Tittle:
Pink Heartsick
Genre:
Drama, Marriage life, Romance || Rate: 15 || Length: Chapter
Cast:
Koo Junhoe | Park Chaeyoung | Kim Jennie | Lisa | Bobby | other cast
Author:
Cifcif Rakayzi
=======
==== ======= ==== =======
Chapter 3
Chaeyoung tersenyum, dia
mempercepat langkahnya dan berlari. Mengabaikan semua yang diucapkan Lisa.
“Ya! Kau tidak
mendengarku?”
Chaeyoung sengaja tidak
mendengarnya, dia hanya berlari menghampiri laki-laki jangkung yang sudah
menunggunya disamping mobil hitam miliknya.
“Koo Junhoe,” tanpa
basa-basi, Chaeyoung menyatukan bibir mereka. Tidak peduli dimana mereka
sekarang, mereka berciuman.
“Apa sekarang kau tidak
malu jika orang lain melihat kita?” Junhoe merapatkan tuuh mereka selepas ciuma
itu.
“Aku malu, tapi...”
“Tapi?”
“Aku mencintai Koo
Junhoe.” Chaeyoung tersenyum, melingkarkan kedua tangannya di leher Junhoe, dan
kembali menyatukan bibir mereka.
“Ya! Kalian berdua,
berhenti melakukan itu. Aku merasa kalian menodai kampus ini.” Lisa berjalan
melewati mereka, dan membuka pintu belakang mobil Junhoe.
“Kenapa?” Junhoe
melepas ciumannya, menatap Lisa tajam. “Kenapa kau bilang kami menodai kampus
ini?”
“Ya! Kau ini pengacara
hukum, apa tidak malu berciuman di depan umum seperti itu?”
“Memangnya kenapa? Aku
hanya pengacara saat dikantor dan ruang sidang, tapi aku hanya laki-laki biasa
jika diluar itu.”
“Ah baiklah, terserah
saja kalian mau bagaimana.” Lisa masuk kedalam mobil, mengabaikan ucapan Junhoe
lagi.
“Jun-ah, aku pikir Lisa
hanya iri. Mungkin dia tidak berciuman dengan pacarnya.” Chaeyoung masuk
terakhir kedalam mobil itu, duduk didepan samping Junhoe.
“Ya! Aish jinjja!” Lisa
memukul Chaeyoung dengan tangannya, dengan bukunya, dan dengan benda yang dia
lihat di dalam mobil itu. “Apa yang kau katakan?”
“Ah Lisa.. Lisa hentikan,
itu sakit! Aah... Junhoe tolong aku!”
“Bisakah kau menjaga
mulutmu itu Nona Park?”
“Junhoe tolong! Aaaah
hentikan Lisa, rambutku akan lepas dari kepalaku... tidak!”
“Iya. Kita pergi
sekarang.” Junhoe menyalakan mobilnya, dan melaju. Dia hanya menyetir, tidak
peduli dengan pertengkaran dua perempuan itu.
“Ya! Berhenti
memukulku! Lisa!”
“Tidak sebelum kau
minta maaf,”
“Jun, lakukan sesuatu,”
“Aku tidak bisa
mencampuri pertengkaran perempuan, jadi silahkan selesaikan berdua. Dan jangan
sampai merusak mobilku.” Junhoe hanya tersenyum, menyetir dengan tenang tanpa
sedikitpun terganggu dengan mereka.
***
“Ey..” Junhoe menghela
nafas melihat Chaeyoung mengusap air matanya, dia melangkah dan mendekatinya.
“Ya! Kau menangis untuk apa? Film itu sama sekali tidak sedih. Ah aku tidak
mengerti apa yang membuatmu menangis.”
“Ya! Kau tidak menonton
filmnya, bagaimana kau akan mengerti jika kau tidur bahkan baru lima menit
setelah dimulai. Dasar.”
“Iya aku tidur, tapi
aku juga menonton filmnya tadi.”
“Kau menonton? Apa yang
kau tonton, matamu saja terpejam, bagaimana kau bisa sebut itu menonton.”
“Aku melihat adegannya,
saat vampire laki-laki itu melakukan ini pada perempuannya,” dan Junhoe
mendekat, untuk menyatukan bibir mereka. Chaeyoung mendorongnya, tapi Junhoe
semakin merapatkan tubuh mereka.
“Ya! Hanya itu saja
yang kau lihat?” Chaeyoung melepas Junhoe setelah beberapa detik.
“Hem... begitulah, aku
tidak ingat lagi. Tapi sudahlah, kau tidak perlu menangis karena film itu. Ayo,
sekarang kita makan. Aku lapar.” Junhoe mengusap mata Chaeyoung, menghapus sisa
air mata di ujung matanya. Lalu menggangdeng tangannya dan pergi.
---
“Ya! Koo Junhoe!”
“Apa?” Junhoe
mengangkat wajahnya menatap Chaeyoung.
“Sebenarnya apa saja
yang kau makan? Hanya nasi dan apa itu?” Chaeyoung menyimpan sumpitnya,
mendekat pada Junhoe hanya untuk melihat makanan yang dimakan laki-laki itu.
“Aku makan yang aku mau,
kenapa?”
“Ini, makan juga
kerangnya, sushi tuna ini, juga wasabi, udang ini, dan_”
“Aku tidak mau! Jauhkan
itu dariku Pak Chaeyoung! Aku tidak suka kerang.”
“Tapi ini enak, Sayang.
Ayo makan ini,” Chaeyoung menyuapi paksa Junhoe, tapi bibir laki-laki itu
tertutup rapat jika sudah dengan kerang. “Kau ini kenapa tidak suka kerang?”
“Ya! Lagipula kenapa
kau juga memesan makanan Prancis?”
“Memangnya kenapa? Kau
bilang pesan makanan yang aku mau,”
“Kau hanya bilang
makanan Jepang.”
“Hah... baiklah,”
Chaeyoung kembali ke tempat duduknya, berhenti memaksa Junhoe memakan kerang.
“Makan saja yang kau suka, aku akan menghabiskan semua kerang ini sendirian.”
“Aku tidak melarangmu
memakannya, tapi jangan menciumku setelah memakannya. Tidak, maksudku jangan
menciumku sampai mengeluarkan kerang itu nanti.”
“Emh... kenapa?”
Chaeyoung memasang serbet di lehernya, dan mulai melahap kerang-kerang itu.
‘Aku benci kerang!”
“Baiklah, itu tidak
masalah untukku. Tapi aku pikir, itu akan jadi masalah untukmu.”
“Kenapa denganku?”
“Hey Pengacara Koo,
yang selalu menciumku itu kau. Apa kau bisa bertahan sampai besok tanpa
ciumanku?”
“Hah... aku gila. Aku
benci kerang.” Junhoe menyimpan sumpitnya, meneguk sake dihadapannya. “Lain
kali, aku tidak akan membiarkanmu memesan sendiri makanannya.”
Chaeyoung hanya senyum
kecil menanggapi ocehan Junhoe, laki-laki itu terkena jebakannya sendiri. Tapi,
lucunya Junhoe saat wajahnya frustasi seperti itu.
***
Koo Junhoe diam,
menghentikan aktivitas yang tadi, diam menatap perempuan di sampingnya.
Chaeyoung masih membaca bukunya dengan kaca mata yang dia pakai, dia sangat
fokus sampai tidak tahu mereka sudah dimana sekarang, dan itu bagian yang
Junhoe sukai darinya.
“Chaeyoung-ah...”
“Hemh...”
“Hey Park Chaeyoung,”
“Apa?”
Junhoe menarik nafas,
kekasihnya masih fokus dengan buku itu. Di luar hujan, sangat deras. Sekarang
masih sering hujan walaupun Spring tidak lama lagi berakhir.
“Sayang, sekarang
lepaskan bajumu,”
“Huh? Apa?” kedua mata
Chayeoung langsung membesar menatap Junhoe, menahan nafasnya memikirkan apa
yang dikatakan laki-laki itu tidak salah atau salah. “Junhoe, apa katamu tadi?”
“Lepaskan bajumu
sekarang,”
Chaeyoung cepat menutup
bukunya, menjauh dari Junhoe sampai punggungnya membentur pintu mobil. “Tidak,
Jun itu sepertinya terlalu cepat. Apa yang kau mau dariku?” dia menyilangkan
tangan di depan dada.
“Hah...” Junhoe
menghela nafas. “Berapa kali aku harus mengulang pertanyaanku padamu?”
“Ta-tapi Junhoe, aku
pikir ini terlalu... tidak, maksudku bukan aku tidak mau, hanya saja ini
terlalu cepat,”
“Apa yang terlalu
cepat? Juga apa maksudmu antara mau dan tidak mau?”
“Jun, aku... maksudku,
bisakah kita lakukan ini lain waktu saja?”
Junhoe kembali menghela
nafas, kali ini lebih kasar. Dia mengusap wajahnya, memajukan tubuhnya
mendekati Chaeyoung. “Melakukan apa? Sebenarnya apa yang kau pikirkan Nona? Aku
hanya minta lepaskan itu, baju milikku yang kau pakai itu, karena kita sudah
sampai di depan apartemenmu dan aku mau pulang. Apa kau masih tidak mengerti
dan bicara ngelantur?”
“Huh?” Chaeyoung
mengedipkan matanya, beberapa kali, menatap Junhoe lalu beralih menatap jaket
yang dipakainya. “A- oh i-itu maksudmu toh, ah haha.. tentu saja aku mengerti.
Aku hany terlalu fokus pada buku ini tadi,” Chaeyoung menyeringai, membuka
jaketnya dan melempar itu pada Junhoe. “Ya! Ini namanya jaket, Jun. Kalau
jaket, sebut saja jaket, walaupun ini juga termasuk dalam kategori baju, tapi
ini namanya jaket, jadi kau harus menyebutnya jaket. Jangan membuat orang lain
salah paham. Dasar.”
“Apa maksudmu? Hey
sebenarnya kau ini kenapa, apa kau mengantuk?”
“Iya! Aku mengantuk,
dan aku akan pulang sekarang.” Chaeyoung mengambil tasnya dan membuka pintu
mobil,. Dia tidak langsung mengeluarkan kakinya, hanya diam menatap derasnya
hujan.
“Ini, pakai payungnya.”
Junhoe mengambil payung dari belakang, menyodorkan itu pada Chaeyoung.
“Jika kau memaksa.”
Chaeyoung membuka payung itu, dan keluar dari mobil. Wajahnya masih aneh karena
salah paham itu.
“Sayang, apa kau tidak
menciumku?”
“Kau siapa?” Chaeyoung
mengerling, lalu membuang tatapannya dari Junhoe, dan pergi setelah menutup
pintu mobil itu sangat keras.
“Ya!” dan Junhoe
berteriak sangat kencang di dalam mobil, melihat Chaeyoung hanya berlalu tanpa
melihatnya lagi.
***
“Aw.. itu sakit Lisa!”
Chaeyoung menarik kembali rambutnya yang ditarik perempuan itu. “Kenapa kau
selalu menggunakan kekerasan huh?”
“Ah aku tidak tahan
denganmu.” Lisa kembali ke tempat duduknya, berhenti menatap Chaeyoung dan
membuka bukunya.
“Memangnya aku kenapa?”
Lisa menarik nafas,
lalu kembali mengarahkan tatapannya pada Chaeyoung. “Dengar, kau itu
menyebalkan, dan bodoh. Bagaimana bisa kau meninggalkan buku milikku dan
bersikap seolah itu bukan masalah? Kau tahu kalau tugasku belum selesai dan
harus aku selesaikan hari ini dengan buku itu? Aku tahu kau tahu itu. Tapi
kenapa kau malah bersikap baik-baik saja dan tidak mencoba mendapatkan buku itu
lagi sebelum kelas dimulai? Ya! Aku membencimu Park Chaeyoung.” Lisa membuang
nafas setelah menyelesaikan kalimat panjangnya. Lalu kembali membaca bukunya.
“Yah... tapi mau
bagaimana lagi, buku itu tidak ada di rumahku, dan aku tidak tahu dimana.”
“Kau tidak akan tahu
dimana jika kau tidak mencarinya.”
“Tapi aku tidak mungkin
pulang lagi dan mencarinya, kelas akan dimulai sebentar lagi.”
“Baiklah, terserah kau
saja. Aku terima apapun yang kau lakukan.”
“Lisa... baiklah, aku
minta maaf. Nanti aku akan mencarinya sampai dapat,”
“Walaupun kau bisa
mencarinya sekarang juga, tapi aku akan menunggu sampai kau mencarinya dan
mengembalikan buku itu padaku lagi. Terima kasih.”
“Lisa... hey Lisa, kau
marah?” Chaeyoung menghela nafas, dan akhirnya hanya menempelkan sebelah
pipinya di atas meja, menatap Lisa yang tidak menghiraukannya lagi.
Ponsel itu berdering.
Menyadarinya, Chaeyoung
bergerak, mengambil ponselnya. Satu pesan masuk, dari Junhoe. Dan senyuman
merekah langsung mengembang di wajah Chaeyoung setelah membaca itu.
“Lisa-ya, bukumu itu
ada di mobil Junhoe, dan dia sekarang mengantarkannya.”
“Baguslah.”
“Hey... apa kau masih
marah?”
“Iya. Tapi mungkin akan
berhenti setelah buku itu ada di tanganku lagi.”
“Ah baiklah, aku akan
keluar sebentar dan mengambilnya. Tunggu disini.” Chaeyoung langsung beranjak
dan berlari keluar dari kelasnya. Junhoe sudah menunggu di luar kampusnya.
---
Junhoe menarik nafas,
sekilas mengalihkan tatapannya dari perempuan itu, lalu kembali menatap
perempuan itu yang masih berlari menghampirinya.
“Ya! Memangnya apa yang
aku lakukan padamu, kenapa kau tiba-tiba marah?”
Chaeyoung berhenti
beberapa langkah di depan Junhoe, laki-laki itu langsung menyerangnya dengan
suara besarnya.
“Aku tidak marah loh
Jun,” Chaeyoung tersenyum dan mengambil buku tebal itu dari tangan Junhoe.
“Lalu kenapa kau tidak
menjawab pesanku atau mengangkat telfonku?”
“Kau selalu mengirim
banyak pesan padaku, dan aku jadi malas menjawabnya jika begitu. Tapi sekarang
aku sudah tidak marah lagi, dan pesanmu nanti akan aku jawab, juga telfonmu
akan aku angkat.”
“Hah? Kau bilang tidak
marah tadi. Dasar aneh.”
“Junhoe...” Chaeyoung
langsung mendekat dan melingkarkan tangannya di leher Junhoe, merapatkan tubuh
dengan laki-laki jangkung itu. “Semalam aku marah padamu, tapi sekarang sudah
tidak lagi, karena kau mengantarkan buku ini. Terima kasih yah sayang,”
“Hah... yah baiklah.
Akan aku lakukan apapun untukmu dan jug_”
Chaeyoung memotong
ucapan Junhoe dengan bibirnya, dia menempelkan bibir mereka. Tidak, bukan hanya
tempelan, tapi itu ciuman. Junhoe tersenyum kecil dalam ciumannya, dan
tangannya menarik tubuh Chaeyoung lebih merapat. Mereka tidak peduli
orang-orang yang melihat, rasanya hanya ada mereka berdua.
***
Chaeyoung tersenyum,
mengambil satu snack kentang yang di simpan Lisa. “Lisa-ya, kenapa ini ada dua?
Apa ini untukku satu?”
“Hem.. terserah saja.”
Lisa mengangguk sembari mengeluarkan tatapan setengah jijiknya pada seringaian
Chaeyoung.
“Kau baik sekali Lisa,
terima kasih. Apa kau sudah tidak marah?”
“Yah, begitulah. Buku
itu sudah kembali, tidak ada alasan lagi untuk marah padamu. Terima kasih.”
Lisa meneguk jus kalengnya, dan mengeluarkan ponselnya.
“Baiklah, aku terima
dengan senang hati keripik kentang ini. Selamat makan.” Chaeyoung mulai membuka
lebar mulutnya untuk snack itu, melahapnya seperti orang kelaparan.
Kelas sudah selesai
sepuluh menit yang lalu, dan sekarang mereka punya waktu sedikit sebelum
kegiatan selanjutnya.
“Hey Chaeyoung-ah,
beberapa hari ini sepertinya tidak ada masalah,”
“Masalah apa
maksudnya?”
“Kau dan Pengacara Koo.
Aku lihat kalian baik-baik saja sekarang, malah terlalu baik, sampai menodari
kampusku dengan kemesraan menjijikan itu.”
“Ya! Kenapa kau selalu
bicara begitu? Ini Juga kampusku, dan aku tidak menodainya. Lagipula banyak
orang lain yang juga melakukannya disini.”
“Ah terserah saja.”
Lisa kembali meneguk minumannya, berhenti menatap Chaeyoung.
Chaeyoung menelan
makanannya, dan setelah itu dia berhenti memakannya. Hanya diam. Ucapan Lisa
benar, dia dan Junhoe baik-baik saja sekarang, tapi itu hanya yang orang lain
lihat. Sebenarnya, ini adalah hari terakhir. Ah tidak, Chaeyoung melupakannya.
“Lisa, tolong berikan
tugasku pada Prof. Choi nanti?” Chaeyoung segera mengeluarkan beberapa berkas
dari tasnya, dan menyodorkan itu kehadapan Lisa.
“Apa? Kenapa tidak kau
saja yang memberikannya?”
“Tidak bisa, aku harus
pergi,”
“Sekarang maksudmu?
Tapi kemana?”
“Sudah, berikan saja
yah. Aku minta tolong padamu dengan sangat Lisa, nanti aku akan membalas
kebaikkan hati sucimu itu. Jadi tolong aku hari ini, yah?”
“Ya! Apa kau mau
membolos kelas nanti huh? Lalu kemana kau pergi?”
“Aku melupakan Junhoe,
jadi aku mohon tolonglah. Ini, berikan pada Prof.Choi. Terima kasih Lisa.”
Chaeyoung menyimpan berkas itu di samping Lisa, lalu berlari pergi tanpa
mengatakan apapun lagi, menghiraukan teriakkan Lisa yang memanggilnya.
Dia melupakannya.
Karena rasanya begitu indah saat bersama laki-laki itu, dia jadi melupakannya.
Padahal dia pikir, laki-laki itu akan selalu bersamanya, di sampingnya, dan
memeluknya. Sekarang kesempatan terakhir, dia harus melakukan apapun yang dia
bisa untuk kesempatan terakhir ini, sebelum pelukan hangat laki-laki itu tidak
bisa digapainya lagi.
***
Park Chaeyoung langsung
beranjak setelah matanya menangkap sosok tercintanya itu, lalu berjalan cepat
menghampirinya.
“Chaeyoung-ah, kenapa
kau datang kesini?”
“Jun, apa kau sibuk?
Pekerjaanmu banyak? Bisakah kau pergi saja denganku sekarnag?”
“Pergi kemana?”
“Koo Junhoe, kau masih
belum mengajakku jalan-jalan, dan aku datang untuk menagih itu.”
“Jalan-jalan? Sekarang?
Tapi aku sedang bekerja Chaeyoung-ah, bisakah lain kali saja?”
“Tidak. Itu tidak bisa
lain kali, hanya bisa sekarang Junhoe-ya. Karena nanti, kau akan... kau akan_”
“Baiklah,” Junhoe
memotong, dia sudah mengerti sebelum Chaeyoung menyelesaikan ucapannya. “Tunggu
dulu disini, aku harus mengambil tasku.”
Chaeyoung tersenyum dan
mengangguk, dan Junhoe berlari kembali ke ruangannya. Chaeyoung membuang nafas,
kembali duduk di kursi lobby. Walaupun hanya sedikit yang bisa dilakukan,
setidaknya itu bisa dilakukan.
“Ayo.” Junhoe kembali,
dengan senyuman di bibirnya, menggandeng tangan Chaeyoung dan berjalan. “Kau
mau kita kemana?”
“Emh... Wonderland,”
“Ya! Bukankah kau tidak
suka keramaian?”
“Tapi aku suka roller coaster,
jadi kita kesana saja, yah?”
“Baiklah. Dan aku akan
menggendongmu jika kau muntah atau pusing setelah menaiki itu.”
“Terima kasih, Junhoe
sayang.” Chaeyoung mengeratkan genggaman tangan mereka.
“Tapi, kenapa kau
tiba-tiba datang kesini? Apa kau membolos dari kelasmu?”
“Yah... hanya hari ini.
Kau juga tahu kan Jun, aku ini rajin dan jarang membolos, jadi tidak apa-apa
jika hanya hari ini. Kau juga bolos kerja,”
‘Ya! Itu karenamu.”
Junhoe menyentil kening Chaeyoung, membuat perempuan itu membalasnya dengan
pukulan keras andalannya.
Menyenangkan. Rasanya
sangat menyenangkan jika mereka terus bersama, berkelahi dan tertawa seperti
itu.
***
Wonderland dengan
roller coaster dan muntahnya selesai. Kebun binatang selesai. Makan siang
dengan full-set makanan Prancis selesai. Namsan Tower selesai. Bioskop dan film
vampire-nya selesai. Makan malam dengan full-ser makanan Jepang juga selesai.
Akhirnya.
Sekarang, disini hanya
taman biasa. Taman kota yang tidak banyak orang datangi jika sudah malam, hanya
ada beberapa orang yang bersepeda dan duduk, menghabiskan jam malam mereka
sebelum pulang ke rumah.
Junhoe duduk menyandar
pada kursi, sesekali meneguk kopi kaleng di tangannya. Dan Chaeyoung masih
tidur terlentang dengan pangkuan Junhoe sebagai bantalnya.
“Aku ingin melihat
kembang api.”
“Kau sudah bangun?”
Junhoe menundukkan kepala, tersenyum pada sang putri yang baru membuka matanya
setelah kelelahan kesana kemari. “Mau minum?”
“Tidak. Aku ingin
melihat kembang api,”
“Ya! Memangnya dimana
yang ada kembang api? Ini sudah larut, tidak ada toko yang buka. Oh... apa kau ini
masih bermimpi?” Junhoe mengusap-usap wajah Chaeyoung kasar.
“Hentikan Jun, Ya!”
Chaeyoung menepis tangan Junhoe, lalu bangun dan duduk menyandar pada kursi.
“Kau masih mau pergi
lagi? Atau kita pulang saja? Ini sudah malam,”
“Aku juga tahu ini
sudah malam.”
“Jadi, kau sudah pusa?
Kita kemana lagi?”
“Tidak Junhoe, aku
tidak akan pernah puas bersama denganmu. Aku ingin selalu dan selamanya
bersamamu, kau tahu kalau aku sangat mencintaimu?”
“Aku tahu,”
“Dan, apa kau
mencintaiku? Junhoe, apa kau mencintai Park Chaeyoung?”
“Kemari,” Junhoe
menarik Chaeyoung mendekat padanya, lalu menyatukan bibir mereka. Dan
melepasnya setelah hampir satu menit. “Koo Junhoe mencintai Park Chaeyoung.”
Bisiknya setelah itu.
Chaeyoung tidak bisa
menahan senyuman dan rona wajahnya, dia senang. Setidaknya, cintanya juga
terbalas. Dia sangat mencintai Koo Junhoe.
“Junhoe, kita pulang
saja, aku sudah kehabisan tenaga. Antarkan aku pulang yah?”
“Tentu, dengan senang
hati, sayangku.” Junhoe tersenyum aneh, lalu menggendong Chaeyoung dan berjalan
menuju mobilnya.
“Hey, kau genit
Junhoe.”
“Aku tahu.”
“Tapi aku suka, ah
tidak... sepertinya aku suka semua darimu Junhoe. Aku suka Koo Junhoe yang
baik, dan Koo Junhoe yang jahat,” Chaeyoung mengecup pipi Junhoe cepat. “Kau
jahat Junhoe.” lalu menunduk di dada laki-laki itu dan memukulnya.
“Mianhae...”
***
Chaeyoung melirik jam
kecilnya, lalu kembali menatap Junhoe di sampingnya. Laki-laki itu masih
berbaring di sampingnya, memeluknya hangat.
“Junhoe, ini sudah
larut, kau tidak pulang? Ponselmu terus berdering,”
“Anggap saja itu
nyanyian malam yah,”
“Kau tidak pulang?
Keluargamu pasti mencarimu, besok adalah_”
“Ahh...” Junhoe memotong
ucapan Chaeyoung, menariknya, semakin erat memeluknya. “Aku lelah sayang, kau
membawaku pergi kesana kemari. Rasanya aku kehabisan tenaga untuk menyetir,
bisakah kau antarkan saja aku pulang?”
“Aku tidak bisa menyetir,”
“Aah... lalu bagaimana
ini? Aku sepertinya tidak bisa pulang.”
“Kau panggil saja supir
pengganti,”
“Tidak, uangku habis
karenamu hari ini.”
“Ya! Apa kau semiskin
itu Pengacara Koo?”
“Tidak, aku sangat
kaya.” Junhoe mengcup kening Chaeyoung. “Sepertinya aku menginap saja disini,
yah, sayang?”
“Baiklah, itu memang
keinginanku. Kemari, peluk aku...” Chaeyoung merapat, memejamkan mata dalam
pelukan Junhoe.
Malam ini juga hujan
datang, tapi hanya titik-titik kecil. Dan besok, pasti akan sangat cerah, karena
besok adalah hari bahagia. Yah, hari bahagia.
Udaranya hangat, sangat
hangat walaupun hujan. Atau mungkin itu karena pelukan Koo Junhoe yah.
Chaeyoung sangat mencintai laki-laki itu.
“Junhoe-ya,”
“Hem...”
“Lakukan,”
“Apa?”
“Lakukan saja apa yang
kau ingin lakukan padaku, aku tidak akan menolaknya. Aku milikmu Junhoe, jadi
tolong jadikan aku milikmu,”
“Apa maksudmu?”
“Aku mencintaimu
Junhoe, sangat mencintaimu. Jadi lakukan apapun yang kau mau, karena hanya
malam ini kau masih milikku, besok kau akan menjadi milik orang lain
Junhoe-ya...”
“Tidak, aku hanya
milikmu.” Junhoe kembali menyatukan bibir mereka, menghentikan Chaeyoung bicara
yang tidak-tidak. Walaupun itu benar, tapi itu rasanya tidak benar.
“Besok kau akan menikah
dengan perempuan lain, dan meninggalkanku...”
“Aku tidak akan
meninggalkanmu, dan aku hanya milikmu.”
“Junhoe, aku sangat
mencintaimu...” lagi, mereka menyatukan bibir lagi. Memainkan permainan lembut
yang manis. Dan rasanya, itu lebih indah dari sebelum dan sebelumnya. Atau mungkin,
karena itu adalah terakhir kalinya.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar