luhanay blog Follow Dash Owner

Selasa, 08 September 2015

[FF] Love is Beautiful






Author             : Cif Rakay
Tittle                : Love is Beautiful
Genre              : Roamnce
Length             : Oneshot
Rate                 : 16+
Cast                 : Jung Yujin(The Ark) | Jackson(Got7) | Mark(Got7) | James aka Jung Yujun
-
Terkadang, kita mengira kalau cinta tidak mungkin orang yang selalu didekat kita, tapi membayangkan orang lain yang datang dari jauh yang menjadi cinta kita. Namun, cinta itu adalah sesuatu yang tulus dan suci, tidak bisa dipaksakan. Dan cinta akan memberitahumu dimana dan pada siapa dia akan berlabuh.
-
-
Sebenarnya malam sudah berakhir, bulan dan rombongan bintang sudah meninggalkan langit dari tadi. Sekarang, langit dihiasi dengan matahari yang masih belum menampakkan sinar terangnya dan juga beberapa gumpalan awan putih. Pagi hari yang indah.
Terlihat sedikit gerakan diranjang, seseorang menggeliat dibawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Ah tidak, tubuh mereka maksudnya.
“Emm .. James?” gumam seorang yeoja dengan suara serak.
Tidak ada jawaban dari namja yang dipanggil James itu. Yeoja itu kembali menggeliat dan membuka selimutnya lalu mendudukkan dirinya menyandar dikepala ranjang.
“James?” yeoja itu membuka selimut yang menutupi wajah namja disampingnya. “Irreona palli, James!”
Perlahan, kedua mata sipit James terbuka sayu, dia menatap yeoja yang kemudian tersenyum dihadapannya.
“Saengil chukka hamnida ... James” yeoja yang bernama Yujin itu berteriak dan mengacak rambut pirang James.
“Stop it!” James menepis tangan Yujin yang sudah membuat rambutnya semakin berantakan.
“James, aku senang sudah hidup 19 tahun bersamamu. Saranghae James ...” Yujin kembali tersenyum, menindih punggung James dan memeluknya sangat erat.
“Menyingkir dari tubuhku, berat sekali ... ah awas!” James bangun dan melepaskan pelukan Yujin, lalu menatapnya serius.
“James ... kau tidak mencintaiku, James?”
“Tentu saja aku sangat mencintai Noona, kau adalah wanita yang kucintai kedua setelah Eomma. Happy birthday my beloved sister, I love you ...” dan sekarang, James yang memeluk Yujin snagat erat.
“Aku beruntung bisa terlahir denganmu”
“Aku juga beruntung bisa selalu melihat senyumanmu yang mengerikan, Yujin-ah”
“Ya! Kau menyebalkan ...”
Baru saja mereka saling memeluk dengan kasih sayang, dan sekarang mereka sudah kembali bertengkar seperti kucing dan anjing. Saling memukul, mencakar, menggigit, dan lainnya. Seperti kebiasaan mereka sehari-hari selama 19 tahun ini.
“Hajima!” tiba-tiba sebuah suara yang sangat mereka kenal dan satu-satunya yang bisa menghentikan pertengkaran mereka terdengar. “Eomma tidak tahu kapan kalian akan dewasa, kalian berdua sama saja. Dan kau James, kapan kau berhenti tidur dengan Yujin?”
“Eomma ...” mereka berdua tersenyum sangat manis menatap Eomma yang sudah berdiri didepan pintu kamar.
“James, kau itu seorang pria, dan kalian berdua sudah besar sekarang. Berhentilah tidur bersama, ara?”
“Keundae Eomma, Yujin adalah kembaranku dan kami tidak bisa terpisahkan”
“Walaupun kalian kembar, tapi bukan berarti kalian harus terus tidur bersama sampai sebesar ini. Lagi pula kamarmu hanya lima langkah dari kamar Yujin, kalian tidak akan berpisah”
“Eomma ...” James menghampiri Eomma dan merajuk.
“Dasar anak manja!”
“Eomma, aku tidak manja seperti yang Eomma pikirkan”
“Kalau begitu, berhentilah merengek dan jangan tidur bersama Noona-mu lagi”
“Geuraeso, aku akan mencobanya”
“Baiklah, anak pintar. Sekarang, ayo cepat kalian mandi dan kita akan sarapan bersama”
“Eomma, tidak ada ucapan atau tiup lilin?” Yujin langsung mengejar Eomma yang hendak keluar dari kamar.
“Tentu saja ada, Eomma tidak akan melupakan ulang tahun anak kembar Eomma ini. Saengil chukka Yujin dan James, Eomma mencintai kalian”
“Kami juga ...” Yujin dan James memeluk Eomma bersamaan.
“Baiklah, cepat kalian mandi dan kita meniup lilin bersama dengan Appa. Eomma tunggu dimeja makan, palli ...” Eomma lalu pergi meninggalkan sepasang anak kembarnya.
%%%
Jung Yujin masih bersabar menunggu, dia masih duduk sembari mengaduk pelan jus jeruknya. Dia masih punya sedikit kesabaran lagi untuk menunggunya.
“Yujin-sshi ...”
Yujin menoleh kearah suara yang memanggil namanya, dia tersenyum karena akhirnya orang yang dia tunggu dari tadi, datang juga.
“Maafkan aku sungguh. Apa kau menunggu lama?” seorang namja yang bernama Mark itu tersenyum kemudian duduk didepan Yujin.
“Belum terlalu lama ...”
“Eoh maafkan aku, tadi tiba-tiba ban mobilku pecah dan sedikit membuat kerepotan”
“Tidak apa-apa, Oppa masih bisa datang kesini sekarang”
“Ah iya aku lupa, ini untukmu ..” Mark merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. “Seaengil chukka hamnida”
“Gomawo Oppa ...” Yujin tersenyum lalu mengambil kotak itu. “Boleh aku buka?”
“Silahkan, tapi mungkin tidak bagus. Aku tidak bisa memberimu sesuatu yang bagus, mian”
“Eoh .. Oppa?” Yujin semakin mengembangkan senyumannya saat melihat kalau isi kotak kecil itu adalah sebuah kalung.
“Kau suka?”
“Ne, Oppa. Ini cantik, bagus sekali. Terima kasih ...”
“Mau aku pakaikan?”
Yujin mengangguk. Mark beranjak dan memakaikan kalung itu dileher Yujin, mereka tersenyum.
“Oppa, ini bagus sekali. Bagaimana bisa Oppa bilang ini tidak bagus? Aku menyukainya, gomawo”
“Cheonma. Kalau begitu, apa kita jadi pergi sekarang?”
“Geurae”
Mereka berdua pergi. Ini adalah pertama kalinya mereka pergi berdua, karena memang Mark dan Yujin masih belum terlalu dekat. Mereka tidak sengaja berkenalan beberapa minggu yang lalu. Tapi sepertinya, mereka akan saling mengenal dengan cepat.
Jam terus berputar, waktu terus berlalu. Siang sudah hampir berakhir, tinggal menunggu beberapa jam lagi untuk malam datang membawa bulan dan rombongan bintangnya menghiasi langit.
Begitu juga dengan Yujin dan Mark yang sudah menghabiskan banyak waktu bersama. Mereka menonton film, makan, bermain game, dan jalan-jalan bersama sampai akhirnya mereka berakhir di depan mall ini.
“Oppa, terima kasih untuk hari ini”
“Jadi kesan pertama kau pergi denganku adalah bagus?”
“Ne” Yujin menahan senyum malunya.
“Kalau begitu, kau tidak akan menolah jika lain kali aku mengajakmu pergi lagi?”
“Molla, tergantung bagaima Oppa mengajakku”
“Haha .. kau lucu, aku suka senyum manismu” Mark sedikit mengacak rambut Yujin, membuat Yujin salang tingkah dan tidak tahu bagaimana menyembunyikan pipinya yang merona karena malu.
“Oh iya Oppa, malam ini aku mengundangmu kepesta ulang tahunku”
“Jigeum?”
“Tidak, pestanya jam delapan nanti. Oppa akan datang?”
“Eoh maaf Yujin-sshi, sepertinya aku tidak bisa. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan malam ini, kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa, karena Oppa sudah membuatku senang hari ini. Gomawo”
“Berhentilah mengatakan terima kasih, aku tidak sebaik itu”
“Tapi Oppa benar-benar baik”
“Kau menyukaiku?”
“Eoh?” pertanyaan Mark berhasil membuat aliran darah Yujin berhenti, dan juga sepertinya jantungnya ikut berhenti berdetak. Apa maksud pertanyaan itu? batin Yujin yang masih berusaha menghentikan ketegangan tubuhnya.
“Aku bercanda” Mark tertawa dan kembali mengacak rambut Yujin.
“Ah bercanda ... haha” Yujin tersenyum hambar.
“Yujin-sshi, apa benar kau dijemput?”
“Ne, aku akan dijemput. Mungkin sebentar lagi datang, apa Oppa mau pulang duluan?”
“Tidak, tentu saja aku harus melihatmu sampai jemputanmu datang. Tadinya aku akan mengantarmu pulang”
“Tidak usah, bukankah Oppa banyak pekerjaan?”
“Ah kau benar, aku lupa”
“Eoh itu ... Oppa, itu jemputanku sudah datang” Yujin menunjuk sebuah mobil hitam yang berhenti disebrang jalan.
“Kalau begitu, pulanglah. Hati-hati dijalan”
“Ne, Oppa juga hati-hati. Annyeong ..” Yujin tersenyum lalu berlari kecil menghampiri mobil itu dan akhirnya masuk.
Masih disebrang, Mark belum beranjak dan masih memperhatikan Yujin. Kedua matanya menatap seorang namja yang menyetir mobil itu, dan sepertinya Mark tidak suka.
%%%
“Kemana saja kau ini? Apa kau lupa malam ini adalah pesta kita, atau kau sengaja melupakannya?”
“Aku tidak begitu, aku masih ingat pestanya. Aku hanya jalan-jalan sebentar”
“Yujin, aku tidak mengerti ‘sebentar’ dalam jam mu itu berapa lama? Kau pergi dari siang sampai sore seperti ini”
“Kau kenapa James? Kenapa marah?” Yujin melirik James yang dari tadi bicara tanpa melihatnya dan fokus kejalanan.
“Aku tidak marah, hanya kesal. Kau menyebalkan!” James sedikit manambah kecepatan mobilnya.
“Kenapa aku menyebalkan?”
“Siapa pria tadi?”
“Dia Mark, teman Jackson. Kami tidak sengaja bertemu waktu itu, dan akhirnya berkenalan”
“Dan jalan bersama?”
“Dia memberiku hadiah, ini lihat kalung ini ...” Yujin dengan antusias menunjuk kalung yang menggantung dilehernya, tapi James masih tidak memperhatikannya.
“Kalian pacaran?”
“Tidak, kami hanya teman. Yah ... Mark Oppa memang baik, dia menyenangkan ..” Yujin tersenyum sendiri.
“Kau menyukainya?”
“Apa? Ah tidak, aku tidak bilang begitu”
“Tapi tingkahmu menunjukkan kalau kau menyukainya, babo!”
“James, jangan cemburu seperti itu. Kami hanya teman, dan kau adalah pria yang paling aku cintai kedua setelah Appa, selamanya”
“Hemm ...”
“Ayolah James, berhenti bersikap seperti ini. Aku ingin kau menjadi namja baik dan ramah padanya, kau mengerti James?”
“Entahlah, tapi aku akan mencobanya untukmu”
“Bagus. Gomawo James ...” Yujin mencubit pipi James yang masih tidak memperhatikannya.
Dan mereka akhirnya sampai dirumah yang sudah dihias untuk pesta sikembar ini.
“Aigoo. Dari mana saja kalian ini?” Eomma langsung menyerbu keduanya saat mereka melangkah memasuki rumah.
“Tanyakan semua itu pada Yujin” jawab James ketus dan meninggalkan mereka begitu saja.
“Yujin?” Eomma mengangkat sebelah alisnya menatap Yujin, mengharapkan penjelasan lebih dari Yujin.
“Maaf Eomma, tadi aku hanya keluar sebentar. Bertemu teman ... haha” Yujin memberikan senyuman manisnya untuk sedikit menghindari kemarahan Eomma.
“Bertemu teman yah?”
“Ne Eomma”
“Yah baiklah, karena hari ini ulang tahunmu maka Eomma tidak akan memberikan hukuman untukmu nona muda. Sekarang pergi ke kamarmu dan bersiaplah”
“Ne Eomma, gomawo”
“Jangan lupa mandi dulu!”
“Tentu saja ...” Yujin tersenyum menang dan berlari menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Dan Eomma, kembali menyiapkan beberapa sentuhan akhir untuk pesta satu jam lagi.
%%%
Tok tok tok ...
“Yujin? Aku boleh masuk?” seorang pria yang mengetuk pintu sudah membuka pintunya sebelum terdengar jawaban dari pertanyaannya tadi.
“Jackson?” Yujin berhenti memandang dirinya dicermin saat mendengar suara itu, dan dia tersenyum saat melihat seorang pria sudah berdiri didepan pintu kamarnya sekarang.
“... eoh Yujin-ah .. ka-kau cantik sekali” pria yang dipanggil Jackson itu tersenyum dan tidak melepaskan tatapannya dari Yujin yang hanya memakai dress panjang berwarna pink bermotif bunga.
“Benarkah?”
“Geurae” Jackson mengangguk seakan takjub melihat Yujin seperti ini.
“Jadi maksudmu, kemarin aku tidak cantik? Dulu? Tadi pagi? Tadi siang? Aku hanya cantik sekarang?”
“A-anio, bukan itu maksudku. Sekarang ini, kau terlihat sangat cantik dari kemarin” Jackson tersenyum malu dan sedikit memijat tengkuknya.
“Baiklah, terima kasih Jack” Yujin tertawa melihat Jackson seperti itu.
“Yah, tidak apa-apa. Dan aku kesini karena Jung Ahjumma memanggilmu, pestanya dimulai”
“Baiklah, aku akan turun bersamamu” Yujin menggandeng tangan Jackson dan merekapun turun kebawah untuk memulai pestanya.
Orang-orang itu bernyanyi, lalu sikembar meniup lilin dan memotong kuenya. Mereka berbicara tentang sikembar yang sudah lebih dewasa dengan umur 19 tahun, dan juga sikembar yang sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan untuk menyelesaikan sekolahnya sebelum memulai kembali di Universitas. Mereka bicara banyak hal dan berdoa. Setelah itu, musik dimainkan dan dansa dimulai. Pestanya benar-benar dimulai.
Yujin dan James masih berdansa mengiringi musiknya sama dengan yang lain, mereka menikmati itu.
“James, kau sudah tidak marah padaku?”
“Iya, aku memang tidak marah”
“Oh baiklah”
“Keundae Yujin-ah, maafkan aku karena tadi. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini, itu saja”
“Aku mengerti James, tidak apa-apa. Maafkan aku juga”
“Yah baiklah baik, hentikan mellow seperti ini, menjijikan. Ayo sekarang giliranku” tiba-tiba Jackson datang dan menarik tangan Yujin untuk beralih berdansa dengannya.
“Hyung!”
“James, aku lihat teman dari temanmu membawa beberapa yeoja cantik. Lihatlah mereka”
“Ah ya, itu ide bagus” James tersenyum dan meninggalkan mereka berdua.
“Jack?” Yujin menatap Jackson yang hanya tersenyum menatapnya.
“Apa? Eoh kalungmu bagus”
“Terima kasih. Ini hadiah dari seseorang”
“Seseorang? Nugu? Apa dia seorang namja? Bukan James?”
“Hanya seorang teman”
“Oh baiklah, walau aku tidak tahu kau punya teman dekat pria. Aku juga punya sebuah hadiah kecil untukmu, tapi ...”
“Tapi apa?”
“Aku tidak jadi memberikannya padamu”
“Kenapa?”
“Aku juga tidak tahu kenapa aku membeli ini untukmu, tapi aku tidak bermaksud apapun padamu. Nanti saja aku belikan yang baru untukmu”
“Ya! Mana boleh begitu. Kalau sudah beli, kau harus memberikannya untukku. Sekarang mana?”
“Maafkan aku, tapi aku akan memberikannya besok saja. Aku belikan banyak untukmu yah?”
“Jackson!” Yujin berteriak, dia menghentikan dansanya dan membuat pandangan semua orang tertuju padanya sekarang.
“Ah haha .. tidak apa-apa, lanjutkan haha ..” Jackson tersenyum dan membuat semua orang itu tersenyum juga sebelum kembali mengalihkan pandangan mereka.
“Jackson ... mana hadiahku?” kali ini Yujin hanya berbisik.
“Sudah kubilang, aku tidak jadi memberikannya padamu. Lagi pula kau sudah banyak mendapat hadiah hari ini, sudah lupakan saja hadiahku. Itu hanya hadiah kecil. Besok aku belikan semua yang kau mau ...”
“Andwae! Aku hanya mau hadiahmu itu, palli berikan padaku!”
“Tidak bisa!” tiba-tiba Jackson melepaskan tangan Yujin dan berlari, lari dengan cepat menjauh dari Yujin.
“Jackson!” Yujin dengan dress panjangnya juga berlari cepat mengejar Jackson, tetangganya yang sudah sejak kecil menjadi sahabatnya.
Pengejaran yang melelahkan, Yujin mengejar Jackson dan melewati banyak kerumunan para tamu. Dan akhirnya, dengan sekuat tenaga, Yujin berhasil menangkap Jackson dihalaman belakang rumahnya.
“Mianhae Yujin-ah, tepi lepaskan aku!”
“Tidak akan sebelum kau memberikan hadiah ulang tahun itu padaku!”
“Hajima Yujin-ah!”
“Kau ingin aku panggil James untuk memukuli wajah tampanmu itu?”
“James tidak akan melakukan itu, dia namja baik, dan yang terpenting adalah ... dia menyukaiku haha” Jackson tertawa.
“Ayolah Jack, berikan itu untukku!”
“Ya Jung Yujin! Seperti inikah sikapmu pada orang yang lebih tua darimu? Tidak sopan”
“Ya! Jackson-ah, palli ...” Yujin menarik Jackson, berusaha menggeledah jas miliknya.
“Hajima!” Jackson kembali berlari, menarik Yujin, dan mereka terjatuh. Bugh.
Jackson perlahan membuka matanya dan menatap Yujin yang sekarang ada diatas tubuhnya, dan mereka bertatapan untuk beberapa detik, dengan perasaan aneh yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Jantung keduanya berdetak sangat cepat, bahkan mungkin juga terdengar sampai kedalam rumah. Haha.
“Jackson, apa yang kau lakukan?”
“Ani, kau yang membuatku jatuh dan kau juga yang menindihku”
“Maafkan aku ...”
Jackson membalikan posisi mereka, dan sekarang Yujin yang berada dibawah tubuh Jackson. Se-per-sekian detik kemudian, Jackson menjatuhkan bibirnya diatas bibir Yujin. Pertama kalinya.
Hanya sebuah tempelan biasa, tanpa pergerakan. Sampai Yujin menutup matanya dan sedikit membuka bibirnya, membuat tempelan biasa itu menjadi tidak biasa dan berakhir dengan lumatan. Ciuman.
“Emm .. Ough astaga!”
Keduanya terperangah, kaget, shock, tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Kesadaran mereka kembali setelah pagutan bibir itu lepas dan menatap mata bulat dihadapannya. Dengan cepat, Yujin mendorong Jackson. Mereka bangun dan berdiri.
“... Yu-Yujin-ah mi-mian__”
Plak ... Dan sebuah tamparan berhasil Yujin daratkan dipipi kiri Jackson, lalu dengan cepat Yujin berlari meninggalkannya.
“Astaga! Apa yang kulakukan? Jackson mengacak rambutnya, merutuki apa yang sudah terjadi pada mereka baru saja.
%%%
“Noona, bisakah kita mampir dulu ke kampus Jackson Hyung?”
“Untuk apa?”
“Ada sesuatu yang harus aku ambil darinya”
“Andwae!”
“Noona, ayolah ... Sebenarnya kau ini kenapa? Apa kalian bertengkar?”
“Siapa yang kau maksud ‘kalian’ itu?”
“Kau dan Jackson, siapa lagi?”
“Tidak”
“Lalu kenapa seminggu ini kau menjadi aneh? Jackson Hyung menghilang, dia tidak menemuiku, dia bahkan tidak kerumah. Dia tidak mengantar dan menjemput kita, dan kau tidak bicara dengannya. Lalu kalau tidak bertengkar, kalian kenapa?”
“Sudahlah James, kau harus berhenti mengharapkan dia. Kita bisa berangkat dan pulang dengan sopir, dan Jackson punya kehidupannya sendiri”
“Yujin?”
“Apa? James, kau bisa diam tidak?” Yujin mengalihkan pandangannya menuju jalanan diluar sana, dia menyandarkan kepalanya dikaca mobil. Sementara James hanya menghela nafas melihat Yujin seperti itu.
Dan karena ciuman dimalam itu, sekarang, sudah lebih dari seminggu hubungan Yujin dan Jackson jadi aneh dan berantakan. Mereka tidak bertemu dan tidak saling bicara. Jackson juga tidak datang kerumah Yujin seperti biasanya, padahal saat biasa Jackson akan berada disana sampai malam, bahkan kadang juga tidur bersama Yujin dan James. Hubungan mereka sudah sangat dekat, mereka hidup bersama dari kecil. Dan mungkin lebih dari sahabat, mereka itu keluarga. Kecuali jika mungkin, ada perasaan lain dalam hubungan itu.
“Noona ...”
“Apa lagi, James?”
“I’m very hungry” James mearjuk, menjatuhkan kepalanga dipangkuan Yujin dan mengeluarkan aegyo.
“Lalu kau mau apa?”
“Aku mau makan, tapi uangku habis. Apa Noona mau menolongku yang kelaparan ini?”
“Hah .. baiklah, dasar manja!”
“Wow gomawo Yujin! Kalau begitu kita makan pasta dan eskrim ..” James kembali bangun. “Ahjusshi, kita berhenti di restoran didepan” James mencondongkan badannya ke jok depan dan tersenyum melirik paman supir.
“Ne, algaseumnida”
“Gomawo Ahjusshi”
-Singkat cerita- Mereka sampai direstoran biasa, yang mereka sukai. Yujin, James, dan Jackson menyukai restoran itu dan sering kesana bersama.
Yujin dan James berjalan masuk, mengedarkan matanya mencari meja yang kosong. Karena seperti biasa, restoran pasta itu akan ramai saat siang menjelang sore seperti sekarang.
“Jung Yujin ...” tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggil.
Yujin dan James menoleh kearah suara itu berasal, seorang pria yang melambaikan tangannya dan tersenyum.
“Mark Oppa ...” Yujin tersenyum dan langsung menghampirinya.
“Ouh pria itu lagi!” gumam James yang mengikuti Yujin dari belakang.
“Oppa annyeong. Sedang apa disini, apa kau sendirian?”
“Eoh aku sedang makan pasta, kau suka pasta?”
“Geurae, aku sangat suka pasta disini. Ini restoran kesukaanku”
“Benarkah?”
“Ne, aku dan James sering kesini”
“James?” Mark melirik James yang menatapnya sinis dibelakang Yujin.
“Oh ini James, aku dan James__” Yujin menghentikan perkataannya saat melihat seorang namja yang matanya fokus melihat layar ponsel, berjalan kearah mereka.
“Hyung, sepertinya aku harus segera__” dan namja yang bicara itu juga menghentikan perkataannya saat melihat Yujin. Kedua mata mereka bertabrakan.
“Aku bersama Jackson ...” Mark tersenyum, tapi Yujin dan Jackson hanya diam saling menatap.
“Eoh Hyung, aku senang kau disini” James tersenyum dan beralih berdiri disamping Jackson.
“Ayo pergi, James!” tiba-tiba Yujin berlari keluar dari restoran itu begitu saja.
“Yujin!” James hanya berteriak untuk menghentikan Yujin, dan jelas saja itu tidak berhasil. Yujin sudha berlari jauh keluar.
Akhirnya tanpa menunggu detik berikutnya, Jackson yang masih diam itu berlari dengan cepat mengejar Yujin. Meninggalkan James dan Mark berdua disana.
“Hyung?” James hanya bergumam melihat Jackson yang begitu cepat berlari mengejar Yujin. “Apa-apaan ini? Kenapa aku bersama namja ini?” James bergumam pelan lagi.
“Apa kau teman Yujin?”
“Kau pikir aku temannya? Apa kau tidak tahu aku ini siapa, dan hubunganku dengan Yujin kau juga tidak tahu?”
“Hey kawan tenanglah, aku hanya bertanya. Siapa namamu tadi?”
“James” jawab James ketus dihadapan Mark.
“Aku tidak tahu siapa kau, jadi bisakah kau katakan saja hubunganmu dengan Yujin?”
“Untuk apa aku bicara denganmu berdua disini?” James juga akhirnya berlari pergi dari sana, begitu saja meninggalkan Mark.
“Apa maksud semua ini?” Mark berdecak kesal lalu mengikuti mereka pergi dari restoran itu, dan tentu saja setelah membayar bill nya.
-Sementara itu- Yujin terus berlari sambil sesekali menyeka air matanya yang entah kenapa keluar disaat seperti ini, dia sebenarnya juga tidak tahu kenapa hubungannya dengan Jackson jadi seperti ini hanya karena sebuah ciuman. Padahal, selama ini mereka baik-baik saja bahkan setelah mandi bersama, tidur bersama, dan hampir bersama-sama melakukan apapun. Sejak mereka kecil, dan kadang sampai sekarang.
“Yujin-ah berhenti ... Yujin-ah ...” Jackson semakin memperepat langkah kedua kakinya mengejar Yujin.
“Pergilah ...”
“Yujin-ah ... Jung Yujin!” dan akhirnya Jackson berhasil menarik sebelah tangan Yujin, menghentikannya.
Yujin hanya menunduk menghindari tatapan Jackson, mereka masih diam karena nafas yang masih menderu setelah lari tadi.
“Yujin-ah mianhae. Jika itu karena aku, aku minta maaf padamu. Aku mohon jangan menghindar lagi dariku ...”
“Lepaskan!” Yujin menarik tangannya dari genggaman tangan Jackson dan berusaha menghindarinya lagi.
“Sebenarnya kau kenapa? Terus meghindariku dan tidak bicara apapun padaku, apa kau marah karena ciuman itu? Jung Yujin ...”
“Kenapa? Kenapa kau menciumku?”
Jackson sedikit terdiam saat Yujin tiba-tiba berbalik dan menatap matanya, dengan pertanyaan tentang ciuman itu, entah kenapa Jackson merasa kalau jantungnya terlalu cepat berdetak sekarang.
“Yujin-ah, mianhae ...”
“Kenapa denganmu?”
“Aku tidak bermaksud untuk melakukan itu padamu, malam itu aku hanya ... aku terbawa suasana. Maafkan aku, kumohon”
“Michiseo? Apa kau pikir itu anya sebuah ciuman? Yah, mungkin itu hanya sebuah ciuman tak berarti untuk seorang pria sepertimu, tapi itu berarti bagiku. Aku seorang perempuan, apa seperti itu kau memperlakukanku?”
“Apa maksudmu?”
“Dengar, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi. Jadi jangan mencariku!” Yujin akhirnya bisa melepaskan tangannya dari genggaman Jackson yang sudah melonggar.
Jackson terdiam, dia tidak mengerti apa yang dikatakan Yujin. Memangnya apa? Jackson hanya berdiri melihat Yujin terus berlali menjauh darinya.
“Hyung!”
Jackson melirik kebelakang, melihat James yang datang dengan mobil yang mengikuti dibelakangnya.
“Hai James ...” jawab Jackson hambar.
“Yujin kenapa? Apa dia masih marah padamu, hey sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua? Aku tidak pernah melihatnya marah lebih dari dua jam, tapi ini sudah seminggu lebih mungkin”
“Itu salahku”
“Apa yang Hyung lakukan padanya?”
“Tidak apa-apa, itu masalahku”
“Ayolah Hyung, memang kalian berdua yang bertengkar, tapi aku juga yang mendapat imbasnya. Hyung tidak datang kerumah dan mengerjakan tugasku, itu merepotkan”
“Baiklah, maafkan aku. Kau datang saja kerumahku jika ada tugas”
“Baiklah. Tapi apa kau tidak mengejar Yujin lagi?”
“Sepertinya dia sangat marah padaku, itu memang salahku. Mungkin aku sudah membuatnya kehilangan sesuatu, jadi dia pantas tidak me-maafkanku”
“Ah astaga. Aku tidak mengerti kalian berdua, aku pulang saja”
“Eoh kau dengan supir, aku juga bawa mobil. Sekarang cepat kejar kakakmu, dia pasti sudah lelah berlari”
“Geurae. Nanti aku kerumahmu”
“Baiklah” Jackson tersenyum menepuk pundak James sebelum dia masuk kedalam mobilnya dan pergi.
“Jackson ...” panggil seseorang lagi.
“Hyung?” Jackson menghampiri Mark yang dia lupakan karena Yujin dan masalah ini.
“Apa ada masalah?”
“Tidak ada. Hyung mianhae, aku tadi melupakanmu. Apa kau sudah makan?”
“Aish. Kau baru ingat aku?”
“Maaf Hyung ...”
“Sudahlah, aku tidak jadi makan. Kita pulang saja ...”
“Baiklah, lain kali aku traktir sesuatu yang lebih enak untukmu. Mian Hyung” Jackson berusaha tersenyum dihadapan Sunbae-nya di universitas, sunbae yang setahun lebih tua darinya dan sekaligus teman dekatnya disana.
%%%
Yujin berlari menaiki tangga, masih sambil menangis. Dan Eomma hanya melihatnya, lalu menangkap James untuk dimintai keterangan tentang itu.
“Bukan karena aku, Eomma” James langsung mengeluarkan pembelaan karena sudah mengerti dengan maksud dari tatapan tajam Eomma.
“Lalu kenapa dia menangis?”
“Ne, baiklah. Noona bertengkar denganku, aku memintanya membelikan pasta dan eskrim”
“Jinjja? Tapi Yujin tidak pernah menangis jika bertengkar denganmu”
“Noona bertengkar dengan Jackson Hyung”
“Jackson? Tapi Yujin juga tidak pernah menangis karena Jackson”
“Ough Eomma, tadi Noona jatuh disekolah”
“Jatuh? Benarkah dia jatuh sampai menangis?”
“Maaf Eomma, aku tidak tahu kenapa dia menangis. Dia sedang bertengkar dengan Jackson, dan aku tidak tahu kenapa. Jadi tanyakan saja padanya jika ingin tahu”
“Benar Yujin bertengkar dengan Jackson?”
“Molla Eomma, nan molla. Aku lapar sekali, Appa ada?”
“Appa belum pulang”
“Baiklah, aku akan minta pizza padanya ...” James berjalan melepas sepatunya, tas sekolahnya, kaos kakinya disepanjang anak tangga menuju kamarnya. Dan itu kebiasaannya.
“Ya! Dasar anak manja!” Eomma sedikit berteriak, tapi akhirnya membereskan barang-barang James juga.
Dikamar, Yujin akhirnya berhenti menangis setelah merebahkan dirinya diatas ranjang. Dia menatap langit-langit kamarnya yang penuh tempelan bintang milik James. Dia ingat saat James dan Jackson menempelkan bintang itu dikamarnya.
Sebenarnya, Yujin hanya kaget dengan ciuman itu. Dia tidak mengira kalau Jackson, yang selama ini hidup dengannya bahkan juga sesekali tidur dengannya, akan mengambil ciuman pertamanya begitu saja. Dan Yujin tidak suka itu. Walaupun perasaannya pada Jackson lebih dari seorang teman, lebih dari sahabat, lebih dari keluarga, dan bahkan Yujin sendiri tidak tahu apa perasaannya pada Jackson, tapi dia tetap tidak suka dengan kejadian itu. Ciuman pertama sangat penting untuknya.
Dering ponsel disaku roknya membuyarkan semua lamunan Yujin, dia menghela nafas dan mengambil ponselnya. Melihat nama Mark yang muncul dilayar ponselnya, telfon dari Mark.
“Yeoboseyo ...”
Yujin kembali tersenyum setelah beberapa menit bicara dengan Mark disebrang sana, sampai dia berhenti dan mengganti bajunya lalu pergi.
“Ouh, mau kemana Noona?” James yang bertelanjang dada dan sedang mengunyah apel itu menahan jalan Yujin dianak tangga terakhir.
“James, pakai bajumu. Apa kau mau pamer abs atau mau masuk angin?”
“Baiklah, aku akan pakai bajuku. Tapi kau mau kemana?”
“Aku mau pergi keluar sebentar”
“Boleh aku ikut?”
“Andwae! Aku bersama temanku, kau makan saja disini”
“Ah kau menyebalkan!” James sedikit mendorong Yujin sebelum dia menaiki anak tangga dan masuk kekamarnya.
%%%
Dan waktu terus berjalan, hari demi hari terus berlalu. Hubungan Jung Yujin dan Mark semakin baik dan dekat, mereka memang hanya teman, tapi teman yang mempunyai perasaan lebih dari teman, mungkin.
Sementara hubungan Yujin dan Jackson, semakin meghilang. Tidak ada lagi pemicaraan, pertemuan, bahkan tatapan mata antara mereka. Yujin masih sibuk menyalahkan Jackson atas ciuman itu, walaupun sebenarnya disana bukan hanya salah Jackson, tapi Yujin tetap bersikeras menyalahkan Jackson.
-dum-
“Noona ...”
“Iya James?”
James kembali menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, dia dan Yujin masih berbaring bersama dan menatap bintang-bintang dilangit-langit kamar Yujin, sejak puluhan menit lalu setelah Yujin pulang.
“Aku lelah Noona, melihat kau dan Jackson terus seperti ini. Apa tidak bisa jika kalian berbaikan saja?”
“Maaf James, aku tidak tahu”
“Kalau begitu, berhentilah pergi bersama Mark. Jangan tersenyum lagi padanya ...”
“Kenapa?” Yujin melirik James disebelahnya.
“Kau tahu Noona, hanya namja yang bisa menilai namja lain dengan sangat baik. Dan aku tidak suka padanya, menurutku Mark itu tidak baik untukmu”
“Kenapa begitu?”
“Kau tidak melihat tatapannya saat melihatku waktu itu? Sepertinya dia tidak menyukaiku”
“Jangan begitu James, kau tidak boleh menilai orang hanya dari tampilannya. Dan kau juga tidak boleh berprasangka buruk dengan hanya mengandalkan kata ‘sepertinya’, kau mengerti James?” Yujin mengusap-usap rambut pirang James.
“Apa kau merindukan Jackson Hyung?” James berbalik menghadap Yujin.
Yujin hanya tersenyum kecil menatap James, dia berbalik dan kembali menatap ke atas. Yujin menghela nafas panjang, memikirkan jawaban dari pertanyaan James. Yang mungkin sebenarnya jawaban itu tidak perlu dia pikirkan, hatinya sudah mempunyai jawaban itu.
Yujin merindukan Jackson. Yah, dia sangat merindukannya. Tiga belas hari tidak menatap matanya, tidak menghirup aroma tubuhnya, tidak mendengar suaranya, dan tidak bicara padanya sangat membuat Yujin tersiksa. Sejak kecil mereka bersama dan tidak pernah berpisah, tapi sekarang hanya karena ciuman itu mereka tidak bertemu selama tiga belas hari.
“Aku sangat merindukannya ...”
“Wow. Benarkah itu?” James tersenyum dan bergerak keatas Yujin. Tidak, tidak seperti apa yang kalian bayangkan. Mereka hanya kakak-adik.
“Menyingkir James!” Yujin langsung mendorong James menjauh darinya.
“Ough Yujin! Aku tidak tahan lagi, kau sudah gila. Kalau kau memang merindukan Hyung, lalu kenapa kau tidak pergi padanya dan tersenyum. Jangan menyiksa dirimu sendiri, Noona”
“James aku tidak tahu ...” Yujin memeluk James dan bersembunyi didadanya, dan mulai terdengar isakkan-isakan pelan darinya.
“Kau menangis? Hey Yujin ... waeyo?”
Tapi tidak ada jawaban dari Yujin, dia benar-benar menangis. Dan itu karena Jackson, lagi. Sebenarnya hubungan mereka tidak bisa dimengerti.
%%%
Jackson masih mengaduk-ngaduk mie nya dan sesekali dia meniupnya, sepertinya tidak ada sedikitpun niatan untuk Jackson memakan mie itu.
“Aku sudah kenyang, mie ini tidak enak dan terlalu pedas”
“Tapi kau sudah menghabiskannya, babo Hyung!”
“Kau tidak mau makan mie itu?” Hoseok meminggirkan mangkuk mie miliknya dan menatap Jackson yang masih tidak bersemangat makan.
“Hyung, aku tidak tahu ...”
“Wae?” Hoseok meneguk minumannya dan mengilangkan kedua tangannya didada sebelum mendengarkan cerita Jackson lebih lanjut.
“Kukira ini tidak akan lama, tapi sepertinya dia benar-benar marah padaku. Aku mungkin sudah sangat menyebalkan”
“Siapa yeoja yang kau maksud itu?”
“Menurutmu, kenapa yeoja marah setelah ciuman?”
“Oh ciuman. Apa kau mencium seseorang dikampus?”
“Aku tidak tahu kenapa dia begitu marah padaku, dan aku juga tidak tahu kenapa aku menciumnya. Babo. Ah payah ...”
“Jika yeoja marah setelah ciuman, hanya ada dua alasan. Pertama, dia tidak menyukaimu. dan kedua, dia menyukaimu”
“Apa itu, aku tidak mengerti?”
“Jika dia menyukaimu, maka dia marah karena kau menciumnya tiba-tiba dan membuat jantungnya berdebar kencang. Dan jika dia membencimu, maka dia juga akan marah karena memang dia tidak mau dicium oleh pria yang tidak dicintainya. Kau mengerti?”
“Yah ... dan jawabannya pasti dia membenciku”
“Hey teman, kau mau memakan mie ini atau tidak?”
“Baiklah, ini untukmu Jung Hoseok” Jackseon memberikan mangkuk yang masih penuh dengan mie itu pada Hoseok.
“Nah begitu, bukan dari tadi saja kau berikan padaku” Hoseok dengan semangat mengambil mangkuk itu dan melahap mie barunya.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” Jackson menghela nafasnya. Dia memikirkan Yujin, dia sangat merindukan Yujin yang selalu menyuruhnya ini dan itu, yang selalu berteriak dan memarahinya, yang selalu tertawa bersamanya, yang selalu memeluknya, yang selalu dihatinya.
“Ouh tidak ...”
“Mwo? Wae?” Hoseok menghentikan aktivitasnya melahap mie itu dan menatap Jackson yang tiba-tiba berteriak.
“Aku tidak boleh seperti ini dan memberi tahu orang lain tentang ini, cukup hanya aku dan Tuhan yang tahu tentang ini”
“Sebenarnya apa maksudmu?”
“Tidak. Makan saja yang benar, aku yang akan membayarnya. Aku pergi dulu ...” Jackson mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya lalu pergi meninggalkan Hoseok yang masih sibuk menghabiskan mie-nya.
%%%
Jung Yujin masing mengembangkan senyuman kecil diwajahnya, walalupun sebenarnya dia tidak menikmati suasana ini, tapi dia berusaha untuk tidak membuat Mark kecewa.
Mereka masih duduk di kursi taman itu, melihat beberapa kembang api yang masih bermunculan dan menghias langit malam tanpa bintang itu. Yah, Mark sengaja menyiapkan kembang api untuk Yujin.
“Eottae? Kau suka?”
“Ne, gomawo Oppa” Yujin mengangguk dan kembali tersenyum melirik Mark disampingnya.
“Yujin-sshi, bolehkah aku mengatakan sesuatu padamu?”
“Mwonde?”
“Sejak kita bertemu, kau selalu tersenyum padaku, dan aku menyukai semua senyuman manismu. Yujin-sshi, sepertinya aku menyukaimu ...”
“Mwo?” Yujin hanya menatap Mark yang terseyum dihadapannya, dia tidak tahu apakah ini sebuah penyataan cinta atau hanya sekedar perkataan biasa.
“Kau menyukaiku?”
“Ne?”
“Aku berharap kalau kau bisa menjawab ‘iya’ dan menjadi pacarku, bagaimana Yujin?”
Yujin benar-benar tidak bisa berkata apapun, rasanya ini hanya mimpi yang akan terlupakan saat dia membuka mata dipagi hari. Tapi sayangnya Mark terus tersenyum dihadapannya, dan berarti ini adalah nyata, bukan mimpi.
Yujin tidak juga menjawab atau mengatakan sepatah katapun, hanya diam dan menatap Mark. Beberapa detik sudah berlalu sejak itu, sudah tidak ada lagi kembang api yang meluncur kelangit dan mekar. Seolah lelah menunggu jawaban Yujin, perlahan Mark memperpendek jarak antara mereka. Mendekat dan akhirnya menjatuhkan bibirnya diatas bibir Yujin. Hanya menempel dan diam, tidak ada pergerakan.
Hanya tiga detik, dan Yujin mendorong Mark menjauh darinya. Menghentikan pertemuan bibir mereka. Mark membuka matanya dan menatap Yujin, kembali menanti jawaban dari pertanyaannya tadi.
“... Oppa, aku juga menyukaimu. Kau selalu baik padaku.  Keundae ...” Yujin menggantung perkataannya, membuat Mark mengernyitkan alisnya dan menanti.
“Tapi apa?”
“Bi-bisakah kau memberiku waktu untuk menjawabnya?”
“Waktu?”
“Mianhae Oppa. Tapi aku harus meyakinkan hatiku kalau aku memang benar mencintaimu, aku tidak ingin meyakitimu hanya karena hatiku yang salah memilih. Jadi aku mohon beri aku sedikit waktu untuk menentukannya, mian Oppa”
“Baiklah, aku akan menunggu jawabanmu. Tidak usah terlalu cepat ...” Mark tersenyum hambar. Dan mereka kembali menatap langit kosong tanpa bintang dan bulan.
Untuk beberapa menit, mereka hanya diam. Apa yang terjadi membuat mereka canggung, ini sedikit memalukan.
“Oppa, sepertinya aku harus pulang”
“Ne, baiklah. Ayo aku antar”
Mereka beranjak dan meninggalkan taman itu. Mungkin untuk Mark, malam ini bukan malam yang menyenangkan karena usahanya tidak membuahkan hasil.
-dum-
Yujin membuka pintu rumahnya setelah melambai dan tersenyum mengiringi kepergian Mark (alah kaya yang mati ya kesannya), lalu dia berjalan menaiki anak tangga dan menuju kamarnya.
Yujin membuka pintu kamarnya pelan, entah kenapa dia jadi tidak bersemangat karena Mark tadi. Perkataan yang ternyata sebuah pernyataan cinta itu membuat hati Yujin dilema, antara ‘ya’ dan ‘tidak’ untuk jawabannya.
“Dari mana Yujin?”
“James, kau harus memanggilku Noona jika tidak ingin dimarahi Eomma ...” Yujin berjalan menghampiri sofa disudut kamarnya.
“Apa Noona membawa sesuatu untukku? Pizza misalnya?” James yang sedang berbaring diantara buku-buku diranjang Yujin itu menatap pergerakan Yujin.
“Tidak James, aku tidak membawa .... Oh, itu buku Jackson ....” saat melihat James bersama buku-buku disekitarnya, Yujin langsung bersemangat untuk bangun dan menghampiri James. Kedua matanya tertuju pada sebuah novel Jepang terjemahan.
“Yujin?”
“Ini milik Jack, apa dia datang kesini?” Yujin mengambil buku itu antusias.
“Geurae, itu milik Hyung”
“Apa tadi dia datang kesini?”
“Anio, aku membawa ini dari kamarnya tadi”
“Dari kamarnya? Kenapa kau kesana?”
“Aish .. kau menyebalkan! Masih tidak sadar juga kalau karena pertengkaranmu dengan Jackson Hyung, aku jadi tidak bisa mengerjakan tugasku sekolahku dengan baik. Dan akhirnya aku yang datang kerumahnya”
“Lalu kenapa kau malah mengambil novel? Kau tidak bisa membaca buku, apalagi novel tebal ini”
“Aku hanya ingin melihatnya, cover novel itu bagus. Memangnya tidak boleh?”
“Ouh, kukira Jackson datang kesini. Bagaimana kabarnya?” Yujin kembali menjatuhkan tubunnya disofa biru itu.
“Entahlah, sepertinya dia sedang sibuk. Atau mungkin dia sedang pacaran dengan yeoja lain”
“Mwo? Sejak kapan Jackson punya pacar? Namja gila itu tidak pernah meresmikan hubungannya dengan yeoja, dia tidak pernah pacaran. Hubungannya dengan yeoja tidak lebih dari bermesraan ... apa benar dia punya pacar?”
“Molla nan molla. Tanya sendiri padanya”
“Ouh .. Jakson tidak mungkin punya pacar ...” Yujin mendadak frustasi dengan itu, bayangan-bayangan gila yang dia fikirkan membuatnya kacau.
%%%
Yujin perlahan berjalan menuju dapur, memperhatikan Eomma yang terlihat linglung mencari sesuatu atau seseorang, entahlah, ini masih pagi untuk ikut pusing seperti Eomma.
“Eomma, bisakah berhenti berjalan kesana kemari?”
“Ouh kau sudah bangun Yujin-ah, bisakah kau bantu Eomma mencari tutup pancinya?”
“Tutup panci seperti apa?” Yujin berjalan menghampiri meja makan yang sudah tersedia beberapa masakan untuk sarapan hari minggu cerah ini.
“Tutup panci berwarna merah, kau tahu?”
“Apa seperti tutup panci yang sekarang Eomma pegang?”
“Mwo?” Eomma berhenti berjalan dan menatap Yujin, kemudian kedua matanya melihat tangan kirinya yang memang memegang sebuah tutup panci.
“Itu tutup pancinya”
“Aigoo. Sepertinya Eomma benar-benar sudah tua, mungin kau harus segera menikah Yujin-ah. Suamimu akan menjagamu nanti setelah Eomma tidak ada”
“Astaga Eomma. Dari tutup panci kenapa jadi suami dan pernikahan?”
“Ah baiklah, ini ...” Eomma menaruh tutup panci itu diatas pancinya yang didalamnya ada sup ayam gingseng. “Antarkan ini kerumah Jackson sekarang”
“Mwo?”
“Kenapa? Cepat antarkan ini, Eomma sudah janji akan membuatkan mereka sup ayam gingseng ini. Jadi cepat antarkan”
“Kenapa harus aku?”
“Lalu siapa lagi? Appa masih tidur, dan Eomma harus menyiapkan sarapan”
“Aku tidak mau kerumah Jackson, kenapa tidak James saja?”
“James sudah pergi”
“Pergi kemana anak itu?”
“Katanya dia lari pagi, inikan hari minggu. Sudahlah cepat antarkan saja” Eomma memberikan panci kecil itu pada Yujin.
“Andwae! Tunggu James pulang saja ...”
“Ya! Babo. Kalau menunggu James, sup ini nanti dingin. Tidak enak jika dingin, jadi ayo cepat antarkan!”
“Eomma ... aku tidak mau kerumah Jackson”
“Wae? Biasanya kau selalu ingin kesana jika Ayahnya tidak marah”
“Aku hanya tidak ingin saja Eomma ... aku tidak mau” Yujin terus menghindar dari Eomma yang terus saja memberikan panci itu padanya.
“Eomma tidak menerima penolakkan, jadi cepat antarkan sebelum Eomma marah! Palli ..”
Dan akhirnya, tidak ada celah untuk Yujin menghindar dari tugas yang berat ini. Terpaksa, dia harus kerumah Jackson dan bertemu dengannya. Dan itu mungkin akan menyebalkan, mengingat hubungan mereka masih belum membaik dua minggu ini.
Yujin masih berdiri didepan pintu rumah Jackson, menunggu seseorang membukkan pintu untuknya. Berharap langsung bertemu dengan Ny.Hong dan memberikan panci sup ayam itu lalu dengan cepat pergi, lebih baik tidak bertemu dengan Jackson daripada bertemu dan hanya diam. Memalukan.
“Yujin? Kenapa tidak masuk, tumben sekali kau menunggu diluar”
Akhirnya pintu terbuka dan harapan Yujin terkabul, karena yang membuka pintu adalah Ny.Hong langsung. Menyambutnya dengan senyuman hangat, seperti biasanya.
“Mian Ahjumma, aku hanya mengantarkan ini dari Eomma”
“Eoh ini pasti sup ayam gingseng kan?”
“Ne, silahkan” Yujin memberikan panci itu pada Ny.Hong yang langsung senang menerimaya.
“Katakan pada Eomma, kalau kami akan sangat menikmatinya. Gomawo Yujin-ah”
“Geurae. Kalau begitu aku pulang dulu”
“Eh tunggu, kenapa pulang? Kau tidak mau ikut sarapan dengan kami?”
“Tidak usah Ahjumma, aku akan sarapan dirumah saja”
“Tidak sarapan juga tidak apa-apa, tapi masuk saja dulu. Kenapa jadi aneh begitu?”
“Mian Ahjumma, sebenarnya aku sedang banyak tugas dirumah”
“Baiklah, tapi kau harus masuk dulu sebentar. Aku baru membuat kue, dan kau ambil untuk James yah ... ayo kemarilah”
Dan akhirnya, dengan terpaksa juga, Yujin masuk kedalam rumah yang dia hindari itu. Yujin terus melihat sekeliling, memastikan kalau dia tidak akan bertemu dengan Jackson.
“Yujin-ah, tunggu sebentar, akan kusiapkan”
“Ne” Yujin berusaha duduk tenang disofa, walaupun ketakutan jika bertemu Jackson masih menekan tenggorokannya.
“Oh Yujin-ah, kau disini?”
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Yujin. Dan untung saja itu bukan Jackson, hanya Tn.Wang yang datang sambil membawa koran dan secangkir kopi.
“Ne, annyeong Ahjusshi”
“Sudah lama kau tidak kesini, apa kau sibuk belajar untuk ujianmu?” Tn.Wang duduk didepan Yujin.
“Bukankah Ahjusshi selalu marah jika aku kesini?”
“Haha ... kau ini, itu jika tengah malam kau masih dikamar Jackson. Tidak baik anak perempuan bersama dengan laki-laki sampai tengah malam, walaupun rumahmu hanya disamping”
“Ah geurae ...” Yujin tersenyum, berusaha sedikit menghilangkan ketakutannya.
“Ujianmu sudah dekat, kau harus rajin belajar untuk kelulusanmu. Bagaimana dengan James?”
“James baik-baik saja, dia tidak terlalu buruk untuk ujian itu”
“Baguslah. Aku berharap kalian berudua bisa lulus dengan nilai bagus, lalu kau masuk universitas yang sama dengan Jackson”
“Ne, gomawo Ahjusshi”
“Eoh aku lupa, ponselku. Tadi aku akan mengambil ponselku ...” Tn.Wang meraba-raba saku celana dan bajunya. “Emm Yujin, bisa kau bantu aku?”
“Mencari ponsel?”
“Tidak, ponselku sebenarnya dikamar Jackson. Bisa kau ambilkan? Saat sudah tua, kaki ini rasanya malas untuk naik tangga”
“Ne, baiklah” Yujin beranjak, terpaksa kekamar Jackson untuk mengambil ponsel Tn.Wang. Karena tidak mungkin jika dia menolak permintaannya, yang ada dia nanti dimarahi lagi.
Perlahan Yujin membuka pintu kamar Jackson, mengintip kedalam, mencari sang pemilik kamar yang dari tadi dia takutkan. Tapi kamarnya rapi, dan tidak ada Jackson disana. Yujin terus berjalan sampai didepan ranjang, melihat sekeliling. Jackson benar-benar tidak ada.
“Chogiyeo, diaman Jackson?” Yujin keluar dari kamar dan bertanya pada seorang pelayan yang baru saja menginjakkan kakinya dianak tangga yang terakhir. Baru sampai diatas maksudnya.
“Tuan muda tadi pergi lari pagi bersama adik Anda”
“Lari pagi dengan James?”
“Ne”
“Emm baiklah, terima kasih”
“Kalau begitu saya permisi” pelayan itu pergi, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Setelah yakin kalau Jackson tidak ada, Yujin kembali lagi kedalam kamarnya mencari ponsel Tn.Wang. Tapi kedua mata Yujin menangkap sesuatu, sebuah kotak  kecil diatas meja. Yujin menahan penasarannya untuk melihat, tapi tidak bisa dan akhirnya melihatnya juga.
Perlahan tangan Yujin membuka kotak kecil berwarna merah tua itu, melihat sebuah cincin bermata berlian kecil yang rasanya pernah dia lihat.
“Bukankah ini cincin yang ...”
Cincin itu adalah cincin yang Yujin inginkan. Dulu, Yujin pernah berkata kalau dia menginginkan cincin seperti itu untuk pernikahannya. Dan hanya pada Jackson dia mengatakannya.
“Apa benar Jackson mempunyai pacar? Ah tidak mungkin ...” Yujin dengan cepat menutup kembali kotak itu dan sedikit melemparnya kemeja, dan sesuatu terjatuh. Sebuah kertas kecil. Yujin kembali penasaran untuk melihat kertas yang pasti berisi sebuah pesan.
Maafkan aku, sebenarnya aku tidak tahu kenapa memberimu cincin ini. Aku hanya mencoba mengatakan padamu kalau sebenarnya aku mencintaimu, Jung Yujin.
“Yujin?”
Kedua mata Yujin masih membulat karena membaca tulisan kecil dikertas itu, dan sekarang Yujin semakin membulatkan matanya menatap Jackson yang sudah berdiri dibelakangnya.
“Se-sedang apa kau disini?”
“Jackson-ah, apa itu milikmu?”
Walau Yujin tidak menunjuk yang dia maksud, tapi mata Jackson langsung tertuju pada kotak kecil itu.
“Yujin-ah, apa yang kau lakukan disini?”
“Apa itu sebenarnya untukku? Jawab aku Jackson”
“Yujin-ah ... itu hanya ..”
“Wae? Kenapa kau tidak menjawab, jadi benar itu untukku?”
“Maafkan aku, sebenarnya itu hadiah ulang tahunmu ...”
“Apa kau menyukaiku? Kau mencintaiku?”
“... Yu-Yujin-ah ... itu sebenarnya tidak benar, aku hanya ...”
“Jadi kau tidak menyukaiku? Tidak mencintaiku?”
“Mianhae ...”
Yujin tanpa babibu langsung berlari keluar dari kamar, meninggalkan Jackson yang merutuki dirinya karena situasi ini. Benar-benar.
“Yujin-ah ini kuenya ... kau menangis?” Ny.Wang melihat Yujin berlari menuruni tangga dengan tetesan air mata.
“Aku harus pergi” hanya itu yang Yujin ucapkan sebelum dia benar-benar pergi dari rumah itu.
“Kenapa Yujin?” Ny.Wang hanya bertatapan dengan Tn.Wang yang sama-sama tidak mengerti apa yang terjadi.
%%%
“Ough babo! Aku benar-benar payah! Bahkan aku tidak bisa berlari mengejarnya dan mengatakan apapun ...” Jackson kembali menghempaskan bola basketnya.
“Kau itu laki-laki atau bukan? Kenapa payah seperti itu ...” Hoseok hanya berdiri melihat Jackson yang sudah satu jam gila dengan bola basketnya.
“Aku tidak tahu perasaannya, aku tidak tahu harus bagaimana. Terlalu banyak ketakutan yang aku miliki ...”
“Ah dasar payah!”
“Hey kalian ...” tiba-tiba Mark datang dengan senyumannya.
“Oh hyung, kau selesai dengan kelasmu?” Hoseok tersenyum lalu menjabat tangan Mark dan beradu dada, seperti namja lain.
“Yah, pelajaran yang melelahkan. Sedang apa kalian disini?”
“Aku hanya menunggu si payah itu bermain basket”
“Jackson maksudmu?”
“Siapa lagi”
“Kenapa dia?” Mark mengalihkan pandangannya pada Jackson yang masih berdiri memegangi bolanya dibawah ring.
“Oh Hyung, annyeong” Jackson sedikit berlari menghampiri Mark yang baru dia lihat dari tadi.
“Gwaenchana?”
“Ani”
“Baiklah, biar kuceritakan sebuah cerita bahagia. Karena akhirnya aku menyatakan perasaanku padanya ...”
“Nugu?” Hoseok langsung mengernyitkan alisnya menatap Mark.
“Lalu apa jawabannya?” Jackson mengambil botol minuamnya dan meneguk air didalamnya.
“Dia tidak menjawab ‘iya’ ataupun ‘tidak’, katanya dia butuh waktu untuk itu”
“Ah berarti dia meragukanmu, Hyung” dengan polosnya Hoseok mengatakan itu.
“Hyung, beberapa hari ini kau selalu saja menceritakan yeoja itu. Apa aku boleh tahu siapa dia?” Jackson menepuk pelan pundak Mark.
“Geurae, sepertinya aku bertemu orang yang tepat. Kau pasti bisa membantuku, karena kau mengenalnya”
“Aku mengenalnya?”
“Dia temanmu, Jung Yujin”
Jackson menghela nafas, dia sepertinya akan benar-benar gila, atau mungkin tidak. Mark menyukai Yujin, dan itu sangat menyebalkan.
“Yujin? Apa benar Hyung menyukai Yujin?” Hoseok kembali bertanya memastikan kalau yeoja yang dimaksud benar-benar Jung Yujin.
“Geurae. Kami sudah semakin dekat, dan aku hanya tinggal menunggu jawaban ‘ya’ darinya nanti, secepatnya” Mark sedikit tersenyum membayangkan itu.
“Chukka” Jackson hanya tersenyum hambar, dan entah kenapa dia mengucapkan kata itu.
“Jack, bisa kau ceritakan padaku siapa James yang selalu dibicarakan Yujin?”
“James? Bukankah Hyung sudah pernah bertemu dengannya?”
“Aku lupa”
“Hyung, Jung Yujin itu kembar. Apa kau tidak tahu?” Hoseok sedikit emosi.
“Kembar?”
“Jung Yujin dan Jung Yujun adalah saudara kembar non identik”
“Jinjja? Aku baru tahu kalau Yujin punya kembaran, apa Jung Yujun itu namja?”
“Hyung, Jung Yujun itu adalah James. Dia itu adiknya yang lahir lima menit setelahnya”  Hoseok menahan emosinya untuk menjelaskan ini, sementara Jackson hanya diam.
“Lalu kenapa Yujun dipanggil James?”
“Dulu Yujin dan keluarganya sempat tinggal di New York beberapa bulan, dan Yujun dipanggil James setelah mereka kembali ke sini. Sampai sekarangpun, Yujin dan keluarganya masih memanggil Yujun dengan nama James. Tidak banyak orang yang tahu, orang lain masih memanggil Yujun, nama aslinya” akhirnya Jackson membuka suaranya memberi sedikit penjelasan.
“Ini sedikit membingungkan, tapi tidak masalah. Aku hanya perlu memikirkan Yujin, bukan James”
“Mian, sepertinya aku harus pulang” Jackson mengambil tasnya.
“Kenapa pulang? Lalu bagaimana dengan tugas kita, apa kau menyerahkannya begitu saja padaku?” Hoseok menahan Jackson yang sudah melangkahkan kakinya.
“Tunggu Jack, biar aku antar kerumahmu”
“Tapi aku membawa mobilku”
“Yah tidak apa-apa, aku akan tetap mengantarmu. Tunggu disini, aku ambil mobilku” Mark pergi meninggalkan mereka.
“Cih. Menyebalkan! Kalau aku jadi kau, sudah aku lempar bola itu tepat kewajahnya”
“Kenapa?” Jackson menatap Hoseok malas.
“Kau gila? Apa kau masih setenga ini saat mendengar Mark menyukai yeoja yang kau sukai selama ini?”
“Lalu aku harus bagaimana?”
“Aigoo. Kau memang sudah benar-benar gila. Apa kau akan menyerah begitu saja? Bahkan kau belum mengatakan yang sebenarnya pada Yujin, kenapa mengalah? Jangan mengalah sebelum perang, Jack!”
“Entahlah, nan molla” Jackson kembali melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan pergi.
-dum-
Mobil Mark berhenti tepat dibelakang mobil Jackson, mereka sudah sampai dirumah. Tidak lama, Jackson keluar dari mobilnya dan berdiri disamping mobil Mark.
“Hyung, mau mampir?”
“Aku hanya mengantarmu saja, mungkin lain kali aku akan mampir”
Sebuah mobil juga berhenti didepan mobil Jackson, dan itu adalah Yujin dan James.
“Eoh Yujin ...” Mark langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri Yujin yang sudah menahan langkahnya karena mendengar namanya dipanggil.
“Oppa? Kenapa disini?”
“Aku tadi mengantar Jackson pulang, apa kau juga baru pulang sekolah?”
“Geurae, kami baru pulang sekolah” Yujin menggandeng tangan James yang berdiri disampingnya.
Jackson hanya menatap mereka, yah .. hanya menatap. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menatap mereka.
“Lalu, bagaimana kabarmu?”
“Aku baik”
“Eoh begitu, apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?”
“Apa?”
“Apa saja ...” Mark tersenyum, sebenarnya dia ingin Yujin memberinya jawaban. Tapi sepertinya Yujin tidak teringat dengan itu.
“Hyung, terima kasih sudah mengantarku” Jackson langsung menyela perkataan mereka, dia berjalan menuju pintu rumahnya.
“Ne, cheonma” Mark hanya tersenyum kecil melirik Jackson, lalu pandangannya kembali pada Yujin. Yujin yang menatap Jackson.
“Tunggu ...” tiba-tiba Yujin setengah berteriak, dan membuat Jackson sedikit memperlambat langkahnya untuk membuka pintu. “Oppa, aku akan memberikan jawabanku sekarang”
Mark tersenyum menantikan Yujin mengatakan ‘ya’ sekarang, dia benar-benar menunggu itu. Dan modusnya mengantar Jackson pulang telah membuahkan hasil.
“Oppa, akau menyukaiku? Kau mencintaiku?” tatapan Yujin sama sekali tidak lepas dari Jackson yang jauh didepannya.
“Tentu saja, aku menyukaimu”
“Apa kau benar-benar tidak mencintaiku?” Yujin kembali bertanya.
“Tidak, aku ini sangat mencintaimu Yujin-sshi”
Untuk beberapa saat, Yujin terdiam. Sebenarnya dia menunggu sesuatu untuk terjadi, tapi sepertinya tidak akan ada yang terjadi. Tidak ada.
Yujin menghela nafas dan akhirnya mengalihkan tatapannya pada Mark, sepertinya memang dia harus memberi jawaban namja dihadapannya itu. Padahal, sengaja dia sedikit meninggikan nada suaranya agar dia juga mendengarnya, tapi dia sama sekali tidak melakukan atau bahkan mengatakan apapun.
“Jadi apa jawabanmu?”
“Yujin-ah, apa yang kau lakukan?” James sedikit berbisik.
“Ne”
Mark langsung tersenyum lebar mendengar kata itu, jawaban yang ditunggunya. Sementara itu, Jackson tidak peduli lagi dengan itu, dia masuk kedalam rumahnya. Menghentikan harapannya. Yujin sudah memberikan jawabannya pada Mark.
“Noona?” James melepaskan tangan Yujin darinya, dia menatap Yujin tajam, berharap Yujin mengatakan hal lain atas jawaban itu.
Tapi Yujin hanya menundukkan kepalanya, dia sudah menjadi milik Mark sekarang. Apa yang bisa dilakukan lagi.
“Baiklah, terserah Noona!” James masuk kedalam rumahnya dan meninggalkan mereka begitu saja.
“Yujin-sshi, aku sudah menduga kau akan menerimaku. Gomawo ...” Mark langsung menarik Yujin kedalam pelukannya.
%%%
Malam ini penuh bintang yang berkelip dilangit gelap, dan setengah bulan yang juga sedikit memperlihatkan sinarnya. Hembusangan angin malam yang lembut tapi begitu dingin sudah dari tadi membelai kulit Yujin, mungkin kalau bisa memilih, akan lebih baik jika malam ini turun hujan yang sangat deras.
“Kenapa kau tidak bicara?” Mark tersenyum melirik Yujin.
“Oppa, apa kau sangat menyukaiku?”
“Hey, kenapa hanya itu yang terus kau tanyakan padaku. Apa kau tidak percaya padaku?”
“Bukan begitu, hanya saja aku ...”
“Mwoya?”
“Mianhae Oppa”
“Untuk apa?”
“Mungkin tidak ada yang bisa kukatakan selain kata maaf untukmu, aku minta maaf” Yujin memberanikan dirinya untuk menatap Mark dihadapannya.
“Kenapa, memangnya ada apa?”
“Maafkan aku, tapi sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menjawab pertanyaanmu. Aku tidak benar-benar ingin memberi jawaban atas__”
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Aku memang menyukaimu Oppa, tapi sepertinya hatiku tidak begitu”
“Yujin, apa maksud semua ini?” Mark mulai tidak bisa menahan emosinya mengenai ini.
“Awalnya aku tidak tahu, tapi sekarang aku yakin dengan hatiku. Mian Oppa, aku mencintai orang lain”
“Pria lain? Jadi maksudmu kau tidak menyukaiku?”
“Mianhae Oppa ...”
“Jinjja? Kau mencintai pria lain, dan kau menerimaku. Apa kau gila?”
“Aku mencintainya, sangat mencintainya. Maafkan aku Oppa”
Byurrr ... Begitu saja, Mark menyiram segelas air tepat kewajah Yujin. Dia sudah tidak bisa menahan hatinya, menahan kemarahannya. Mungkin karena sangat kecewa sampai tidak bisa mengendalikan dirinya sekarang.
“Oppa?” Yujin hanya menatap heran Mark yang sudah beranjak dari kursinya sekarang, menatapnya tajam dan penuh amarah.
“Baik, baiklah jika itu yang kau inginkan. Silahkan pergi dengan pria yang kau cintai itu, dan makan cintamu. Anggap saja kita tidak pernah bertemu!” Mark lalu pergi meninggalkan Yujin.
Untuk beberapa detik, Yujin masih terdiam dikursinya, smapai akhirnya dia beranjak dan berlari pergi meninggalkan restoran itu. Seperti apa yang dikatakan Mark, Yujin akan datang pada cintanya.
Yujin berlari sekuat tenaga.
-dum-
“Yujin?”
Akhirnya Yujin tersenyum setelah lama menuggu, pintu yang dari tadi terus dia ketuk sudah terbuka.
“Ahjumma ...”
“Yujin-ah, kenapa kau basah seperti ini? Apa yang terjadi padamu?” Ny.Wang mengusap rambut Yujin yang masih karena air yang disiram Mark tadi.
“Ahjumma mianhae, aku harus bertemu Jackson”
“Anak itu tadi keluar, tapi kau tunggu saja didalam. Sebentar lagi dia akan pulang”
“Ne, gomawo”
Akhirnya Yujin dan Ny.Wang masuk dan menunggu Jackson pulang.
“Yujin-ah, sebenarnya kenapa kau ini?” Ny.Wang memberikan handuk untuk mengeringkan rambut Yujin.
“Aku tidak apa-apa, gomawo”
“Kalau begitu, tunggu saja dia dikamarnya sekalian kau istirahat. Dan bawa ini untuk menghangatkan tubuhmu” Ny.Wang juga memberikan segelas coklat panas untuk Yujin.
“Geurae ..” Yujin membawa handuk dan gelas itu kekamar Jackson, masih menunggunya.
Setelah sampai dikamar Jackson, Yujin tersenyum kecil. Dia langsung menuju meja belajar dan mencari sesuatu disana, sesuatu yang dia lihat waktu itu. Cincin.
“Yujin?”
Yujin langsung berbalik dan tersenyum melihat pemilik suara yang memanggilnya, siapa lagi kalau bukan Jackson yang sekarang sudah berdiri didepan pintu.
“Jackson-ah wasseo?”
“Sedang apa kau disini?”
“Aku sedang menunggumu mengatakan sesuatu padaku”
“Mwoya?”
“Aku sudah tahu, jadi apa ada yang ingin kau katakan padaku sekarang, Jackson Wang?” Yujin berjalan perlahan menghampiri Jackson yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
“Yujin-ah, apa maksudmu?”
“Dasar payah! Babo! Apa kau masih mau mengelak kalau kau menyukaiku?”
“Keundae Yujin-ah ... aku tidak__”
“Apa kau akan mengatakan kalau kau tidak mencintaiku?” Yujin berhenti berjalan setelah dia berdiri sangat dekat dengan Jackson, dia tersenyum menatap kedua manik mata Jackson.
“Aku ... Jung Yujin ...”
“Apa kau sengaja melupakan semua perkataanku? Sejak kecil aku selalu bilang kalau aku hanya akan menikah denganmu, kau tahu kenapa? Karena aku mencintaimu”
“Mm-mwo?”
“Mungkin awalnya aku masih tidak tahu, tapi saat aku meyakinkan hatiku, ternyata aku sangat mencintai sahabat yang selalu bersamaku ini. Jackson yang menyebalkan. Babo!”
“Yujin-ah, aku__”
“Sudahlah, jangan jadi namja payah lagi. Aku sudah menghilangkan harga diriku dengan mengatakannya padamu, apa kau tidak menerimaku?”
Jackson tidak bisa menyembunyikan senyumannya, dia langsung menarik Yujin kedalam pelukannya. Memeluknya erat.
“Saranghae” bisik Jackson pelan dan terdengar sangat hangat.
“Kalau begitu, apa kau masih tidak mau memberikan ini padaku?” Yujin melepaskan pelukannya dan menunjukkan cincin yang dia genggam.
Jackson tersenyum, lalu mengambil cincin itu. “Baiklah, ini untukmu ...” Jackson dengan pelan memasukkan cincin itu dijari manis kanan Yujin.
“Kau milikku mulai sekarang”
“Arasseo. Lalu bagaimana dengan Mark?”
“Dia menunmpahkan air diwajahku, jadi kupikir dia sudah mengakhiri hubungannya denganku. Dan itu karenamu”
“Naega wae?”
“Itu karena aku memilihmu, babo!”
“Baiklah, aku minta maaf. Terima kasih sudah memilihku” Jackson kembali memeluk Yujin.
Masalah sudah berakhir.
%%%
Sang surya masih belum menampakkan kekuatannya, dia masih bersiap dibalik gunung. Perlahan Yujin membuka kedua matanya, melirik James disamping kanannya yang masih damai dialam tidurnya.
“Annyeong ...” bisik seorang namja disamping kirinya.
“Annyeong ...” Yujin tersenyum lalu memutar badannya menghadap Jackson disamping kirinya.
“Kau jelek sekali Jung Yujin” Jackson langsung menarik Yujin dan membuatnya berada diatas badannya.
“Dan kau tampan sekali Jackson Wang”
Jackson sedikit merapikan rambut panjang Yujin yang menutupi wajahnya sebelum dia menyatuka bibir mereka, melumat dna menghispanya. Morning kiss.
“Eoh ... apa ... yang kalian lakukan?” tiba-tiba suara serak James menghentikan mereka.
Yujin langsung bersembunyi dileher Jackson, sementara Jackson hanya tersenyum melihat James yang baru bangun itu.
“Hai James”
“Apa ... kalian berciuman? Dihadapanku?”
“Tadi kau tidur James” elak Yujin membela diri.
“Ya! Walaupun kedua mataku tertutup, tapi apa kalian tidak tahu kalau aku masi bisa merasakannya? Kau pikir aku tidak tahu?”
“Lalu kenapa kau bangun?” Jackson tersenyum menatap James dan Yujin bergantian.
“Awh tanganku ... Noona, tanganku sakit ...” James merubah posisinya dan meringis.
“Ah dasar kau ini ...” Yujin langsung beranjak dari atas Jackson dan duduk menghadap James, membelakangi Jackson. “Mana tanganmu ...” Yujin menarik tangan kanan kiri James dan memijatnya pelan.
“Ah pelan-pelan!”
“Sudah kubilang, jangan tidur menindih tanganmu. Kau selalu merepotkan jika setiap bangun tidur tanganmu sakit”
“Baiklah, aku akan mencobanya”
“James ...” Jackson yang masih berbaring, mendekat kearah James, mengapit Yujin diantara mereka.
“Wae Hyung?”
“Mulai sekarang berhentilah tidur dengan istriku”
“Andwae. Aku akan terus tidur bersama Yujin, bahkan setelah kalian menikah. Dan aku akan tidur bersama Yujin dimalam pernikahan kalian”
“Owh? Kau benar-benar ingin melihat semuanya, James?” Jackson dan James tertawa berdua.
“Hey apa yang kalian tertawakan?”
“Ah sudahlah Hyung, hajima. Kau sudah cukup memberiku virus yadongmu”
“Kau yang memulai James ...” mereka masih tertawa.
Ceklek. Pintu kamar Yujin terbuka dan menampakkan Eomma.
“Aigoo. Kalian tidur bersama lagi?”
“Annyeong Ahjumma” Jacksob bangun dan tersenyum melihat Eomma.
“Aish jinjja. Mau jadi apa satu-satunya akan perempuanku ini jika terus tidur bersama laki-laki seperti kalian? Kalian merusak uri-Yujin ...”
“Tenang saja Eomma, Jackson akan bertanggung jawab”
“Ne Ahjumma, aku menikahi Yujin secepatnya”
“Mwo?” Yujin langsung membulatkan kedua matanya menatap Jackson.
“Jeongmalyo?” berbeda dengan Eomma yang hanya tersenyum kecil mendengar Jackson.
“Geuraeso. Aku pasti akan bertanggung jawab karena merusak Yujin ... haha”
“Ne, baiklah. Kita bicarakan itu dengan serius nanti, dan sekarang ayo cepat kalian mandi lalu kita sarapan bersama” Eomma lalu pergi meninggalkan mereka.
“Apa yang kau katakan?” Yujin masih menatap Jackson.
“Aku akan menikahimu sehari setelah kelulusanmu, Nona Jung”
“Ah kenapa secepat itu? Kita bahkan tidak melakukan apapun ...”
“Eoh, jadi kau ingin kita melakukan sesuatu?” Jackson memberikan senyum evilnya.
“Ah sudahlah, kalian benar-benar sudah dewasa. Aku mau mandi ...” James melepaskan tangan Yujin darinya, beranjak dan merapikan bajunya.
“Tunggu, kita mandi bersama James” Jackson juga beranjak dan menggandeng James.
“Kalian mandi bersama?”
“Yah, kita akan menyamakan sesuatu. Benar James?”
“Nan molla” James menggelengkan kepalanya.
“Ya! Andwae! Jackson, kau tidak boleh membiarkan orang lain melihatnya kecuali aku”
“Mwo?” Jakcson dan James bertatapan dan menahan tawa.
“Kenapa?”
“Noona, sejak kapan kau jadi byuntae seperti itu?”
“Byuntae? Naega?”
“Hyung, berapa banyak virus yang kau sebarkan padanya?” James mengalihkan tatapannya pada Jackson.
“Hanya sedikit, sudahlah biarkan saja dia. Ayo cepat kita mandi dan aku mengantarmu sekolah. Palli palli” Jackson dan James berjalan menuju pintu.
“Ya! Jackson Wang!”
“Diam, jangan berteriak. Sudah sudah aku mengerti! Aku hanya milikmu, Chagi ...” Jackson tersenyum dan kembali berjalan dengan James keluar dari kamar itu.
Dan ceritanya berakhir.
-
-



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

iklaan

SUPER JUNIOR