Author : Cif Rakay
Tittle : Love is Beautiful
Genre : Roamnce
Length : Oneshot
Rate : 16+
Cast : Jung Yujin(The Ark) |
Jackson(Got7) | Mark(Got7) | James aka Jung Yujun
-
Terkadang, kita mengira
kalau cinta tidak mungkin orang yang selalu didekat kita, tapi membayangkan
orang lain yang datang dari jauh yang menjadi cinta kita. Namun, cinta itu
adalah sesuatu yang tulus dan suci, tidak bisa dipaksakan. Dan cinta akan
memberitahumu dimana dan pada siapa dia akan berlabuh.
-
-
Sebenarnya malam sudah
berakhir, bulan dan rombongan bintang sudah meninggalkan langit dari tadi.
Sekarang, langit dihiasi dengan matahari yang masih belum menampakkan sinar
terangnya dan juga beberapa gumpalan awan putih. Pagi hari yang indah.
Terlihat sedikit
gerakan diranjang, seseorang menggeliat dibawah selimut yang menutupi seluruh
tubuhnya. Ah tidak, tubuh mereka maksudnya.
“Emm .. James?” gumam
seorang yeoja dengan suara serak.
Tidak ada jawaban dari
namja yang dipanggil James itu. Yeoja itu kembali menggeliat dan membuka selimutnya
lalu mendudukkan dirinya menyandar dikepala ranjang.
“James?” yeoja itu
membuka selimut yang menutupi wajah namja disampingnya. “Irreona palli, James!”
Perlahan, kedua mata
sipit James terbuka sayu, dia menatap yeoja yang kemudian tersenyum dihadapannya.
“Saengil chukka hamnida
... James” yeoja yang bernama Yujin itu berteriak dan mengacak rambut pirang
James.
“Stop it!” James
menepis tangan Yujin yang sudah membuat rambutnya semakin berantakan.
“James, aku senang
sudah hidup 19 tahun bersamamu. Saranghae James ...” Yujin kembali tersenyum,
menindih punggung James dan memeluknya sangat erat.
“Menyingkir dari
tubuhku, berat sekali ... ah awas!” James bangun dan melepaskan pelukan Yujin,
lalu menatapnya serius.
“James ... kau tidak
mencintaiku, James?”
“Tentu saja aku sangat
mencintai Noona, kau adalah wanita yang kucintai kedua setelah Eomma. Happy
birthday my beloved sister, I love you ...” dan sekarang, James yang memeluk
Yujin snagat erat.
“Aku beruntung bisa
terlahir denganmu”
“Aku juga beruntung
bisa selalu melihat senyumanmu yang mengerikan, Yujin-ah”
“Ya! Kau menyebalkan
...”
Baru saja mereka saling
memeluk dengan kasih sayang, dan sekarang mereka sudah kembali bertengkar
seperti kucing dan anjing. Saling memukul, mencakar, menggigit, dan lainnya.
Seperti kebiasaan mereka sehari-hari selama 19 tahun ini.
“Hajima!” tiba-tiba
sebuah suara yang sangat mereka kenal dan satu-satunya yang bisa menghentikan
pertengkaran mereka terdengar. “Eomma tidak tahu kapan kalian akan dewasa,
kalian berdua sama saja. Dan kau James, kapan kau berhenti tidur dengan Yujin?”
“Eomma ...” mereka
berdua tersenyum sangat manis menatap Eomma yang sudah berdiri didepan pintu
kamar.
“James, kau itu seorang
pria, dan kalian berdua sudah besar sekarang. Berhentilah tidur bersama, ara?”
“Keundae Eomma, Yujin
adalah kembaranku dan kami tidak bisa terpisahkan”
“Walaupun kalian
kembar, tapi bukan berarti kalian harus terus tidur bersama sampai sebesar ini.
Lagi pula kamarmu hanya lima langkah dari kamar Yujin, kalian tidak akan berpisah”
“Eomma ...” James
menghampiri Eomma dan merajuk.
“Dasar anak manja!”
“Eomma, aku tidak manja
seperti yang Eomma pikirkan”
“Kalau begitu,
berhentilah merengek dan jangan tidur bersama Noona-mu lagi”
“Geuraeso, aku akan
mencobanya”
“Baiklah, anak pintar.
Sekarang, ayo cepat kalian mandi dan kita akan sarapan bersama”
“Eomma, tidak ada
ucapan atau tiup lilin?” Yujin langsung mengejar Eomma yang hendak keluar dari
kamar.
“Tentu saja ada, Eomma
tidak akan melupakan ulang tahun anak kembar Eomma ini. Saengil chukka Yujin
dan James, Eomma mencintai kalian”
“Kami juga ...” Yujin
dan James memeluk Eomma bersamaan.
“Baiklah, cepat kalian
mandi dan kita meniup lilin bersama dengan Appa. Eomma tunggu dimeja makan,
palli ...” Eomma lalu pergi meninggalkan sepasang anak kembarnya.
%%%
Jung Yujin masih
bersabar menunggu, dia masih duduk sembari mengaduk pelan jus jeruknya. Dia
masih punya sedikit kesabaran lagi untuk menunggunya.
“Yujin-sshi ...”
Yujin menoleh kearah
suara yang memanggil namanya, dia tersenyum karena akhirnya orang yang dia
tunggu dari tadi, datang juga.
“Maafkan aku sungguh.
Apa kau menunggu lama?” seorang namja yang bernama Mark itu tersenyum kemudian
duduk didepan Yujin.
“Belum terlalu lama
...”
“Eoh maafkan aku, tadi
tiba-tiba ban mobilku pecah dan sedikit membuat kerepotan”
“Tidak apa-apa, Oppa
masih bisa datang kesini sekarang”
“Ah iya aku lupa, ini
untukmu ..” Mark merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil.
“Seaengil chukka hamnida”
“Gomawo Oppa ...” Yujin
tersenyum lalu mengambil kotak itu. “Boleh aku buka?”
“Silahkan, tapi mungkin
tidak bagus. Aku tidak bisa memberimu sesuatu yang bagus, mian”
“Eoh .. Oppa?” Yujin
semakin mengembangkan senyumannya saat melihat kalau isi kotak kecil itu adalah
sebuah kalung.
“Kau suka?”
“Ne, Oppa. Ini cantik,
bagus sekali. Terima kasih ...”
“Mau aku pakaikan?”
Yujin mengangguk. Mark
beranjak dan memakaikan kalung itu dileher Yujin, mereka tersenyum.
“Oppa, ini bagus sekali.
Bagaimana bisa Oppa bilang ini tidak bagus? Aku menyukainya, gomawo”
“Cheonma. Kalau begitu,
apa kita jadi pergi sekarang?”
“Geurae”
Mereka berdua pergi.
Ini adalah pertama kalinya mereka pergi berdua, karena memang Mark dan Yujin
masih belum terlalu dekat. Mereka tidak sengaja berkenalan beberapa minggu yang
lalu. Tapi sepertinya, mereka akan saling mengenal dengan cepat.
Jam terus berputar,
waktu terus berlalu. Siang sudah hampir berakhir, tinggal menunggu beberapa jam
lagi untuk malam datang membawa bulan dan rombongan bintangnya menghiasi
langit.
Begitu juga dengan
Yujin dan Mark yang sudah menghabiskan banyak waktu bersama. Mereka menonton
film, makan, bermain game, dan jalan-jalan bersama sampai akhirnya mereka
berakhir di depan mall ini.
“Oppa, terima kasih
untuk hari ini”
“Jadi kesan pertama kau
pergi denganku adalah bagus?”
“Ne” Yujin menahan
senyum malunya.
“Kalau begitu, kau
tidak akan menolah jika lain kali aku mengajakmu pergi lagi?”
“Molla, tergantung
bagaima Oppa mengajakku”
“Haha .. kau lucu, aku
suka senyum manismu” Mark sedikit mengacak rambut Yujin, membuat Yujin salang
tingkah dan tidak tahu bagaimana menyembunyikan pipinya yang merona karena
malu.
“Oh iya Oppa, malam ini
aku mengundangmu kepesta ulang tahunku”
“Jigeum?”
“Tidak, pestanya jam
delapan nanti. Oppa akan datang?”
“Eoh maaf Yujin-sshi,
sepertinya aku tidak bisa. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan
malam ini, kau tidak apa-apa?”
“Tidak apa-apa, karena
Oppa sudah membuatku senang hari ini. Gomawo”
“Berhentilah mengatakan
terima kasih, aku tidak sebaik itu”
“Tapi Oppa benar-benar
baik”
“Kau menyukaiku?”
“Eoh?” pertanyaan Mark
berhasil membuat aliran darah Yujin berhenti, dan juga sepertinya jantungnya
ikut berhenti berdetak. Apa maksud
pertanyaan itu? batin Yujin yang masih berusaha menghentikan ketegangan
tubuhnya.
“Aku bercanda” Mark
tertawa dan kembali mengacak rambut Yujin.
“Ah bercanda ... haha”
Yujin tersenyum hambar.
“Yujin-sshi, apa benar
kau dijemput?”
“Ne, aku akan dijemput.
Mungkin sebentar lagi datang, apa Oppa mau pulang duluan?”
“Tidak, tentu saja aku
harus melihatmu sampai jemputanmu datang. Tadinya aku akan mengantarmu pulang”
“Tidak usah, bukankah
Oppa banyak pekerjaan?”
“Ah kau benar, aku lupa”
“Eoh itu ... Oppa, itu
jemputanku sudah datang” Yujin menunjuk sebuah mobil hitam yang berhenti
disebrang jalan.
“Kalau begitu,
pulanglah. Hati-hati dijalan”
“Ne, Oppa juga
hati-hati. Annyeong ..” Yujin tersenyum lalu berlari kecil menghampiri mobil
itu dan akhirnya masuk.
Masih disebrang, Mark
belum beranjak dan masih memperhatikan Yujin. Kedua matanya menatap seorang
namja yang menyetir mobil itu, dan sepertinya Mark tidak suka.
%%%
“Kemana saja kau ini?
Apa kau lupa malam ini adalah pesta kita, atau kau sengaja melupakannya?”
“Aku tidak begitu, aku masih
ingat pestanya. Aku hanya jalan-jalan sebentar”
“Yujin, aku tidak
mengerti ‘sebentar’ dalam jam mu itu berapa lama? Kau pergi dari siang sampai
sore seperti ini”
“Kau kenapa James?
Kenapa marah?” Yujin melirik James yang dari tadi bicara tanpa melihatnya dan
fokus kejalanan.
“Aku tidak marah, hanya
kesal. Kau menyebalkan!” James sedikit manambah kecepatan mobilnya.
“Kenapa aku
menyebalkan?”
“Siapa pria tadi?”
“Dia Mark, teman
Jackson. Kami tidak sengaja bertemu waktu itu, dan akhirnya berkenalan”
“Dan jalan bersama?”
“Dia memberiku hadiah,
ini lihat kalung ini ...” Yujin dengan antusias menunjuk kalung yang
menggantung dilehernya, tapi James masih tidak memperhatikannya.
“Kalian pacaran?”
“Tidak, kami hanya
teman. Yah ... Mark Oppa memang baik, dia menyenangkan ..” Yujin tersenyum
sendiri.
“Kau menyukainya?”
“Apa? Ah tidak, aku
tidak bilang begitu”
“Tapi tingkahmu
menunjukkan kalau kau menyukainya, babo!”
“James, jangan cemburu
seperti itu. Kami hanya teman, dan kau adalah pria yang paling aku cintai kedua
setelah Appa, selamanya”
“Hemm ...”
“Ayolah James, berhenti
bersikap seperti ini. Aku ingin kau menjadi namja baik dan ramah padanya, kau
mengerti James?”
“Entahlah, tapi aku
akan mencobanya untukmu”
“Bagus. Gomawo James
...” Yujin mencubit pipi James yang masih tidak memperhatikannya.
Dan mereka akhirnya
sampai dirumah yang sudah dihias untuk pesta sikembar ini.
“Aigoo. Dari mana saja
kalian ini?” Eomma langsung menyerbu keduanya saat mereka melangkah memasuki
rumah.
“Tanyakan semua itu
pada Yujin” jawab James ketus dan meninggalkan mereka begitu saja.
“Yujin?” Eomma
mengangkat sebelah alisnya menatap Yujin, mengharapkan penjelasan lebih dari
Yujin.
“Maaf Eomma, tadi aku
hanya keluar sebentar. Bertemu teman ... haha” Yujin memberikan senyuman
manisnya untuk sedikit menghindari kemarahan Eomma.
“Bertemu teman yah?”
“Ne Eomma”
“Yah baiklah, karena
hari ini ulang tahunmu maka Eomma tidak akan memberikan hukuman untukmu nona
muda. Sekarang pergi ke kamarmu dan bersiaplah”
“Ne Eomma, gomawo”
“Jangan lupa mandi
dulu!”
“Tentu saja ...” Yujin
tersenyum menang dan berlari menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya. Dan
Eomma, kembali menyiapkan beberapa sentuhan akhir untuk pesta satu jam lagi.
%%%
Tok
tok tok ...
“Yujin? Aku boleh
masuk?” seorang pria yang mengetuk pintu sudah membuka pintunya sebelum
terdengar jawaban dari pertanyaannya tadi.
“Jackson?” Yujin
berhenti memandang dirinya dicermin saat mendengar suara itu, dan dia tersenyum
saat melihat seorang pria sudah berdiri didepan pintu kamarnya sekarang.
“... eoh Yujin-ah ..
ka-kau cantik sekali” pria yang dipanggil Jackson itu tersenyum dan tidak
melepaskan tatapannya dari Yujin yang hanya memakai dress panjang berwarna pink
bermotif bunga.
“Benarkah?”
“Geurae” Jackson
mengangguk seakan takjub melihat Yujin seperti ini.
“Jadi maksudmu, kemarin
aku tidak cantik? Dulu? Tadi pagi? Tadi siang? Aku hanya cantik sekarang?”
“A-anio, bukan itu
maksudku. Sekarang ini, kau terlihat sangat cantik dari kemarin” Jackson
tersenyum malu dan sedikit memijat tengkuknya.
“Baiklah, terima kasih
Jack” Yujin tertawa melihat Jackson seperti itu.
“Yah, tidak apa-apa.
Dan aku kesini karena Jung Ahjumma memanggilmu, pestanya dimulai”
“Baiklah, aku akan
turun bersamamu” Yujin menggandeng tangan Jackson dan merekapun turun kebawah
untuk memulai pestanya.
Orang-orang itu
bernyanyi, lalu sikembar meniup lilin dan memotong kuenya. Mereka berbicara
tentang sikembar yang sudah lebih dewasa dengan umur 19 tahun, dan juga
sikembar yang sebentar lagi akan menghadapi ujian kelulusan untuk menyelesaikan
sekolahnya sebelum memulai kembali di Universitas. Mereka bicara banyak hal dan
berdoa. Setelah itu, musik dimainkan dan dansa dimulai. Pestanya benar-benar
dimulai.
Yujin dan James masih
berdansa mengiringi musiknya sama dengan yang lain, mereka menikmati itu.
“James, kau sudah tidak
marah padaku?”
“Iya, aku memang tidak
marah”
“Oh baiklah”
“Keundae Yujin-ah,
maafkan aku karena tadi. Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu hari ini,
itu saja”
“Aku mengerti James,
tidak apa-apa. Maafkan aku juga”
“Yah baiklah baik,
hentikan mellow seperti ini, menjijikan. Ayo sekarang giliranku” tiba-tiba
Jackson datang dan menarik tangan Yujin untuk beralih berdansa dengannya.
“Hyung!”
“James, aku lihat teman
dari temanmu membawa beberapa yeoja cantik. Lihatlah mereka”
“Ah ya, itu ide bagus”
James tersenyum dan meninggalkan mereka berdua.
“Jack?” Yujin menatap
Jackson yang hanya tersenyum menatapnya.
“Apa? Eoh kalungmu
bagus”
“Terima kasih. Ini
hadiah dari seseorang”
“Seseorang? Nugu? Apa
dia seorang namja? Bukan James?”
“Hanya seorang teman”
“Oh baiklah, walau aku
tidak tahu kau punya teman dekat pria. Aku juga punya sebuah hadiah kecil
untukmu, tapi ...”
“Tapi apa?”
“Aku tidak jadi
memberikannya padamu”
“Kenapa?”
“Aku juga tidak tahu
kenapa aku membeli ini untukmu, tapi aku tidak bermaksud apapun padamu. Nanti
saja aku belikan yang baru untukmu”
“Ya! Mana boleh begitu.
Kalau sudah beli, kau harus memberikannya untukku. Sekarang mana?”
“Maafkan aku, tapi aku
akan memberikannya besok saja. Aku belikan banyak untukmu yah?”
“Jackson!” Yujin
berteriak, dia menghentikan dansanya dan membuat pandangan semua orang tertuju
padanya sekarang.
“Ah haha .. tidak
apa-apa, lanjutkan haha ..” Jackson tersenyum dan membuat semua orang itu
tersenyum juga sebelum kembali mengalihkan pandangan mereka.
“Jackson ... mana
hadiahku?” kali ini Yujin hanya berbisik.
“Sudah kubilang, aku
tidak jadi memberikannya padamu. Lagi pula kau sudah banyak mendapat hadiah
hari ini, sudah lupakan saja hadiahku. Itu hanya hadiah kecil. Besok aku belikan
semua yang kau mau ...”
“Andwae! Aku hanya mau
hadiahmu itu, palli berikan padaku!”
“Tidak bisa!” tiba-tiba
Jackson melepaskan tangan Yujin dan berlari, lari dengan cepat menjauh dari
Yujin.
“Jackson!” Yujin dengan
dress panjangnya juga berlari cepat mengejar Jackson, tetangganya yang sudah
sejak kecil menjadi sahabatnya.
Pengejaran yang
melelahkan, Yujin mengejar Jackson dan melewati banyak kerumunan para tamu. Dan
akhirnya, dengan sekuat tenaga, Yujin berhasil menangkap Jackson dihalaman
belakang rumahnya.
“Mianhae Yujin-ah, tepi
lepaskan aku!”
“Tidak akan sebelum kau
memberikan hadiah ulang tahun itu padaku!”
“Hajima Yujin-ah!”
“Kau ingin aku panggil
James untuk memukuli wajah tampanmu itu?”
“James tidak akan
melakukan itu, dia namja baik, dan yang terpenting adalah ... dia menyukaiku
haha” Jackson tertawa.
“Ayolah Jack, berikan
itu untukku!”
“Ya Jung Yujin! Seperti
inikah sikapmu pada orang yang lebih tua darimu? Tidak sopan”
“Ya! Jackson-ah, palli
...” Yujin menarik Jackson, berusaha menggeledah jas miliknya.
“Hajima!” Jackson
kembali berlari, menarik Yujin, dan mereka terjatuh. Bugh.
Jackson perlahan
membuka matanya dan menatap Yujin yang sekarang ada diatas tubuhnya, dan mereka
bertatapan untuk beberapa detik, dengan perasaan aneh yang belum pernah mereka
rasakan sebelumnya. Jantung keduanya berdetak sangat cepat, bahkan mungkin juga
terdengar sampai kedalam rumah. Haha.
“Jackson, apa yang kau
lakukan?”
“Ani, kau yang
membuatku jatuh dan kau juga yang menindihku”
“Maafkan aku ...”
Jackson membalikan
posisi mereka, dan sekarang Yujin yang berada dibawah tubuh Jackson.
Se-per-sekian detik kemudian, Jackson menjatuhkan bibirnya diatas bibir Yujin.
Pertama kalinya.
Hanya sebuah tempelan
biasa, tanpa pergerakan. Sampai Yujin menutup matanya dan sedikit membuka
bibirnya, membuat tempelan biasa itu menjadi tidak biasa dan berakhir dengan
lumatan. Ciuman.
“Emm .. Ough astaga!”
Keduanya terperangah,
kaget, shock, tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Kesadaran mereka kembali
setelah pagutan bibir itu lepas dan menatap mata bulat dihadapannya. Dengan
cepat, Yujin mendorong Jackson. Mereka bangun dan berdiri.
“... Yu-Yujin-ah
mi-mian__”
Plak
... Dan sebuah tamparan berhasil Yujin daratkan dipipi kiri Jackson, lalu
dengan cepat Yujin berlari meninggalkannya.
“Astaga! Apa yang
kulakukan? Jackson mengacak rambutnya, merutuki apa yang sudah terjadi pada
mereka baru saja.
%%%
“Noona, bisakah kita
mampir dulu ke kampus Jackson Hyung?”
“Untuk apa?”
“Ada sesuatu yang harus
aku ambil darinya”
“Andwae!”
“Noona, ayolah ...
Sebenarnya kau ini kenapa? Apa kalian bertengkar?”
“Siapa yang kau maksud
‘kalian’ itu?”
“Kau dan Jackson, siapa
lagi?”
“Tidak”
“Lalu kenapa seminggu
ini kau menjadi aneh? Jackson Hyung menghilang, dia tidak menemuiku, dia bahkan
tidak kerumah. Dia tidak mengantar dan menjemput kita, dan kau tidak bicara
dengannya. Lalu kalau tidak bertengkar, kalian kenapa?”
“Sudahlah James, kau
harus berhenti mengharapkan dia. Kita bisa berangkat dan pulang dengan sopir,
dan Jackson punya kehidupannya sendiri”
“Yujin?”
“Apa? James, kau bisa
diam tidak?” Yujin mengalihkan pandangannya menuju jalanan diluar sana, dia
menyandarkan kepalanya dikaca mobil. Sementara James hanya menghela nafas
melihat Yujin seperti itu.
Dan karena ciuman
dimalam itu, sekarang, sudah lebih dari seminggu hubungan Yujin dan Jackson
jadi aneh dan berantakan. Mereka tidak bertemu dan tidak saling bicara. Jackson
juga tidak datang kerumah Yujin seperti biasanya, padahal saat biasa Jackson
akan berada disana sampai malam, bahkan kadang juga tidur bersama Yujin dan
James. Hubungan mereka sudah sangat dekat, mereka hidup bersama dari kecil. Dan
mungkin lebih dari sahabat, mereka itu keluarga. Kecuali jika mungkin, ada
perasaan lain dalam hubungan itu.
“Noona ...”
“Apa lagi, James?”
“I’m very hungry” James
mearjuk, menjatuhkan kepalanga dipangkuan Yujin dan mengeluarkan aegyo.
“Lalu kau mau apa?”
“Aku mau makan, tapi
uangku habis. Apa Noona mau menolongku yang kelaparan ini?”
“Hah .. baiklah, dasar
manja!”
“Wow gomawo Yujin!
Kalau begitu kita makan pasta dan eskrim ..” James kembali bangun. “Ahjusshi,
kita berhenti di restoran didepan” James mencondongkan badannya ke jok depan
dan tersenyum melirik paman supir.
“Ne, algaseumnida”
“Gomawo Ahjusshi”
-Singkat cerita- Mereka
sampai direstoran biasa, yang mereka sukai. Yujin, James, dan Jackson menyukai
restoran itu dan sering kesana bersama.
Yujin dan James
berjalan masuk, mengedarkan matanya mencari meja yang kosong. Karena seperti
biasa, restoran pasta itu akan ramai saat siang menjelang sore seperti
sekarang.
“Jung Yujin ...”
tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggil.
Yujin dan James menoleh
kearah suara itu berasal, seorang pria yang melambaikan tangannya dan
tersenyum.
“Mark Oppa ...” Yujin
tersenyum dan langsung menghampirinya.
“Ouh pria itu lagi!”
gumam James yang mengikuti Yujin dari belakang.
“Oppa annyeong. Sedang
apa disini, apa kau sendirian?”
“Eoh aku sedang makan
pasta, kau suka pasta?”
“Geurae, aku sangat
suka pasta disini. Ini restoran kesukaanku”
“Benarkah?”
“Ne, aku dan James
sering kesini”
“James?” Mark melirik
James yang menatapnya sinis dibelakang Yujin.
“Oh ini James, aku dan
James__” Yujin menghentikan perkataannya saat melihat seorang namja yang
matanya fokus melihat layar ponsel, berjalan kearah mereka.
“Hyung, sepertinya aku harus
segera__” dan namja yang bicara itu juga menghentikan perkataannya saat melihat
Yujin. Kedua mata mereka bertabrakan.
“Aku bersama Jackson
...” Mark tersenyum, tapi Yujin dan Jackson hanya diam saling menatap.
“Eoh Hyung, aku senang
kau disini” James tersenyum dan beralih berdiri disamping Jackson.
“Ayo pergi, James!”
tiba-tiba Yujin berlari keluar dari restoran itu begitu saja.
“Yujin!” James hanya
berteriak untuk menghentikan Yujin, dan jelas saja itu tidak berhasil. Yujin
sudha berlari jauh keluar.
Akhirnya tanpa menunggu
detik berikutnya, Jackson yang masih diam itu berlari dengan cepat mengejar
Yujin. Meninggalkan James dan Mark berdua disana.
“Hyung?” James hanya
bergumam melihat Jackson yang begitu cepat berlari mengejar Yujin. “Apa-apaan
ini? Kenapa aku bersama namja ini?” James bergumam pelan lagi.
“Apa kau teman Yujin?”
“Kau pikir aku
temannya? Apa kau tidak tahu aku ini siapa, dan hubunganku dengan Yujin kau
juga tidak tahu?”
“Hey kawan tenanglah,
aku hanya bertanya. Siapa namamu tadi?”
“James” jawab James
ketus dihadapan Mark.
“Aku tidak tahu siapa
kau, jadi bisakah kau katakan saja hubunganmu dengan Yujin?”
“Untuk apa aku bicara
denganmu berdua disini?” James juga akhirnya berlari pergi dari sana, begitu
saja meninggalkan Mark.
“Apa maksud semua ini?”
Mark berdecak kesal lalu mengikuti mereka pergi dari restoran itu, dan tentu
saja setelah membayar bill nya.
-Sementara itu- Yujin
terus berlari sambil sesekali menyeka air matanya yang entah kenapa keluar
disaat seperti ini, dia sebenarnya juga tidak tahu kenapa hubungannya dengan
Jackson jadi seperti ini hanya karena sebuah ciuman. Padahal, selama ini mereka
baik-baik saja bahkan setelah mandi bersama, tidur bersama, dan hampir
bersama-sama melakukan apapun. Sejak mereka kecil, dan kadang sampai sekarang.
“Yujin-ah berhenti ...
Yujin-ah ...” Jackson semakin memperepat langkah kedua kakinya mengejar Yujin.
“Pergilah ...”
“Yujin-ah ... Jung
Yujin!” dan akhirnya Jackson berhasil menarik sebelah tangan Yujin,
menghentikannya.
Yujin hanya menunduk menghindari
tatapan Jackson, mereka masih diam karena nafas yang masih menderu setelah lari
tadi.
“Yujin-ah mianhae. Jika
itu karena aku, aku minta maaf padamu. Aku mohon jangan menghindar lagi dariku
...”
“Lepaskan!” Yujin
menarik tangannya dari genggaman tangan Jackson dan berusaha menghindarinya
lagi.
“Sebenarnya kau kenapa?
Terus meghindariku dan tidak bicara apapun padaku, apa kau marah karena ciuman
itu? Jung Yujin ...”
“Kenapa? Kenapa kau
menciumku?”
Jackson sedikit terdiam
saat Yujin tiba-tiba berbalik dan menatap matanya, dengan pertanyaan tentang
ciuman itu, entah kenapa Jackson merasa kalau jantungnya terlalu cepat berdetak
sekarang.
“Yujin-ah, mianhae ...”
“Kenapa denganmu?”
“Aku tidak bermaksud
untuk melakukan itu padamu, malam itu aku hanya ... aku terbawa suasana.
Maafkan aku, kumohon”
“Michiseo? Apa kau
pikir itu anya sebuah ciuman? Yah, mungkin itu hanya sebuah ciuman tak berarti
untuk seorang pria sepertimu, tapi itu berarti bagiku. Aku seorang perempuan,
apa seperti itu kau memperlakukanku?”
“Apa maksudmu?”
“Dengar, aku tidak
ingin melihat wajahmu lagi. Jadi jangan mencariku!” Yujin akhirnya bisa
melepaskan tangannya dari genggaman Jackson yang sudah melonggar.
Jackson terdiam, dia
tidak mengerti apa yang dikatakan Yujin. Memangnya apa? Jackson hanya berdiri
melihat Yujin terus berlali menjauh darinya.
“Hyung!”
Jackson melirik
kebelakang, melihat James yang datang dengan mobil yang mengikuti
dibelakangnya.
“Hai James ...” jawab
Jackson hambar.
“Yujin kenapa? Apa dia
masih marah padamu, hey sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua? Aku
tidak pernah melihatnya marah lebih dari dua jam, tapi ini sudah seminggu lebih
mungkin”
“Itu salahku”
“Apa yang Hyung lakukan
padanya?”
“Tidak apa-apa, itu
masalahku”
“Ayolah Hyung, memang
kalian berdua yang bertengkar, tapi aku juga yang mendapat imbasnya. Hyung
tidak datang kerumah dan mengerjakan tugasku, itu merepotkan”
“Baiklah, maafkan aku.
Kau datang saja kerumahku jika ada tugas”
“Baiklah. Tapi apa kau
tidak mengejar Yujin lagi?”
“Sepertinya dia sangat
marah padaku, itu memang salahku. Mungkin aku sudah membuatnya kehilangan
sesuatu, jadi dia pantas tidak me-maafkanku”
“Ah astaga. Aku tidak
mengerti kalian berdua, aku pulang saja”
“Eoh kau dengan supir,
aku juga bawa mobil. Sekarang cepat kejar kakakmu, dia pasti sudah lelah
berlari”
“Geurae. Nanti aku
kerumahmu”
“Baiklah” Jackson
tersenyum menepuk pundak James sebelum dia masuk kedalam mobilnya dan pergi.
“Jackson ...” panggil
seseorang lagi.
“Hyung?” Jackson
menghampiri Mark yang dia lupakan karena Yujin dan masalah ini.
“Apa ada masalah?”
“Tidak ada. Hyung
mianhae, aku tadi melupakanmu. Apa kau sudah makan?”
“Aish. Kau baru ingat
aku?”
“Maaf Hyung ...”
“Sudahlah, aku tidak
jadi makan. Kita pulang saja ...”
“Baiklah, lain kali aku
traktir sesuatu yang lebih enak untukmu. Mian Hyung” Jackson berusaha tersenyum
dihadapan Sunbae-nya di universitas, sunbae yang setahun lebih tua darinya dan
sekaligus teman dekatnya disana.
%%%
Yujin berlari menaiki
tangga, masih sambil menangis. Dan Eomma hanya melihatnya, lalu menangkap James
untuk dimintai keterangan tentang itu.
“Bukan karena aku,
Eomma” James langsung mengeluarkan pembelaan karena sudah mengerti dengan
maksud dari tatapan tajam Eomma.
“Lalu kenapa dia
menangis?”
“Ne, baiklah. Noona bertengkar
denganku, aku memintanya membelikan pasta dan eskrim”
“Jinjja? Tapi Yujin
tidak pernah menangis jika bertengkar denganmu”
“Noona bertengkar
dengan Jackson Hyung”
“Jackson? Tapi Yujin
juga tidak pernah menangis karena Jackson”
“Ough Eomma, tadi Noona
jatuh disekolah”
“Jatuh? Benarkah dia
jatuh sampai menangis?”
“Maaf Eomma, aku tidak
tahu kenapa dia menangis. Dia sedang bertengkar dengan Jackson, dan aku tidak
tahu kenapa. Jadi tanyakan saja padanya jika ingin tahu”
“Benar Yujin bertengkar
dengan Jackson?”
“Molla Eomma, nan
molla. Aku lapar sekali, Appa ada?”
“Appa belum pulang”
“Baiklah, aku akan
minta pizza padanya ...” James berjalan melepas sepatunya, tas sekolahnya, kaos
kakinya disepanjang anak tangga menuju kamarnya. Dan itu kebiasaannya.
“Ya! Dasar anak manja!”
Eomma sedikit berteriak, tapi akhirnya membereskan barang-barang James juga.
Dikamar, Yujin akhirnya
berhenti menangis setelah merebahkan dirinya diatas ranjang. Dia menatap
langit-langit kamarnya yang penuh tempelan bintang milik James. Dia ingat saat
James dan Jackson menempelkan bintang itu dikamarnya.
Sebenarnya, Yujin hanya
kaget dengan ciuman itu. Dia tidak mengira kalau Jackson, yang selama ini hidup
dengannya bahkan juga sesekali tidur dengannya, akan mengambil ciuman pertamanya
begitu saja. Dan Yujin tidak suka itu. Walaupun perasaannya pada Jackson lebih
dari seorang teman, lebih dari sahabat, lebih dari keluarga, dan bahkan Yujin
sendiri tidak tahu apa perasaannya pada Jackson, tapi dia tetap tidak suka
dengan kejadian itu. Ciuman pertama sangat penting untuknya.
Dering ponsel disaku
roknya membuyarkan semua lamunan Yujin, dia menghela nafas dan mengambil
ponselnya. Melihat nama Mark yang muncul dilayar ponselnya, telfon dari Mark.
“Yeoboseyo
...”
Yujin kembali tersenyum
setelah beberapa menit bicara dengan Mark disebrang sana, sampai dia berhenti
dan mengganti bajunya lalu pergi.
“Ouh, mau kemana
Noona?” James yang bertelanjang dada dan sedang mengunyah apel itu menahan
jalan Yujin dianak tangga terakhir.
“James, pakai bajumu.
Apa kau mau pamer abs atau mau masuk angin?”
“Baiklah, aku akan
pakai bajuku. Tapi kau mau kemana?”
“Aku mau pergi keluar
sebentar”
“Boleh aku ikut?”
“Andwae! Aku bersama
temanku, kau makan saja disini”
“Ah kau menyebalkan!”
James sedikit mendorong Yujin sebelum dia menaiki anak tangga dan masuk
kekamarnya.
%%%
Dan waktu terus
berjalan, hari demi hari terus berlalu. Hubungan Jung Yujin dan Mark semakin
baik dan dekat, mereka memang hanya teman, tapi teman yang mempunyai perasaan
lebih dari teman, mungkin.
Sementara hubungan
Yujin dan Jackson, semakin meghilang. Tidak ada lagi pemicaraan, pertemuan,
bahkan tatapan mata antara mereka. Yujin masih sibuk menyalahkan Jackson atas
ciuman itu, walaupun sebenarnya disana bukan hanya salah Jackson, tapi Yujin tetap
bersikeras menyalahkan Jackson.
-dum-
“Noona ...”
“Iya James?”
James kembali menghela
nafas untuk yang kesekian kalinya, dia dan Yujin masih berbaring bersama dan
menatap bintang-bintang dilangit-langit kamar Yujin, sejak puluhan menit lalu
setelah Yujin pulang.
“Aku lelah Noona,
melihat kau dan Jackson terus seperti ini. Apa tidak bisa jika kalian berbaikan
saja?”
“Maaf James, aku tidak
tahu”
“Kalau begitu,
berhentilah pergi bersama Mark. Jangan tersenyum lagi padanya ...”
“Kenapa?” Yujin melirik
James disebelahnya.
“Kau tahu Noona, hanya
namja yang bisa menilai namja lain dengan sangat baik. Dan aku tidak suka
padanya, menurutku Mark itu tidak baik untukmu”
“Kenapa begitu?”
“Kau tidak melihat
tatapannya saat melihatku waktu itu? Sepertinya dia tidak menyukaiku”
“Jangan begitu James,
kau tidak boleh menilai orang hanya dari tampilannya. Dan kau juga tidak boleh
berprasangka buruk dengan hanya mengandalkan kata ‘sepertinya’, kau mengerti
James?” Yujin mengusap-usap rambut pirang James.
“Apa kau merindukan
Jackson Hyung?” James berbalik menghadap Yujin.
Yujin hanya tersenyum
kecil menatap James, dia berbalik dan kembali menatap ke atas. Yujin menghela
nafas panjang, memikirkan jawaban dari pertanyaan James. Yang mungkin
sebenarnya jawaban itu tidak perlu dia pikirkan, hatinya sudah mempunyai
jawaban itu.
Yujin merindukan
Jackson. Yah, dia sangat merindukannya. Tiga belas hari tidak menatap matanya,
tidak menghirup aroma tubuhnya, tidak mendengar suaranya, dan tidak bicara
padanya sangat membuat Yujin tersiksa. Sejak kecil mereka bersama dan tidak
pernah berpisah, tapi sekarang hanya karena ciuman itu mereka tidak bertemu
selama tiga belas hari.
“Aku sangat
merindukannya ...”
“Wow. Benarkah itu?”
James tersenyum dan bergerak keatas Yujin. Tidak, tidak seperti apa yang kalian
bayangkan. Mereka hanya kakak-adik.
“Menyingkir James!”
Yujin langsung mendorong James menjauh darinya.
“Ough Yujin! Aku tidak
tahan lagi, kau sudah gila. Kalau kau memang merindukan Hyung, lalu kenapa kau
tidak pergi padanya dan tersenyum. Jangan menyiksa dirimu sendiri, Noona”
“James aku tidak tahu
...” Yujin memeluk James dan bersembunyi didadanya, dan mulai terdengar
isakkan-isakan pelan darinya.
“Kau menangis? Hey
Yujin ... waeyo?”
Tapi tidak ada jawaban
dari Yujin, dia benar-benar menangis. Dan itu karena Jackson, lagi. Sebenarnya
hubungan mereka tidak bisa dimengerti.
%%%
Jackson masih
mengaduk-ngaduk mie nya dan sesekali dia meniupnya, sepertinya tidak ada
sedikitpun niatan untuk Jackson memakan mie itu.
“Aku sudah kenyang, mie
ini tidak enak dan terlalu pedas”
“Tapi kau sudah
menghabiskannya, babo Hyung!”
“Kau tidak mau makan
mie itu?” Hoseok meminggirkan mangkuk mie miliknya dan menatap Jackson yang
masih tidak bersemangat makan.
“Hyung, aku tidak tahu
...”
“Wae?” Hoseok meneguk
minumannya dan mengilangkan kedua tangannya didada sebelum mendengarkan cerita
Jackson lebih lanjut.
“Kukira ini tidak akan
lama, tapi sepertinya dia benar-benar marah padaku. Aku mungkin sudah sangat
menyebalkan”
“Siapa yeoja yang kau
maksud itu?”
“Menurutmu, kenapa
yeoja marah setelah ciuman?”
“Oh ciuman. Apa kau
mencium seseorang dikampus?”
“Aku tidak tahu kenapa
dia begitu marah padaku, dan aku juga tidak tahu kenapa aku menciumnya. Babo.
Ah payah ...”
“Jika yeoja marah
setelah ciuman, hanya ada dua alasan. Pertama, dia tidak menyukaimu. dan kedua,
dia menyukaimu”
“Apa itu, aku tidak
mengerti?”
“Jika dia menyukaimu,
maka dia marah karena kau menciumnya tiba-tiba dan membuat jantungnya berdebar
kencang. Dan jika dia membencimu, maka dia juga akan marah karena memang dia
tidak mau dicium oleh pria yang tidak dicintainya. Kau mengerti?”
“Yah ... dan jawabannya
pasti dia membenciku”
“Hey teman, kau mau
memakan mie ini atau tidak?”
“Baiklah, ini untukmu
Jung Hoseok” Jackseon memberikan mangkuk yang masih penuh dengan mie itu pada
Hoseok.
“Nah begitu, bukan dari
tadi saja kau berikan padaku” Hoseok dengan semangat mengambil mangkuk itu dan
melahap mie barunya.
“Lalu apa yang harus
aku lakukan?” Jackson menghela nafasnya. Dia memikirkan Yujin, dia sangat
merindukan Yujin yang selalu menyuruhnya ini dan itu, yang selalu berteriak dan
memarahinya, yang selalu tertawa bersamanya, yang selalu memeluknya, yang
selalu dihatinya.
“Ouh tidak ...”
“Mwo? Wae?” Hoseok
menghentikan aktivitasnya melahap mie itu dan menatap Jackson yang tiba-tiba
berteriak.
“Aku tidak boleh
seperti ini dan memberi tahu orang lain tentang ini, cukup hanya aku dan Tuhan
yang tahu tentang ini”
“Sebenarnya apa
maksudmu?”
“Tidak. Makan saja yang
benar, aku yang akan membayarnya. Aku pergi dulu ...” Jackson mengeluarkan
beberapa lembar uang dari dompetnya lalu pergi meninggalkan Hoseok yang masih
sibuk menghabiskan mie-nya.
%%%
Jung Yujin masing
mengembangkan senyuman kecil diwajahnya, walalupun sebenarnya dia tidak
menikmati suasana ini, tapi dia berusaha untuk tidak membuat Mark kecewa.
Mereka masih duduk di
kursi taman itu, melihat beberapa kembang api yang masih bermunculan dan
menghias langit malam tanpa bintang itu. Yah, Mark sengaja menyiapkan kembang
api untuk Yujin.
“Eottae? Kau suka?”
“Ne, gomawo Oppa” Yujin
mengangguk dan kembali tersenyum melirik Mark disampingnya.
“Yujin-sshi, bolehkah
aku mengatakan sesuatu padamu?”
“Mwonde?”
“Sejak kita bertemu,
kau selalu tersenyum padaku, dan aku menyukai semua senyuman manismu.
Yujin-sshi, sepertinya aku menyukaimu ...”
“Mwo?” Yujin hanya
menatap Mark yang terseyum dihadapannya, dia tidak tahu apakah ini sebuah
penyataan cinta atau hanya sekedar perkataan biasa.
“Kau menyukaiku?”
“Ne?”
“Aku berharap kalau kau
bisa menjawab ‘iya’ dan menjadi pacarku, bagaimana Yujin?”
Yujin benar-benar tidak
bisa berkata apapun, rasanya ini hanya mimpi yang akan terlupakan saat dia
membuka mata dipagi hari. Tapi sayangnya Mark terus tersenyum dihadapannya, dan
berarti ini adalah nyata, bukan mimpi.
Yujin tidak juga
menjawab atau mengatakan sepatah katapun, hanya diam dan menatap Mark. Beberapa
detik sudah berlalu sejak itu, sudah tidak ada lagi kembang api yang meluncur
kelangit dan mekar. Seolah lelah menunggu jawaban Yujin, perlahan Mark
memperpendek jarak antara mereka. Mendekat dan akhirnya menjatuhkan bibirnya
diatas bibir Yujin. Hanya menempel dan diam, tidak ada pergerakan.
Hanya tiga detik, dan
Yujin mendorong Mark menjauh darinya. Menghentikan pertemuan bibir mereka. Mark
membuka matanya dan menatap Yujin, kembali menanti jawaban dari pertanyaannya
tadi.
“... Oppa, aku juga
menyukaimu. Kau selalu baik padaku.
Keundae ...” Yujin menggantung perkataannya, membuat Mark mengernyitkan
alisnya dan menanti.
“Tapi apa?”
“Bi-bisakah kau
memberiku waktu untuk menjawabnya?”
“Waktu?”
“Mianhae Oppa. Tapi aku
harus meyakinkan hatiku kalau aku memang benar mencintaimu, aku tidak ingin
meyakitimu hanya karena hatiku yang salah memilih. Jadi aku mohon beri aku
sedikit waktu untuk menentukannya, mian Oppa”
“Baiklah, aku akan
menunggu jawabanmu. Tidak usah terlalu cepat ...” Mark tersenyum hambar. Dan
mereka kembali menatap langit kosong tanpa bintang dan bulan.
Untuk beberapa menit,
mereka hanya diam. Apa yang terjadi membuat mereka canggung, ini sedikit
memalukan.
“Oppa, sepertinya aku
harus pulang”
“Ne, baiklah. Ayo aku
antar”
Mereka beranjak dan
meninggalkan taman itu. Mungkin untuk Mark, malam ini bukan malam yang
menyenangkan karena usahanya tidak membuahkan hasil.
-dum-
Yujin membuka pintu
rumahnya setelah melambai dan tersenyum mengiringi kepergian Mark (alah kaya
yang mati ya kesannya), lalu dia berjalan menaiki anak tangga dan menuju
kamarnya.
Yujin membuka pintu
kamarnya pelan, entah kenapa dia jadi tidak bersemangat karena Mark tadi.
Perkataan yang ternyata sebuah pernyataan cinta itu membuat hati Yujin dilema,
antara ‘ya’ dan ‘tidak’ untuk jawabannya.
“Dari mana Yujin?”
“James, kau harus
memanggilku Noona jika tidak ingin dimarahi Eomma ...” Yujin berjalan menghampiri
sofa disudut kamarnya.
“Apa Noona membawa
sesuatu untukku? Pizza misalnya?” James yang sedang berbaring diantara
buku-buku diranjang Yujin itu menatap pergerakan Yujin.
“Tidak James, aku tidak
membawa .... Oh, itu buku Jackson ....” saat melihat James bersama buku-buku
disekitarnya, Yujin langsung bersemangat untuk bangun dan menghampiri James.
Kedua matanya tertuju pada sebuah novel Jepang terjemahan.
“Yujin?”
“Ini milik Jack, apa
dia datang kesini?” Yujin mengambil buku itu antusias.
“Geurae, itu milik
Hyung”
“Apa tadi dia datang
kesini?”
“Anio, aku membawa ini
dari kamarnya tadi”
“Dari kamarnya? Kenapa
kau kesana?”
“Aish .. kau
menyebalkan! Masih tidak sadar juga kalau karena pertengkaranmu dengan Jackson
Hyung, aku jadi tidak bisa mengerjakan tugasku sekolahku dengan baik. Dan
akhirnya aku yang datang kerumahnya”
“Lalu kenapa kau malah
mengambil novel? Kau tidak bisa membaca buku, apalagi novel tebal ini”
“Aku hanya ingin
melihatnya, cover novel itu bagus. Memangnya tidak boleh?”
“Ouh, kukira Jackson
datang kesini. Bagaimana kabarnya?” Yujin kembali menjatuhkan tubunnya disofa
biru itu.
“Entahlah, sepertinya
dia sedang sibuk. Atau mungkin dia sedang pacaran dengan yeoja lain”
“Mwo? Sejak kapan
Jackson punya pacar? Namja gila itu tidak pernah meresmikan hubungannya dengan
yeoja, dia tidak pernah pacaran. Hubungannya dengan yeoja tidak lebih dari
bermesraan ... apa benar dia punya pacar?”
“Molla nan molla. Tanya
sendiri padanya”
“Ouh .. Jakson tidak
mungkin punya pacar ...” Yujin mendadak frustasi dengan itu, bayangan-bayangan
gila yang dia fikirkan membuatnya kacau.
%%%
Yujin perlahan berjalan
menuju dapur, memperhatikan Eomma yang terlihat linglung mencari sesuatu atau
seseorang, entahlah, ini masih pagi untuk ikut pusing seperti Eomma.
“Eomma, bisakah
berhenti berjalan kesana kemari?”
“Ouh kau sudah bangun
Yujin-ah, bisakah kau bantu Eomma mencari tutup pancinya?”
“Tutup panci seperti
apa?” Yujin berjalan menghampiri meja makan yang sudah tersedia beberapa
masakan untuk sarapan hari minggu cerah ini.
“Tutup panci berwarna
merah, kau tahu?”
“Apa seperti tutup
panci yang sekarang Eomma pegang?”
“Mwo?” Eomma berhenti
berjalan dan menatap Yujin, kemudian kedua matanya melihat tangan kirinya yang
memang memegang sebuah tutup panci.
“Itu tutup pancinya”
“Aigoo. Sepertinya
Eomma benar-benar sudah tua, mungin kau harus segera menikah Yujin-ah. Suamimu
akan menjagamu nanti setelah Eomma tidak ada”
“Astaga Eomma. Dari
tutup panci kenapa jadi suami dan pernikahan?”
“Ah baiklah, ini ...”
Eomma menaruh tutup panci itu diatas pancinya yang didalamnya ada sup ayam
gingseng. “Antarkan ini kerumah Jackson sekarang”
“Mwo?”
“Kenapa? Cepat antarkan
ini, Eomma sudah janji akan membuatkan mereka sup ayam gingseng ini. Jadi cepat
antarkan”
“Kenapa harus aku?”
“Lalu siapa lagi? Appa
masih tidur, dan Eomma harus menyiapkan sarapan”
“Aku tidak mau kerumah
Jackson, kenapa tidak James saja?”
“James sudah pergi”
“Pergi kemana anak
itu?”
“Katanya dia lari pagi,
inikan hari minggu. Sudahlah cepat antarkan saja” Eomma memberikan panci kecil
itu pada Yujin.
“Andwae! Tunggu James
pulang saja ...”
“Ya! Babo. Kalau
menunggu James, sup ini nanti dingin. Tidak enak jika dingin, jadi ayo cepat
antarkan!”
“Eomma ... aku tidak
mau kerumah Jackson”
“Wae? Biasanya kau
selalu ingin kesana jika Ayahnya tidak marah”
“Aku hanya tidak ingin
saja Eomma ... aku tidak mau” Yujin terus menghindar dari Eomma yang terus saja
memberikan panci itu padanya.
“Eomma tidak menerima
penolakkan, jadi cepat antarkan sebelum Eomma marah! Palli ..”
Dan akhirnya, tidak ada
celah untuk Yujin menghindar dari tugas yang berat ini. Terpaksa, dia harus
kerumah Jackson dan bertemu dengannya. Dan itu mungkin akan menyebalkan,
mengingat hubungan mereka masih belum membaik dua minggu ini.
Yujin masih berdiri
didepan pintu rumah Jackson, menunggu seseorang membukkan pintu untuknya.
Berharap langsung bertemu dengan Ny.Hong dan memberikan panci sup ayam itu lalu
dengan cepat pergi, lebih baik tidak bertemu dengan Jackson daripada bertemu
dan hanya diam. Memalukan.
“Yujin? Kenapa tidak
masuk, tumben sekali kau menunggu diluar”
Akhirnya pintu terbuka
dan harapan Yujin terkabul, karena yang membuka pintu adalah Ny.Hong langsung.
Menyambutnya dengan senyuman hangat, seperti biasanya.
“Mian Ahjumma, aku
hanya mengantarkan ini dari Eomma”
“Eoh ini pasti sup ayam
gingseng kan?”
“Ne, silahkan” Yujin
memberikan panci itu pada Ny.Hong yang langsung senang menerimaya.
“Katakan pada Eomma,
kalau kami akan sangat menikmatinya. Gomawo Yujin-ah”
“Geurae. Kalau begitu
aku pulang dulu”
“Eh tunggu, kenapa
pulang? Kau tidak mau ikut sarapan dengan kami?”
“Tidak usah Ahjumma,
aku akan sarapan dirumah saja”
“Tidak sarapan juga
tidak apa-apa, tapi masuk saja dulu. Kenapa jadi aneh begitu?”
“Mian Ahjumma,
sebenarnya aku sedang banyak tugas dirumah”
“Baiklah, tapi kau
harus masuk dulu sebentar. Aku baru membuat kue, dan kau ambil untuk James yah
... ayo kemarilah”
Dan akhirnya, dengan
terpaksa juga, Yujin masuk kedalam rumah yang dia hindari itu. Yujin terus
melihat sekeliling, memastikan kalau dia tidak akan bertemu dengan Jackson.
“Yujin-ah, tunggu
sebentar, akan kusiapkan”
“Ne” Yujin berusaha
duduk tenang disofa, walaupun ketakutan jika bertemu Jackson masih menekan
tenggorokannya.
“Oh Yujin-ah, kau
disini?”
Tiba-tiba sebuah suara
mengagetkan Yujin. Dan untung saja itu bukan Jackson, hanya Tn.Wang yang datang
sambil membawa koran dan secangkir kopi.
“Ne, annyeong Ahjusshi”
“Sudah lama kau tidak
kesini, apa kau sibuk belajar untuk ujianmu?” Tn.Wang duduk didepan Yujin.
“Bukankah Ahjusshi
selalu marah jika aku kesini?”
“Haha ... kau ini, itu
jika tengah malam kau masih dikamar Jackson. Tidak baik anak perempuan bersama
dengan laki-laki sampai tengah malam, walaupun rumahmu hanya disamping”
“Ah geurae ...” Yujin
tersenyum, berusaha sedikit menghilangkan ketakutannya.
“Ujianmu sudah dekat,
kau harus rajin belajar untuk kelulusanmu. Bagaimana dengan James?”
“James baik-baik saja,
dia tidak terlalu buruk untuk ujian itu”
“Baguslah. Aku berharap
kalian berudua bisa lulus dengan nilai bagus, lalu kau masuk universitas yang
sama dengan Jackson”
“Ne, gomawo Ahjusshi”
“Eoh aku lupa,
ponselku. Tadi aku akan mengambil ponselku ...” Tn.Wang meraba-raba saku celana
dan bajunya. “Emm Yujin, bisa kau bantu aku?”
“Mencari ponsel?”
“Tidak, ponselku
sebenarnya dikamar Jackson. Bisa kau ambilkan? Saat sudah tua, kaki ini rasanya
malas untuk naik tangga”
“Ne, baiklah” Yujin
beranjak, terpaksa kekamar Jackson untuk mengambil ponsel Tn.Wang. Karena tidak
mungkin jika dia menolak permintaannya, yang ada dia nanti dimarahi lagi.
Perlahan Yujin membuka
pintu kamar Jackson, mengintip kedalam, mencari sang pemilik kamar yang dari
tadi dia takutkan. Tapi kamarnya rapi, dan tidak ada Jackson disana. Yujin
terus berjalan sampai didepan ranjang, melihat sekeliling. Jackson benar-benar
tidak ada.
“Chogiyeo, diaman
Jackson?” Yujin keluar dari kamar dan bertanya pada seorang pelayan yang baru
saja menginjakkan kakinya dianak tangga yang terakhir. Baru sampai diatas
maksudnya.
“Tuan muda tadi pergi
lari pagi bersama adik Anda”
“Lari pagi dengan
James?”
“Ne”
“Emm baiklah, terima
kasih”
“Kalau begitu saya
permisi” pelayan itu pergi, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Setelah yakin kalau
Jackson tidak ada, Yujin kembali lagi kedalam kamarnya mencari ponsel Tn.Wang.
Tapi kedua mata Yujin menangkap sesuatu, sebuah kotak kecil diatas meja. Yujin menahan penasarannya
untuk melihat, tapi tidak bisa dan akhirnya melihatnya juga.
Perlahan tangan Yujin
membuka kotak kecil berwarna merah tua itu, melihat sebuah cincin bermata
berlian kecil yang rasanya pernah dia lihat.
“Bukankah ini cincin
yang ...”
Cincin itu adalah
cincin yang Yujin inginkan. Dulu, Yujin pernah berkata kalau dia menginginkan
cincin seperti itu untuk pernikahannya. Dan hanya pada Jackson dia
mengatakannya.
“Apa benar Jackson mempunyai
pacar? Ah tidak mungkin ...” Yujin dengan cepat menutup kembali kotak itu dan
sedikit melemparnya kemeja, dan sesuatu terjatuh. Sebuah kertas kecil. Yujin
kembali penasaran untuk melihat kertas yang pasti berisi sebuah pesan.
Maafkan
aku, sebenarnya aku tidak tahu kenapa memberimu cincin ini. Aku hanya mencoba
mengatakan padamu kalau sebenarnya aku mencintaimu, Jung Yujin.
“Yujin?”
Kedua mata Yujin masih
membulat karena membaca tulisan kecil dikertas itu, dan sekarang Yujin semakin
membulatkan matanya menatap Jackson yang sudah berdiri dibelakangnya.
“Se-sedang apa kau
disini?”
“Jackson-ah, apa itu
milikmu?”
Walau Yujin tidak
menunjuk yang dia maksud, tapi mata Jackson langsung tertuju pada kotak kecil
itu.
“Yujin-ah, apa yang kau
lakukan disini?”
“Apa itu sebenarnya
untukku? Jawab aku Jackson”
“Yujin-ah ... itu hanya
..”
“Wae? Kenapa kau tidak
menjawab, jadi benar itu untukku?”
“Maafkan aku,
sebenarnya itu hadiah ulang tahunmu ...”
“Apa kau menyukaiku?
Kau mencintaiku?”
“... Yu-Yujin-ah ...
itu sebenarnya tidak benar, aku hanya ...”
“Jadi kau tidak
menyukaiku? Tidak mencintaiku?”
“Mianhae ...”
Yujin tanpa babibu
langsung berlari keluar dari kamar, meninggalkan Jackson yang merutuki dirinya
karena situasi ini. Benar-benar.
“Yujin-ah ini kuenya
... kau menangis?” Ny.Wang melihat Yujin berlari menuruni tangga dengan tetesan
air mata.
“Aku harus pergi” hanya
itu yang Yujin ucapkan sebelum dia benar-benar pergi dari rumah itu.
“Kenapa Yujin?” Ny.Wang
hanya bertatapan dengan Tn.Wang yang sama-sama tidak mengerti apa yang terjadi.
%%%
“Ough babo! Aku
benar-benar payah! Bahkan aku tidak bisa berlari mengejarnya dan mengatakan
apapun ...” Jackson kembali menghempaskan bola basketnya.
“Kau itu laki-laki atau
bukan? Kenapa payah seperti itu ...” Hoseok hanya berdiri melihat Jackson yang
sudah satu jam gila dengan bola basketnya.
“Aku tidak tahu
perasaannya, aku tidak tahu harus bagaimana. Terlalu banyak ketakutan yang aku
miliki ...”
“Ah dasar payah!”
“Hey kalian ...”
tiba-tiba Mark datang dengan senyumannya.
“Oh hyung, kau selesai
dengan kelasmu?” Hoseok tersenyum lalu menjabat tangan Mark dan beradu dada,
seperti namja lain.
“Yah, pelajaran yang
melelahkan. Sedang apa kalian disini?”
“Aku hanya menunggu si payah
itu bermain basket”
“Jackson maksudmu?”
“Siapa lagi”
“Kenapa dia?” Mark
mengalihkan pandangannya pada Jackson yang masih berdiri memegangi bolanya
dibawah ring.
“Oh Hyung, annyeong”
Jackson sedikit berlari menghampiri Mark yang baru dia lihat dari tadi.
“Gwaenchana?”
“Ani”
“Baiklah, biar
kuceritakan sebuah cerita bahagia. Karena akhirnya aku menyatakan perasaanku
padanya ...”
“Nugu?” Hoseok langsung
mengernyitkan alisnya menatap Mark.
“Lalu apa jawabannya?”
Jackson mengambil botol minuamnya dan meneguk air didalamnya.
“Dia tidak menjawab
‘iya’ ataupun ‘tidak’, katanya dia butuh waktu untuk itu”
“Ah berarti dia
meragukanmu, Hyung” dengan polosnya Hoseok mengatakan itu.
“Hyung, beberapa hari
ini kau selalu saja menceritakan yeoja itu. Apa aku boleh tahu siapa dia?”
Jackson menepuk pelan pundak Mark.
“Geurae, sepertinya aku
bertemu orang yang tepat. Kau pasti bisa membantuku, karena kau mengenalnya”
“Aku mengenalnya?”
“Dia temanmu, Jung
Yujin”
Jackson menghela nafas,
dia sepertinya akan benar-benar gila, atau mungkin tidak. Mark menyukai Yujin,
dan itu sangat menyebalkan.
“Yujin? Apa benar Hyung
menyukai Yujin?” Hoseok kembali bertanya memastikan kalau yeoja yang dimaksud
benar-benar Jung Yujin.
“Geurae. Kami sudah
semakin dekat, dan aku hanya tinggal menunggu jawaban ‘ya’ darinya nanti,
secepatnya” Mark sedikit tersenyum membayangkan itu.
“Chukka” Jackson hanya
tersenyum hambar, dan entah kenapa dia mengucapkan kata itu.
“Jack, bisa kau
ceritakan padaku siapa James yang selalu dibicarakan Yujin?”
“James? Bukankah Hyung
sudah pernah bertemu dengannya?”
“Aku lupa”
“Hyung, Jung Yujin itu
kembar. Apa kau tidak tahu?” Hoseok sedikit emosi.
“Kembar?”
“Jung Yujin dan Jung
Yujun adalah saudara kembar non identik”
“Jinjja? Aku baru tahu
kalau Yujin punya kembaran, apa Jung Yujun itu namja?”
“Hyung, Jung Yujun itu
adalah James. Dia itu adiknya yang lahir lima menit setelahnya” Hoseok menahan emosinya untuk menjelaskan
ini, sementara Jackson hanya diam.
“Lalu kenapa Yujun
dipanggil James?”
“Dulu Yujin dan
keluarganya sempat tinggal di New York beberapa bulan, dan Yujun dipanggil
James setelah mereka kembali ke sini. Sampai sekarangpun, Yujin dan keluarganya
masih memanggil Yujun dengan nama James. Tidak banyak orang yang tahu, orang
lain masih memanggil Yujun, nama aslinya” akhirnya Jackson membuka suaranya
memberi sedikit penjelasan.
“Ini sedikit
membingungkan, tapi tidak masalah. Aku hanya perlu memikirkan Yujin, bukan
James”
“Mian, sepertinya aku
harus pulang” Jackson mengambil tasnya.
“Kenapa pulang? Lalu
bagaimana dengan tugas kita, apa kau menyerahkannya begitu saja padaku?” Hoseok
menahan Jackson yang sudah melangkahkan kakinya.
“Tunggu Jack, biar aku
antar kerumahmu”
“Tapi aku membawa
mobilku”
“Yah tidak apa-apa, aku
akan tetap mengantarmu. Tunggu disini, aku ambil mobilku” Mark pergi
meninggalkan mereka.
“Cih. Menyebalkan!
Kalau aku jadi kau, sudah aku lempar bola itu tepat kewajahnya”
“Kenapa?” Jackson
menatap Hoseok malas.
“Kau gila? Apa kau
masih setenga ini saat mendengar Mark menyukai yeoja yang kau sukai selama
ini?”
“Lalu aku harus
bagaimana?”
“Aigoo. Kau memang
sudah benar-benar gila. Apa kau akan menyerah begitu saja? Bahkan kau belum
mengatakan yang sebenarnya pada Yujin, kenapa mengalah? Jangan mengalah sebelum
perang, Jack!”
“Entahlah, nan molla”
Jackson kembali melangkahkan kakinya menuju mobilnya dan pergi.
-dum-
Mobil Mark berhenti
tepat dibelakang mobil Jackson, mereka sudah sampai dirumah. Tidak lama,
Jackson keluar dari mobilnya dan berdiri disamping mobil Mark.
“Hyung, mau mampir?”
“Aku hanya mengantarmu
saja, mungkin lain kali aku akan mampir”
Sebuah mobil juga
berhenti didepan mobil Jackson, dan itu adalah Yujin dan James.
“Eoh Yujin ...” Mark
langsung keluar dari mobilnya dan menghampiri Yujin yang sudah menahan
langkahnya karena mendengar namanya dipanggil.
“Oppa? Kenapa disini?”
“Aku tadi mengantar
Jackson pulang, apa kau juga baru pulang sekolah?”
“Geurae, kami baru
pulang sekolah” Yujin menggandeng tangan James yang berdiri disampingnya.
Jackson hanya menatap
mereka, yah .. hanya menatap. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain menatap
mereka.
“Lalu, bagaimana
kabarmu?”
“Aku baik”
“Eoh begitu, apa tidak
ada yang ingin kau katakan padaku?”
“Apa?”
“Apa saja ...” Mark
tersenyum, sebenarnya dia ingin Yujin memberinya jawaban. Tapi sepertinya Yujin
tidak teringat dengan itu.
“Hyung, terima kasih
sudah mengantarku” Jackson langsung menyela perkataan mereka, dia berjalan
menuju pintu rumahnya.
“Ne, cheonma” Mark
hanya tersenyum kecil melirik Jackson, lalu pandangannya kembali pada Yujin.
Yujin yang menatap Jackson.
“Tunggu ...” tiba-tiba
Yujin setengah berteriak, dan membuat Jackson sedikit memperlambat langkahnya
untuk membuka pintu. “Oppa, aku akan memberikan jawabanku sekarang”
Mark tersenyum
menantikan Yujin mengatakan ‘ya’ sekarang, dia benar-benar menunggu itu. Dan
modusnya mengantar Jackson pulang telah membuahkan hasil.
“Oppa, akau menyukaiku?
Kau mencintaiku?” tatapan Yujin sama sekali tidak lepas dari Jackson yang jauh
didepannya.
“Tentu saja, aku
menyukaimu”
“Apa kau benar-benar
tidak mencintaiku?” Yujin kembali bertanya.
“Tidak, aku ini sangat
mencintaimu Yujin-sshi”
Untuk beberapa saat,
Yujin terdiam. Sebenarnya dia menunggu sesuatu untuk terjadi, tapi sepertinya
tidak akan ada yang terjadi. Tidak ada.
Yujin menghela nafas
dan akhirnya mengalihkan tatapannya pada Mark, sepertinya memang dia harus
memberi jawaban namja dihadapannya itu. Padahal, sengaja dia sedikit
meninggikan nada suaranya agar dia juga mendengarnya, tapi dia sama sekali
tidak melakukan atau bahkan mengatakan apapun.
“Jadi apa jawabanmu?”
“Yujin-ah, apa yang kau
lakukan?” James sedikit berbisik.
“Ne”
Mark langsung tersenyum
lebar mendengar kata itu, jawaban yang ditunggunya. Sementara itu, Jackson
tidak peduli lagi dengan itu, dia masuk kedalam rumahnya. Menghentikan
harapannya. Yujin sudah memberikan jawabannya pada Mark.
“Noona?” James
melepaskan tangan Yujin darinya, dia menatap Yujin tajam, berharap Yujin
mengatakan hal lain atas jawaban itu.
Tapi Yujin hanya
menundukkan kepalanya, dia sudah menjadi milik Mark sekarang. Apa yang bisa
dilakukan lagi.
“Baiklah, terserah
Noona!” James masuk kedalam rumahnya dan meninggalkan mereka begitu saja.
“Yujin-sshi, aku sudah
menduga kau akan menerimaku. Gomawo ...” Mark langsung menarik Yujin kedalam
pelukannya.
%%%
Malam ini penuh bintang
yang berkelip dilangit gelap, dan setengah bulan yang juga sedikit
memperlihatkan sinarnya. Hembusangan angin malam yang lembut tapi begitu dingin
sudah dari tadi membelai kulit Yujin, mungkin kalau bisa memilih, akan lebih
baik jika malam ini turun hujan yang sangat deras.
“Kenapa kau tidak
bicara?” Mark tersenyum melirik Yujin.
“Oppa, apa kau sangat
menyukaiku?”
“Hey, kenapa hanya itu
yang terus kau tanyakan padaku. Apa kau tidak percaya padaku?”
“Bukan begitu, hanya
saja aku ...”
“Mwoya?”
“Mianhae Oppa”
“Untuk apa?”
“Mungkin tidak ada yang
bisa kukatakan selain kata maaf untukmu, aku minta maaf” Yujin memberanikan
dirinya untuk menatap Mark dihadapannya.
“Kenapa, memangnya ada
apa?”
“Maafkan aku, tapi
sebenarnya aku tidak bermaksud untuk menjawab pertanyaanmu. Aku tidak
benar-benar ingin memberi jawaban atas__”
“Mwo? Apa maksudmu?”
“Aku memang menyukaimu
Oppa, tapi sepertinya hatiku tidak begitu”
“Yujin, apa maksud
semua ini?” Mark mulai tidak bisa menahan emosinya mengenai ini.
“Awalnya aku tidak
tahu, tapi sekarang aku yakin dengan hatiku. Mian Oppa, aku mencintai orang
lain”
“Pria lain? Jadi
maksudmu kau tidak menyukaiku?”
“Mianhae Oppa ...”
“Jinjja? Kau mencintai
pria lain, dan kau menerimaku. Apa kau gila?”
“Aku mencintainya,
sangat mencintainya. Maafkan aku Oppa”
Byurrr
...
Begitu saja, Mark menyiram segelas air tepat kewajah Yujin. Dia sudah tidak
bisa menahan hatinya, menahan kemarahannya. Mungkin karena sangat kecewa sampai
tidak bisa mengendalikan dirinya sekarang.
“Oppa?” Yujin hanya
menatap heran Mark yang sudah beranjak dari kursinya sekarang, menatapnya tajam
dan penuh amarah.
“Baik, baiklah jika itu
yang kau inginkan. Silahkan pergi dengan pria yang kau cintai itu, dan makan
cintamu. Anggap saja kita tidak pernah bertemu!” Mark lalu pergi meninggalkan
Yujin.
Untuk beberapa detik,
Yujin masih terdiam dikursinya, smapai akhirnya dia beranjak dan berlari pergi
meninggalkan restoran itu. Seperti apa yang dikatakan Mark, Yujin akan datang
pada cintanya.
Yujin berlari sekuat
tenaga.
-dum-
“Yujin?”
Akhirnya Yujin
tersenyum setelah lama menuggu, pintu yang dari tadi terus dia ketuk sudah
terbuka.
“Ahjumma ...”
“Yujin-ah, kenapa kau
basah seperti ini? Apa yang terjadi padamu?” Ny.Wang mengusap rambut Yujin yang
masih karena air yang disiram Mark tadi.
“Ahjumma mianhae, aku
harus bertemu Jackson”
“Anak itu tadi keluar,
tapi kau tunggu saja didalam. Sebentar lagi dia akan pulang”
“Ne, gomawo”
Akhirnya Yujin dan
Ny.Wang masuk dan menunggu Jackson pulang.
“Yujin-ah, sebenarnya
kenapa kau ini?” Ny.Wang memberikan handuk untuk mengeringkan rambut Yujin.
“Aku tidak apa-apa,
gomawo”
“Kalau begitu, tunggu
saja dia dikamarnya sekalian kau istirahat. Dan bawa ini untuk menghangatkan
tubuhmu” Ny.Wang juga memberikan segelas coklat panas untuk Yujin.
“Geurae ..” Yujin
membawa handuk dan gelas itu kekamar Jackson, masih menunggunya.
Setelah sampai dikamar
Jackson, Yujin tersenyum kecil. Dia langsung menuju meja belajar dan mencari
sesuatu disana, sesuatu yang dia lihat waktu itu. Cincin.
“Yujin?”
Yujin langsung berbalik
dan tersenyum melihat pemilik suara yang memanggilnya, siapa lagi kalau bukan
Jackson yang sekarang sudah berdiri didepan pintu.
“Jackson-ah wasseo?”
“Sedang apa kau
disini?”
“Aku sedang menunggumu
mengatakan sesuatu padaku”
“Mwoya?”
“Aku sudah tahu, jadi
apa ada yang ingin kau katakan padaku sekarang, Jackson Wang?” Yujin berjalan
perlahan menghampiri Jackson yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri.
“Yujin-ah, apa
maksudmu?”
“Dasar payah! Babo! Apa
kau masih mau mengelak kalau kau menyukaiku?”
“Keundae Yujin-ah ...
aku tidak__”
“Apa kau akan mengatakan
kalau kau tidak mencintaiku?” Yujin berhenti berjalan setelah dia berdiri
sangat dekat dengan Jackson, dia tersenyum menatap kedua manik mata Jackson.
“Aku ... Jung Yujin
...”
“Apa kau sengaja
melupakan semua perkataanku? Sejak kecil aku selalu bilang kalau aku hanya akan
menikah denganmu, kau tahu kenapa? Karena aku mencintaimu”
“Mm-mwo?”
“Mungkin awalnya aku
masih tidak tahu, tapi saat aku meyakinkan hatiku, ternyata aku sangat
mencintai sahabat yang selalu bersamaku ini. Jackson yang menyebalkan. Babo!”
“Yujin-ah, aku__”
“Sudahlah, jangan jadi
namja payah lagi. Aku sudah menghilangkan harga diriku dengan mengatakannya
padamu, apa kau tidak menerimaku?”
Jackson tidak bisa
menyembunyikan senyumannya, dia langsung menarik Yujin kedalam pelukannya.
Memeluknya erat.
“Saranghae” bisik
Jackson pelan dan terdengar sangat hangat.
“Kalau begitu, apa kau
masih tidak mau memberikan ini padaku?” Yujin melepaskan pelukannya dan
menunjukkan cincin yang dia genggam.
Jackson tersenyum, lalu
mengambil cincin itu. “Baiklah, ini untukmu ...” Jackson dengan pelan
memasukkan cincin itu dijari manis kanan Yujin.
“Kau milikku mulai
sekarang”
“Arasseo. Lalu
bagaimana dengan Mark?”
“Dia menunmpahkan air
diwajahku, jadi kupikir dia sudah mengakhiri hubungannya denganku. Dan itu karenamu”
“Naega wae?”
“Itu karena aku
memilihmu, babo!”
“Baiklah, aku minta
maaf. Terima kasih sudah memilihku” Jackson kembali memeluk Yujin.
Masalah sudah berakhir.
%%%
Sang surya masih belum
menampakkan kekuatannya, dia masih bersiap dibalik gunung. Perlahan Yujin
membuka kedua matanya, melirik James disamping kanannya yang masih damai dialam
tidurnya.
“Annyeong ...” bisik
seorang namja disamping kirinya.
“Annyeong ...” Yujin
tersenyum lalu memutar badannya menghadap Jackson disamping kirinya.
“Kau jelek sekali Jung
Yujin” Jackson langsung menarik Yujin dan membuatnya berada diatas badannya.
“Dan kau tampan sekali
Jackson Wang”
Jackson sedikit
merapikan rambut panjang Yujin yang menutupi wajahnya sebelum dia menyatuka
bibir mereka, melumat dna menghispanya. Morning kiss.
“Eoh ... apa ... yang
kalian lakukan?” tiba-tiba suara serak James menghentikan mereka.
Yujin langsung
bersembunyi dileher Jackson, sementara Jackson hanya tersenyum melihat James
yang baru bangun itu.
“Hai James”
“Apa ... kalian
berciuman? Dihadapanku?”
“Tadi kau tidur James”
elak Yujin membela diri.
“Ya! Walaupun kedua
mataku tertutup, tapi apa kalian tidak tahu kalau aku masi bisa merasakannya?
Kau pikir aku tidak tahu?”
“Lalu kenapa kau
bangun?” Jackson tersenyum menatap James dan Yujin bergantian.
“Awh tanganku ...
Noona, tanganku sakit ...” James merubah posisinya dan meringis.
“Ah dasar kau ini ...”
Yujin langsung beranjak dari atas Jackson dan duduk menghadap James,
membelakangi Jackson. “Mana tanganmu ...” Yujin menarik tangan kanan kiri James
dan memijatnya pelan.
“Ah pelan-pelan!”
“Sudah kubilang, jangan
tidur menindih tanganmu. Kau selalu merepotkan jika setiap bangun tidur
tanganmu sakit”
“Baiklah, aku akan
mencobanya”
“James ...” Jackson
yang masih berbaring, mendekat kearah James, mengapit Yujin diantara mereka.
“Wae Hyung?”
“Mulai sekarang
berhentilah tidur dengan istriku”
“Andwae. Aku akan terus
tidur bersama Yujin, bahkan setelah kalian menikah. Dan aku akan tidur bersama
Yujin dimalam pernikahan kalian”
“Owh? Kau benar-benar
ingin melihat semuanya, James?” Jackson dan James tertawa berdua.
“Hey apa yang kalian
tertawakan?”
“Ah sudahlah Hyung,
hajima. Kau sudah cukup memberiku virus yadongmu”
“Kau yang memulai James
...” mereka masih tertawa.
Ceklek.
Pintu kamar Yujin terbuka dan menampakkan Eomma.
“Aigoo. Kalian tidur
bersama lagi?”
“Annyeong Ahjumma”
Jacksob bangun dan tersenyum melihat Eomma.
“Aish jinjja. Mau jadi
apa satu-satunya akan perempuanku ini jika terus tidur bersama laki-laki
seperti kalian? Kalian merusak uri-Yujin ...”
“Tenang saja Eomma,
Jackson akan bertanggung jawab”
“Ne Ahjumma, aku
menikahi Yujin secepatnya”
“Mwo?” Yujin langsung
membulatkan kedua matanya menatap Jackson.
“Jeongmalyo?” berbeda
dengan Eomma yang hanya tersenyum kecil mendengar Jackson.
“Geuraeso. Aku pasti
akan bertanggung jawab karena merusak Yujin ... haha”
“Ne, baiklah. Kita
bicarakan itu dengan serius nanti, dan sekarang ayo cepat kalian mandi lalu kita
sarapan bersama” Eomma lalu pergi meninggalkan mereka.
“Apa yang kau katakan?”
Yujin masih menatap Jackson.
“Aku akan menikahimu
sehari setelah kelulusanmu, Nona Jung”
“Ah kenapa secepat itu?
Kita bahkan tidak melakukan apapun ...”
“Eoh, jadi kau ingin kita
melakukan sesuatu?” Jackson memberikan senyum evilnya.
“Ah sudahlah, kalian
benar-benar sudah dewasa. Aku mau mandi ...” James melepaskan tangan Yujin
darinya, beranjak dan merapikan bajunya.
“Tunggu, kita mandi
bersama James” Jackson juga beranjak dan menggandeng James.
“Kalian mandi bersama?”
“Yah, kita akan
menyamakan sesuatu. Benar James?”
“Nan molla” James
menggelengkan kepalanya.
“Ya! Andwae! Jackson,
kau tidak boleh membiarkan orang lain melihatnya kecuali aku”
“Mwo?” Jakcson dan
James bertatapan dan menahan tawa.
“Kenapa?”
“Noona, sejak kapan kau
jadi byuntae seperti itu?”
“Byuntae? Naega?”
“Hyung, berapa banyak
virus yang kau sebarkan padanya?” James mengalihkan tatapannya pada Jackson.
“Hanya sedikit,
sudahlah biarkan saja dia. Ayo cepat kita mandi dan aku mengantarmu sekolah.
Palli palli” Jackson dan James berjalan menuju pintu.
“Ya! Jackson Wang!”
“Diam, jangan
berteriak. Sudah sudah aku mengerti! Aku hanya milikmu, Chagi ...” Jackson
tersenyum dan kembali berjalan dengan James keluar dari kamar itu.
Dan ceritanya berakhir.
-
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar