Tittle:
Pink Heartsick
Genre:
Drama, Marriage life, Romance || Rate: 15 || Length: Chapter
Cast:
Koo Junhoe | Park Chaeyoung | Kim Jennie | Lisa | Bobby | other cast
Author:
Cifcif Rakayzi
=======
==== ======= ==== =======
Chapter 2
Park Chaeyoung
mempercepat langkahnya, menghampiri laki-laki yang baru saja keluar dari
mobilnya. Chaeyoung langsung memeluknya, memeluk erat kekasihnya tanpa kata
apapun.
“Ada apa? Kenapa tiba-tiba?”
Tidak ada jawaban,
Chaeyoung hanya diam dalam pelukan Junhoe. Chaeyoung mengeratkan pelukannya,
sangat erat.
“Chaeyoung-ah, aku bisa
mati jika kau memelukku seerat ini,”
“Tidak, karena aku yang
akan mati jika kau meninggalkanku.”
“Apa? Apa yang kau
katakan, aku tidak mendengarnya jika suaramu sepelan itu. Coba katakan lagi,”
Chaeyoung menggeleng,
masih dalam pelukan Junhoe. Dia menyembunyikan wajahnya didepan dada Junhoe.
“Kau ini kenapa?
Lepaskan, ada orang yang melihat kita,”
Chaeyoung menolak, dia
semakin merapatkan tubuh mereka. Sebenarnya dia tidak mau memeluk atau mencium
Junhoe di tempat umum, karena tidak suka dilihat orang lain. Tapi sekarang, dia
tidak peduli dengan itu lagi. Rasanya pelukan hangat Junhoe lebih penting
daripada tatapan orang lain.
“Hey, sebenarnya ada
apa denganmu? Apa kau begitu merindukanku, atau kau melakukan kesalahan yang
tidak aku tahu, ayo katakan, aku akan menghukummu.”
Chaeyoung melepas
pelukan eratnya, mengangkat wajahnya menatap laki-laki jangkung itu. “Koo Junhoe,
aku sangat mencintaimu.”
“Woah... ada apa dengan
matamu itu?” Junhoe langsung mendekat, memperhatikan kedua mata Chaeyoung
sangat dekat. “Bengkak, kedua matamu bengkak. Apa kau menangis semalam? Atau
kau menangis semalaman?”
“Junhoe, aku bilang aku
sangat mencintaimu,”
“Iya, aku mendengarnya.
Tapi ada apa dengan matamu? Apa terjadi sesuatu padamu?”
“Kau laki-laki milikku,
aku tidak akan melepaskanmu. Kau ingat janjimu untukku?”
Junhoe mendadak diam,
tidak menjawab itu. Dia hanya perlahan kembali memeluk kekasihnya.
“Jun-ah, apa kau masih
ingat janjimu untukku?”
“Iya, aku ingat. Aku
juga mencintaimu Chaeyoung-ah, sangat mencintaimu.” desah nafas Junhoe
terdengar jelas di telinga Chaeyoung, Junhoe mengeratkan pelukannya, tidak
peduli dimana mereka sekarang, atau orang-orang yang meliat mereka. Hanya diam
dalam pelukan itu.
---
“Junhoe,”
“Hemh...”
“Sampai kapan kau mau
memelukku? Kelasku dimulai lima belas menit lagi, aku akan terlambat jika kita
tidak pergi sekarang.”
“Ya!” Junhoe langsung
melepaskan pelukannya, melihat jam yang melingkar di tangannya, dan membuka
pintu mobil. “Kenapa kau tidak bilang, kau hanya diam saja. Aku juga lupa
persidangannya, itu pasti sudah di mulai,”
“Kau yang memelukku,”
“Tidak, kau yang
memulainya. Aku datang untuk mengantarmu, tapi kita malah terlambat. Sudah,
cepat masuk!”
Chaeyoung tersenyum,
dia juga suka saat Junhoe marah. Yah, dia sangat mencintai laki-laki itu. Dan
itu tidak akan berubah apapun yang terjadi.
“Kenapa masih disana?
Cepat masuk! Aku harus terbang sekarang, aku benar-benar terlambat.”
“Terbang?” Chaeyoung
membulatkan mata sembabnya, masuk kedalam mobil dan menatap Junhoe yang
setengah panik. “Terbang bagaimana?”
“Kau percaya? Aku
bercanda.”
“Eh?” Chaeyoung
mengerutkan kening, tidak mengerti maksud laki-laki aneh itu. “Jadi kau masih
bisa bercanda saat seperti ini? Kukira kau akan terus marah padaku,”
“Aku tidak marah
padamu,” Junhoe mengecup bibir Chaeyoung sekilas, lalu menancap gas mobilnya,
melaju secepat dia bisa.
“Junhoe, apa kau bisa
menonton denganku nanti sore? Ada film baru di bioskop,”
“Aku tidak bisa, maaf.
Hari ini aku hanya bisa mengantarmu kuliah, setelah persidangan aku ada janji
lain. Tapi lain kali aku akan menonton film itu bersamamu.”
“Apa janji itu lebih
penting dariku?”
Junhoe memperlambat
laju mobilnya, melirik Chaeyoung beberapa detik, lalu kembali pada jalanan.
“Bukan begitu. Kau sangat penting bagiku, tapi janji itu tidak bisa aku lewati.
Maafkan aku. Nanti aku akan menghabiskan waktuku hanya untukmu.”
Junhoe menahan nafas
dalam, menahan panas yang tiba-tiba menyeruak seolah membakar dadanya. Itu
pertama kalinya Chaeyoung bertanya seperti itu. Selama ini, Chaeyoung selalu
mengerti kesibukannya, dia tidak pernah bermasalah dengan itu. Tapi, tiba-tiba
dia bertanya sesuatu yang membandingkan dirinya. Junhoe yakin kalau kekasihnya
itu sudah menyadari sesuatu yang dia sembunyikan.
“Baiklah, aku mengerti.
Maaf bertanya seperti itu padamu.”
“Kau tidak harus minta
maaf karena itu, seharusnya aku yang mengatakannya. Maaf. Sepertinya
akhir-akhir ini aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri, dan mengabaikanmu.
Maafkan aku.” suara Junhoe memelan di akhirnya.
“Iya, aku terima
maafmu. Jadi jangan lupa dengan makanan Jepang full-set ku dan filmnya, kau
harus memberikannya.”
Junhoe tersenyum,
mengangguk. Sesuatu yang lain yang dia suka dari Chaeyoung yaitu, dia selalu
bisa mencairkan suasana dingin antara mereka. “Aku tidak akan melupakannya,
Sayang. Dan jika mungkin, aku akan memberikan hidupku hanya untukmu.”
“Kenapa harus ada kata
‘jika mungkin’? Itu sudah jelas, kau memang milikku, Koo Junhoe.” Chaeyoung
memberi penekanan diakhir ucapannya, menegaskan kalau dia tidak akan merubah
cintanya pada laki-laki itu sekalipun ada orang lain.
***
Lisa menatap Chaeyoung
yang terengah dengan nafasnya, perempuan bermarga Park itu baru datang dan
langsung menyimpan setumpuk buku di mejanya.
“Dari mana saja kau
ini? Lama.”
“Aku terlambat, belum
lagi mengambil semua buku ini dari perpustakaan. Ah.. aku benar-benar lelah,”
Chaeyoung mengikat rambutnya, mengkibas-kibas buku untuk mendapat angin
tambahan.
“Tapi kau beruntung
karena Profesor belum datang,”
“Iya. Tapi Lisa, aku
tidak beruntung dengan ini...” Chaeyoung menunjukkan dua mata bengkaknya.
“Woah daebak. Kenapa
itu? Apa kau menangis semalaman? Itu karena Junhoe lagi?”
Chaeyoung mengangguk,
mengusap matanya pelan, lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. “Aku
sangat mencintainya,”
“Yah, katakan itu
sebanyak kau mau, telingaku tidak keberatan mendengarnya.”
“Lisa, Lisa... aku
ingin menangis,”
“Tidak, jangan
menangis. Itu, Profesor sudah datang.” Lisa mengambil buku yang dibawa
Chaeyoung tadi, membuat tatapan Chaeyoung beralih pada buku itu, dan menahan
tangisannya.
Kelas pagi itupun
dimulai.
***
Bukankah itu jahat jika
dia selingkuh? Tidak, bukankah itu sakit jika dia mempunyai seseorang yang
lain? Ada orang lain. Apa dia akan memilih orang lain itu?
Kenapa? Rasanya ini
tidak adil karena begitu tiba-tiba. Setelah delapan tahun kita bersama,
melewati banyak masalah bersama, kita baik-baik saja. Jadi, kenapa? Kenapa
tiba-tiba? Apa dia tidak mencintaiku lagi? Apa dia membenciku? Apa aku membuat
kesalahan yang menyakitinya? Maafkan aku, jadi kumohon kembalilah. Itu sakit.
Chaeyoung menunduk,
menyembunyikan wajahnya dalam lipatan tangan di atas meja. Dia menangis. Dia
tidak bisa berhenti memikirkan laki-laki itu, tepatnya memikirkan siapa
perempuan yang dia lihat bersama kekasihnya. Dia menangis.
“Hey Chayeoung-ah,
kenapa?” Lisa berbisik, menepuk punggung perempuan itu. Tidak ada jawaban,
Chaeyoung masih menunduk. “Kau menangis? Kenapa?”
Chaeyoung masih diam.
Rasanya perih, saat mata bengkaknya mengeluarkan air mata lagi. Semalam dia
sudah terlalu banyak menangis, dan rasanya itu akan habis sekarang.
“Ayolah Chaeyoung,
jangan menangis disini. Kau ini kenapa? Kelas masih belum selesai, jangan
menangis,”
“Aku mencintainya. Aku
akan mati jika dia pergi meninggalkanku.” Chaeyoung menjawab pelan dengan suara
bergetarnya, dia masih menangis.
“Sebenarnya apa yang
sudah dia lakukan padamu?”
“Dia bilang sangat
mencintaiku,”
“Baiklah, jangan
dilanjutkan. Tidak apa-apa, menangis saja jika kau ingin menangis.” Lisa
menggeser duduknya lebih dekat dengan Chaeyoung, mengusap punggung perempuan
itu. Mungkin dia tidak mengerti masalah apa yang terjadi, tapi dia mengerti
kalau ini sesuatu yang buruk, sampai membuat Chaeyoung menangis seperti ini.
“Ah babo. Kau bilang
dia jahat, tapi kau tidak bisa berhenti berkata kau mencintainya. Aku tidak
mengerti, jadi apa maumu? Babo.”
***
Hari ini sepertinya
tidak begitu baik, walaupun matahari bersinar indah dan udara spring menyegarkan.
Setelah persidangan,
dia harus pergi bertemu dengannya lagi. Tepatnya, dia diminta untuk menemuinya
lagi. Dan dia tidak bisa menolak itu. Junhoe tidak bisa menolak seseorang yang
harus dia temui itu.
Dia sendiri tahu kalau
ini tidak benar, dan ini jahat untuk kekasihnya. Dia mencintai Chaeyoung,
bahkan perempuan itu sangat penting untuk hidupnya. Tapi sekali lagi, dia tidak
bisa menolak itu. Junhoe hanya akan menjadi laki-laki jahat sekarang.
Cinta, benar, dia
sangat mencintai kekasihnya. Dan itu juga yang membuatnya sekarang melaju di
jalan yang salah. Jalan menuju orang itu ada di arah sebaliknya, tapi Junhoe
melaju cepat dengan mobilnya menuju arah lain. Menghiraukan janji itu dan
menemui orang yang dia cintai.
---
Mereka baru saja
melewati gerbang kampusnya, dan Lisa tersenyum. Dia memberikan buku Chaeyoung
yang dia bawa, menghentikan langkah mereka.
“Sekarang pulanglah,
jemputanmu sudah datang.”
“Apa? Jemputan apa?”
Chaeyoung lalu mengikuti arah tatapan Lisa, pada mobil hitam yang baru saja
sampai di depan mereka. Itu Junhoe.
“Sudah, kau pulang
sana. Seharian ini wajahmu berantakan sekali.”
“Tapi, kenapa dia bisa
kesini? Lisa, apa kau memintanya datang kesini?” Chaeyoung memberi Lisa tatapan
maut dengan dua mata bengkaknya.
“Hem.. itu benar. Aura
hitammu itu mengganggu hariku, dan aku tidak ingin lebih lama bersamamu. Ayo
cepat masuklah, dia menunggu.” Lisa membuka pintu mobil, mendorong Chaeyoung
masuk.
“Tapi... Lisa!”
“Koo Junhoe,” Lisa
membungkuk, melihat Junhoe dari jendela mobilnya. “Lakukan sesuatu untuk wajah
kusutnya itu, oke?”
“Tentu saja. Apa kau
tidak mau pulang bersama?”
“Tidak bisa, arah kita
berbeda. Cepat pergilah.” Lisa melambai, yang dibalas senyuman Junhoe, lalu
mobil itu pergi.
***
Hening. Tidak ada
pembicaraan antara mereka, Junhoe fokus menyetir dan Chaeyoung hanya diam
menatap jendela disampingnya. Suasanya entah kenapa jadi berbeda sekarang. Ini
sudah hampir sepuluh menit mereka bersama dalam diam disana.
“Junhoe,” akhirnya
Chaeyoung memulai pembicaraan, membuka suaranya. “Kau bilang tidak bisa bertemu
denganku, jadi kenapa? Apa Lisa yang memintamu datang?”
“Hem...”
“Apa yang dia katakan?”
“Chaeyoung-ah,
sebenarnya kau kenapa?”
“Apa Lisa mengatakan
sesuatu padamu?”
“Dia bilang kau sakit.
Kau tidak bisa membuka matamu, dan kau tidak bicara apapun. Jadi aku datang,
melihatmu,”
Chaeyoung diam, tidak
menjawab.
“Kau kenapa? Matamu
sudah seperti itu, jangan menangis lagi. Benar kau tidak bisa membuka matamu?”
“Huh? Ya itu... emh
benar. Tadi aku tidur, dan saat bangun, kelopak mataku tidak bisa terbuka. Tapi
itu hanya sebentar, setelah itu aku bisa membukanya lagi. Aku tidak apa-apa.”
Chaeyoung mengusap matanya, melihat itu dari cermin kecil miliknya. Bengkaknya
memang bertambah, dan rasnaya perih saat dia melihat jauh. Tapi tidak apa-apa.
“Sayang, sebenarnya ada
apa? Kenapa kau menangis? Aku minta maaf jika itu salahku, jangan menangis
lagi. Matamu sudah sebesar itu,” Junhoe mengusap kepala Chaeyoung, lalu
mengusap matanya pelan.
“Junhoe-ya, apa kau
mencintaiku?”
“Hem...” Junhoe
mengangguk, dan berhenti mengusap Chaeyoung dengan sebelah tangannya. “Aku
mencintaimu, tapi tidak sebesar aku mencintai diriku sendiri.”
Chaeyoung tidak bisa
menahan senyumnya. Itu yang selalu Junhoe katakan. Laki-laki itu masih sama,
seperti dia yang dulu, hanya beberapa perubahan saja yang menyakitkan sekarang.
“Yah, itu bagus. Kau tidak boleh mencintai ornag lain lebih dri mencintai
dirimu sendiri. Tapi Junhoe,”
“Apa?”
“Aku mencintaimu lebih
dari aku mencintai diriku sendiri,”
“Kenapa? Tidak, jangan
seperti itu. Aku tidak mau jika kau seperti itu.”
“Junhoe, apa kau mau
mengakhiri hubungan kita?”
“Huh?” mobil hitam itu
oleng, tapi masih bisa dia kendalikan. Dan akhirnya, Junhoe menghentikan
mobilnya di pinggir jalan. “Apa yang kau katakan?” matanya menatap Chaeyoung
tidak percaya, menunggu perempuan itu mengulang ucapannya, karena dia pikir
telinganya salah mendengar tadi.
Tidak peduli. Akhirnya
Chaeyoung tidak peduli dengan kata ‘menunggu’ itu, dia ingin cepat memastikan
itu. Dia sangat percaya Junhoe, tapi jika terus menunggu, dia tidak tahu akan
seperti apa dirinya nanti. Chaeyoung tidak peduli apapun sekarang.
“Apa kau mau berpisah
denganku?”
“Ya! Kenapa tiba-tiba
kau bicara seperti itu? Kau kenapa Park Chaeyoung?”
“Aku tidak apa-apa jika
kau mau mengakhirinya, karena aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu Koo
Junhoe.”
“Tidak. darimana kau
dapat pikiran itu? Aku tidak akan berpisah denganmu.” Junhoe melepas sabuk
pengamannya, mendekat dan memeluk Chaeyoung. “Aku mencintaimu sayang, jangan
pernah berpikir untuk berpisah dariku.”
Chaeyoung memeluknya,
membalas pelukan itu. Dia menenangkan dirinya dalam pelukan hangat itu, tapi
air matanya keluar tanpa perintah lagi.
“Aku akan bersama
denganmu selamanya, aku hanya milikmu Chaeyoung-ah,”
“Mian... mianhae
Junhoe-ya, mianhae...”
“Jangan ucapkan
pertanyaan itu lagi padaku, aku tidak akan berpisah darimu.” Junhoe
melonggarkan peluknnya, menyatukan bibir mereka.
Lembut. Ciuman Junhoe
lembut seperti biasanya, dan itu yang Chaeyoung sukai. Dia bisa percaya kalau
laki-laki itu mencintainya, tapi...
“Jun,” Chaeyoung
melepas ciuman itu, menatap Junhoe penuh harap. Dia berharap kalau
pertanyaannya sekarang dijawab Junhoe dengan jawaban yang dia inginkan. “Apa
kau bersama perempuan lain selain aku?”
Tidak ada jawaban.
Rasanya udara menjadi sangat dingin dan menusuk dengan cepat. Laki-laki itu
tidak menjawab.
“Junhoe-ya, itu tidak
benar kalau kau menyembunyikan sesuatu dariku? Dan kau tidak bersama perempuan
lain kan? Koo Junhoe jawab aku! Apa sebenarnya yang kau sembunyikan? Kenapa kau
berbohong?”
“Chaeyoung-ah....”
Junhoe kembali memeluknya, sangat erat. Membiarkan perempuan itu menangis dalam
pelukannya, memukulnya, menjerit meminta jawaban darinya. “Aku mencintaimu.”
***
Lisa menghembuskan
nafas kasar, menatap sekelilingnya. Berantakan. Sekarang apartement Chaeyoung
yang bersih, hanya terlihat seperti tempat penampungan sampah. Benar-benar
berantakkan.
“Ya! Apa yang kau
lakukan dengan rumahmu?”
Chaeyoung tidak
menjawab, dia hanya mendudukkan dirinya di sofa, menatap televisi. Lisa tidak
tahan dengan ini, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu temannya
itu.
“Dengar, aku membawa
banyak makanan untukmu. Dan sekarang aku akan memasak, kau haru makan oke?
Tidak ada penolakkan. Aku bisa melihat kalau lingkar pinggangmu menjadi 19 cm
hanya dalam waktu seminggu ini, jadi makanlah yang benar Chaeyoung-ah.” Lisa
menyimpan semua kantong belanjaannya, membuka gordeng, dan mulai melakukan
sesuatu dengan tempat berantakan itu. Sementara Chaeyoung, dia tidak merubah
posisinya ataupun mengatakan sepatah katapun.
Sejak hari itu,
Chaeyoung jadi seperti ini. Dia tidak bertemu dengan Junhoe, dan tidak juga
menghubunginya. Ah tidak, tepatnya dia yang tidak bisa menghubungi laki-laki itu.
Junhoe menghilang.
Bahkan ini sudah lewat
seminggu sejak hari itu, tapi Junhoe masih tidak bisa dihubungi. Dan jadilah
Chaeyoung seperti ini. Dia mengurung diri di apartemennya, tidak kuliah, dan
bahkan tidak makan apapun selain snack kentang yang ada dilemarinya. Dia kacau.
Lalu pertanyaanya, apa
jawaban yang didapatnya dari Junhoe hari itu?
Jawabannya adalah tidak
ada. Koo Junhoe tidak menjawab apapun. Dia tidak mengatakan apapun selain
mencintai Chaeyoung.
Tapi itu tidak penting
lagi, jawaban Junhoe tidak penting lagi. Pertanyaannya sudah terjawab saat
Junhoe tidak menjawab.
---
Tidak berhasil. Lisa
tidak bisa membuat Chaeyoung makan ataupun mengatakan sesuatu. Dia masih diam.
Lisa tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Chaeyoung, dia juga tidak bisa
menghubungi Junhoe.
“Aku mohon
Chaeyoung-ah, makanlah sesuatu. Kau harus sayangi tubuhmu, pikirkan dirimu
sendiri. Jangan seperti ini, aku mohon Park Chaeyoung.”
Lisa kembali memberi
sumpit padanya, tapi Chaeyoung menjatuhkan itu lagi. Matanya hanya menatap nasi
di hadapannya tanpa selera.
“Ouh ini menjengkelkan.
Cepatlah makan Park Chaeyoung!” Lisa kembali memberinya sumpit, dan menyuapinya
paksa. “Aku tidak tahu apa yang Junhoe lakukan padamu, tapi berhentilah seperti
ini. Kau tidak perlu menyakiti dirimu sendiri hanya karena laki-laki jahat
itu!”
“Aku mencintainya, aku
hanya mencintai Koo Junhoe...”
“Baiklah, kau
mencintainya, jadi sekarang makanlah. Kau harus makan untuk kembali bersama
dengan orang yang kau cintai itu. Ini, makanlah,” Lisa menyuapinya. Chaeyoung
menatapnya, lalu perlahan membuka mulutnya dan memakan itu. “Babo!” Lisa
mengusap air dimatanya. Dia tidak bisa melihat temannya seperti ini.
---
Lisa bisa sedikit
tersenyum sekarang. Chaeyoung menghabiskan makanannya, dia juga sudah kembali bicara.
Mereka membersihkan apartemen itu, membuatnya kembali menjadi tempat yang
bersih. Yah, Chaeyoung sudah lebih baik sekarang, setelah Lisa mengatakan hal
apapun yang menyangku Koo Junhoe, laki-laki jahat itu.
“Aku menyimpan semua
makanannya di kulkas, panaskan itu jika kau mau makan. Dan pastikan kau memakan
semuanya. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau tidak makan lagi.”
“Baiklah, aku mengerti.
Terima kasih. Dan maaf membuatmu khawatir.”
“Tidak perlu minta
maaf, kau hanya harus menyayangi dirimu sendiri.” Lisa memeluknya. “Baiklah,
aku pulang dulu. Jangan lupa makan!”
“Ah berhenti memasang
wajah seperti itu, kau menakutkan. Cepat pergilah, sebentar lagi hujan.”
“Iya, aku pergi. Dan
kau harus makan banyak yah Park Chaeyoung!” Lisa kembali menekankan itu, lalu
melambai dan pergi.
Chaeyoung tersenyum,
dia beruntung mempunyai teman seperti perempuan yang terlihat tomboy tapi
feminim itu. Chaeyoung menutup pintu apartemennya.
Chaeyoung mematikan
televisi, dan melihat ponselnya, berharap ada pesan darinya. Tapi tidak ada
apapun disana. Dia masih hilang.
Bell berbunyi.
Chaeyoung tersenyum,
berpikir itu Lisa yang kembali karena melupakan barangnya atau karena hujan
deras dan kedinginan. Dia melangkah, membuka pintunya, dan diam. Itu bukan
Lisa. Orang dibalik pintu itu adalah Koo Junhoe.
Yah, orang yang ada
dihadapannya sekarang adalah Koo Junhoe. Dia basah kuyup.
“Junhoe-ya, kenapa kau
basah seperti itu? Apa kau sengaja tidak memakai payung?”
“Chaeyoung-ah...”
“Cepat masuk, aku akan
ambilkan handuk dan_” Junhoe menahan tangan Chaeyoung, membuatnya tidak
berbalik dan menahan langkahnya.
“Boleh aku memelukmu?”
“Huh? Iya, kemarilah,”
Junhoe langsung menariknya kedalam pelukan, memeluknya sangat erat. Dan air
mata itu, rasanya keluar tanpa perintah lagi. Saat tubuh mereka bersentuhan,
mereka tidak bisa berbohong kalau mereka saling merindukan. Tidak bertemu satu
minggu ini, rasanya membuat mereka gila. Mereka sangat merindukan satu sama
lain.
Chaeyoung menangis,
tapi dia tersenyum. Senang dengan pelukan Junhoe-nya lagi, senang bisa kembali
menghirup aroma laki-lakinya lagi, senang bisa melihat kekasihnya lagi.
“Sayang, apa kau
kehujanan karena ingin bertemu denganku? Kau merindukanku?”
“Hemh... aku
merindukanmu, aku sangat merindukanmu. Maafkan aku... maaf,”
“Tidak, jangan minta
maaf. Aku sudah gila karena merindukanmu, jangan menghilang lagi. Aku tidak
akan mengatakan tentang itu lagi, jadi maafkan aku, dan tetaplah bersamaku,
yah?”
Junhoe semakin
merapatkan tubuh mereka, mempererat pelukannya. Tidak peduli bajunya yang basah
membuat baju Chaeyoung juga basah, dia hanya ingin memeluk kekasihnya dan tidak
berpisah.
“Mianhae
Chaeyoung-ah... mian, mianhae jeongmal...”
“Jun, kenapa?”
Chaeyoung mengusap kepala Junhoe saat mendengar isakannya, Junhoe menangis.
“Tidak apa-apa, aku sudah bersamamu lagi sekarang, tidak apa-apa,”
Junhoe tiba-tiba
melepas pelukannya, menatap Chaeyoung. Dia benar-benar menangis, dan ini adalah
pertama kalinya Junhoe menangis di depan Chaeyoung.
“Aku akan menikah.
Mianhae...”
Sesak. Park Chaeyoung
merasa seolah jantungnya berhenti berdetak, sangat sesak. Dia bahkan lupa cara
bernafas untuk beberapa detik. Itu bohong kan? Apa yang baru saja didengarnya,
pasti telinganya salah.
“Jun? Apa yang kau
katakan?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar