Tittle :
Dilemma
Genre :
Romance, Angts
Length :
Oneshot
Rate :
15+
Author :
cifcif Rakayzi
Cast :
Kim Myungsoo | Kim Ahyoung aka Yura | Kim Sunggyu
-Cinta itu adalah kebahagiaan. Yaitu memberikan kebahagiaan
pada siapa yang kau cintai, tapi bukan berarti disaat dia tidak mencintaimu kau
hancur dan penuh dengan kebencian, karena cinta itu harus tetap memberikan
kebahagiaan walau sepahit apapun kenyataannya. Dan itulah cinta sejati-
-
-
Mobil BMW California biru itu berhenti di depan
mobil hitam di halaman rumah itu, dan tidak lama seseorang keluar dari dalam
mobil. Tersenyum menghirup udara segar di rumah itu yang mungkin sangat dia
rindukan.
“Aku pulang ....” ucapnya semangat sambil mulai
melangkahkan kedua kakinya masuk kedalam rumah, dan mungkin di dalamnya sudah
ada yang menunggu kedatangannya.
“Hyung, aku pulang. Kemarilah Hyung, peluk aku!”
“Myungsoo?”
“Geurae Hyung, aku datang untukmu ..”
Dan akhirnya, kedua bersaudara itu berpelukan.
Melepas kerinduan yang sudah sangat lama mereka pendam.
“Keundae ... Apa kau benar Kim Myungsoo adikku?”
“Astaga Hyung, apa kau melupakanku?”
“Kim Myungsoo yang aku kenal tidak terlalu tampan
seperti ini, dia pendek dan tentunya tidak se-keren kau yang sekarang. Daebak!”
“Aish Hyung, lupakan adikkmu yang dulu. Karena
sekarang akulah adikmu, Kim Myungsoo. Apa kau mengerti Persdir Kim Sunggyu?”
“Arasseo. Ah geurae, aku lupa. Ayo kemarilah, aku
kenalkan dengan wanita yang sering aku ceritakan padamu ...”
Reunian kakak dan adik itu berhenti, dan perhatian
mereka beralih pada seorang wanita yang berdiri dibelakang tidak jauh dari
mereka. Wanita yang entah kenapa berdiri mematung seperti kehilangan detak
jantungnya, bahkan wajahnya perlahan kehilangan warna dan menjadi pucat.
Saat kedua mata Myungsoo menabrak sebuah tatapan
dari wanita itu, rasanya waktu berhenti. Langkah kakinya terhenti dan dia juga diam
mematung.
“Hei ayo kemari, ini Yura Kim. Wanita yang selalu
aku ceritakan padamu, bukankah kau sangat ingin bertemu dengannya?” Sunggyu
menarik tangan Myungsoo mendekati Yura, wanita yang masih tidak bisa mengehentikan
tatapan anehnya pada Myungsoo.
“Yura-ya, ini adikku. Kim Myungsoo ..”
Tapi tidak ada sepatah katapun terucap dari
keduanya, mereka masih sibuk bertatapan dan mengendalikan bayangan-bayangan
yang tiba-tiba muncul dari memory lama dalam pikirannya.
-Flashback-
Seorang anak laki-laki dengan sepedanya perlahan
mendekati anak perempuan yang menangis di pinggir jalan itu, beberapa detik
anak laki-laki itu memperhatikannya.
“Annyeong ...”
Anak perempuan dengan rambut ikat kuda itu tetap
menangis dan tidak menghiraukan anak laki-laki yang sekarang tersenyum
disampingnya.
“Ulljima. Waegeurae?”
“ .. hiks hiks .. mereka tidak mau bermain denganku
karena aku tidak punya orangtua hiks ..”
“Ulljima” anak laki-laki itu memeluknya, mengusap
kepalanya lembut. Dia berharap dengan menenangkannya seperti ini bisa
membuatnya berhenti menangis.
“Hei kenapa kau memelukku?”
“Agar kau berhenti menangis. Aku mengerti bagaimana
perasaanmu, orangtuaku juga sudah meninggal. Aku hanya tinggal bersama Ahjumma
yang menjagaku, tapi aku masih punya Hyung ...”
“Lalu dimana Hyung-mu itu?”
“Dia harus sekolah di California untuk mengurus
perusahaan Appa, tapi Hyung selalu bilang kalau dia merindukanku setiap hari”
“Benarkah?”
“Ne. Kau jangan menangis lagi, mulai sekarang kita
adalah teman. Aku akan selalu bermain denganmu ..”
“Kau ini siapa?”
“Aku Kim Myungsoo. Apa kau anak yang baru pindah
dari Gangnam itu?”
“Geurae. Aku Kim Ahyoung, aku pindah kesini bersama
Halmeoni ..”
“Kalau begitu Ahyoung, kau berhenti menangis. Aku
akan mengajakmu berkeliling dengan sepedaku, kau mau?”
“Ne, aku mau”
Akhirnya, anak perempuan yang bernama Kim Ahyoung
itu menghapus air mata yang dari tadi membasahi kedua pipinya. Dia tersenyum
sekarang. Dan mereka bersepeda bersama.
Sejak saat itu mereka selalu bersama, saling
menyayangi dan tumbuh bersama. Waktu terus berjalan menemani pertumbuhan dan
perkembangan mereka, Kim Myungsoo dan Kim Ahyoung menjadi sahabat.
-Skip-
Pelajaran sudah selesai, kelas juga sudah bubar.
Yang tertinggal hanya seorang murid pria dan murid wanita yang masih sibuk
menulis, dan juga mengumpat.
“Ya! Kalau saja kau tidak mengajakku bicara, pasti
aku tidak akan ikut dihukum seperti ini!”
“Aissh Ahyoung-ah, sudahlah jangan terus bicara.
Kalau kau banyak bicara, nanti pekerjaanmu tidak akan selesai. Cepatlah ...”
“Hey kau itu mudah sekali bicara, tanganku sudah
sangat pegal. Ini menyakitkan”
“Aku sudah hampir selesai ...”
“Kalau begitu bantu aku, ini semua juga salahmu
Myung-myung!”
“Tulisan aku dan kau itu berbeda, Seonsaengniem akan
menambah hukumanmu nanti”
“Bukankah kau juga bisa meniru tulisanku? Kau itu
jangan ber-alasan, menyebalkan!”
“Aisshhh! Kau yang menyebalkan, cobalah diam. Aku
tidak bisa berkonsentrasi jika terus mendengar suara anehmu!” Myungsoo akhirnya
membawa buku catatannya dan pindah ke meja lain untuk melanjutkan hukumannya,
sementara Ahyoung menutup matanya dan tidur.
Mereka berdua harus menulis permintaan ‘maaf karena
sudah tidak memperhatikan guru’ sebanyak satu buku penuh. Itu hukuman yang
diberikan Seonsaengniem.
Satu jam sudah berlalu, Myungsoo sudah selesai
dengan pekerjaannya dari tadi. Dan yang dia lakukan sekarang adalah menulis
dibuku Ahyoung. Akhirnya Myungsoo membantu Ahyoung juga.
“Ahyoung-ah ireona palli ...” Myungsoo menepuk
pundak Ahyoung yang masih tentram dialam mimpinya. “ Ahyoung-ah, Kita harus
mengumpulkan ini sebelum Seonsaengniem pulang. Ireona palli!”
“mmh apa?” Ahyoung perlahan membuka matanya dan
melihat Myungsoo sedang membereskan barang-barangnya.
“Ini punyamu sudah selesai, ayolah ..”
“Jeongmal?” Ahyoung langsung bangun dan melihat buku
catatan dihadapannya. “Wah daebak! Kau memang benar-benar temanku. Gomawo
Myung-myung ...” Ahyoung meloncat kepelukan Myungsoo dan memeluknya sampai dia
hampir tercekik.
“Akh hajima. Aku memang selalu hebat, ayo pergi ..”
“Geurae. Aku sudah tidak sabar untuk makan pasta dan
eskrim vanilla ...”
“Eoh benar, haha .... ini giliranmu men-traktirku,
jadi terima kasih sebelumnya, Chingu”
“Iya baiklah tidak masalah, aku akan memberikanmu
banyak eskrim karena sudah membantuku. Tenang saja ...”
Akhirnya mereka berdua bergegas menyerahkan
pekerjaannya pada Seonsaengniem dikantor, dan setelah itu mereka lomba lari
untuk sampai ke sebuah restoran kecil tidak jauh dari sekolah mereka.
Alhasil, mereka berdua berakhir ngos-ngosan
sesampainya di restoran itu. Myungsoo merebahkan tubuhnya menyandar pada kursi
restoran sementara Ahyoung sibuk mengikat rambut panjangnya.
“Ya! Kalau tidak pandai mengurus diri, jangan
panjangkan rambutmu. Seperti wanita saja!”
“Hey, memangnya aku bukan wanita? Lalu aku ini apa?”
“Kau hanya namja yang terperangkap dalam tubuh
yeoja. Sudahlah, cepat pesankan aku makanan. Minumannya juga, palli!” Myungsoo
menarik-narik tangan Ahyoung.
“Aish baiklah, tunggu sebentar!” akhirnya Ahyoung
beranjak dan menuju pelayan untuk memesan makanannya.
Beberapa menit kemudian.
“Ini untukmu ...” Ahyoung tersenyum dan meletakan
semangkuk pasta dihadapan Myungsoo.
“Waah ..” wajah lelah Myungsoo langsung berubah
sumringah, ditambah dengan segelas minuman dingin dan eskrim kesukaannya yang
Ahyoung berikan.
“Habiskan semuanya, jika perlu kau bisa pesan lagi.
Ini untuk melunasi utangku padamu, dan imbalanmu sudah mengerjakan tugasku”
“Ne ara ara ... gomawo Ahyoungie” Myungsoo mencubit
kedua pipi Ahyoung sebelum dia mulai melahap makanannya.
“Appo! Kalau makan, ya makan saja! Aish ...”
“Emh mashitta. Ahyoung-ah, sebenarnya aku ingin
mengatakan sesuatu padamu”
“Mwoya? Telan dulu makananmu, lalu bicara yang
jelas”
“Memangnya kau tidak mengerti yang aku ucapkan?”
Drrrtt ..
ddrrrrtt ...
“Itu ponselmu bergetar!” Ahyoung menunjuk ponsel
Myungsoo yang bergetar diatas meja.
“Chamkkaman ...” Myungsoo meneguk minumannya sebelum
dia mengambil ponselnya. Ekspresi Myungsoo sedikit berubah saat melihat nama
yang tertera dilayar ponselnya, beberapa detik dia hanya memandangi ponselnya
tanpa mengangkat telfon masuk untuknya itu.
“Wae? Kenapa tidak diangkat?”
Myungsoo tidak menjawab, dia hanya beranjak lalu berjalan
keluar dari restoran. Sepertinya telfon itu sangat penting sampai dia menjauh
dari Ahyoung.
Beberapa lama kemudian.
“Nugu?” Ahyoung menggerakan bola matanya mengikuti
Myungsoo yang kembali duduk dikursinya.
“Seseorang”
“Kau aneh sekali, apa ada masalah?”
Lagi-lagi Myungsoo tidak menjawab, dia hanya menatap
Ahyoung tanpa berkedip.
“Hallo! Apa yang terjadi Tuan Kim?” Ahyoung
melambai-lambaikan tangannya didepan mata Myungsoo, tapi dia tetap tidak
bergeming. “Terserahlah jika ingin memandangku. Oh iya, tadi aku minta sedikit
pastamu, hanya sedikit ...”
Ahyoung kembali sibuk dengan pasta dalam piringnya,
dan Myungsoo masih tidak mau memalingkan tatapannya dari wanita yang sudah
hampir dua sepuluh tahun dia kenal.
“Ahyoung-ah ...”
“Mmh wae?”
“Anio. Ah baiklah, kita makan lagi. Keundae
Ahyoungie, kali ini biar aku saja yang mentraktirmu”
“Wae? Ini giliranku, dan aku tidak mau kau
memintanya dilain waktu untuk menggangguku!”
“Sudahlah, biar saja. Soal utangmu padaku, kau bisa
membayarnya lain kali. Yapi utang tetaplah utang yang harus kau bayar”
“Ah baiklah, kau menyebalkan!”
“Tidak begitu Nona Ahyoung, aku hanya tampan ..
haha”
“Menyebalkan!”
“Nanti selesai menghabiskan ini, kau ikut aku ke
sungai Han”
“Untuk apa?”
“Sudah, ikut saja!”
Dan akhirnya, tanpa tahu apa yang terjadi, Kim
Myungsoo kembali seperti tadi. Sedikit masalah yang dia tunjukkan setelah
menerima telfon, sepertinya sudah tidak lagi dia fikirkan. Semuanya kembali
seperti biasanya.
-Sungai Han-
Ahyoung dan Myungsoo masih duduk diam melihat orang
lalu-lalang dijalan sana, sejak mereka kesini tadi, Myungsoo tidak berbicara
sedikitpun.
“Ya! Ini membosankan, sebenarnya apa yang ingin kau
katakan padaku?”
“Kau ingin mendengarnya?”
“Iya, harus sampai kapan aku menunggu? Aku lelah
...”
“Apa kau sangat ingin mendengarnya?”
“Iya, aku bilang iya. Jadi cepatlah katakan apa
itu?”
“Aku tidak mau mengatakannya Ahyoung-ah ...”
Myungsoo membalikan badannya menghadap Ahyoung, menatapnya dalam.
“Mwo? Lalu untuk apa kau ajak aku kemari hah?”
Ahyoung sedikit memukul pundak Myungsoo. Dia kesal.
“Aku harus pergi ke California”
Deg. Ahyoung langsung memutar kedua bola matanya
menatap Myungsoo yang sekarang sudah menunduk, tidak lagi menatapnya. Mendengar
perkataan Myungsoo yang tiba-tiba, rasanya seperti dihantam ribuan tombak
berapi. Ahyoung mematung.
“Hyung menyuruhku untuk pindah sekolah kesana, dia
menyuruhku tinggal bersamanya disana”
“ ... kkau akan pergi?”
“Kau juga tahu, satu-satunya keluargaku yang tersisa
hanya dia. Aku sangat menyayanginya. Aku selalu ingin tinggal bersamanya ...”
Myungsoo membuang nafasnya gusar. “Tapi aku tidak tahu”
“Kenapa? Bukankah sejak kecil kau selalu ingin pergi
ke California dan bertemu Hyung-mu?”
“Geurae, aku selalu ingin menemuinya. Tapi aku tidak
bisa meninggalkanmu Ahyoung-ah” Myungsoo kembali menatap Ahyoung yang langsung
menghindar dari tatapannya.
“Gwaenchana, pergilah”
“Aku tidak bisa. Aku tidak bisa pergi darimu ...”
“Hyungmu lebih penting, pergilah. Aku akan baik-baik
saja disini, jangan khawatir”
“Ahyoung-ah ...”
“Ya! Aku bilang tidak apa-apa, aku akan baik-baik
saja disini. Kau harus pergi dan tinggal bersama Hyungmu, itu akan lebih baik
untukmu”
“Aku akan sangat baik jika bersamamu”
“Tidak, itu bukan seharusnya. Kau bilang ingin cepat
besar dan membantu Hyungmu mengurus perusahaan Ayahmu kan, inilah waktunya”
Tidak ada jawaban, tidak ada perkataan yang keluar
lagi. Mereka berdua hanya diam. Yah, keduanya tahu kalau ini sama sekali tidak
mereka inginkan. Mereka tidak ingin berpisah. Mereka adalah sahabat yang
mungkin lebih dari sahabat.
“Ahyoung-ah ...
“Pergilah ...”
“Ahyoung-ah ...” tiba-tiba Myungsoo menarik Ahyoung
kedalam pelukannya, memeluknya erat. “Sebenarnya aku menyukaimu Ahyoung-ah, aku
mencintaimu ...”
Myungsoo semakin mengeratkan pelukannya. Membuat
Ahyoung tidak bisa lagi menahan air matanya, dia kalah, Ahyoung menangis dalam
pelukan Myungsoo. Mungkin ini tidak akan terlalu menyakitkan jika saja Ahyoung
tidak mencintai Myungsoo juga.
“Kau tahu Ahyoung-ah, selama ini aku selalu menahan
hatiku, aku memendamnya rapat. Aku sangat mencintaimu, Ahyoung yang selalu ada
disetiap hariku, yang selalu tersenyum untukku, dan Ahyoung yang selalu
membuatku kesal ...” Myungsoo sedikit tertawa kecil diakhir kalimatnya.
Walaupun Ahyoung juga tahu, itu adalah tangisan.
“ ... hiks aku juga sangat mencintaimu, aku
mencintaimu Myungsoo, aku mencintaimu” Ahyoung semakin menumpahkan tangisnya
dalam pelukan Myungsoo. Akhirnya sesuatu yang selama bertahun-tahun mereka
tahan, bisa mereka keluarkan juga.
“Aku tidak ingin meninggalkanmu”
“Aku juga tidak ingin kau pergi meninggalkanku ...”
“Jeongmal saranghae Ahyoung-ah ...” Myungsoo
melepaskan pelukan mereka dan beralih menempelkan bibir mereka.
Setelah beberapa detik, tempelan bibir itu perlahan
berubah menjadi lumatan-lumatan lembut, hisapan kecil, dan ciuman yang manis.
------- ----
Sudah tujuh ahri berlalu, tapi sejak hari itu,
mereka tidak bertemu lagi. Tidak ada senyuman, tidak ada eskrim vanilla dan
pasta. Mereka benar-benar berubah. Myungsoo dan Ahyoung hanya menjalani hari
mereka dengan diam.
Tidak ada lagi candaan mereka, bahkan disekolah,
Myungsoo dan Ahyoung juga tidak saling bicara walaupun mereka duduk bersama.
Entah apa yang terjadi pada mereka, dan itu membuat khawatir semua warga
sekolahan yang biasanya menyaksikan mereka bertengkar. Perubahan ini sangat
mengejutkan banyak orang.
Tapi harus apa lagi, ini tidak bisa mereka tolak.
Perpisahan ini walaupun sangat menyakitkan, akan tetap terjadi.
Sampai akhirnya, Myungsoo benar-benar pergi. Dan
disaat hari terakhirnyapun, Ahyoung masih tidak mengatakan apapun pada namja
yang sudah hidup bersamanya selama sepuluh tahun ini. Bukan mereka tidak apa-apa,
tapi itu karena mereka sangat apa-apa. Dan mungkin, dengan menghentikan kontak
antara mereka, bisa sedikit menahan rasa sakit itu.
-Flasback
end-
“Hei ayo kemari, ini Yura Kim. Wanita yang selalu
aku ceritakan padamu, bukankah kau sangat ingin bertemu dengannya?” Sunggyu
menarik tangan Myungsoo mendekati Yura, wanita yang masih tidak bisa
mengehentikan tatapan anehnya pada Myungsoo.
“Yura-ya, ini adikku. Kim Myungsoo ..”
Sunggyu menatap Myungsoo dan Yura bergantian, mereka
masih saja diam dengan tatapan itu.
“Hey ada apa? Kenapa kalian diam seperti ini?”
“Eoh mian Oppa” Yura tersenyum pada Sunggyu, dia
sudah selesai dengan memorynya. Yura mengulurkan tangannya pada Myungoo dan
tersenyum. “Annyeonghaseyo, Yura imnida”
Butuh beberapa detik lagi untuk Myungsoo bisa
melepaskan memory itu dan kembali pada kenyataan. Akhirnya, perlahan Myungsoo
membalas uluran tangan Yura.
“Kim Myungsoo”
“Eh sepertinya kalian masih canggung, baiklah tidak
apa-apa. Mungkin sebentar lagi kalian akan akrab”
“Darimana asalmu?” Myungsoo begitu saja menanyakan
itu pada Yura, dan masih tidak melepaskan tatapannya.
“Seoul”
“Apa kau tidak tinggal didekat sini? Apa kau tidak
tinggal dengan Jung Halmeoni disini?”
“Mwo? Myungsoo-ya, apa yang kau katakan?”
“Animida. Orang tuaku sudah meninggal sejak aku
kecil, dan Halmeoni juga sudah meninggal. Setelah itu aku pindah ke California”
“California? Apa yang kau lakukan disana?”
“Hey Myungsoo-ya, ada apa denganmu? Bicara apa kau
ini?”
“Aku tinggal disana dan bekerja”
“Mian Hyung, sepertinya aku sangat lelah” Myungsoo
begitu saja meninggalkan mereka dan masuk kedalam kamarnya.
“Ah maafkan adikku, dia sepertinya sangat kelelahan”
“Tidak apa-apa Oppa, aku bisa mengerti”
“Baiklah, kalau begitu kita harus segera pergi
sebelum malam. Bukankah tadi kita akan ke super market?”
“Ne, kajja”
Sunggyu menggandeng Yura pergi dari rumah, dan
mereka pergi.
------- ----
Myungsoo berjalan menuruni satu persatu anak tangga
untuk sampai lantai dasar rumahnya, dia kembali berjalan menuju meja makan yang
disana sudah duduk Yura dan Sunggyu.
“Eoh Myungsoo-ya, ayo cepat kita makan. Kau harus
mencoba masakan Yura, kau pasti menyukainya”
“Ne, gomawo Hyung” Myungsoo duduk disebelah Sunggyu
dan dihadapan Yura, kedua matanya sama sekali tidak melirik kearah Yura. Myungsoo
hanya tersenyum pada Sunggyu.
“Di California, Yura sering membawakanku makanan
buatannya. Dan membuatku sangat menyukainya. Bagaimana, apa kau juga menyukai
masakannya?”
“Ne, ini sangat enak. Sama dengan masakan temanku
dulu”
“Eoh geurae. Kau selalu cerita tentang temanmu itu,
lalu kapan kau akan mengenalkannya padaku?”
“Mian Hyung, sepertinya aku tidak bisa
mengenalkannya padamu. Dia mungkin sudah mempunyai teman lain”
“Jinjja? Hey kenapa adikku jadi lemah seperti ini,
apa kau tidak ingin membawanya kembali padamu?”
“Aku tidak bisa melakukannya” Myungsoo kembali
memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Sementara, disebarangnya, Yura hanya bisa menatap
penuh rasa. Ini bukan pertemuan yang dia inginkan. Terlalu gila.
Beberapa lama kemudian setelah makan malam selesai.
Myungsoo berjalan menghampiri Yura yang bersandar
dibalkon atas, dia memandang jauh keatas. Menatap langit gelap tanpa bintang.
“Kim Ahyoung”
Yura langsung berbalik dan melihat pemilik suara
yang memanggil namanya, nama yang sudah lama dia hilangkan.
“Myung-soo?”
“Kenapa kau ada disini?”
“Aku hanya ... aku__”
“Apa arti semua ini? Apakah kau datang sebagai
wanita Kim Sunggyu?”
“Myungsoo-sshi, aku bisa jelaskan semuanya ...”
“Entahlah, aku mungkin tidak ingin kau
menjelaskannya. Aku sudah mengerti cerita ini ...”
Tanpa sadar, mereka akhirnya bicara. Menjelaskan
semuanya. Cerita yang terjadi antara mereka.
Cerita saat kepergian Myungsoo, perpisahan mereka,
dan mereka yang tidak pernah lagi berhubungan sejak itu.
Yura Kim, atau sebenarnya adalah Kim Ahyoung, pergi
ke California dua tahun sejak kepergian Myungsoo kesana. Setelah sekolahnya
selesai dan Halmeoni meninggal, Ahyoung memberanikan diri pergi ke California
hanya untuk bertemu Myungsoo, namja yang sangat dia cintai.
Tapi dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi,
karena Myungsoo tidak benar-benar di California.
Sejak Myungsoo pindah, dia hanya tinggal satu tahun
di California. Setelah itu, dia memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di
Jepang, negara yang tidak jauh dari Korea, dan itu artinya tidak jauh dari
Ahyoung.
Kim Ahyoung mengganti namanya menjadi Yura Kim dan akhirnya
bertemu dengan Kim Sunggyu, dan sangat baik padanya karena Sunggyu telah banyak
menolongnya. Tapi mungkin diartikan berbeda oleh Sunggyu, karena dia menyukai
Ahyoung.
Sampai semua cerita itu berakhir dengan pertemuan
ini. Pertemuan dimana Myungsoo harus rela melihat Ahyoung sebagai wanita
Hyung-nya, dan Ahyoung yang tidak bisa melakukan apapun.
------- ----
Myungsoo menghampiri Sunggyu yang masih berdiri
memandang foto Appa dan Eommanya di dinding, Myungsoo menepuk pundaknya.
“Wae Hyung? Kau merindukan mereka?”
“Geurae, aku sangat merindukan mereka. Yang kuingat
hanya masa kecilku bersama mereka, aku ingin bertemu lagi dengan mereka”
“Mereka melihatmu dari sana ...”
“Dan sekarang, aku akan menikah, tapi mereka bahkan
tidak ingin melihatku menikah”
Deg. Walaupun dari awal Myungsoo sudah tahu tentang
pernikahan ini, tapi entah kenapa rasanya setiap kali Sunggyu mengatakan
pernikahan ini, hatinya seperti ditembak berkali-kali.
“Tidak begitu, mereka akan senang melihatmu menikah”
“Myungso-ya, aku sangat menyayangimu ...” Sunggyu
tiba-tiba memeluk Myungsoo, menambah kesan rasa sakit dalam hati Myungsoo.
Apa yang harus dia lakukan? Hanya diam dan merasakan
sakit melihat yeoja yang dicintainya menikah dengan Hyung-nya, atau mengatakan
yang sebenarnya dan membuat Hyung-nya sedih? Myungsoo harus memilih salah satu
dari itu.
“Oppa ...”
Sunggyu melepaskan pelukannya saat mendengar suara
Yura memanggilnya, dia tersenyum melirik calon istrinya itu.
“Myungsoo-ya, kita harus pergi feeting baju
pengantinnya, apa kau mau ikut?”
“Tidak bisa, aku harus pergi ke suatu tempat”
“Kalau begitu kami pergi ...” Sunggyu berjalan
beberapa langkah sebelum kembali menghantikan langkahnya. “Ah aku lupa, mobilku
masih dibengkel. Myungsoo-ya, kau mau pergi kemana?”
“Baiklah, aku akan mengantar kalian”
“Haha ... kau memang cepat tanggap Myungsoo-ya”
Sunggyu lalu mengikuti Myungsoo yang sudah lebih dulu berjalan didepannya.
Akhirnya mereka pergi bersama.
Tapi, tidak semudah itu.
Entah kenapa Myungsoo tidak bisa pergi, dan akhirnya
menunggu mereka feeting baju pengantinnya. Dia hanya tersenyum hambar saat
menemani Sunggyu melihat Yura yang mencoba gaun pengantinnya.
“Ah tunggu sebentar, aku ada telfon ...” Sunggyu
tiba-tiba beranjak dan meninggalkan mereka.
Yura masih melihat pantulan dirinya dengan gaun
putih mewah dari cermin besar, dan dia juga tidak bisa menghindari tatapan
Myungsoo yang juga terpantul dicermin itu.
“Maaf, apa bisa tinggalkan kami berdua?”
“Ne”
Yura mengikuti bayangan Myungsoo yang berjalan
mendekatinya setelah meminta beberapa wanita yang sedang merapikan gaun Yura
pergi. Detak jantung Yura naik dan menjadi sangat cepat.
“Ahyoung-ah, selamat atas pernikahanmu”
“Tidak Myungsoo, aku tidak menginginkan pernikahan
ini”
“Apa kau ingin menolaknya?”
“Aku hanya mencintaimu”
“Kau tidak mencintai Sunggyu Hyung?”
“Maafkan aku, tapi aku hanya mencintaimu”
“Apa kau fikir pernikahan ini lelucon? Sunggyu Hyung
sangat mencintaimu, Ahyoung-ah! Apa kau ingin menghancurkan hatinya?”
“Lalu haruskah aku menikah dengannya dan
menghancurkan hatiku, juga hatimu?”
“Aku baik-baik saja”
“Tidak. Kau tidak baik-baik saja, Myungsoo-ya”
“Kau benar, aku tidak baik-baik saja. Aku gila, aku
marah, aku .. aku kecewa. Tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang? Kau sudah
menjadi miliknya”
“Katakan yang sebenarnya ...”
“Andwae! Aku tidak bisa melakukannya dan membuat
Hyung sedih”
“Apa kau mencintaiku?”
Tidak ada jawaban, Myungsoo memalingkan tatapannya
dari kedua mata Ahyoung.
“Myungsoo-ya, apa kau mencintaiku?”
Masih tidak ada jawaban.
“Tolong jawab aku, apa kau mencintaiku?”
“Tidak”
“Tatap aku dan katakan kau tidak mencintaiku ...”
Ahyoung menarik tangan Myungsoo dan membuat kedua mata Myungsoo kembali menatapnya.
“Kau tahu, aku hanya akan mencintaimu ... selamanya”
“Kalau begitu, katakan yang sebenarnya”
“Aku tidak bisa, Ahyoung-ah. Aku sangat menyayangi
Hyung, dan dia sangat mencintaimu!”
“Aku mencintaimu”
“Aku mohon Ahyoun-ah, jangan batalkan pernikahan ini.
Menikahlah dengan Sunggyu Hyung, aku mohon”
“Aku tidak bisa”
“Jika itu demi aku, apa kau masih tidak bisa? Aku
mohon dengan hatiku, menikahlah dengannya Ahyoung-ah ...”
“Aku mencintaimu Myungsoo-ya”
“Tapi kau dan aku tidak akan pernah bersama, menikahlah
dengannya”
“Baik, baiklah jika itu yang kau inginkan. Aku akan
menikah dengan Kim Sunggyu, dan aku akan selamanya mencintaimu”
“Maaf maaf, aku tadi lama ... hey kenapa Yura?”
tiba-tiba Sunggyu kembali dan melihat Yura yang berusaha menghapus air matanya.
“Hyung, sepertinya Yura-sshi tidak suka dengan
gaunnya. Dia jadi menangis ...”
“Benarkah?”
“Ne, Oppa. Gaun ini sangat sempit untukku. Aku tidak
menyukainya ...”
“Kenapa kau menangis, kau bisa memilih gaun yang
lain. Sudahlah jangan menangis lagi, kita akan memilih gaun baru untukmu ...”
Sunggyu mengusap kepala Ahyoung dan memeluknya.
Akhirnya, mereka kembali melakukan feeting, berjalan
seperti tadi. Seolah tidak ada apa-apa yang terjadi antara mereka.
Setela serangkaian hal yang sudah dilakukan, akhirnya
kegiatan itu selesai. Sudah cukup memakan waktu lama, dan sekarang matahari
sudah pergi entah kemana. Malam gelap, tanpa bintang dan bulan yang menyindari.
“Eoh Oppa, mobilmu sudah kembali?”
Sunggyu berjalan mendahului Yura dan membuka pintu
mobil untuknya. “Geurae, tadi seseorang dari bengkel aku minta untuk
mengantarkannya kemari”
“Kalau begitu, dimana Myungsoo?”
“Apa kau tidak tahu? Dia sudah pergi dari dua jam
yang lalu ...”
“Pergi?”
“Ne, katanya dia ada sedikit urusan. Seharusnya tadi
aku membiarkannya pergi, dia jadi menunggu lama untukku”
“Pergi kemana?”
“Molla. Kajja, masuklah. Ini sudah malam ...”
“Ne” Yura berjalan dan memasuki mobil, disusul
Sunggyu, dans etelah itu mereka pergi.
------- ----
Sunggyu dan Yura baru saja sampai di rumah, dan
mereka melihat Myungsoo yang berjalan sedikit sempoyongan turun dari tangga.
“Hey, kenapa kau disini?” Sunggyu menghampiri
Myungsoo dan memperhatikannya. “Apa kau mabuk hah?”
“Anio. Aku hanya mengambil dompetku, dia ketinggalan
...” Myungsoo mengeluarkan senyum anehnya dan menatap mereka bergantian.
“Jawab aku, apa kau mabuk?”
“Tidak, aku hanya sedikit minum ... ah apa nama
minumannya, aku lupa”
“Lalu sekarang kau mau pergi kemana?”
“Ouh Yura-sshi, kau cantik sekali” Myungsoo berjalan
menghampiri Yura yang masih tidak beranjak dari tempatnya.
“Ya! Kau mabuk, jangan mengganggu kakak iparmu eoh
..”
“Kakak ipar? Haha .. mian, aku lupa. Wajahnya sama
seperti cinta pertamaku ...”
“Cheotsarang? Nugu?” Sunggyu langsung menghampiri
Myungsoo yang tidak mau melepaskan tatapannya dari Yura.
“Hanya seseorang yang sudah pergi ...”
“Oh apa dia yang kau ceritakan itu?”
“Hyung, aku sangat mencintainya. Sungguh. Hatiku,
cintaku, hidupku, hanya untuknya, semua hanya untuk dia. Aku sangat
mencintainya ...”
Deg. Yura terdiam, dia terpaku mendengar perkataan
Myungsoo. Yura tahu kalau yang dimaksud Myungsoo adalah dirinya. Dan mendengar
itu, rasanya seperti dihantam putaran angin topan yang membawa duri. Dingin dan
menyakitkan.
“Kalau begitu, kejar dia dan katakan padanya”
“Andwae, itu tidak akan bisa. Aku sudah memintanya
pergi, aku membiarkannya pergi ...”
“Kau aneh Myungsoo! Ayo kemarilah, kau harus tidur”
Sunggyu menarik tangan Myungsoo yang langsung ditahan olehnya. Myungsoo kembali
menatap Yura.
“Setidaknya, biarkan aku mengatakannya sebelum dia
benar-benar pergi”
“Mwoya?”
“Yura-sshi, wajahmu sama dengan yeoja yang aku
cintai. Apa kau tidak keberatan jika aku menyuruhmu mengatakan pesanku
untuknya?”
“Ya! Babo. Yura mana tahu wanita yang kau sukai itu,
sudahlah ayo kekamarmu!” Sunggyu kembali menarik tangan Myungsoo.
“Baiklah ... aku akan menyampaikannya”
“Mwo?” Sunggyu menghentikan langkahnya, dia melihat
Yura yang berjalan menghampiri Myungsoo. “Yura-ya, memangnya kau tahu wanita
itu?”
“Ahyoung-ah ...” Myungsoo tersenyum kecut, dia
kembali menatap Yura yang sekarang berdiri dekat dihadapannya.
Dengan sekuat hati, Yura berusaha untuk tidak
menjatuhkan air matanya, walaupun ini sangat menyesakkan. Dia akan berusaha
mendengar pesan Myngsoo, karena itu untuknya.
“Namanya Kim Ahyoung, anak kecil yang aku temui
dulu. Dia sangat cantik, bahkan walau penampilannya seperti namja-pun, dia
tetap cantik. Aku menyukainya sejak dulu, sejak kecil, saat kami selalu bermain
bersama. Dia selalu tersenyum untukku, dia menangis untukku, dia selalu
disampingku ...”
“Myungsoo-ya, apa yang kalian bicarakan ini?” tapi
pertanyaan Sunggyu sama sekali tidak membuyarkan tatapan mereka.
“Anak kecil itu adalah cinta pertamaku, Ahyoung yang
sangat aku cintai. Yura-sshi, bisakah kau katakan padanya ka-kalau aku ...”
Myungsoo menarik nafas dalam sebelu melanjutkan perkataannya. “ ... aku akan
selamanya mencintainya, karena dia adalah cinta pertama dan cinta terakhirku.
Aku tidak akan melupakannya. Dan tolong katakan juga padanya, untuk selalu
hidup bahagia, jangan berhenti tersenyum walaupun sekarang senyumannya bukan
lagi untukku. Katakan padanya, jangan khawatirkan aku. Aku ... akan baik-baik
saja ...” Myungsoo menunduk, dia mengusap beberapa tetes air mata yang jatuh
dari matanya.
Apa ini. Yura tidak akan bisa lebih lama seperti
ini, dia sudah tidak bisa menahan air matanya, menahan hatinya. Rasanya dia
ingin sekali memeluk Myungsoo, menghapus air matanya, tersenyum padanya dan
mengatakan kalau dia juga sangat mencintainya.
“Yura-sshi, maaf aku sudah berbicara terlalu banyak.
Aku tidak bisa menahan hatiku, maafkan aku”
“ ... tti-tidak apa-apa, aku akan menyampaikannya”
“Dan juga Yura-sshi, tolong katakan padanya untuk
melupakanku. Dia harus melupakan aku dan memulai hidup baru dengan kehidupannya
sekarang. Tapi, jika suatu hari dia merindukanku, dia bisa makan pasta dan
eskrim vanilla ...”
“Baiklah, aku akan mengatakan semua yang kau katakan
padanya”
“Aku sangat berterima kasih padamu”
“Sama-sama”
“Hyung, maafkan aku. Sekarang aku harus pergi ...”
Myungsoo melepaskan sebelah tangannya dari genggaman Sunggyu.
“Kau mau kemana?”
Myungsoo tidak menjawab, dia hanya melangkahkan
kakinya menuju pintu.
“Ya! Kim Myungsoo ...”
Myungsoo tiba-tiba tertahan, dia menghentikan
langkahnya. Beberapa detik dia hanya diam, sebelum akhirnya dia kembali dan
memeluk Sunggyu.
“Wae? Kenapa memelukku?”
“Hyung, aku sangat menyayangimu. Maafkan aku ...”
dengan cepat, Myungsoo melepaskan pelukannya dan kembali berjalan. Dia tidak
sedikitpun melihat Yura yang dia lewati, pandangannya hanya lurus kedepan.
Begitu dingin.
“Kenapa dengan anak itu, aneh sekali”
“Oppa, aku akan ke kamar” Yura dengan cepat menaiki
satu persatu anak tangga dan menuju kamarnya.
“Ne, istirahatlah” Sunggyu tersenyum melihat
punggung Yura yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang.
Akhirnya Yura bisa mengeluarkan semuanya, dia tidak
perlu lagi menahan air matanya yang dari tadi terus menusuk matanya untuk
keluar. Yura menangis, mengeluarkan semua tangisannya. Apa yang dilakukan
Myungsoo. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa mereka tidak bisa melakukan
apapun untuk menyatukan cinta mereka.
------- ----
Drrrtt .. drrrtt
drrrrrrrtt ...
Ponsel Sunggyu terus saja bergetar, sudah sekitar
lima menit lalu dia terus bergetar. Tapi sepertinya sang pemilik ponsel masih
enggan untuk bangun dan memeriksanya. Sampai akhirnya, dengan sangat terpaksa,
Sunggyu menjulurkan tangannya meraih ponsel dimeja nakas dan mengambilnya.
“Yeoboseyo ...”
Dengan suara berat dan serak khas orang bangun
tidur, Sunggu menerima panggilan masuk diponselnya. Dan mungkin itu sudah
panggilan yang ke-sekian kalinya dari lima menit lalu.
“ ... MWO? ... bba-baiklah, saya akan segera kesana
...”
Dengan cepat, Sunggyu mematikan ponselnya dan
langsung beranjak dari ranjangnya. Dia bergegas memakai jaket dan mencari kunci
mobilnya. Dia pergi, melesat seperti pesawat jet.
------- -----
Kim Sunggyu dengan cepat menggerakkan kedua kakinya,
berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit yang hanya dilalui beberapa orang. Dia
bahkan meninggalkan Yura yang masih jauh dibelakangnya. Yura tidak tahu kenapa
Sunggyu berlari secepat itu, memangnya siapa yang ingin dia temui.
Akhirnya, dengan nafas yang masih menderu akibat
mengejar Sunggyu yang super cepat berlari, Yura melihat Sunggyu berhenti
didepan pintu UGD.
Tidak lama, seorang pria setengah baya yang
mengenakan jas putih, keluar dari ruangan itu. Dan Sunggyu langsung menghampiri
pria yang ternyata adalah Dokter itu. Sementara Yura masih berdiri agak jauh
dari mereka, dia masih berusaha mangatur nafasnya, sebelum dia berjalan
mendekat.
“Keadaannya sangat parah. Kaki kanan dan tangan
kanannya patah, dua tulang rusuknya juga patah, begitu juga dengan luka-luka
lain dibagian tubuh lainnya. Sekarang, keadaannya masih kritis ...”
“Dokter, lalu apa dia bisa kembali sembuh?”
“Saya tidak tahu, tim dokter akan segera melakukan
tindakan operasi untuk menyelamatkannya. Saya harap Anda bisa tenang, dan
memberikan doa untuk kelancaran operasi ini”
“Dokter, lakukan apapun untuk membuatnya sembuh.
Saya akan membayar berapapun biayanya, Dokter, lakukan semua yang bisa
dilakukan untuk menyelamatkan adik saya ...”
Deg. Rasanya kedua kaki Yura sudah tidak bisa
berdiri lagi, telinganya seperti terbakar saat mendengar Sunggyu mengatakan
kalau yang mereka bicarakan adalah Kim Myungsoo.
“Kami membutuhkan tanda tangan Anda untuk
kepentingan administrasi, silahkan ikuti perawat Jung” Dokter itu kembali masuk
kedalam ruangan, sementara ada seorang perawat yang keluar dan pergi bersama
Sunggyu.
“Benarkah itu Myungsoo? Tidak, itu tidak mungkin
Myungsoo. Dia baik-baik saja ...” Yura tidak bisa menahan air matanya juga
emosinya, dia kembali berdiri dan berusaha masuk kedalam ruang UGD, tapi
beberapa perawat membanya kembali keluar dan tidak mengizinkannya masuk.
Yura akhirnya hanya bisa menangis terduduk di kursi
didepan ruangan itu, dia terus meyakinkan hatinya kalau seseorang yang sedang
kritis yang mereka bicarakan adalah orang lain, bukan Kim Myungsoo yang sangat
dia cintai.
Sunggyu kembali setelah beberapa lama kemudian, dan
dia juga tidak kalah kalutnya dengan Yura. Dia hanya duduk dan memandang kosong
lantai Rumah Sakit itu. Kecelakaan ini sangat tiba-tiba, dia masih tidak bisa
mencernanya.
“Maaf permisi, apa Anda Tn.Kim Sunggyu?”
Tiba-tiba dua orang pria tinggi yang memakai seragam
polisi, berjalan menghampiri Sunggyu. Mereka terlihat membawa tas plastik yang
berisi dompet dan ponsel yang terdapat bercak darah.
“Benar, Saya sendiri” Sunggyu beranjak dan
menghampiri mereka.
“Kecelakaan yang dialami Kim Myungsoo, adik Anda,
membuat mobil yang dia tumpangi rusak parah. Dia menabrak sebuah truk dan dua
mobil lainnya, lalu mobilnya terbakar, dan sekarang pihak polisi sudah
mengamankannya. Kami hanya bisa menyelamatkan ini, benda milik Kim Myungsoo
yang tersisa” seorang dari mereka memberikan tas plastik transparan itu pada
Sunggyu.
“Baik, terima kasih”
“Dan ada sedikit dokumen yang harus Anda tanda
tangani dikantor kami, jadi bisakah besok Anda datang untuk menyelesaikannya?”
“Tentu saja, Saya pasti akan datang besok”
“Baiklah kalau begitu, kami permisi. Semoga Anda dan
keluarga bersabar untuk kesembuhan adik Anda”
“Terima kasih”
Dan dua polisi itu akhirnya pergi. Sementara Sunggyu
kembali diam, memandang tas yang dia pegang sekarang. Itu adalah ponsel dan dompet
Myungsoo yang sekarang sudah sedikit rusak.
Delapan jam sudah berlalu sejak operasi Myungsoo
dimulai, dan malampun sudah berakhir. Sekarang sudah jam delapan pagi, tapi
belum seorangpun yang keluar dari ruangan operasi.
Yura sudah lelah menangis, sepertinya air matanya
sudah tidak bisa keluar. Dan Sunggyu, dia masih diam, walau sesekali terdengar
dia menangis. Mereka berdua masih belum bisa bernafas dengan tenang, Myungsoo
masih harus berjuang untuk bertahan didalam sana.
Dan saat seorang dokter keluar dari ruang opersi,
Yura dan Sunggyu langsung menghampirinya.
“Bagaimana Dokter?”
“Syukurlah, pasien sudah melewati masa kritisnya.
Operasinya berjalan dengan lancar, dan dia akan segera dipindahkan keruang
perawatan”
“La-lalu bagaimana dengan kakinya Dokter?”
“Yah, seperti yang tercantum dalam surat perjanjian,
kami meng-amputasi kaki kanan pasien demi kebaikannya. Tidak ada yang bisa kami
lakukan selain itu, mohon maaf” Dokter itu pergi meninggalkan mereka.
Memang benar, sebelum operasi dilakukan, pihak rumah
sakit sudah meminta persetujuan untuk melakukan aputasi pada kaki kanan
Myungsoo yang rusak parah. Dan untuk kebaikan Myungsoo juga, dengan sangat
terpaksa, akhirnya Sunggyu menyetujui tindakan itu. Merelakan adiknya kehilangan
satu kaki, dan bertahan dengan satu tangan yang juga patah.
“Yura-ya, Myungsoo sudah tidak apa-apa, sekarang aku
harus pergi kekantor polisi. Bisakah kau menjaganya?”
“Tentu saja Oppa, aku akan menjaganya”
“Gomawo. Kalau begitu aku pergi” Sunggyu memeluk
Yura cepat sebelum dia akhirnya pergi meninggalkannya.
------- ----
Sekarang, sudah sekitar satu hari setengah berlalu.
Myungsoo sudah berada diruang perawatan, dan hanya tinggal menunggu dia untuk
siuman, sebelum dia kembali tersenyum.
Ada Yura yang selalu menaminya, dia sekarang sedang
membacakan buku untuknya. Karena Sunggyu masih tidak bisa meninggalkan
pekerjaannya.
“ ... sang pangeran berlari dengan cepat menghampiri
sang putri yang masih terbaring, pangeran tersenyum karena akhirnya dia bisa
melihat sang putri yang cantik setelah melewati banyak sekali rintangan.
Perlahan pangeran mendekatinya, dia memejamkan matanya dan mencium sang putri.
Tiba-tiba kedua mata sang putri terbuka, dia bangun, dan kutukan itu hilang.
Pangeran berhasil menghancurkan kutukan dari si penyihir, sekarang sang putri
sudah kembali seperti dulu. Akhirnya, sang pangeran dan sang putri menikah,
kemudian mereka hidup bahagia selamanya” Yura tersenyum dan menutup bukunya.
“Ceritanya selesai. Myung-myung, kau senang?” Yura
menatap Myungsoo yang masih terbaring dan menutup matanya.
“Ayolah Myung-myung, jawab aku. Sejak kemarin aku
hanya bicara sendirian, kapan kau akan bangun? Apa harus aku cium juga?” Yura
kembali tersenyum, dia menyimpan bukunya dan menggenggam tangan Myungsoo.
Berharap dia akan segera membuka matanya.
“Tapi sampai kapan kau akan terus seperti ini? Cepat
bangun dan buka matamu, Myung-myung, aku sangat mencintaimu ...” entah kenapa,
senyuman yang awalnya amengembang diwajah Yura menghilang. Dia menangis.
“Aku berjanji akan mengatakan semuanya, aku akan
mengatakan kalau kau dan aku saling mencintai. Aku akan membuat kau menjadi
milikku, bersamaku selamanya ... hiks hiks ... bukalah matamu, aku mohon” Yura
menyeka air matanya, dia menatap Myungsoo.
“Aku adalah Ahyoung, Kim Ahyoung yang kau cintai,
cepat buka matamu! Hiks hiks .. aku akan selamanya menjadi Kim Ahyoung milikmu
... hiks Ahyoung yang selalu tersenyum untukmu, menangis untukmu, dan berada
disampingmu ... aku sangat mencintaimu. Ya Kim Myungsoo bangunlah! Sekarang,
anak kecil yang kau sukai sudah kembali disisimu, aku berjanji hanya akan
mencintaimu dan menjadi milikmu ....”
“Tuan, apa yang
sedang Anda lakukan?”
“ .. aa ah tidak
ada, silahkan masuklah”
“Mohon untuk
tidak mengganggu pasien”
“Tidak, saya
tidak bermaksud mengganggu. Saya adalah keluarganya ...”
Pintu ruangan Myungsoo terbuka, dan seorang perawat
masuk. “Maaf Nona, Saya harus memeriksa pasien”
“Baik, silahkan ...” Yura menghapus air matanya, dia
merapikan penampilannya lalu keluar meninggalkan perawat itu melakukan
tugasnya.
Tapi, tangan Yura tertahan. Sesuatu menahannya, dan
itu .. itu adalah tangan Myungsoo.
“Myungsoo?” Yura langsung membalikan badannya dan
melihat Myungsoo.
“Pasien ... ada apa ini? Dokter .. dokter ...
ruangan 473 ...” terlihat perawat itu sedikit panik dan memanggil Dokter dari alat
komunikasi khusus. Dia melihat Myungsoo, melihat layar monitor dan melihat
semuanya.
Sementara, tangan Myungsoo masih sangat kuat
menggenggam tangan Yura, walaupun kedua matanya masih tertutup. Dan tidak lama,
beberapa perawat dan dokter datang untuk melihat kondisi Myungsoo.
------- ----
Yura Kim atau Kim Ahyoung masih memperhatikan
dirinya dari pantulan cermin besar, dia sebisa mungkin mencoba untuk tersenyum.
Gaun putih yang panjang dan sangat indah itu sudah membalut tubuhnya sekarang,
acara sebentar lagi dimulai.
“Yura-sshi, sekarang sudah waktunya”
Yura membalikan badannya, dia tersenyum melihat seorang
wanita yang melambai padanya didepan pintu.
“Baiklah, aku harus siap” Yura menarik nafas dalam
dan melihat dirinya dicermin untuk yang terakhir sebelum dia berjalan menuju
Kim Sunggyu yang pasti suda tersenyum menunggunya untuk mengucapkan janji suci.
Akhirnya, setelah dua minggu berlalu sejak itu,
pernikahan mereka terjadi juga. Walau sedikit terlambat dari waktu yang
ditentukan, tapi pernikahan ini sepertinya memang harus terjadi.
Yah, benar, pernikahan kim Sunggyu dan Yura Kim
harus diundur. Karena kepergian Myungsoo membuat keduanya hancur. Bahkan
mungkin Yura sangat hancur.
Bagaimana tidak, Kim Myungsoo begitu saja pergi
meninggalkannya setelah dia mengatakan kalau dia mencintai Kim Ahyoung
selamanya. Itu sangat berat untuk Yura, ditambah dia juga tidak bisa melakukan
apapun untuk menolak perniakahan ini.
Tapi, setidaknya Yura tahu kalau Myungsoo akan
selalu mencintainya sampai kapanpun. Bahkan sampai maut menjemput, Myungsoo
masih menggenggam tangan Yura, itu artinya Myungsoo sangat mencintainya.
Dan Yura sudah benyak memikirkannya, dia sudah
menata perasaannya. Dia sudah siap untuk menikah dengan Sunggyu dan memulai
hidup baru dengannya sebagai istri Kim Sunggyu. Dan Ahyoung, akan selamanya
menyimpan cinta Myungsoo jauh didalam hatinya.
Yura tersenyum menatap Sunggyu yang berdiri
dihadapannya, tanpa sedikitpun rasa gugup. Yura sudah bulat memilih ini.
“Baiklah, kita akan mulai untuk__”
“Tunggu!”
Semua undangan yang hadir, termasuk Yura, langsung
melihat kearah Sunggyu yang tiba-tiba mengangkat tangannya.
“Sebelumnya, aku minta maaf untuk ini. Tapi bagaimanapun,
aku harus mengatakannya. Aku harus menghentikan pernikahan ini ...”
“Oppa, apa yang kau lakukan?” Yura berbisik
memandang Sunggyu.
“Yura-ya ah ani, Kim Ahyoung ...”
Yura langsung terdiam saat Sunggyu memanggil nama
itu, bagaimana dia tahu nama aslinya.
“ ... maafkan aku, seharusnya aku mengatakan ini
dari dulu. Karena tidak seharusnya aku menikah denganmu, kau hanya milik
Myungsoo”
“Oppa?”
“Kau adalah anak kecil itu, kau adalah gadis itu,
kau adalah Ahyoung yang sangat dicintai Myungsoo. Bagaimana bisa aku menikah
denganmu dan menghancurkan kalian berdua, aku tidak akan melakukannya jika
sejak awal kalian memberitahuku. Dan mungkin ...” Sunggyu sedikit memotong
perkataannya. “ ... dan mungkin ... sekarang Myungsoo masih ada. Dia akan
berdiri disini, dihadapanmu dan mengucapkan janji bersamamu. Maafkan aku
Ahyoung-ah, maafkan aku karena terlalu jahat pada kalian berdua ..”
“Anio Oppa, ini bukan kesalahanmu”
“Mungkin aku tidak akan pernah tahu yang sebenarnya
jika saja hari itu ... saat Myungsoo memegang tanganmu sebelum dia meninggal,
aku tidak berdiri dibalik pintu dan mendengar tangisanmu. Kau sangat
mencintainya, bagaimana bisa kau akan menikah denganku ...”
“Tidak Oppa, aku sudah berjanji akan menikah
denganmu. Aku ...”
“Maaf Kim Ahyoung, hanya untuk kali ini, kau harus
mengingkari janjimu pada Myungsoo. Aku tidak mau menikah denganmu. Walaupun aku
mencintaimu, tapi cintaku hanya menghancurkan semuanya ...”
“Sunggyu Oppa__”
“Jadi sekarang, aku dengan bulat memutuskan untuk
membatalkan pernikahan ini dan melepaskanmu. Pergilah Ahyoung ...”
“Oppa ...” Yura tersenyum dalam tangisannya, dia
tidak pernah berfikir kalau Sunggyu akan melakukan hal ini padanya.
“Walaupun sejuta maafku padamu tidak akan pernah
membawa Myungsoo kembali, tapi hanya itu yang bisa aku katakan padamu. Aku
harap kau bisa hidup bahagia ...”
“Oppa, gomawo. Jeongmal gomawo ... aku sudah
memaafkanmu, kau tidak salah karena ini semua bukan kesalahanmu Oppa. Aku dan
Myungsoo akan selalu bersama, dia selamanya dalam hatiku, dan aku akan hidup
dengan bahagia. Gomawo Oppa ...”
Yura memeluk Sunggyu dan disambut dengan tepuk
tangan semua undangan. Sebuah kejujuran yang mengharukan baru saja mereka
saksikan, walau pernikahan ini batal, tapi ada yang lebih penting dari itu yang
mereka dapatkan, yaitu kejujuran, kasih sayang, dan cinta.
-END-
Sorry for typo - Sorry for typo - Sorry for typo -
Sorry for typo - Sorry for typo
FF nya keren
BalasHapusgamsahamnida @Asma
BalasHapus