencari cincin lain untuk
Ji Endong.
“Eomma benar-benar
bodoh sudah membiarkanmu memilih cincin itu!” Ny.Kim masih sibuk menyuruh
beberapa pelayannya mencari cincin pengganti yang harus ada sekarang juga,
tentunya dengan ukuran yang Ji Eundong. Mereka sudah cukup malu dengan ini.
Dan yeoja yang tadi
selalu memenuhi wajahnya dengan senyuman merekah, sekarang hanya bisa menahan
tangis karena itu. Eundong masih ditahan oleh Ibunya untuk tidak menangis dan
menghancurkan penampilannya. Dan lagi-lagi, Jinhwan tidak memperdulikan itu.
Lalu beberapa detik kemudian, Kim Jinhwan berlari meninggalkan mereka.
“Han Yunchi!”
Yeoja itu berbalik dan
menatap kaget namja yang sekarang mempercepat langkah menghampirinya. Han
Yunchi sengaja pergi dari acara itu diam-diam karena tidak ingin terlibat
masalah, tapi Jinhwan malah tetap mengejarnya.
“Yunchi-ya tunggu!”
Jinhwan berlari semakin cepat saat Yunchi juga berlari menjauhinya. Dan mereka
berhenti saat Jinhwan sudah berhasil menarik sebelah tangan Yunchi, menahannya
untuk berhenti menjauh.
“Lepaskan!”
“Tidak!”
“Jinhwan-ah, apa yang
kau lakukan? Apa itu rencanamu?”
“Sudah aku bilang, kau
tidak bisa menghancurkan hidupku dengan melakukan ini Han Yunchi!”
“Lepaskan aku, dan
kembalilah kedalam”
“Saranghae,”
“Jinhwan-ah andwae” Han
Yunchi mengerahkan kekuatannya untuk melepaskan diri dari namja itu, tapi entah
kenapa, malam ini sepertinya Kim Jinhwan menjadi sangat kuat.
“Aku tahu kau juga
mencintaiku, masih mencintaiku. Aku tidak semudah itu untuk kau lupakan,
Yunchi-ya. Dan aku akan tetap bersamamu apapun yang terjadi, aku akan
melindungimu,”
“Tidak Jinhwan, aku
tidak mencintaimu. Jangan lakukan hal seperti ini, kau hanya membuatku dalam
masalah. Lepaskan!”
“Jika kau ingin aku
berhenti, maka kau harus membunuhku...”
Yunchi menabrak tatapan
Jinhwan, tatapan penuh keyakinan. Ini semakin sulit. Andai saja Jinhwan
mengerti kalau hanya masalah yang akan datang jika mereka bersama. “Jinhwan-ah
aku mohon, jangan seperti ini padaku. Seharusnya kau biarkan aku baik-baik saja
jika kau memang mencintaiku, biarkan aku hidup dengan baik dalam kehidupanku
tanpa masalah darimu. Kau tidak bisa bersamaku Kim Jinhwan!”
“Tidak. Kita bisa
bersama, kau dan aku bisa melawan mereka dan terus bersama. Aku yakin kita bisa
menang jika kita bersama, Yunchi-ya aku mohon...”
“Tapi kau sama sekali
tidak bisa melindungiku Kim Jinhwan!” Yunchi sedikit menjerit, mengeluarkan
tangisnya bersamaan dengan itu. “Kau selalu membuatku menderita dengan semua
masalah yang kau berikan, kau selalu membuatku dalam kesulitan, kau membuatku
mengorbankan orang lain hanya untuk bersamamu, dan itu sudah cukup. Itu sudah
cukup membuatku gila Jinhwan-ah, aku tidak bisa bertahan bersamamu! Hiks
Jinhwan-ah.. aku mohon hentikan hiks..”
Jinhwan terdiam,
genggaman tangannya perlahan melonggar. Dia sudah tahu sekarang, jadi dia
mengerti apa yang dirasakan Yunchi. Tapi, ini sudah terlambat untuk mundur.
Mereka saling mencintai, dan harus tetap bersama.
“Mianhae...”
“Biarkan aku tetap
baik-baik saja mulai sekarang, berhentilah memberiku masalah”
“Aku... maaf karena aku
masih tidak bisa melindungimu, maaf karena membuatmu selalu dalam kesulitan
karena bersamaku, maaf untuk semua air mata yang kau jatuhkan karenaku, maafkan
aku Yunchi-ya,”
“Ini sudah berakhir,”
“Keundae, Yunchi-ya,
apa kau mencintaiku?”
“Aku mencintaimu. Aku
sangat sangat mencintaimu, bahkan sampai membuatku gila karena tidak bisa
berhenti mencintaimu ataupun melupakanmu. Aku rasanya ingin mati karena tidak
bisa mengeluarkanmu dari hatiku, aku selalu memikirkanmu Kim Jinhwan. Aku hanya
terus berteriak kalau aku tidak mencintaimu lagi, membohongi diriku sendiri.
Bahkan aku masih sangat mencintaimu walaupun hanya kesulitan yang datang jika
aku bersamamu, aku tidak bisa menyuruh hatiku berhenti, aku tidak bisa... hiks
aku tidak bisa melihatmu dengan orang lain. Aku mencintaimu...”
Akhirnya, pada akhirnya
Han Yunchi mengatakan semuanya. Berteriak dan menangis. Dia sudah mengeluarkan
semuanya, tapi rasanya itu masih tidak bisa membuat hatinya lega jika mereka
masih terus dalam cerita ini. Yunchi hanya ingin hidup bersama namja itu, namja
yang tidak bisa dia benci walau apapun yang terjadi.
“Aku tidak akan
meninggalkanmu lagi Yunchi-ya, percayalah kalau kita bisa bersama,”
Dan Jinhwan menarik
Yunchi padanya, menempelkan bibir mereka. Kim Jinhwan malah semakin menempelkan
tubuh mereka saat Yunchi memukul dadanya dan meronta untuk menjauh, namja itu
sudah tidak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti.
Han Yunchi masih terus
memukul dan mendorong Jinhwan untuk menjauh, tapi namja itu terlalu kuat
sekarang. Yunchi merasa kalau Jinhwan mulai memberikan lumatan-lumatan pada
bibirnya, membuatnya perlahan menghentikan pukulan itu, dan menutup matanya,
menerima perlakuan itu.
Tanpa sadar, ada
sepasang mata yang melihat itu. Melihat dengan jelas kalau mereka memang saling
mencintai dan ingin bersama.
“Tunggu!” Wonho
langsung menghadang beberapa pria berjas hitam yang berlari akan menghampiri
Jinhwan. “Jangan katakan apapun, jangan beri tahu siapapun tentang ini,
tentunya jika kalian masih ingin hidup.” Wonho meyakinkan pria-pria itu kalau
ucapannya sama sekali tidak main-main, lalu membiarkan mereka kembali berlari.
Pria-pria berjas hitam
itu membawa paksa Jinhwan, menariknya untuk kembali masuk kedalam Hotel dan
melanjutkan acara pertunangannya yang sudah dia buat kacau. Meninggalkan Han
Yunchi yang sekarang menangis sendirian disana.
“Nona Han, sedang apa
kau menangis sendirian di halaman hotel?”
Akhirnya setelah
beberapa lama hanya berdiri diam, Wonho berlari menghampiri Han Yunchi.
Melepaskan jasnya dan memakaikan itu untuk Yunchi.
“Jangan menangis,
kenapa menangis?”
Tapi tentu saja tidak
ada jawaban dari yeoja itu, Han Yunchi masih menangis, mengeluarkan
perasaannya.
Wonho menarik Yunchi
kedalam pelukannya, mengusap kepalanya lembut. “Baiklah kalau begitu,
menangislah, tidak apa-apa. Menangislah jika kau ingin menangis, menangislah
jika menangis bisa membuatmu lebih baik. Tidak apa-apa, aku akan bersamamu.
Menangislah...”
Dan yeoja itu semakin
menumpahkan tangisannya dalam pelukan Wonho, tidak peduli kalau air matanya
sudah membasahi kemeja namja itu. Sekarang Han Yunchi hanya ingin menangis.
***
Plaakk.
Sebuah tamparan lagi
dengan mudahnya mengenai pipi Jinhwan, tapi dia masih tetap diam. Menutup
rapa-rapat bibirnya. Tidak mengindahkan rasa perih dan panas di pipinya yang
sudah memerah karena tamparan itu.
“Sebenarnya apa
maksudmu melakukan itu? Apa kau sengaja mempermalukan keluarga kita dengan cara
itu? Jawab Eomma, Kim Jinhwan!”
“Jika ini karena kau
tidak mau bertunangan dengan Eundong, tidak bisakah kau melakukan sesuatu yang
lebih baik daripada mempermalukan keluargamu huh?” berbeda dengan istrinya,
Tn.Kim masih sedikit bisa menahan amarahnya. “Setelah ini, apa kau tahu harus
di simpan dimana wajah Appa?”
“Dan kau malah menemui
gadis itu lagi,”
“Aku mencintainya
Eomma!”
“Cinta? Kau fikir cinta
itu segalanya? Apa cintamu bisa membantu perusahan kita? Apa cinta juga yang
sudah membuatmu menjadi seperti ini?”
“Aku akan tetap
memilihnya”
“Kim Jinhwan!”
“Eomma, berhentilah
menyiksaku. Aku hanya ingin bahagia dengan hidupku sendiri, aku hanya ingin
hidup dengan orang yang aku cintai. Sudah cukup memaksaku melakukan semua yang
kalian mau, aku lelah”
“Sebenarnya apa yang
sudah gadis itu lakukan padamu, sampai membuatmu berani melawan orang tuamu?”
“Dia tidak melakukan
apapun, dia hanya mencintaiku dengan hatinya. Jangan salahkan dia tentang
apapun, sudah cukup Eomma membuatnya menderita. Bahkan Eomma sengaja membunuh
Ayahnya,”
“Apa yang kau katakan?”
Ny.Kim menatap Jinhwan tajam, dia akan kembali menampar anaknya jika Tn.Kim
tidak menahan tangannya.
“Bukankah menyuruh
seseorang untuk menabrak mobil Jungsoo Ahjusshi, sama saja dengan membunuh?
Eomma yang sudah membuat Ayah Han Yunchi meninggal! Eomma yang membuatnya
sangat menderita, Eomma yang selalu membuatnya kesulitan, dan Eomma yang
seharusnya bertanggung jawab untuk semua itu”
“Kim Jinhwan! Apa
sekarang kau berani menuduh Ibumu?”
“Itu bukan tuduhan
Eomma, itu sebuah pernyataan. Aku bahkan tidak menyangka kalau Eomma bisa
melakukan hal sekejam itu”
“Yeobo?” dan sekarang,
tatapan Tn.Kim beralih menatap istrinya, seolah menanyakan kebenaran atas apa
yang dikatakan putranya. “Benarkah kau melakukan yang dikatakan Jinhwan?”
“Tidak Yeobo, aku
pernah melakukan hal semacam itu. Aku tidak mungkin membunuh, percayalah Yeobo”
Ny.Kim mulai panik dan menenangkan suaminya.
“Eomma tidak melakukan
itu, tapi jika kau terus seperti ini, kau bisa membuat Eomma melakukan sesuatu,
Jinhwan-ah”
“Apa- apa maksud
Eomma?” Jinhwan kembali menatap lekat kedua mata Ny.Kim. Sebenarnya, sehina
apakah cinta itu? Sampai membuat seseorang bisa melakukan hal gila yang merusak
hidupnya dan orang lain.
‘Dan
aku akan menjadi anak yang mengecewakanmu, Eomma. Mianhae. Tapi jika Eomma
melakukan sesuatu padanya, maka aku tidak akan segan memberi tahu semuanya
kalau Eomma sudah menghilangkan nyawa seseorang. Mian’
***
“Oppa, dari mana kau
tahu ada kembang api disini?” Yunchi melirik Wonho sekilas, lalu kembali
memutar tatapannya melihat percikan-percikan kembang api dilangit gelap itu.
“Seseorang memberi
tahuku. Bagaimana, kau suka?”
“Emh, aku suka sekali.
Terima kasih sudah mengajakku,”
“No. Ya! Aku tidak
mengajakmu kesini agar kau bisa melihat itu, tapi aku hanya memintamu untuk
menenamiku yang ingin melihat itu” Wonho menepuk pundak Yunchi, meyakinkan
yeoja itu dengan ekspresi wajahnya.
“Ah mian, tapi aku
tetap berterima kasih”
“Lain kali kau juga
harus mengajakku pergi, tidak apa-apa jika hanya membeli eskrim,”
“Baiklah, lain kali aku
akan mengajak Oppa jalan-jalan” Yunchi tersenyum, kembali meneguk minuman
ditangannya.
“Ah keundae Oppa,
kenapa tidak banyak orang yang datang kesini? Padahal kembang apinya bagus
sekali. Apa mungkin.... Oppa sengaja membuatnya untukku?” Yunchi menatap Wonho
yang langsung mengeluarkan tawa besarnya.
“Aigoo. Kenapa kau
percaya diri sekali?”
“Mwoya? Aku hanya heran
kenapa hanya kita berdua saja di taman ini, bukankah Oppa bilang ini pesta
kembang api?”
“Ya! Mana mungkin aku
melakukannya? Lagipula, untuk apa aku sengaja melakukan ini? Jangan menghayal
Nona Han, ini sudah malam” Wonho mengusap kepala Yunchi, sedikit mengacak
rambutnya.
“Maaf kalau begitu...”
“Kau itu lucu sekali
Yunchi-ya”
Sedetik kemudian Wonho
mengangguk pelan, dia tidak mungkin mengatakan kalau memang dia yang melakukan
itu. Dia tiba-tiba sengaja merepotkan beberapa pelayannya untuk menyiapkan
kembang api itu, hanya untuk menghibur Han Yunchi. Dan ternyata itu berhasil.
Mungkin Han Yunchi masih sedih dengan itu, tapi setidaknya, dia sudah berhenti
menangis sekarang.
“Apa kau kedinginan?”
Wonho membenarkan jasnya yang dipakai Yunchi, merapatkan benda itu agar dia
tidak kedinginan. Ini hampir tengah malam, dan udara semakin dingin.
“Aniya, aku tidak
apa-apa. Apa Oppa kedinginan, karena aku memakai jasmu?”
“Ani ani, gwaenchana.
Aku tidak bisa membiarkanmu hanya dengan dress itu, kau menggodaku”
“Mwo?”
Wonho hanya menjawab
itu dengan dengan tawa anehnya, membuat Yunchi mengerutkan kening tidak mengerti.
Namja itu memang selalu membuatnya tersenyum, tapi kadang juga namja itu
benar-benar aneh, sedikit tidak bisa dimengerti.
“Yunchi-ya,”
“Ne?” yeoja itu kembali
memindahkan tatapannya pada Wonho, menatap namja itu yang entah sejak kapan
jadi sangat dekat dengan tubuhnya.
“Boleh aku mengatakan
sesuatu padamu?”
“Tentu saja, katakan
saja”
“Tapi mungkin kau tidak
mau mendengar ini,”
“Tidak apa-apa, aku
tidak akan marah pada Oppa baik sepertimu. Katakan saja,”
“Apa kau tahu kalau aku
menyukaimu?” Wonho mempertemukan tatapan mereka, menarik nafas pendek dan
kembali membuka suara. “Aku tahu kalau kau mencintai Jinhwan, tapi aku akan
tetap berusaha untuk bersamamu. Aku tidak akan mengalah karena Kim Jinhwan. Apa
itu tidak apa-apa jika aku seperti itu?”
Beberapa detik Yunchi
diam, kemudian senyuman muncul di wajahnya. Dia menggeleng pelan. “Tidak
apa-apa, aku tidak bisa melarang Oppa untuk itu. Semua orang mempunyai hak
untuk menyukai. Tapi, maaf karena mungkin ak__”
“Tidak, tidak usah
katakan itu, aku mengerti,” Wonho langsung memalingkan wajahnya, sedikit
tersenyum dan kembali menatap langit malam. “Aku tidak akan memaksamu untuk
menerimaku. Aku hanya akan bersamamu, tidak masalahkan?”
“Gomawo Oppa”
“Eh Yunchi-ya, mulai
sekarang aku adalah sahabatmu. Ah yah, anggaplah aku seperti itu, sahabat yang
lebih dari sahabat. Haha. Jadi kau bisa kapanpun minta bantuanku, aku akan
selalu ada untukmu”
“Ne Oppa, gomawo”
“Berhentilah mengatakan
kata itu, kita ini sahabat yang lebih dari sahabat, ingat? Bersikaplah seperti
biasa padaku”
Han Yunchi mengangguk
pelan, tersenyum. Dia juga kembali menatap langit malam, kembang api itu masih
terus bermunculan, menemani mereka dengan dinginnya malam.
‘Aku
akan melindungimu Yunchi-ya’ Wonho tersenyum
melirik Yunchi sekilas, menegaskan kalau mulai sekarang dia akan ikut
melindungi yeoja itu bersama Jinhwan.
-end-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar